Anda di halaman 1dari 4

PUTRI ALIFAH SALSABILA (XII MIPA 2 / 22)

UKBM 3.4 PERNIKAHAN DALAM ISLAM


A. PENDAHULUAN
1. Tanggapan saya adalah hal tersebut sangat tidak dianjurkan dalam agama. Kenapa?
Karena kita dilahirkan sebagai makhluk hidup yang memiliki akal pikiran dan
seharusnya merawat anak itu dilakukan secara bersama, misalnya sepasang suami istri
harus melakukan kewajibannya untuk mengurus anaknya secara bersama agar anak
tersebut dapat tumbuh dengan baik. Begitu sebaliknya, melahirkan anak tanpa seorang
ayah itu seperti hewan yang semaunya memilih dan bergonta-ganti pasangan dengan
siapa saja yang mengawininya.
2. Dampak dari pergaulan tersebut adalah sebagaimana disebutkan di atas, yaitu akan
rusaknya nasab, kemudian muncul berbagai macam penyakit. Solusi yang ditawarkan
adalah jelas yaitu menikah jika sudah mampu. Jika belum maka berpuasalah.

B. KEGIATAN BELAJAR 1
Sisi positif menikah karena nafsu
 Menghindari dari perbuatan zina, karena dalam agama islam menganjurkan untuk
menyegerakan seseorang menikah agar terhindar dari perbuatan zina
 Melengkapi Ibadah sesuai syari'at islam, dengan disegerakanya menikah berarti
seseorang telah menyempurnakan agamanya sesuai tuntunan Rasulullah S.A.W dan
sesuai syari'at islam
 Menciptakan ikatan suci yang sah di mata agama dan hukum
 Terciptanya keluarga sakinah, mawaddah, dan warohmah
Sisi negatif menikah karena nafsu
 Jika hanya didasarkan nafsu belaka, rasa cinta dan sayang akan mudah luntur
termakan lamanya waktu karena tidak didasari keimanan yang kuat
 Keimanan mudah terkoyak saat tertimpa masalah
 Ibadah yang dijalani terasa gersang, tidak adanya rasa sakinah, mawaddah, dan
warohmah
Dan untuk analisis orang yang suka berhubungan lawan jenis di luar nikah
adalah hukumnya haram dan dilarang oleh agama karena itu merupakan suatu perbuatan
zina, termasuk salah satu perbuatan dosa besar.

C. KEGIATAN BELAJAR 3
1. Di dalam agama Islam, pernikahan dapat diartikan bahwa suatu perjanjian suci yang
dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang ingin melanjutkan hubungan menjadi
hubungan yang halal. Mereka akan mengikat janji untuk menyatakan bahwa sudah
siap untuk membangun rumah tangga. Dalam hal ini, perjannjian suci pernikahan
dapat dinyatakan ke dalam bentuk ijab dan qabul. Ijab dan qabul yang merupakan
bentuk dari perjanjian pernikahan ini harus dinyatakan oleh satu majelis, baik itu
berasal dari langsung dari pihak yang melangsungkan pernikahan (calon suami atau
calon istri) atau dapat diwalikan.
2. Tujuan menikah:
 Melaksanakan perintah Allah
 Melaksanakan sunnah Rasul
 Mencegah dari perbuatan zina
 Menyempurnakan separuh agama
 Mendapatkan keturunan
 Untuk membangun keluarga yang bahagia
3. Ada 4 kriteria yang selalu dicari dalam memilih jodoh:
 Karena hartanya
 Karena nasab (garis keturunannya)
 Karena kecantikannya
 Karena agamanya
4. Memberikan mahar kawin, nafkah yang layak sesuai kemampuan, pakaian dan tempat
tinggal, menggauli istri secara makruf (baik), menjaga istri dari dosa, memberikan
cinta dan kasih sayang.
5. Salah satu rukun nikah yaitu tanpa paksaan, jika memang belum menemukan
pasangan yang cocok, maka menurut saya hidup bebas tanpa nikah itu hal yang boleh
dilakukan tetapi dengan konsekuensi harus bisa menjaga diri dari zina. Tetapi lebih
baik menikah.

