PERNIKAHAN
Daftar urutan wali di atas tidak boleh dilangkahi. Misalnya apabila ayah
kandung masih hidup, maka tidak boleh hak kewaliannya itu diambil alih
oleh wali pada nomor urut berikutnya. Kecuali bila pihak yang
bersangkutan memberi izin dan haknya itu kepada mereka. Bila tidak satu
pun dari orang yang terdaftar di atas yang beragama Islam, maka wali
berikutnya adalah wali hakim.
2) Wali hakim
Wali hakim, yaitu kepala KUA Islam yang ada di setiap kecamatan. Wali
hakim bertindak sebagai wali nikah, jika nasab tidak ada atau tidak bisa
memenuhi tugasnya.
d. Dua orang saksi
Saksi dalam pernikahan sangat penting karena dia menjadi salah satu rukun
pernikahan. Pernikahan tidak sah jika tidak ada saksi.
1. Minimal 2 orang laki-laki, bukan budak, bukan wanita, dan bukan orang
fasik.
2. Cakap bertindak secara hukum (balig dan berakal).
3. Sunah dalam keadaan rela dan tidak terpaksa.
4. Orang yang adil.
5. Dapat mendengar, dapat melihat, dapat berbicara, memahami bahasa yang
digunakan dalam akad, hadir dalam ijab kabul.
6. Tidak sedang ihram haji atau umrah.
e. Ijab kabul (sigat)
Ijab adalah ucapan wali (dari pihak mempelai wanita), sebagai penyerahan kepada
mempelai laki-laki. Kabul adalah ucapan mempelai laki-laki sebagai tanda
penerimaan. Ijab dan Kabul dalam nikah harus bersifat selamanya bukan untuk
sementara atau dibatasi oleh waktu. Ijab dan kabul yang bersifat sementara atau
yang membatasi waktu pernikahan diharamkan dalam Islam.
6. Walimah
Walimah berasal dari kata al-walamu yang maknanya adalah pertemuan, sebab kedua
mempelai melakukan pertemuan. Adapun secara istilah adalah hidangan yang
disediakan pada pernikahan. Di dalam kamus disebutkan bahwa walimah adalah
makanan pernikahan atau semua makanan yang untuk disantap para undangan.
Walimah dilakukan sebagai tanda rasa syukur kepada Allah dan sebagai ajang
silaturahmi. Jumhur ulama mengatakan bahwa mengadakan acara walimah
pernikahan adalah sunah muakad.
7. Kewajiban Suami dan Istri
Pernikahan dalam Islam adalah pernikahan yang dilaksananakan dengan tujuan suci.
Selain untuk beribadah kepada Allah juga ada tujuan-tujuan yang lain. Oleh karena
itu, agar tujuan pernikahan tercapai, suami-istri harus melaksanakan kewajiban hidup
berumah tangga sebaik- baiknya dengan landasan niat ikhlas karena Allah semata.
a. Kewajiban suami
Memberi nafkah, sandang, pangan, dan tempat tinggal kepada istri dan
anak-anaknya, sesuai dengan kemampuan yang diusahakan secara
maksimal.
Memimpin serta membimbing istri dan anak-anak, agar menjadi orang
yang berguna, keluarga, agama, masyarakat, serta bangsa dan
negaranya.
Bergaul dengan istri dan anak-anak dengan baik (makruf).
Membantu istri dalam tugas sehari-hari, terutama dalam mengasuh dan
mendidik anak-anak agar menjadi anak saleh.
b. Kewajiban istri
Taat kepada suami dalam batas-batas yang sesuai dengan ajaran Islam.
Memelihara diri serta kehormatan dan harta benda suami, baik di
hadapan atau di belakangnya.
Membantu suami dalam memimpin kesejahteraan dan keselamatan
keluarga.
Menerima dan menghormati pemberian suami walaupun sedikit, serta
mencukupkan nafkah yang diberikan suami, sesuai dengan kekuatan
dan kemampuannya, hemat, cermat, dan bijaksana.
Hormat dan sopan kepada suami dan keluarganya.
Memelihara, mengasuh, dan mendidik anak agar menjadi anak yang
saleh.
8. Pernikahan yang Dilarang dalam Islam
Pernikahan harus dilakukan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Al-Qur'an dan
hadis sehingga pernikahan yang dilaksanakan tersebut sah. Namun ada beberapa
pernikahan yang tidak sah dan dilarang oleh Rasulullah saw. sebagai berikut.
a. Nikah sigar adalah pernikahan dengan persyaratan barter tanpa pemberian mahar.
b. Nikah tahlil adalah pernikahan seorang wanita yang telah ditalak tiga oleh
suaminya yang karenanya diharamkan untuk rujuk kepadanya, kemudian wanita
itu dinikahi laki-laki lain dengan tujuan untuk menghalalkan dinikahi lagi oleh
mantan suaminya.
c. Nikah mut'ah adalah pemikahan yang dibatasi untuk jangka waktu tertentu, baik
sebentar ataupun lama.
9. Perceraian (Putusnya Ikatan Pernikahan)
Allah menjadikan pernikahan sebagai sebuah ikatan yang sakral dan suci. Akan
tetapi, ikatan yang suci itu dalam keadaan tertentu terpaksa putus. Penyebab putusnya
pernikahan sebagai berikut.
a. Jika salah satu pihak suami atau istri meninggal dunia, pernikahan dengan
sendirinya putus atau berakhir.
b. Talak berarti melepaskan ikatan perkawinan dengan mengucapkan secara suka
rela ucapan talak dari pihak suami kepada istrinya. Talak dibagi menjadi dua
macam sebagai berikut.
