Anda di halaman 1dari 5

RESUME

MUNAKAHAT (PERNIKAHAN DALAM ISLAM)

Nama : Muawwaly Afadia Khoirin Nisak Tanggal : 8 April 2017


NIM : 16184202038 / 2016 B Prodi : Pend. Matematika
Dosen Pengampu : M. Maruf, M.Pdi.

A. Pengertian dan Hukum Nikah


Pengertian nikah dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1. Menurut bahasa, nikah berarti berkumpul atau bercampur. Jadi, nikah adalah ikatan lahir
batin antara seorang pria dan wanita untuk membentuk keluarga sejahtera sesuai dengan
syarat yang ditentukan Islam.
2. Menurut istilah, nikah berarti suatu akad (ikatan) yang disertai ijab kabul yang menyebabkan
halalnya pergaulan sebagai suami istri dan timbulnya hak dan kewajiban suami istri.
Menurut sebagian ulama, hukum asal nikah adalah mubah atau boleh dilakukan. Terdapat
lima hukum nikah, yaitu sebagai berikut.
1. Jaiz atau mubah (dibolehkan). Ini merupakan hukum asal nikah.
2. Sunnah bagi orang yang berkeinginan dan tetap sanggup memberi nafkah lahir dan batin serta
dapat menjaga diri.
3. Wajib bagi orang yang mampu memberi nafkah lahir batin, berkeinginan, dan takut tergoda
kepada perbuatan maksiat (zina).
4. Makruh bagi orang yang berkeinginan tetapi belum mampu memberi nafkah (belanja).
5. Haram bagi orang yang berniat akan menyakiti wanita yang dinikahinya dan untuk balas
dendam kepada keluarga wanita.
6. Sebagian besar ulama berpendapat bahwa pada prinsipnya nikah itu hukumnya sunah, yaitu
berupa anjuran bagi yang mampu dan berkehendak.

B. Tujuan dan Hikmah Pernikahan

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Q.S. Ar-Rum, 30:21)
Sesuai dengan Al-Quran Surah Ar-Rum, 30:21, terdapat beberapa tujuan pernikahan,
yaitu sebagai berikut.
1. Untuk memperoleh kasih sayang dari orang lain
2. Melaksanakn sunah Rasul
3. Membentuk rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan warahmah
4. Mendapatkan keturunah yang sah dan baik
5. Menghindari diri dari perbuatan yang keji atau zina
6. Menghubungkan silaturahmi antara satu keluarga dengan keluarga lainnya.
Hikmah pernikahan dalam Islam diantaranya sebagai berikut.
1. Menikah merupakan sarana untuk menyempurnakan agama
2. Pernikahan adalah salah satu upaya untuk mendapatkan ketenteraman dan kebahagiaan hidup,
khususnya dalam kehidupan keluarga. Oleh karena itu, Allah menganugerahkan perasaan
kasih sayang diantara keduanya
3. Pernikahan dapat membentengi diri dari perbuatan tercela.
4. Pada saatnya, manusia akan mengalami kerinduan akan hadirnya seorang anak sebagai
perwujudan adanya sifat kebapakan dan keibuan yang timbul dari seorang laki-laki dan
perempuan. Dalam kaitan ini, pernikahan dapat memberikan keturunan yang baik dan sah
secara hukum.
5. Dengan adanya pernikahan, syiar Islam akan semakin berkembang
6. Pernikahan akan lebih menjaga kemaluan dan menundukkan pandangan
7. Seseorang yang akan melaksanakan pernikahan, tidak harus merasa khawatir dengan masalah
ekonomi yang akan dihadapinya pada masa yang akan datang. Dengan syarat selalu
berikhtiar, Allah akan memberinya kecukupan untuk anak dan istrinya.

