A. Pengertian Fikih
Fikih adalah ilmu yang menjelaskan tentang hukum syari’ah yang
berhubungan dengan segala tindakan manusia baik berupa ucapan ataupun
perbuatan yang bersumber dari alqur’an maupun hadis. Fiqih sendiri
berbeda dengan syari’ah.
kalau fiqih merupakan hasil dari pemikiran para fukaha dan
kebenarannya relatif, fikih terdiri dari beberapa mazhab, fiqih mengalami
perubahan seiring perkembangan zaman, dan fikih memliki ruang lingkup
berupa perbuatan manusia. Sedangkan syari’ah diturunkan dari Allah dan
kebenarannya bersifat mutlak, syari’ah itu hanya satu, syari’ah bersifat
tetap, dan syari’ah memiliki ruang lingkup yang luas.
B. Pengertian Munakahat.
Munakahat berarti nikah. Nikah artinya menghimpun, nikah juga berarti
akad dan bersetubuh. Sesuai dalam Q.S. An – Nur ayat 32 :
D. Hukum Menikah
1. Wajib ; Nikah menjadi wajib hukumnya bagi mereka terpenuhi dua
syaratnya, yaitu dikhawatirkan jatuh ke dalam zina dan seorang yang
sudah mampu secara finansial
2. Sunnah ; Kesunahan nikah diperuntukkan bagi orang yang memiliki
kemampuan untuk menikah, mau, dan punya keinginan untuk
menyalurkan gairah seksualitas, namun tidak sampai pada taraf
dikhawatirkan akan terjatuh ke dalam kemaksiatan
3. Makruh ; khawatir akan berlaku zalim kepada istrinya jika menikah
namun tidak sampai pada tingkat yakin.
4. Mubah ; tidak ada faktor penghalang dan pendorong untuk menikah
5. Haram ; Keharaman nikah berlaku bagi orang yang menikah dengan
tujuan menyakiti atau tujuan-tujuan lain yang melanggar ketentuan
agama. Misalnya, jika ada orang yang berkeinginan kuat (berniat)
untuk menyakiti dan menyiksa pasangan dalam pernikahan, maka ia
diharamkan untuk menikah.
A. Khitbah
E. Pembatalan Khitbah
Khitbah hanyalah langkah pertama menuju pernikahan, membatalkan khitbah
tidak menimbulkan pengaruh apapun selagi belum terjadi akad. Dijelaskan dalam
KHI Pasal 13 bahwa :
1. Pinangan belum menimbulkan akibat hukum dan para pihak bebas
memutuskan hubungan peminangan. Seperti keduanya tidak atau
belum boleh berkhalwat sebab mereka belum sah menjadi suami
istri.
2. Kebebasan memutuskan hubungan peminangan dilakukan dengan
tata cara yang baik dan sesuai dengan tuntutan agama dengan
kebiasaan setempat sehingga tetap rukun.
F. Kompilasi Hukum Islam Khitbah
Dalam KHI Pasal 1 disebutkan bahwa khitbah adalah kegiatan upaya kearah
terjadinya hubungan perjodohan antara seorang pria dan wanita. Selanjutnya Pasal 11
menjelaskan bahwa peminangan dapat langsung dilakukan oleh orang yang
berkehendak mencari pasangan jodoh, tapi dapat pula dilakukan oleh perantara yang
dipercaya.
Hadis yang jadi sandaran adanya kafa’ah dalam islam berbunyi, “ perempuan itu
dinikahi karena empat hal, karena harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya.
Pilihlah wanita yang taat kepada agamanya, maka kamu akan beruntung”.( H.R. Abu
Hurairah )
MAHAR
A. Pengertian Mahar
C. Syarat Mahar
1. Mahar harus sesuatu yang ada harga dan bisa diambil manaatnya.
Meskipun sedikit, tetapi ada harga dan manfaatnya.
2. Mahar harus suci
3. Mahar harus milik pribadi calon suami bukan arang ghasab
D. Kadar Mahar
WALIMATUL ‘URSY
C. Bentuk Walimah
1. Walimah Sederhana
Islam mengajarkan kesederhanaan dalam melakukan walimah
tidak berlebih –lebihan dan tidak ada ukuran minimum dan maksimum.
