D3 Sistem Informasi
A. Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil di masyarakat. Sebuah keluarga akan kokoh bila dibentuk atas
dasar pernikahan yang sah. Jika kita ingin membangun kehidupan yang kokoh di masyarakat,
maka kita harus memulainya dari keluarga. Tujuan keluarga adalah keluarga merupakan tempat
menyalurkan kebutuhan seksual secara terhormat, melalui keluarga, cinta dan kasih sayang bisa
dipupuk dan dibina, anak-anak dapat dilindungi dari ketidak pastian masa depannya. Pondasi
masyarakat biasa dibangun melalui keluarga.
B. Pernikahan
Ø Persiapan Nikah
Sebelum melakukan pernikahan, kita harus mempunyai calon pasangan. Dalam menentukan
calon pasangan, Rasulullah memberikan tuntutan hendaknya memperhatikan agama calon
pasangannya. Seberapa dalam dia memiliki pemahaman terhadap ajaran agamanya, tentunya
untuk umat muslim harus memilih calon pasangan seorang muslim pula.
Setelah menentukan pilihan calon pasangan, hal yang di sunnahkan adalah meminang.
Meminang adalah menyampaikan maksud mau menikahi dari seorang laki-laki pada seorang
wanita baik secara langsung maupun dengan perantara seseorang yang dapat dipercaya.
Ø Hukum Melakukan Pernikahan
Asal hukum melakukan pernikahan adalah ibadah atau kebolehan atau halal. Namun
berdasarkan perubahan ‘illahnya, maka dari ibadah atau kebolehan hukum pernikahan dapat
beralih menjadi sunnah, wajib, makruh, dan haram.
1. Hukumnya menjadi Sunnah
Seseorang apabila dipandang dari segi pertumbuhan jasmaninya telah wajar dan cenderung
untuk nikah serta biaya hidup telah ada, maka baginya menjadi sunnahlah untuk melakukan
pernikahan. Jika dia nikah dia mendapat pahala dan jika tidak atau belum, dia tidak mendapat
dosa dan tidak mendapat pahala.
Ø Pelaksanaan Pernikahan
Pernikahan akan dipandang sah apabila memenuhi ketentuan yaitu adanya pasangan yang
akan dinikahkan dan adanya akad nikah. Akad nikah berasal dari kata-kata’aqad nikah yang
berasal dari sebutan Al-Quran ‘aqdu al-nikaah, dalam kata sehari-hari di Indonesia disebut akad
nikah. Akad nikah berarti perjanjian mengikatkan diri dalam perkawinan antara seorang wanita
dengan seorang laki-laki.
Beberapa hal yang berkenaan dengan akad nikah adalah :
1. Ijab Kabul
Ijab adalah penegasan kehendak mengikatkan diri dalam bentuk perkawinan dan dilakukan
oleh pihak perempuan ditujukan kepada laki-laki calon suami. Kabul adalah penegasan
penerimaan mengikatkan diri sebagai suami isteri yang dilakukan oleh pihak laki-laki.
Pelaksanaan penegasan qabul ini harus diucapkan pihak laki-laki langsung sesudah ucapan
penegasan ijab pihak perempuan, tidak boleh mempunyai antara waktu yang lama.
2. Wali Pihak Perempuan
Wali adalah orang yang tanggung jawab menikahkan calon pasangan suami isteri. Ada berbagai
macam wali pihak perempuan, yaitu :
a. Wali Nasab
Anggota keluarga laki-laki bagi calon pengantin perempuan yang mempunyai hubungan
darah patrilinial dengan calon pengantin perempuan.
Yang termasuk wali nasab adalah bapak, datuk, saudara laki-laki bapak, saudara laki-lakinya
sendiri.
b. Wali Hakim
Wali hakim adalah penguasa atau wakil penguasa yang berwenang dalam bidang
perkawinan. Biasanya penghulu atau petugas lain dari Departemen Agama. Jika ditemui
kesulitan untuk hadirnya wali nasab atau ada halangan dari wali nasab, maka seorang calon
pengantin perempuan dapat mempergunakan bantuan wali hakim baik melalui Pengadilan
Agama atau tidak.
c. Dua Orang Saksi
Kesaksian untuk suatu pernikahan hendaklah diberikan kepada dua orang laki-laki dewasa
dan adil yang dapat dipercaya. Syarat dua orang saksi ini adalah syarat yang biasa dalam
kejadian-kejadian penting sebagai penguat dalam suatu kejadian yang menghendaki pembuktian.