C. Rukun dan Larangan Pernikahan


Pernikahan menjadi sah apabila dipenuhi syarat dan rukunnya. Adapun yang menjadi
rukun nikah ada lima, yaitu sebagai berikut.
1. Sigat (akad) yaitu perkataan dari pihak wali perempuan dan mempelai (laki-laki)
2. Wali (wali mempelai wanita)
Susunan wali yang dianggap sah untuk menjadi wali mempelai wanita adalah sebagai berikut.
a. Bapak
b. Kakek (bapak dari bapak mempelai wanita)
c. Saudara laki-laki seibu sebapak
d. Saudara laki-laki sebapak
e. Anak laki-laki dari saudara seibu sebapak
f. Anak laki-laki dari saudara sebapak
g. Saudara bapak yang laki-laki
h. Anak laki-laki dari saudara bapak yang laki-laki
i. Hakim
3. Dua orang hakim
4. Ijab Kabul. Ijab adalah penyerahan dari wali perempuan kepada mempelai laki-laki
sedangkan Kabul adalah penerimaan oleh mempelai laki-laki dari wali perempuan
5. Calon mempelai laki-laki dan mempelai perempuan.
Secara garis besar larangan menikah antara seorang pria dan wanita diatur dalam Al-
Quran dan Hadits, dibagi menjadi dua macam yaitu mahram muabbad dan mahram ghairu
muabbad
1. Mahram Muabbad
Mahram muabbad yaitu orang-orang yang haram melakukan pernikahan untuk selamanya.
a. Larangan perkawinan karena hubungan kekerabatan (nasab) yaitu ibu, anak, saudara, saudara
ayah, saudara ibu, anak dari saudara laki-laki, dan anak dari saudara perempuan.
b. Larangan perkawinan karena adanya hubungan perkawinan diantaranya 1) perempuan yang
telah dikawini oleh ayah atau ibu tiri; 2) perempuan yang telah dikawini oleh anak laki-laki
atau menantu; 3) ibu istri atau mertua; dan 4) anak dari istri dengan ketentuan istri atau telah
digauli.
c. Larangan perkawinan karena hubungan sesusuan
2. Mahram Ghairu Muabbad
Mahram ghairu muabbad yaitu larangan kawin yang berlaku untuk sementara waktu
disebabkan oleh hal tertentu; bila hal tersebut sudah tidak ada, maka larangan itu tidak berlaku
lagi.
a. Mengawini dua orang saudara dalam satu masa
b. Poligami diluar batas yakni apabila lebih dari empat wanita
c. Larangan karena ikatan perkawinan yakni apabila seorang lelaki menikahi wanita yang masih
hidup suaminya atau belum dicerai oleh suaminya
d. Larangan karena talak tiga, yaitu wanita yang ditalak tiga, haram kawin lagi dengan bekas
suaminya, kecuali kalau sudah kawin lagi dengan orang lain dan telah berhubungan suami
istri serta dicerai oleh suami terakhir itu dan telah habis masa iddahnya
e. Larangan karena ihram
f. Larangan karena beda agama yakni perempuan muslimah dengan laki-laki non muslim dan
sebaliknya

D. Kewajiban Suami dan Istri


1. Kewajiban Suami
Memelihara, memimpin dan membimbing keluarga lahir dan batin, serta menjaga dan
bertanggungjawab atas keselamatan dan kesejahteraannya.
Memberi nafkah sesuai kemampuan serta mengusahakan keperluan keluarga terutama
sandang, pangan dan papan.
Membantu tugas-tugas istri terutama dalam hal memelihara dan mendidik anak-anak
dengan penuh rasa tanggungjawab.
Memberi kebebasan berpikir dan bertindak kepada istri sesuai dengan ajaran agama, tidak
mempersulit apalagi membuat istri menderita lahir batin yang dapat mendorong istri
berbuat salah.
Dapat mengatasi keadaan, mencari penyelesaian secara bijaksana dan tidak sewenang-
wenang.
2. Kewajiban Istri
Hormat dan patuh pada suami dalam batas-batas yang ditentukan oleh norma dan agama.
Mengatur dan mengurus rumah tangga, menjaga keselamatan dan mewujudkan
kesejahteraan keluarga.
Memelihara dan mendidik anak sebagai amanah Allah SWT.
Memelihara dan menjaga kehormatan serta melindungi harta benda keluarga.
Menerima dan menghormati pemberian suami serta mencukupkan nafkah yang
diberikannya dengan baik, hemat, cermat dan bijaksana.