Disarankan walimah diadakan sesuai kemampuan saja untuk
menghindari yang namanya pemborosan, mubadzir dan
membanggakan diri.
2. Walimah Modern
Walimah modern ini walimah yang sudah terpengaruh budaya
barat dan menimbulkan banyak pelanggaran dalam pelaksanaanya
seperti, tukar cincin, seperti yang kita ketahui bahwa laki laki
diharamkan memakai emas, selain itu kebebasan bepergian ketika
sudah khitbah, nyanyian ( hiburan ) yang diluar batas, bercampurnya
wanita dan pria, makan sambil berdiri, dan hanya mengundang orang
kaya saja.
F. Hikmah Walimah
Sebagai rasa syukur, tanda resminya telah menikah, pengumuman bagi
masyarakat, motivasi bagi yang belum menikah, terciptanya silaturahmi.
Bab 5
MUHARRAMAT
A. Pengertian Muharramat
Mahram adalah orang yang diharamkan untuk dinikahi baik karena
nashab (keturunan) maupun sesusuan. Muharramat terbagi 3 yaitu; karena
nasab, karena pernikahan, dan karena persusuan.
TALAK
A. Pengertian Talak
Talak berasal dari bahasa arab ithlaq artinya melepaskan atau
meninggalkan menurut istilah syara’ talak adalah menghilangkan ikatan
perkawinan atau mengurani pelepasan ikatanyya dengan menggunakan kata
kata tertentu. Menurut Wahbah al – Zuhaily, salasan mengapa hak talak ada
ditangan laki laki, yang pertama karena perempuan itu perasaannya sangat
halus sehinggat dikhawatirkan akan sangat mudah menjatuhkan talak akibat
terbawa perasaan.
“ Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat)
menahan dengan baik, atau melepaskan dengan baik. Tidak halal bagi kamu
mengambil kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali
keduanya (suami dan istri) khawatir tidak mampu menjalankan hukum-
hukum Allah. Jika kamu (wali) khawatir bahwa keduanya tidak mampu
menjalankan hukum-hukum Allah, maka keduanya tidak berdosa atas
bayaran yang (harus) diberikan (oleh istri) untuk menebus dirinya. Itulah
hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa
melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang zalim”.
C. Macam – Macam Talak
1. Talak Raj’i yaitu talak dimana suami masih memiliki hak untuk kembali
kepada istrinya (ruju’) sepanjang istrinya tersebut dalam masa iddah
tanpa akad nikah baru baik istri itu bersediha ruju’ ataupun tidak.
2. Talak Ba’in. Talak ini terbagi 2 :
a. Ba’in Sughra : yakni tidak dapat ruju’ kecuali dengan nikah yang
baru sekalipun dalam masa iddah. Karena khulu’
b. Ba’in Kubra : yakni tidak dapat diruju’ kecuali mantan istrinya telah
menikah dan melakukan hubungan suami istri dengan suami baru,
bercerai dan selesai menjalankan masa iddah. Talaq tiga yang
dijatuhkan sekaligus ataupun bertahap
3. Talak Sunni ialah talak ketika istri suci dan belum pernah dicampuri (sah)
4. Talak Bid’i ialah talak ketika istri haid atau suci yang sudah dicampuri
(haram).
D. Penyelesaian Nusyuz
1. Memberi nasihat
2. Berpisah tempat tidur / ranjang sampai istrinya sadar dan berubah
3. Memukulnya. Dalam hal memukul ada beberapa hal yang harus
diperhatikan:
a. Diyakini pukulan yang dapat memberikan efek jera pada
istri
b. Pukulan tidak melukai
c. Tidak memukul wajah dan bagian yang membahayakan
d. Pukulan tersebut tidak melebihi 10 kali pukulan
e. Pukulan tidak dijadikan sebagai kebiasaan
E. Syiqaq
Syiqaq artinya perselisihan antara suami istri yang diselesaikan melalui
2 orang hakam baik dari pihak suami dan dari pihak istri.
Dasar hukum syiqaq :
Q.S. An – Nisa : 35
F. Hakamain
Hakam adalah juru damai yang dikirim dari kedua belah pihak baik
pihak istri maupun pihak suami. Hakam ini juga ada yang dari suami istri
dan ada juga dari hakim atau pemerintah.