Syarat-syarat kedua saksi tersebut adalah :
a. Islam. Tidak dapat diterima kesaksian orang yang bukan islam.
b. Dewasa atau baligh yaitu sekitar berumur wajar untuk kawin.
c. Laki-laki yang adil yang dapat terlihat dari perbuatannya sehari-hari.
d. Mahar atau Sadaq
Mahar atau sadaq dalam hukum perkawinan dalam islam adalah kewajiban yang harus
dibayarkan oleh seorang pengantin laki-laki kepada pengantin perempuan. Hukum pemberian
mahar adalah wajib.
C. Membina Keluarga
Keluarga adalah persekutuan hidup berdasarkan pernikahan yang sah terdiri dari suami, istri,
dan anak-anak. Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan hubungan
sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan darah adalah suatu kesatuan yang diikat oleh
hubungan darah antara satu dengan lainnya. Berdasarkan dimensi hubungan darah ini, keluarga
dapat dibedakan menjadi keluarga besar dan keluarga inti. Sedangkan dalam dimensi hubungan
sosial, keluarga adalah suatu kesatuan yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi
dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya.
Pola asuh orang tua dalam keluarga sangatlah penting dalam menuju keluarga sejahtera dan
islami. Pendidikan dalam keluarga memiliki nilai strategis dalam pembentukan kepribadian anak.
Sejak kecil anak sudah mendapat pendidikan dari kedua orang tuanya melalui keteladanan dan
kebiasaan hidup sehari-hari dalam keluarga.
Dalam berkeluarga perlu pula untuk berkomunikasi. Komunikasi adalah suatu kegiatan yang
pasti terjadi dalam kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari
kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran, dan sebagainya. Akibatnya kerawanan hubungan
antara anggota keluarga pun sukar untuk dihindari. Oleh karena itu, komunikasi antara suami
dan istri, antara ayah, ibu, dan ank, komunikasi antara ayah dan anak, komunikasi antara ibu dan
anak dan komunikasi antara anak dan anak perlu dibangun secara harmonis dalam rangka
membangun pendidikan yang baik dalam keluarga.
Dalam menciptakan keluarga yang islami dan sejahtera pasti mendapatkan halangan dan
konflik-konflik yang terjadi. Konflik dalam keluarga sering muncul dalam bentuk yang
bervariasi. Dalam islam, ada salah satu cara mengelola konflik dengan efektif, yaitu dengan
mempergunakan kata “maaf” . konsep maaf ini secara implisit dimaksudkan untuk menepis
perasaan permusuhan, pertentangan batin, atau perkelahian, dan sebagainya yang berpotensi
mencerai beraikan tali ukhuwah.
Dalam kehidupan keluarga, kata maaf ini harus ditradisikan oleh semua anggota keluarga.
Suami (ayah) dan istri (ibu) jangan pelit saling memaafkan. Orang tua tidaklah hina meminta
maaf kepada anak atas kesalahan yang telah diperbuat kepadanya. Pendidikan kemaafan ini
penting untuk dibangun sebagai warisan akhlak al-karimah yang bernilai tinggi.
Ketika konflik dalam keluarga sudah dikelola dengan baik, maka terbukalah jalan untuk
membangun komunikasi yang harmonis dengan memperhatikan aturan hubungan dalam
keluarga.
Menaruh perhatian terhadap istrinya dengan selalu menjaga kehormatannya, serta menjaga
nama baik istri dan keluarganya adalah suatu hal yang tidak boleh dilupakan bagi seorang suami.
Mencukupi perbelanjaan rumah tangga terutama untuk makan, minum dan perumahan serta alat-
alat perlengkapannya menurut kadar kekuatannya tidak patut untuk dilupakan.
Dalam suatu hadits yang diriwayatkan Muslim dan Ahmad yang artinya :
Uang dinar yang kamu berikan untuk kepentingan sabilillah, memerdekakan budak, kamu
sedekahkan kepada orang miskin dan yang kamu berikan sebagai nafkah kepada istrimu,
diantara kesemuanya itu yang terlebih besar pahalanya ialah yang kamu berikan kepada
istrimu.
Suami hendaknya berlaku sabar, tenang, lapang dada dalam menghadapi kekurangan-
kekurangan yang ada pada istrinya dengan selalu memberikan bimbingan dan pendidikan ke arah
kebaikan dan mendidik istrinya ke arah kemuliaan budi pekerti serta akhlaknya.
Kecakapan mengatur alat-alat rumah tangga, kepandaian memasak serta menjahit, mengasuh
dan mendidik anak adalah kepandaian pokok seorang istri. Selain itu istri hendaknya
menghormati kedua orang tua, saudara dan keluarga suami. Istri hendaknya hemat, cermat dan
rajin serta pandai menyimpan. Uang perbelanjaan rumah tangga hendaknya dipergunakan
dengan yang semestinya serta sehemat-hematnya.
“Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui”.
Akhlak ini berlaku kepada anak yang sudah mandiri dan memiliki penghasilan sendiri.
Meskipun ia sudah sanggup membiayai dirinya sendiri dengan penghasilan yang diperoleh,
hendaknya ia tidak lupa untuk menafkahkan sebagian penghasilannya kepada orang tuanya.
5. Berbicara kepada Orang Tua dengan Bahasa yang Sopan dan Lemah Lembut
Salah satu wujud penghormatan anak kepada orang tua adalah bertutur kata yang baik.
Allah berfirman yang artinya :
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan
kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah
kepada keduanya perkataan yang baik. (Q.S. al-isra [17] : 23)
Dengan gamblang Allah menyuruh anak untuk senantiasa menghormati orang tuanya.
Ketika anak berbicara dengan orang tuanya, hendaknya tidak ada sepatah kata pun yang
menyakiti hati mereka, baik dari segi kandungan ucapan maupun tata bahasa yang digunakan.
Maksud kandungan ucapan adalah seperti membantah dan menolak. Adapun yang dimaksud
dengan tata bahasa adalah seperti tutur kata yang kasar dan suara yang keras.
3. Mengkhitan Anak
Khitan adalah praktik memotong selaput kulit yang menutupi kepala zakar lelaki atau
memotong sedikit ujung daging yang tumbuh dalam kemaluan perempuan. Khitan bagi anak
laki-laki mengandung hikmah yang sangat banyak. Menurut kedokteran, khitan dapat
menyehatkan organ seksual dan menyelamatkannya dari bakteri-bakteri pengganggu, serta
menjaga zakar dari kenajisan air kencing.
Mengenai hukum berkhitan, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Menurut
Imam Abu Hanifah dan Imam Hasan al-Basri, hukum khitan adalah sunah. Tetapi bagi Imam
Syafi’i dan Imam Malik, hukum khitan adalah wajib.
4. Merawat Anak dengan Penuh Kasih Sayang
Sebagai amanat yang dititipkan Allah kepada orang tua, anak wajib dirawat, dibesarkan,
dan diasuh dengan penuh kasih sayang. Salah satunya adalah dengan memberikan asupan
makanan yang bergizi. Melalui cara ini, anak dapat tumbuh sehat dan cerdas.
Dalam islam, seorang ibu dibimbing untuk menyusui anaknya sampai dua tahun. Mulai
sejak lahir sampai berumur dua tahun, hendaknya anak hanya diberikan air susu ibu (ASI), bukan
makanan lainnya. Panduan tentang menyusui anak ini tertuang dalam firman Allah yang artinya
berikut.
Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin
menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka
dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah
seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena
anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih
dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas
keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa
bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Q.S. al-Baqarah [2] : 223)
A. Simpulan
Keluarga adalah unit terkecil di masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Untuk
membina keluarga perlu menjalankan sebuah pernikahan terlebih dahulu, pernikahan yang sah
menurut agama dan negara. Sebelum melakukan pernikahan, harus menjalankan persiapan-
persiapan sebelum menikah yaitu memilih calon pasangan yang seagama terutama, dan sudah
dipastikan bukan muhrimnya. Selain memilih calon pasangan, harus diadakan peminangan dari
seorang laki-laki pada seorang wanita untuk menyampaikan maksud ingin menikahi.
Dalam pelaksanaan pernikahan terdapat hukum-hukum nikah, larangan-larangan nikah, dan
syarat sah pernikahan yang terdiri dari akad, wali, dua orang saksi, dan mahar. Setelah terjadinya
penikahan, akan membentuk sebuah keluarga. Membangun keluarga yang sakinah, mawadah,
warrahmah tidaklah mudah, penuh dengan rintangan dan tantangan. Agar dapat menciptakan
keluarga yang bahagia dan sejahtera, islam mengajarkan kewajiban-kewajiban setiap anggota
keluarga.
B. Saran
Diharapkan setiap umat islam dapat menjaga dan membina keluarganya dengan sebaik-
baiknya. Harus terjadi keselarasan di antara anggota keluarga. Setiap anggota keluarga harus
mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga di rumah. Untuk yang akan
berumah tangga diharapkan dapat memilih pasangan yang jelas bibit bebet bobotnya, jelas
agama dan ketaatannya terhadap agama, memilih pasangan yang sholeh.
DAFTAR PUSTAKA