SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Buku ajar untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Tjipto Subadi, M.Si
Penulis : 1. Supriyanto/Q100200012.
2. Eko Wahono/Q100200021.
3. Edi Sujarwo/Q100200015.
4. Puji Hastutiningsih/Q100200016.
5. Danang Prasetya/Q100200028.
6. Indah Wigati P/Q100200019.
Terbit : 2021
i
PRAKATA
Ttd
Penulis
DAFTAR ISI
IDENTITAS BUKU........................................................................................................i
PRAKATA.......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAGIAN 1.........................................................................................................................1
SOSIOLOGI PENDIDIKAN............................................................................................1
1. Sejarah Sosiologi....................................................................................................6
BAGIAN 2.......................................................................................................................17
A. Konsep Sosiologi......................................................................................................17
B. Interaksi Sosial.........................................................................................................18
1. Pengertian.............................................................................................................18
C. Struktur Sosial..........................................................................................................21
1. Pengertian menurut para Ahli...............................................................................21
D. Institusi Sosial..........................................................................................................26
1. Pengertian.............................................................................................................26
E. Perubahan Sosial......................................................................................................32
F. Lapisan Sosial..........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................38
BAGIAN 1
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
1
pendidikan (QS. Al-Baqarah: 31): “Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-
nama (benda) semuanya kemudian Dia perlihatkan kepada para Malaikat
seraya berfirman, ‘sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu
yang benar!’”. Tetapi sebagai disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri,
ilmu pendidikan baru diakui pada abad 19, ketika para ahli berhasil
merumuskan obyek, metode, dan sistemnya.
Mempelajari sebuah ilmu sebaiknya dimulai dari definisinya.
Mengetahui definisi akan memudahkan kita untuk mengerti dan memahami
isinya. Begitu juga dalam mempelajari sosiologi pendidikan kita diharuskan
mengetahui apa definisi sosiologi pendidikan itu? Istilah sosiologi
pendidikan merupakan kata majemuk yang berasal dari dua kata; sosiologi
dan pendidikan.
Sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat atau cabang ilmu sosial yang
mempelajari secara sistematik kehidupan bersama manusia yang ditinjau dan
diamati dengan menggunakan metode empiris yang di dalamnya terkandung
studi tentang kelompokkelompok manusia, tatanan sosial, perubahan sosial,
sebab-sebab sosial, dan segala fenomena sosial yang mempengaruhi perilaku
manusia. 4 Jadi sosiologi dapat dipahami sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam
kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di
suatu wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain.
Secara terminologis, menurut Muhammad Athiyah al-Abrasyi,
mendefinisikan pendidikan (tarbiyah) sebagai upaya mempersiapkan
individu untuk kehidupan yang lebih sempurna, kebahagiaan hidup, cinta
tanah air, kekuatan raga, kesempurnaan etika, sistematik dalam berpikir
tajam, berperasaan, giat dalam berkreasi, toleransi pada yang lain,
berkompetensi dalam mengungkapkan bahasa tulis dan bahasa lisan dan
terampil berkreativitas. Sementara Azyumardi Azra menganggap pendidikan
sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan
dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Pengertian
lain, pendidikan dipahami sebagai usaha manusia optimistik mendasar yang
dikenali dari aspirasi untuk kemajuan dan kesejahteraan. Pendidikan
dianggap sebagai tempat anak-anak bisa berkembang sesuai kebutuhan dan
potensi unik mereka. Selain itu juga sebagai salah satu arti terbaik dalam
mencapai kesetaraan sosial yang lebih tinggi. Banyak orang mengatakan
bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan setiap orang hingga
potensi tertinggi mereka dan memberi kesempatan untuk mencapai
segalanya dalam kehidupan sesuai kemampuan alami mereka.
Sosiologi pendidikan merupakan suatu ilmu yang membicarakan
bagaimana proses interaksi sosial yang dilakukan oleh seorang individu
untuk mempengaruhi individu lain untuk mencari pengalaman baru serta
mengorganisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat.