Syarat hakamain :
1. Adil
2. Mengadakan perdamaian dengan ikhlas
3. Disegani oleh pihak suami dan istri.
A. Pengertian Iddah
Secara bahasa iddah adalah perhitungan atau hari – hari suci seorang
perempuan. Secara istilah berarti masa menunggu bagi wanita untuk
melakukan perkawinan setelah terjadinya perceraian dengan suaminya baik
cerai hidup atau cerai mati dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
rahimnya atau untuk berfikir bagi suami.
D. Hikmah Iddah
1. Menjaga keturunan dan menghindari percampuran nasab serta demi
menjaga kesucian para istri
2. Menjaga pendengaran istri dari gunjingan orang lain
3. Berfikir ulang dan bisa merujuk istri
F. Ruju’
Ruju’ adalah kembali atau mengembalikan, secara harfiah ruju’ berarti
kembali kepada istri yang sudah dicerai. Sesuai dalam Q.S. At – Talaq ayat
2 yang artinya :
“Maka apabila mereka telah mendekati akhir idahnya, maka rujuklah
(kembali kepada) mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik
dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan
hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah”.
H. Hikmah Ruju.
1. Menghindari murka Allah karena perceraian adalah perbuatan yang
dibenci Allah
2. Bertaubat dan menyesali perbuatan dan adanya tekad untuk
memperbaikinya
3. Menjaga keutuhan keluarga sehingga menghindari perpecahan keluarga
4. Mewujudka islah atau perdamaian.
Bab 10
A. Pengertian Nafkah
Nafkah merupakan pemenuhan kebutuhan istri berupa makanan,
tempat tinggal, pakaian, pelayanan, pengobatan, meskipun istri serba
berkecukupan. Nafkah merupakann kewajiban yang harus ditunaikan
olehsuami sesuai dengan ketentuan dalam al- qur’an, sunnah, dan ijma’.
Adanya akad nikah yang menimbulkan munculnya hak dan kewajiban dalam
sebuah ikatan pernikahan. Maka adanya kewajiban nafkah dalam pernikahan
tersebut.
C. Nafkah Anak
1. Anak anak membutuhkan nafkah ( fakir ) dan tidak mampu bekerja
2. Ayah mempunyai harta dan berkuasa memberi nafkah yang menjadi
tulang punggung kehidupannya
3. Apabila anak fakir sampai umur mampu bekerja, dan tidak ada halangan
untuk bekerja, maka gugurlah kewajiban ayah untuk memberi nafkah
kepada anak
4. Anak perempuan dibebankan kepada ayahnya untuk memberi nafkah
sampai ia menikah.
Dijelaskan dalam KHI pasal 156 mengatur bahwa salah satu
akibat putusnya perkawinan karena perceraian adalah semua biaya
hadhonah dan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah menurut
kemampuannya, sekurang –kurangnya sampai anak tersebut dewasa dan
dapat mengurus diri sendiri ( 21 tahun ).
D. Nafkah Orang Tua
Dijelaskan dalam Q.S. lukman ayat 15 :
A. Pengertian Li’an
Li’an berarti laknat atau kutukan. Li’an adalah sumpah seorang suami
terhadap istrinya dengan tuduhan berzina dan tidak mamp mendatangkan
4 orang saksi. Li’an dilakukan dengan dua keadaan yakni:
1. Apabila seorang suami menuduh istrinya telah berzina, sedangkan
dia tidak mempunyai 4 orang saksi.
2. Apabila suami tidak bersedia mengakui kehamilan istrinya berasal
dari si suami sendiri, melainkan berasal dari laki laki lain.
Syarat li’an :
Menurut ualam Mazhab Syafi’i dan Madzhab Hanbali
mengemukakan 3 syarat dalam li’an yaitu : status mereka masih suami
istri, sekalipun belum bergaul. Adanya tuduhan berbuat zina dari suami
terhadap istri. Istri mengingkari tuduhan tersebut sampai berakhirnya
proses hukum dari li’an.
E. Pengertian Illa’
Illa’ adalah sumpah suami tidak mau menggauli istri. Illa’ ini
bersumpah tidak mau menggauli istrinya selama 4 bulan dan apabila
belum 4 bulan sang suami balik kepada istrinya maka suami wajib
membayar kafarat. Yang mana pilihan dalam li’an ini balik kepada istri
dengan membayar kafarat atau cerai dengan istrinya.
