Anda di halaman 1dari 12

A.

Motivasi menikah dalam Islam


1. Pengertian Pernikahan
Pernikahan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku pada
semua makhluk-Nya baik manusia, hewan, maupun tumbuh-
tumbuhan. Dan ini merupakan fitrah dan kebutuhan Makhluk demi
kelangsungan hidupnya.
Sebagaimana telah tercantum dalam firman Allah :
Artinya : “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan
supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (Q.S. Adz-Dzariyat : 49)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “nikah” diartikan sebagai
perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri (dengan
resmi) atau “pernikahan”. Sedang menurut istilah, nikah berarti akad
yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang
bukan mahramnya yang menimbulkan hak dan kewajiban masing-
masing.
Dalam Undang-Undang Pernikahan RI (UUPRI) Nomor 1 Tahun 1974,
definisi atau pengertian perkawinan atau pernikahan ialah ikatan
“ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri,
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang berbahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Motivasi menikah dalam islam
a. Untuk berIbadah, karena tujuan penciptaan manusia adalah untuk
ibadah kepada Allah SWT
 b. Mendapatkan keturunan yang shaleh dan sholihah, karena keturunan
yang shalih dan shalihah adalah harapan kita.
c. Menjaga kehormatan/harga diri (’iffah), karena manusia memiliki
dorongan biologis sebagaimana yang juga dimiliki oleh makhluk hidup
tumbuhan dan binatang.
d. Memperluas lapangan ibadah, karena lapangan ibadah sangat luas
sekali, dan setelah menikah akan lebih luas lagi. 
e. Mendapatkan janji Allah, yaitu sakinah (ketenangan), mawaddah(cinta),
warahmah (kasih sayang)
C. Tata cara pernikahan islami
1. Sebelum akad nikah
Islam mengajarkan sebelum terjadi akad nikah, tidak dibolehkan
terjadi pelanggaran syariat; seperti berkholwat, pergi berdua. Dan
dianjurkan dimulai dengan khitbah yang disunnahkan di sana bagi
calon suami untuk melihat calon istrinya. Maksud dari melihat
( nadzor ) adalah agar menjadikan pasangan suami istri lebih tenang
karena sudah melihat calon pasangannya. Nadhor atau melihat
yang dibolehkan melihat wajah dan telapak tangan saja. Islam
melarang untuk memulai pernikahan yang baik dan mulia dengan
pelanggaran-pelanggaran syariat, seperti kholwat dan jalan berdua.
2. Saat akad nikah
Islam mengajarkan agar pernikahan menjadi baik, maka saat terjadi akad
nikah harus memenuhi syarat dan rukunnya. Bila tidak terpenuhi syarat dan
rukun pernikahan, maka pernikahan itu tidak benar dan tidak sesuai dengan
ajaran Islam.

a. Rukun menikah
Kelima rukun yang harus ada yaitu ;
1) Calon pengantin laki-laki dan wanita (boleh diwakilkan).
2) Wali pihak calon pengantin wanita.
3) Dua orang saksi.
4) Akad nikah (ijab kabul nikah).
5) Di satu tempat (satu ruangan).
b. Syarat Pernikahan
Kelima rukun di atas masing-masing harus memenuhi syarat-
syaratnya, sebagai berikut:

Calon suami
Bagi calon suami, disyaratkan:
- Bukan mahram si wanita
- Orang yang dikehendaki, yakni adanya keridaaan dari masing masing
pihak.
- Mu’ayyan (beridentitas jelas), harus ada kepastian siapa identitas
mempelai laki laki dengan menyebut nama atau sifatnya yang khusus.
Calon istri
Calon istri harus memenuhi disyaratkan:
- Bukan mahram si laki-laki.
- Terbebas dari halangan nikah, misalnya, masih dalam masa iddah atau berstatus sebagai istri orang.

