Anda di halaman 1dari 5

PERNIKAHAN DALAM ISLAM

Pernikahan adalah anjuran Allah SWT bagi manusia untuk mempertahankan


keberadaannya dan mengendalikan perkembangbiakan dengan cara yang sesuai dan
menurut kaidah norma agama. Laki-laki dan perempuan memiliki fitrah yang saling
membutuhkan satu sama lain. Pernikahan dilangsungkan untuk mencapai tujuan hidup
manusia (baca tujuan pernikahan dalam islam) dan mempertahankan kelangsungan
jenisnya.

Fiqih pernikahan atau munakahat adalah ilmu yang menjelaskan tentang syariat suatu
ibadah termasuk pengertian, dasar hukum dan tata cara yang dalam hal ini menyangkut
pernikahan. Adapun hal-hal tersebut dapat disimak dalam penjelasan berikut ini.

A. PENGERTIAN
Pernikahan adalah salah satu ibadah yang paling utama dalam pergaulan
masyarakatagama islam dan masyarakat. Pernikahan bukan saja merupakan satu jalan
untuk membangun rumah tangga dan melanjutkan keturunan. Pernikahan juga
dipandang sebagai jalan untuk meningkatkan ukhuwah islamiyah dan memperluas
serta memperkuat tali silaturahmi diantara manusia. Secara etimologi bahasa Indonesia
pernikahan berasal dari kata nikah, yang kemudian diberi imbuhan awalan “per” dan
akhiran “an”.
Pernikahan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti diartikan sebagai perjanjian
antara laki-laki dan perempuan untuk menjadi suami istri. Pernikahan dalam islam juga
berkaitan dengan pengertian mahram (baca muhrim dalam islam) dan wanita yang
haram dinikahi.

1. Pengertian menurut etimologi


Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist, pernikahan disebut denganberasal dari kata
an-nikh dan azziwaj yang memiliki arti melalui, menginjak, berjalan di atas, menaiki,
dan bersenggema atau bersetubuh. Di sisi lain nikah juga berasal dari istilah Adh-
dhammu, yang memiliki arti merangkum, menyatukan dan mengumpulkan serta
sikap yang ramah. adapun pernikahan yang berasalh dari kata aljam’u yang berarti
menghimpun atau mengumpulkan. Pernikahan dalam istilah ilmu fiqih disebut ( ‫زواج‬
), ( ‫ ) نكاح‬keduanya berasal dari bahasa arab. Nikah dalam bahasa arab mempunyai
dua arti yaitu ( ‫ ) والضم الوطء‬baik arti secara hakiki ( ‫ ) الضم‬yakni menindih atau
berhimpit serta arti dalam kiasan ( ‫ ) الوطء‬yakni perjanjian atau bersetubuh.
2. Pengertian Menurut Istilah
Adapun makna tentang pernikahan secara istilah masing-masing ulama fikih
memiliki pendapatnya sendiri antara lain :

 Ulama Hanafiyah mengartikan pernikahan sebagai suatu akad yang membuat


pernikahan menjadikan seorang laki-laki dapat memiliki dan menggunakan
perempuan termasuk seluruh anggota badannya untuk mendapatkan sebuah
kepuasan atau kenikmatan.
 Ulama Syafi’iyah menyebutkan bahwa pernikahan adalah suatu akad dengan
َ
ِ ِ ‫حاك‬
menggunakan lafal ‫كن ح‬ , atau ‫ ج ح وا ك ز ك‬, yang memiliki arti pernikahan
menyebabkan pasangan mendapatkan kesenanagn.
 Ulama Malikiyah menyebutkan bahwa pernikahan adalah suatu akad atau
perjanjian yang dilakukan untuk mendapatkan kepuasan tanpa adanya harga yang
dibayar.
 Ulama Hanabilah menyebutkan bahwa pernikahan adalah akad dengan
menggunakan lafal ‫ ح ح كا ك ن ن ان‬atau ‫ ج ح ن و ن ن ك‬yang artinya pernikahan
membuat laki-laki dan perempuan dapat memiliki kepuasan satu sama lain.
 Saleh Al Utsaimin, berpendapat bahwa nikah adalah pertalian hubungan antara
laki-laki dan perempuan dengan maksud agar masing-masing dapat menikmati
yang lain dan untuk membentuk keluaga yang saleh dan membangun masyarakat
yang bersih.
 Muhammad Abu Zahrah di dalam kitabnya al-ahwal al-syakhsiyyah, menjelaskan
bahwa nikah adalah akad yang berakibat pasangan laki-laki dan wanita menjadi
halal dalam melakukan bersenggema serta adanya hak dan kewajiban diantara
keduanya.