G. Rukun Illa’
1. Suami yang meng- illa’ ( al – muliy )
2. Yang menjadi sasaran ila’ ( al-mula’ minhu )
3. Sighat atau ucapan ila’.
H. Kafarat Illa’
Kafarat ila’ sama dengan kafarat sumpah . Sesuai dalam Q.S. Al-
Baqarah ayat 226 yang artinya :
“ Bagi orang yang meng-ila' istrinya harus menunggu empat bulan.
Kemudian jika mereka kembali (kepada istrinya), maka sungguh, Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang”.
I. Pengertian Zihar.
Secara bahasa zihar adalah punggung. Artinya zihar adalah suami yang
menyamakan istrinya yang halal baginya dengan ibu kandungnya yang
haram baginya, dan apabila tidak ditarik kata – katanya maka jatuh talak.
Dan hal ini jika suami tidak diteruskannya kepada talak maka ia wajib
membayar kafarat dan haram bercampur dengan istrinya sebelum
membayar kaafarat itu.
HADHONAH
( Pemeliharaan Anak )
A. Pengertian Hadhanah
Secara etimologi merengkuh sesuatu ke dada atau ke pangkuan.
Sedangkan secara terminologi pengasuhan anak baik laki – laki atau
perempuan pada usia tertentu bagi siapapun yang menjaga dan
merawatnya mulai dari menyiapkan makanan, minuman serta menjaga
kebersihannya. Hadhanah adalah memelihara, mendidik, mengatur,
mengurus segala kepentingan anak yang belum mumayyiz.
C. Syarat Hadhanah
1. Baligh
2. Berakal
3. Mempunyai kemampuan dalam mengasuh anak
4. Bersikap amanah
5. Terbebas pengasuh dari hal – hal yang bisa menyakiti anak asuh
6. Hendaknya pengasuh tidak menikah dengan suami yang bukan
mahram sianak
7. Pengasuh tidak boleh tinggal bersama orang – orang yang membenci
anak asuh.
E. Upah Hadhanah
1. Ulama Hanafiyah : berhak mendapatkan upah atas tugas nya mengasuh
anak sama seperti ketika ia menyusui anak. Namun ada kondisi
pengasuh tidak mendapatkan upah jika pengasuh itu adalah ibu dari
sianak.
2. Yang wajib membayar upah adalah yang wajib memberi nafkah
kepada si anak jika anak memiliki harta, boleh menggunakan harta
anak.
F. Masa Pengasuhan
1. Ulama Hanafiyah menginjak usia baligh laki – laki 7 tahun dan
perempuan 9 tahun
2. Ulama Malikiyah berhenti karena baligh bagi laki – laki dan
perempuan ketika dia telah menikah
3. Ulama Syafi’iyah usia 7 tahun
4. Ulama Hanbali usia 7 tahun, namun untuk perempuan dikembalikan
kepada ayah untuk mendapatkan perawatan.
A. Pengertian Poligami
Poligami secara bahasa berarti kawin banyak atau dengan kata lain
poligami adalah suatu perkawinan yang banyak dan bisa jadi dalam jumlah
yang tak terbatas. Adapun poligami secara istilah bahwa poligami
merupakan perkawinan antara seorang laki laki dengan lebih dari seorang
perempuan dalam waktu yang sama. Didalam islam diperbolehkan bagi
laki – laki untuk berpoligami tapi dengan pengecualian dan keadaan yang
mendesak.
“ Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka
nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat.
Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka
(nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki.
Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim” .
KEENGGANAN MENIKAH
“ Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan
daripadanya Dia menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang
kepadanya. Maka setelah dicampurinya, (istrinya) mengandung kandungan
yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu)”.
Tabattul berarti sebutan untuk seseorang yang belum menikah
(membujang). Yang mana tabattul ini menjauhi manusia lain, tidak
bersosialisasi, tidak berhubungan seksual, menempuh kehidupan layaknya
biarawan dan tidak menikah.
D. Solusi
Keluarga, sahabat, kerabat dan lainnya berperan penting dalam
hal ini, dengan banyak memberikannya nasehat, contoh, dan cara –
cara serta membantu dalam mencari pasangan yang meyakinkannya
bahwa menikah itu penting dan tidak seburuk ya ia kira. Karena orang
yang terdekat lah yang dapat memahaminya.