E. Thalaq, Iddah dan Ruju


1. Thalaq
Menurut bahasa, talak adalah melepaskan ikatan. Talak menurut istilah adalah melepaskan
seorang wanita dari ikatan perkawinan. Ditinjau dari segi kemaslahatan atau kemudaratannya,
hukum talak ada empat, yaitu sebagai berikut.
Makruh (hukum asal talak)
Sunah apabila suami tidak sanggup lagi memberi nafkah dengan cukup dan benar
Wajib apabila terjadi perselisihan antara suami istri sedangkan hakim memandang perlu supaya
keduanya cerai
Haram dalam dua keadaan, yaitu menjatuhkan talak ketika istri dalam keadaan haid dan
menjatuhkan talak ketika dalam keadaan suci yang telah dicampuri dalam keadaan suci
tersebut.
Terdapat dua macam lafal talak, yaitu sharih (jelas) seperti kalimat engkau tertalak atau
saya ceraikan engkau dan kinayah (sindiran) yaitu kalimat yang masih ragu-ragu dan bisa
diartikan untuk cerai nikah. Seorang suami berhak menalak istrinya apabila tidak memungkinkan
lagi untuk hidup bersama. Talak ada tiga, yaitu satu, dua dan tiga. Talak satu dan dua masih bisa
rujuk (kembali) sebelum habis iddahnya dan boleh nikah kembali setelah habis iddahnya.
Sementara talak tiga tidak boleh rujuk (kembali) kecuali istri yang ditalak tiga tersebut telah
menikah dengan laki-laki lain, sudah campur, dan sudah ditalak oleh suaminya yang kedua serta
sudah habis masa iddahnya.
Selanjutnya, terdapat 5 macam talak yaitu sebagai berikut.
Talak talik, yaitu suatu bentuk khusus dari talak dengan persyaratan tertentu. Misalnya,
suami berkata kepada istrinya, Jika engkau pergi ke tempat A, maka engkau tertalak.
Khulu (talak tebus) artinya berpisahnya suami dengan istrinya dengan tebusan harta yang
diberikan oleh istri kepada suaminya atau mengeluarkan harta sebagai tebusan untuk istri dari
suami
Ila, yaitu sumpah suami bahwa dia tidak akan mencampuri istrinya dalam masa 4 bulan atau
tidak dengan menyebutkan masanya. Jika suami ingin kembali sebelum 4 bulan, maka wajib
membayar denda sumpah (kaffarah)
Zihar, yaitu suami menyerupakan istri dengan ibunya sehingga haram baginya. Misalnya
suami berkata Engkau seperti punggung ibuku. Jika seorang suami berkata demikian, maka
wajib membayar denda (kaffarah) dan haram mencampuri istri sebelum membayar denda
(kaffarah).
Lian, yaitu tuduhan terhadap istri bahwa dia telah berzina.
2. Iddah
Iddah adalah masa menunggu yang diwajibkan atas istri yang ditalak, baik cerai ketika
masih hidup maupun dipisahkan karena kematian. Iddah bertujuan agar istri diketahui sedang
hamil atau tidak. Masa iddah bagi wanita yang dicerai adalah sebagai berikut.
Talak satu atau dua bagi wanita yang dicerai suaminya jika ia mempunyai haid iddahnya tiga
kali suci dan bagi wanita yang tidak mengalami haid iddahnya tiga bulan.
Wanita hamil iddahnya sampai anak yang dikandungannya lahir.
Berpisah karena kematian iddahnya 4 bulan 10 hari.
3. Ruju
Ruju adalah suami kembali kepada istrinya yang telah diceraikan untuk mewujudkan
pernikahan semula sesuai dengan ketentuan agama. Ruju ada 3 macam sesuai dengan talak yang
dijatuhkannya.
Talak raji, yaitu talak satu atau dua dimana suami boleh rujuk lagi kepada istri yang telah
ditalak (cerai) tanpa nikah lagi selama masih dalam iddah.
Talak bain sugra, yaitu talak tebus (khulu). Pada talak ini suami tidak sah rujuk lagi tetapi
boleh kembali lagi dengan pernikahan baru jika bain dalam iddah maupun sudah habis
iddah.
Talak bain kubra (talak tiga). Pada talak ini suami tidak boleh rujuk lagi, kecuali apabila
bekas istrinya sudah menikah lagi dengan laki-laki lain dan sudah diceraikan lagi oleh
suaminya serta sudah habis iddahnya.