F. G. Robbins dan Brown mendefinisikan sosiologi pendidikan adalah
“ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial
yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi
pengalamannya”.
Jadi, sosiologi pendidikan adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang
membahas proses interaksi sosial anak-anak mulai dari keluarga, masa
sekolah sampai dewasa serta dengan kondisi-kondisi sosio kulturil yang
terdapat di dalam masyarakat dan negaranya.
B. Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan
Sosiologi pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang interaksi antara individu-individu dengan kelompok, kelompok dengan
kelompok. Secara khusus sosiologi pendidikan itu membicarakan, melukiskan
dan menerangkan institusi-institusi, kelompok-kelompok, sosial dan proses
kelompok sosial, hubungan sosial dimana didalam dan dengannya manusia
memperoleh dan mengorganisir pengalaman-pengalamannya. Jadi sosiologi
pendidikan tidak hanya terbatas pada studi sekolah saja tetapi lebih luas lagi
ialah mencakup institusi-institusi sosial dengan batasan sepanjang pengaruh
daripada totalitas miliekulural terhadap perkembangan kepribadian anak.
Wilayah kajian sosiologi pendidikan memang sangat luas, namun
kajiannya tidak terlepas dari berbagai persoalan masyarakat dan yang
memungkinkan institusi pendidikan merekam berbagai persoalan dalam
masyarakat tersebut. Pendidikan yang dilembagakan seperti persekolahan,
dituntut untuk dapat merekam segala fenomena yang terjadi di masyarakat,
selanjutnya sekolah memberikan penjelasan kepada peserta didik terhadap
ontologis dari suatu peristiwa. Dengan adanya peristiwa tersebut diharapkan
peserta didik dapat menentukan arah dan sikap yang tepat dalam merespon
positif atau negatifnya sebuah peristiwa.
Mengingat banyaknya masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini,
mengharuskan masyarakat dituntut untuk turut serta aktif bahkan proaktif dan
bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan persekolahan. Walaupun sangat
dirasakan bahwa tuntutan masyarakat selalu lebih besar daripada peranan
masyarakat itu sendir, padahal kepedulian masyarakat akan menentukan
meningkatnya pendidikan.
Menurut teori hirarki kebutuhan Maslow yang dikutip oleh Armstrong
(1994) berlaku universal pada manusia hampir disepakati oleh ilmuan, yang inti
dari teori tersebut mengatakan bahwa manusia membutuhkan pemenuhan-
pemenuhan sebagai berikut:
a. Fisiologis: kebutuhan makan, minum dan hal-hal yang penting untuk
kehidupan.
b. Keselamatan atau keamanan: kebutuhan perlindungan dari bahaya dan
kehilangan kebutuhan fisiologis
c. Sosial: kebutuhan cinta, kasih sayang dan diterima sebagai anggota
kelompok sosial.
d. Penghargaan: kebutuhan memiliki harga diri yang stabil dan tinggi serta
kebutuhan untuk dihormati orang lain.
e. Pemenuhan diri: kebutuhan untuk mengembangkan potensi dan kecakapan,
untuk menjadi orang yang dipercaya orang lain.
Wilayah kajian sosiologi pendidikan yang cukup luas dengan segala aspek
kehidupan masyarakat dengan segala atributnya, menjadikan sosiologi
pendidikan sebuah disiplin ilmu yang penting diberiakan dilembaga pendidikan
tenaga kependidikan islam (LPTKI). Sebab kajian mengenai masyarakat tidak
akan putus-putusnya, terutama berkaitan dengan norma dan nilai yang dianut,
baik itu norma dan nilai yang berdasarkan budaya, terutama yang berdasarkan
agama.
