Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Nikah Menurut Islam

Secara istilah nikah juga bisa diartikan sebagai Ijab Qobul (akad nikah) yang mewajibkan
adanya hubungan antara dua orang berlainan jenis yang diucapkan oleh kata-kata yang
ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, yang sesuai dengan peraturan yang diwajibkan
dalam Islam.

Menurut Syara’ nikah adalah serah terima antara laki-laki dan perempuan dengan tujuan
untuk saling memuaskan satu sama lainnya dan untuk membentuk sebuah bahtera rumah
tangga yang sakinah serta masyarakat yang sejahtera.

Ahli fiqih mengemukakan zawaja atau nikah yaitu akad yang secara menyeluruh di dalamnya
terkandung kata nikah atau tazwij.

Ketahui Juga Arti Pernikahan menurut Para Ahli

Dalam hukum Islam, definisi perkawinan atau pernikahan menurut syara’ adalah akad yang
ditentukan syara’ untuk membolehkan bersenang-senang antara laki-laki dengan perempuan
dan menghalalkannya bersenang-senangnya perempuan dengan laki-laki.

Abu Yahya Zakariya al-Anshory mengartikan Nikah menurut istilah syara’ yaitu akad yang
didalamnya terkandung hukum kebolehan hubungan seksual dengan lafaz nikah atau
dengan kata-kata yang semakna dengannya.

Hukum Pernikahan
Di Islam, setiap perkara memiliki hukumnya termasuk Nikah. Untuk itu berikut ini adalah
hukum pernikahan:

Wajib
Jika seseorang telah mampu untuk menikah dan apabila dia tidak menikah di khawatirkan
bisa terjurumus ke perbuatan zina. Maka dari itu hukum baginya adalah wajib.

Sunnah
Ini berlaku untuk orang yang mempunyai kemampuan untuk menikah tetapi apabila tidak
menikah ia tidak akan terjerumus ke perbuatan zina.

Makruh
Hukum ini berlaku apabila seseorang mempunyai kemampuan untuk menikah dan bisa
menahan diri dari perbuatan zina namun dia memiliki keinginan yang kuat untuk menikah.

Mubah
Apabila seseorang melakukan pernikahan walaupun ia mempunyai kemampuan untuk
menikah dan mampu menghindarkan diri dari zina, ia hanya menikah karena untuk
kesenangan semata maka hukumnya mubah.
Haram
Apabila seseorang tidak mempunyai kemampuan untuk menikah dan dikhawatirkan apabila
ia menika akan menelantarkan istri atau tidak bisa memenuhi kewajiban sebagai suami
kepada istri dan sebaliknya istri tidak bisa memenuhi kewajiban istri kepada suaminya.
Haram juga berlaku jika melakukan pernikahan sesama mahram atau dalam ikatan sedarah.

Syarat Nikah
Di dalam hukum Islam, suatu pernikahan bisa disebut sah jika terpenuhi rukun atau syarat
nikah yang sudah ditetapkan oleh syariat Islam. Berikut ini adalah syarat atau rukun nikah.
Baca Juga: Definisi Ijma

Calon Suami
Islam mengatur seorang calon suami yang memenuhi syarat untuk melakukan pernikahan.
Calon suami atau mempelai pria harus beragama Islam, tidak dalam keadaan dipaksa, bukan
mahram, dan tidak sedang menjalankan ibadah haji atau umrah.

Calon Istri
Untuk calon istri atau mempelai wanita juga terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu
beragama Islam, bukan mahramnya, tidak dalam masa iddah, tidak sedang menjalankan
ibadah haji atau umrah, tidak bersuami, dan memperoleh izin dari walinya.

Wali
Wali di dalam pernikahan adalah orang yang menjalankan janji nikah dengan mempelai laki-
laki. Wali harus memenuhi syarat-syarat antara lain beragama Islam, dewasa, sehat akalnya
dan tidak fasik.

Dua Orang Saksi


Dalam melakukan atau proses melakukan pernikahan maka harus ada saksi yang
mengetahui. Tujuannya adalah agar pernikahan tersebut sah dan bisa dilaksanakan dengan
baik. Saksi harus beragama Islam, dewasa, sehat akal, tidak fasik dan ada ketika akad nikah.

Ijab Qobul
Ijab dan Kabul
Ijab qobul yaitu serah terima yang sah ketika pernikahan. Dalam melakukan ijab qobul harus
memenuhi beberapa syarat antara lain:

 Mengucapkan nikah atau zawaj


 Antara ijab dan qobul ada kecocokan
 Dilakukan secara berturut-turut
 Tidak ada syarat yang bisa memberatkan pernikahan itu
 Ucapan akad nikah harus jelas dan bisa di dengar oleh para saksi

Ucapan Akad Nikah/ Ijab Kabul


Di Indonesia, ucapan akad nikah biasanya dengan memakai bahasa Indonesia. Yang paling
sering adalah sebagai berikut:

Ijab:

“Saya nikahkan engkau, (nama calon mempelai pria) bin (nama ayah calon mempelai pria)
dengan ananda (nama calon mempelai wanita) binti (nama ayah calon mempelai wanita)
dengan mas kawin (sebesar) misalnya emas 24 karat seberat 10 gram dibayar tunai”

Mempelai pria harus segera menjawab pernyataan diatas tanpa jeda waktu. Ucapannya
adalah:

Kabul:

“Saya terima nikahnya (nama calon mempelai wanita) binti (nama ayah calon mempelai
wanita) dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.”

Setelah calon mempelai laki-laki mengucapkan kabul, para saksi akan mengecek apakah
ucapan ijab dan kabul ini tidak ada pernyataan lain. Jadi ucapakan antara ijab dari wali
mempelai wanita dan kabul dari mempelai laki-laki harus sambung menyambung tanpa putus,
tanpa ada jeda waktu.
Apabila saksi menganggap ijab dan kabulnya sambung menyambung, maka bisa ditetapkan
bahwa akad nikah tersebut adalah sah, dengan pertimbangan terpenuhinya rukun nikah
diatas.

Jika calon mempelai laki-laki akan memakai bahasa Arab untuk ijab dan kabul, maka harus
dihafalkan lafadz nya sebagai berikut:

‫قَ ِب ْلتُ نِكَا َحهَا َوت َ ْز ِو َجهَا بِ َمه ِْر ا ْل َم ْذك ُْو ِر‬

Yang harus segera diucapkan tanpa jeda sedikit pun setelah wali nikah (baik ayah mempelai
wanita sendiri atau diwakilkan) mengucapkan:
ُ ‫ا َ ْنکَحْ ت ُكَ َو َز َّوجْ ت ُكَ َم ْخ‬
َ‫ط ْوبَت َك‬

ْْ ‫( بِ ْنت‬nama ayah mempelai wanita) ‫( بِ َم ْه ِْر‬menyebut mas kawin)


(nama mempelai wanita) ‫ِي‬

‫حَال ا‬

Hikmah Pernikahan
Adapun ketika dua orang melakukan pernikahan ada hikmah dalam kehidupannya yang akan
didapatkan seperti:

 Terhindar dari perzinahan


 Mendapatkan ketenangan hidup dan kasih sayang
 Terpelihara kesucian diri
 Menjalankan tuntunan syariat Islam
 Akan mendapat keturunan yang bermanfaat untuk agama, bangsa dan negara
 Suatu media pendidikan
 Akan membuat seseorang bertanggung jawab dan kerjasama
 Tercipta silaturahmi yang erat

Anda mungkin juga menyukai