F. Kriteria Pendamping Hidup dan Ikhtiar Mencarinya


1. Kriteria Ideal Pendamping Hidup
Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang kawin dengan perempuan karena
hartanya, maka Allah akan menjadikannya fakir. Barang siapa yang kawin dengan perempuan
karena keturunannya, maka Allah akan menghinakannya. Tetapi barang siapa yang kawin
dengan tujuan agar lebih dapat menundukkan pandangannya, membentengi nafsu atau untuk
menyambung tali persaudaraan, maka Allah akan memberikan barokah kepadanya dengan
perempuan itu dan kepada si perempuan juga diberikan barokah kerenannya. (H.R. Daruquthni)
Dalam ajaran Islam hal yang pertama dan diutamakan adalah agama yang satu paket
dengan akhlak yang baik, karena agama dan akhlak yang baik akan membawa ketenangan dan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat bagi pasangan dan anak-anaknya. Selain agama, hendaklah
seorang muslim juga mempertimbangkan latar belakang keluarga masing-masing. Sebab
pernikahan tidak hanya menyatukan dua diri yang berbeda, melainkan juga dua keluarga yang
berbeda.
2. Ragam Ikhtiar Mencari Pendamping Hidup
Dalam Islam, cara mencari jodoh yang disyariatkan adalah taaruf. Secara bahasa, taaruf
adalah perkenalan. Dalam istilah agama, taaruf adalah proses pertemuan atau perkenalan seorang
pria dan wanita dalam suasana terhormat ditemani pihak ketiga dengan tujuan pendamping hidup.
Saat taaruf masing-masing pihak diperbolehkan bahkan dianjurkan untuk melihat wajah calon
pedamping dengan seksama untuk menimbulkan kemantapan pada mereka. Metode dalam
menentukan dan mencari pendamping hidup yang jelas halal dan dianjurkan oleh agama Islam
adalah taaruf. Adapun metode lain seperti pacaran tidak perlu dipilih karena jelas di haramkan
oleh agama Islam.
G. Mencari Keluarga Berkah dalam Bingkai Pernikahan
1. Ciri Keluarga Berkah
Keluarga berkah adalah keluarga yang baik, yang membawa kebaikan kepada diri mereka
dan orang lain. Merujuk kepada (Q.S Ar-Rum:21), keluarga berkah adalah keluarga yang sakinah
(tenang, tentram), mawaddah (penuh cinta), rahmah (diliputi kasih). Intinya, keluarga berkah
membuat semua anggotanya menjadi tenang, nyaman dan bahagia.
Keluarga berkah ditandai dengan meningkatnya keiamanan anggota keluarga. Yang
menjadikan kualitas pribadi-pribadi dalam keluarga tersebut berkembang menuju kebaikan; sikap
semakin matang, bertambah bijak dan bertambah wawasan, akhlak akan semakin baik, anak yang
soleh dan solehah adalah ciri dari keluarga berkah.
2. Upaya Meraih Keluarga Berkah
Sebelum Menikah
Menata niat menikah untuk mencari ridho Allah SWT.
Tidak berpacaran.
Memilih calon pendamping hidup yang sesuai dengan pedoman pandangan islam.
Menyiapkan diri secara fisik dan psikis.
Bermusyawarah dengan orang tua agar meperoleh restu atau dukungan.
Saat Akad Nikah
Menjaga agar niat tetap lurus.
Minta di doakan oleh orang tua dan orang-orang yang soleh.
Memenuhi syarat dan rukun pernikahan.
Saat Menjalani Kehidupan Rumah Tangga
Mempertahakan motivasi menjalankan pernikahan untuk tujuan beribadah.
Menjadikan ridho Allah sebagai pedoman dalam berumah tangga.
Bersikap toleran terhadap pasangan.
Membiasakan bersikap sabar dan syukur.
Bermusyawarah dalam memutuskan permasalahan.

Anda mungkin juga menyukai