D. PENUTUP
1. Menurut jumhur ulama hukum asal perkawinan adalah wajib hukumnya. Sedangkan
Syafi'iyyah mengatakan bahwa hukum asal perkawinan adalah mubah.
2. Melakukan suatu akad untuk mengikatkan diri pada seorang laki-laki atau perempuan
dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang diridhahi Allah SWT.
3. Hukum Nikah wajib
Pernikahan wajib apabila sudah siap secara ekonomi, fisik, dan mental, dan memiliki
kemauan untuk menikah. Jika tidak menikah dikhawatirkan akan terjadi maksiat.
Hukum nikah Sunah
Seseorang yang mempunyai keinginan untuk menikah namun tidak dikhawatirkan
melakukan maksiat. Dalam hal ini boleh memilih menikah atau menunda pernikahan.
Hukum nikah Mubah
Orang yang mampu, aman dari fitnah, namun tidak mempunyai keinginan (Syahwat)
sebagai contoh orang yang sudah lanjut usia, terjadi impotensi.
Hukum Nikah Haram
Seseorang yang yakin bahwa dirinya tidak akan mampu untuk memenuhi kewajiban-
kewajiban dalam pernikahan, seperti contoh kewajiban mencari nafkah, kewajiban
suami istri.
Hukum nikah makruh
Orang yang mampu menikah, namun mempunyai suatu kekahwatiran akan menyakiti
orang yang dinikahinya.
4. Secara literal, akad berasal dari bahasa arab yang berarti perjanjian atau persetujuan.
Kata ini juga bisa diartikan tali yang mengikat karena akan adanya ikatan antara orang
yang berakad. Dalam kitab fiqih sunnah, kata akad diartikan dengan hubungan (ُُ‫)ال ّر ْبط‬
dan kesepakatan ( ‫) ا ِالتِفَا ْق‬.
Kata muhrim berasal dari bahasa Arab, berarti ’orang yang melakukan ihram’.
Adapun ihram adalah keadaan seseorang yang telah berniat untuk melaksanakan
ibadah haji atau umrah.
'Iddah adalah sebuah nama bagi suatu masa yang telah ditetapkan oleh agama sebagai
masa tunggu bagi seorang perempuan setelah perpisahan baik berpisah lantaran
ditinggal mati atau diceraikan suaminya.
5. Karena dengan menikah maka keturunan yang akan dihasilkan dari pernikahan
tersebut termasuk keturunan yang baik dan sah karena dihasilkan dari suatu hubungan
yang halal dan di ridhoi oleh Allah Swt.
6. Anak dalam kandungan Sutina tidak mempunyai salah apa apa, tetapi orang tuanya
tetap menanggung dosa karena telah melakukan zina ketika mereka belum terikat
pernikahan.
7. Rukun nikah:
 Terdapat calon pengantin laki-laki dan perempuan yang tidak terhalang secara
syar'i untuk menikah
 Ada wali dari calon pengantin perempuan
 Dihadiri dua orang saksi laki-laki yang adil untuk menyaksikan sah tidaknya
pernikahan
 Diucapkannya ijab dari pihak wali pengantin perempuan atau yang mewakilinya
 Diucapkannya kabul dari pengantin laki-laki atau yang mewakilinya. Persaksian
akad nikah tersebut berdasarkan dalil hadis secara marfu: "Tidak ada nikah
kecuali dengan adanya wali dan dua saksi yang adil." (HR. Al-Khamsah kecuali
An-Nasa`i).
Syarat nikah:
 Beragama Islam
 Bukan mahram
 Wali nikah bagi perempuan
 Dihadiri saksi
 Sedang tidak dalam keadaan ihram
 Bukan paksaan
8. Lelaki yang menikah tanpa restu orang tua pernikahannya tetap sah secara agama
sebab tidak memenuhi rukun nikah dimana lelaki tidak memerlukan wali nikah.
Wanita yang menikah tanpa persetujuan orang tua dan hanya dinikahkan oleh wali
tetap tidak diperbolehkan sebab wali nikah harus ditunjuk oleh orang yang
bersangkutan. Orang tua yang melarang anaknya menikah harus memiliki alasan yang
tepat, misalnya karena terbukti memiliki akhlak yang buruk atau tidak menjalankan
islam atau kafir. Jika orang tua menolak menikahkan anaknya hanya karena harta atau
status dan hal duniawinya lainnya padahal calon menantu memiliki akhlak dan hati
yang baik maka nantinya orang tua dan anaknya sendiri yang rugi dan orang tua
berdosa karena menghalangi kebahagiaan anaknya.
9. Pasal 186 Kompilasi Hukum Islam menyatakan: “Anak yang lahir di luar
perkawinan hanya mempunyai hubungan saling mewarisi dengan ibunya dan
keluarga dari pihak ibunya”.
10. Urutan yang berhak menjadi wali Nikah:
1) Ayah
2) Kakek
3) Ayahnya kakek (buyut)
4) Saudara laki laki seayah seibu (kakak/adik)
5) Saudara laki laki seayah
6) Anak saudara laki laki seayah seibu (keponakan)
7) Anak saudara laki laki seayah
8) Paman seayah seibu
9) Paman

Anda mungkin juga menyukai