B. Dasar Hukum Pernikahan


Sebagaimana ibadah lainnya, pernikahan memiliki dasar hukum yang
menjadikannya disarankan untuk dilakukan oleh umat islam. Adapun dasar hukum
pernikahan berdasarkan Al Qur’an dan Hadits adalah sebagai berikut :

 Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan


kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari
pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya
kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (Q.S. An-Nisaa’ : 1).
 ”Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu,dan orang-orang
yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-
hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan
mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian- Nya) lagi Maha
mengetahui” .(Q.S. An-Nuur : 32)
 Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan- Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir”. (Q.S. Ar-Ruum : 21).
 ”Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah memiliki kemampuan
untuk menikah, hendaklah dia menikah; karena menikah lebih menundukkan
pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Adapun bagi siapa saja yang belum
mampu menikah, hendaklah ia berpuasa; karena berpuasa itu merupakan
peredam (syahwat)nya”.

C. Hukum Pernikahan
Dalam agama islam pernikahan memiliki hukum yang disesuaikan dengan kondisi
atau situasi orang yang akan menikah. Berikut hukum pernikahan menurut islam

1. Wajib, jika orang tersebut memiliki kemampuan untuk meinkah dan jika tidak
menikah ia bisa tergelincir perbuatan zina (baca zina dalam islam)
2. Sunnah, berlaku bagi seseorang yang memiliki kemampuan untuk menikah namun
jika tidak menikah ia tidak akan tergelincir perbuatan zina
3. Makruh, jika ia memiliki kemampuan untuk menikah dan mampu menahan diri dari
zina tapi ia tidak memiliki keinginan yang kuat untuk menikah. Ditakutkan akan
menimbulkan mudarat salah satunya akan menelantarkan istri dan anaknya
4. Mubah, jika seseorang hanya menikah meskipun ia memiliki kemampuan untuk
menikah dan mampu menghindarkan diri dari zina, ia hanya menikah untuk
kesenangan semata
5. Haram, jika seseorang tidak memiliki kemampuan untuk menikah dan dikhawatirkan
jika menikah ia akan menelantarkan istrinya atau tidak dapat memenuhi kewajiban
suami terhadap istri dan sebaliknya istri tidak dapat memenuhi kewajiban istri
terhadap suaminya. Pernikahan juga haram hukumnya apabila menikahi mahram
atau pernikahan sedarah.

D. Rukun dan Syarat Pernikahan


Pernikahan dalam islam memiliki beberapa syarat dan rukun yang harus
dipenuhi agar pernikahan tersebut sah hukumnya di mata agama baik menikah
secara resmi maupun nikah siri. Berikut ini adalah syarat-syarat akad nikah dan
rukun yang harus dipenuhi dalam sebuah pernikahan misalnya nikah tanpa wali
maupun ijab kabul hukumnya tidak sah.
1. Rukun Nikah
Rukun pernikahan adalah sesuatu yang harus ada dalam pelaksanaan pernikahan,
mencakup :
a. Calon mempelai laki-laki dan perempuan
b. Wali dari pihak mempelai perempuan
c. Dua orang saksi
d. Ijab kabul yang sighat nikah yang di ucapkan oleh wali pihak perempuan dan
dijawab oleh calon mempelai laki-laki.

2. Syarat Nikah
Adapun syarat dari masing-masing rukun tersebut adalah
a. Calon suami dengan syarat-syarat berikut ini
 Beragama Islam
 Berjenis kelamin Laki-laki
 Ada orangnya atau jelas identitasnya
 Setuju untuk menikah
 Tidak memiliki halangan untuk menikah

b. Calon istri dengan syarat-syarat


 Beragama Islam ( ada yang menyebutkan mempelai wanita boleh
beragama nasrani maupun yahudi)
 Berjenis kelamin Perempuan
 Ada orangnya atau jelas identitasnya
 Setuju untuk menikah
 Tidak terhalang untuk menikah

c. Wali nikah dengan syarat-syarat wali nikah sebagai berikut (baca juga urutan
wali nikah).
 Laki-laki
 Dewasa
 Mempunyai hak perwalian atas mempelai wanita
 Adil
 Beragama Islam
 Berakal Sehat
 Tidak sedang berihram haji atau umrah

d. Saksi nikah dalam perkawinan harus memenuhi beberapa syarat berikut ini ;
 Minimal terdiri dari dua orang laki-laki
 Hadir dalam proses ijab qabul
 Mengerti maksud akad nikah
 Beragama islam
 Adil
 Dewasa

e. Ijab qobul dengan syarat-syarat, harus memenuhi syarat berikut ini :


 Dilakukan dengan bahasa yang mudah dimengerti kedua belah pihak baik
oleh pelaku akad dan penerima aqad dan saksi. Ucapan akad nikah juga
haruslah jelas dan dapat didengar oleh para saksi.

Fikih pernikahan atau munakahat adalah salah satu ilmu yang mesti dipelajari dan
diketahui umat islam pada umumnya agar pernikahan dapat berjalan sesuai dengan
tuntunan syariat agama dan menghindarkan hal-hal yang dapat membatalkan pernikahan.

Anda mungkin juga menyukai