Wali
Wali yaitu bapak kandung mempelai wanita, penerima wasiat atau kerabat terdekat, dan seterusnya sesuai
dengan urutan ashabah wanita tersebut, atau orang bijak dari keluarga wanita, atau pemimpin setempat.
Bagi wali disyaratkan persyaratan berikut:
- Orang yang dikehendaki, bukan orang yang dibenci.
- Laki-laki, bukan perempuan atau banci.
- Mahram si wanita.
- Balig, bukan anak-anak.
- Berakal, tidak gila.
- Adil, tidak fasiq.
- Tidak terhalang wali lain.
- Tidak buta.
- Tidak berbeda agama.
- Merdeka, bukan budak.
Dua Orang Saksi
Bagi saksi disyaratkan:
- Berjumlah dua orang, bukan budak, bukan wanita, dan bukan orang fasik.
- Tidak boleh merangkap sebagai saksi walaupun memenuhi kualifikasi sebagai saksi.
- Sunnah dalam keadaan rela dan tidak terpaksa

Shighat
Yang dimaksud dengan shighat adalah redaksi dari Ijab-kabul, yaitu perkataan dari
mempelai laki-laki atau wakilnya ketika akad nikah. Untuk shighat disyaratkan hal-hal
berikut:
• Tidak tergantung dengan syarat lain.
• Tidak terikat dengan waktu tertentu.
• Boleh dengan bahasa asing.
• Dengan menggunakan kata “tazwij” atau “nikah”, tidak boleh dalam bentuk kinayah
(sindiran), karena kinayah membutuhkan niat sedang niat itu sesuatu yang abstrak.
• Qabul harus dengan ucapan “Qabiltu nikahaha/tazwijaha” danboleh didahulukan dari ijab.
C. Setelah Akad Nikah
Pernikahan dalam Islam, bukan hanya sekedar akad nikah yang
menghalalkan kemaluan laki-laki dan perempuan saja. Namun
pernikahan dalam Islam setelah akad nikah diikuti dengan
konsekwensi bagi suami dan istri. Konsekwensi itu berupa
ditegakkannya hak dan kewajiban bagi suami dan istri. Menurut
Sayyid Sabiq, hak dan kewajiban suami istri ada tiga yakni:
1. Hak Bersama suami-istri.
2. Hak istri dan kewajiban suami.
3. Hak suami dan kewajiban istri.
D. Membangun Rumah Tangga Yang Samara
• Pokok-pokok pembentukan rumah tangga bahagia:
1. Adanya kesamaan agama antara calon suami istri untuk mewujudkan
kehormatan dalam lingkungan keluarga. (Q.S. Al Baqarah: 221).
2. Adanya keseimbangan/keserasian antara calon suami istri.
3. Adanya kemampuan calon suami istri (al ba'ah).
• Terwujudnya suasana kehidupan yang Islami, antara lain dengan
melaksanakan:
• Terlaksananya pendidikan dalam keluarga, seperti yang dituntunkan
oleh Lukman Al Hakim kepada putranya (Q.S. Lukman: 12-19) antara
lain sebagai berikut.
• Terwujudnya kesehatan keluarga dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut.
• Terwujudnya ekonomi keluarga yang sehat, antara lain:
• Terwujudnya hubungan keluarga yang selaras, serasi, seimbang dengan
jalan antara lain:
Rasulullah SAW bersabda:

• "Apabila Allah SWT menghendaki rumah tangga bahagia, maka diberikan


kecenderungan mempelajari ilmu agama, yang muda menghormati yang tua,
serasi (harmonis) dalam kehidupan, hemat dan hidup sederhana, melihat
(mengawasi) cacat (kekurangan) mereka, dan kemudian melakukan taubat/minta
maaf. Dan jika Allah SWT menghendaki sebaliknya, maka ditinggalkannya mereka
dalam kesesatan." (HR. Dailami). Rasulullah SAW bersabda:
• "Bahwa kebahagiaan keluarga dapat tercapai apabila terpenuhi empat perkara:
yaitu keserasian antara suami istri, mempunyai anak yang terdidik, bergaul
dengan orang yang sholeh, dan memiliki ketrampilan yang dapat menambah
penghasilan." (HR. Dailami).
• 

Anda mungkin juga menyukai