1) Talak raji yaitu talak yang dijatuhkan suami kepada istrinya untuk pertama
kalinya, dan suami boleh rujuk kembali kepada istri yang telah ditalaknya selama
masih dalam masa idah.
2) Talak ba'in, yaitu talak yang suami tidak boleh rujuk kembali kepada istri yang
ditalaknya, melainkan dengan akad nikah baru.
c. Fasakh adalah pembatalan pernikahan antara suami istri karena sebab-sebab
tertentu. Fasakh dilakukan oleh hakim agama, karena adanya pengaduan dari istri
atau suami dengan alas an yang dapat dibenarkan.
d. Khuluk menurut bahasa berarti tanggal. Dalam ilmu fikih, khuluk adalah talak
yang dijatuhkan suami kepada istrinya dengan jalan tebusan dari pihak istri, baik
dengan jalan mengembalikan mas kawin kepada suaminya, atau dengan
memberikan sejumlah uang (harta) yang disetujui oleh mereka berdua. Khuluk
diperkenankan dalam Islam dengan maksud untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
yang dihadapi istri.
e. Li'an adalah sumpah suami yang menuduh istrinya berzina (karena suami tidak
dapat mengajukan 4 orang saksi yang melihat istrinya berzina).
f. lla' berarti sumpah suami yang mengatakan bahwa ia tidak akan meniduri istrinya
selama 4 bulan atau lebih, atau dalam masa yang tidak ditentukan. Jika sebelum 4
bulan dia kembali kepada istrinya dengan baik, maka dia diwajibkan membayar
denda sumpah (kafarat)
g. Zihar adalah ucapan suami yang menyerupakan istrinya dengan ibunya, seperti
suami berkata kepada istrinya, "Punggungmu sama dengan punggung ibuku." Jika
suami mengucapkan kata-kata tersebut, dan tidak melanjutkannya dengan
menalak istrinya, wajib baginya membayar kafarat, dan haram meniduri istrinya
sebelum kafarat dibayar.
10. Idah
Idah berarti masa menunggu bagi istri yang ditinggal mati atau bercerai dengan
suaminya untuk dibolehkan menikah kembali dengan laki-laki lain. Tujuan idah
adalah untuk melihat perkembangan, apakah istri yang bercerai itu hamil atau tidak.
Lama masa idah adalah sebagai berikut.
a. Idah karena suami wafat
Bagi istri yang tidak hamil, baik sudah campur dengan suaminya yang
wafat atau belum, masa idahnya adalah empat bulan sepuluh hari. (Q.S. al-
Baqarah: 234)
Bagi istri yang sedang hamil, masa idahnya adalah sampai melahirkan.
(Q.S. at-Talaq: 4)
b. Idah karena talak, fasakh, dan khuluk
Bagi istri yang belum campur dengan suami yang baru saja bercerai
dengannya, tidak ada masa idah.
Bagi istri yang sudah campur, masa idahnya sebagai berikut.
- Bagi yang masih mengalami menstruasi, masa idahnya ialah tiga kali
suci.
- Bagi istri yang tidak mengalami menstruasi, misalnya karena usia tua
(menopause), masa idah-nya adalah 3 bulan.
- Bagi istri yang sedang mengandung, masa idahnya ialah sampai dengan
melahirkan.
11. Rujuk
Rujuk adalah kembalinya suami kepada ikatan nikah dengan istrinya sebagaimana
semula,selama istrinya masih berada masa idah raj'iyah. Hukum rujuk asalnya mubah,
artinya boleh rujuk dan boleh pula tidak. Akan tetapi, hukum rujuk bisa berubah
tergantung dengan situasi dan kondisi yang ada.
a. Sunah, misalnya apabila rujuknya suami kepada istrinya dengan niat karena
Allah, untuk memperbaiki sikap dan perilaku serta bertekad untuk menjadikan
rumah tangganya sebagai rumah tangga bahagia.
b. Wajib, misalnya bagi suami yang mentalak salah seorang istrinya, sedangkan
sebelum mentalaknya, ia belum menyempurnakan pembagian waktunya.
c. Makruh, apabila meneruskan perceraian lebih bermanfaat daripada rujuk.
d. Haram, misalnya jika maksud rujuknya suami adalah untuk menyakiti istri atau
untuk mendurhakai Allah.
a. Istri sudah bercampur dengan suami yang mentalaknya dan masih berada pada
masa idah raj'iyah.
b. Keinginan rujuk suami atas kehendak sendiri, bukan karena dipaksa.
c. Dua orang saksi, yaitu dua orang laki-laki yang adil. Ketentuan itu berdasarkan
Al-Qur'an Surah at-Talaq ayat 2.
d. Ada sigat atau ucapan rujuk, misalnya suami berkata kepada istri yang
diceraikannya selama masih berada dalam masa idah raj'iyah, "Saya rujuk kepada
engkau!"
B. Pernikahan menurut perundang undangan di Indonesia
Pernikahan Menurut Perundang-undangan di Indonesia
alam Bab VIII Pasal 38, dijelaskan bahwa "Perkawinan dapat putus karena kematian,
perceraian,dan atas putusan pengadilan."