Para ahli Sosiologi dan ahli Pendidikan sepakat bahwa, sesuai dengan
namanya, Sosiologi Pendidikan atau Sociology of Education (juga Educational
Sociology) adalah cabang ilmu Sosiologi, yang pengkajiannya diperlukan oleh
professional dibidang pendidikan (calon guru, para guru, dan pemikir
pendidikan) dan para mahasisiwa serta professional sosiologi. Mengenai ruang
lingkup Sosiologi Pendidikan, Brookover mengemukakan adanya empat pokok
bahasan berikut:
1. Hubungan system pendidikan dengan sistem social lain
2. Hubungan sekolah dengan komunitas sekitar,
3. Hubungan antar manusia dalam system pendidikan
4. Pengaruh sekolah terhadap perilaku anak didik (Rochman Natawidjaja, et. Al.,
2007: 81).
Sosiologi Pendidikan diharapkan mampu memberikan rekomendasi mengenai
bagaimana harapan dan tuntutan masyarakat mengenai isi dan proses pendidikan
itu, atau bagaimana sebaiknya pendidikan itu berlangsung menurut kacamata
kepentingan masyarakat, baik pada level nasionalmaupun lokal. Sosiologi
Pendidikan secara operasional dapat defenisi sebagai cabang sosiologi yang
memusatkan perhatian pada mempelajari hubungan antara pranata pendidikan
dengan pranata kehidupan lain, antara unit pendidikan dengan komunitas sekitar,
interaksi social antara orang-orang dalam satu unit pendidikan, dan dampak
pendidikan pada kehidupan peserta didik (Rochman Natawidjaja, et. Al., 2007:
82). Sebagaimana ilmu pengetahuan pada umumnya, Sosiologi Pendidikan
dituntut melakukan tiga fungsi pokok, yaitu :
1. Fungsi eksplanasi, yaitu menjelaskan atau memberikan pemahaman tentang
fenomena yang termasuk kedalam ruang lingkup pembahasannya. Untuk
diperlukan konsep-konsep, proposisi-proposisi mulai dari yang bercorak
generalisasi empiric sampai dalil dan hukum-hukum yang mantap, data dan
informasi mengenai hasil penelitian lapangan yang actual, baik dari
lingkungan sendiri maupun dari lingkungan lain, serta informasi tentang
masalah dan tantangan yang dihadapi. Dengan informasi yang lengkap dan
akurat, komunikan akan memperoleh pemahaman dan wawasan yang baik
dan akan dapat menafsirkan fenomena – fenomena yang dihadapi secara
akurat. Penjelasan-penjelasan itu bias disampaikan melalui berbagai media
komunikasi.
2. Fungsi prediksi, yaitu meramalkan kondisi dan permasalahan pendidikan
yang diperkirakan akan muncul pada masa yang akan datang. Sejalan dengan
itu, tuntutan masyarakat akan berubah dan berkembang akibat bekerjanya
faktor-faktor internal dan eksternal yang masuk kedalam masyarakat melalui
berbagai media komunikasi. Fungsi prediksi ini amat diperlukan dalam
perencanaan pengembangan pendidikan guna mengantisipasi kondisi dan
tantangan baru.
3. Fungsi utilisasi, yaitu menangani permasalahan-permasalahan yang dihadapi
dalam kehidupan masyarakat seperti masalah lapangan kerja dan
pengangguran, konflik sosial, kerusakan lingkungan, dan lain-lain yang
memerlukan dukungan pendidikan, dan masalah penyelenggaraan pendidikan
sendiri.
Jadi, secara umum Sosiologi Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan
fungsi-fungsinya selaku ilmu pengetahuan (pemahaman eksplanasi, prediksi,
danutilisasi) melalui pengkajian tentang keterkaitan fenomena-fenomena social
dan pendidikan, dalam rangka mencari model-model pendidikan yang lebih
fungsional dalam kehidupan masyarakat. Secara khusus, Sosiologi Pendidikan
berusaha untuk menghimpun data dan informasi tentang interaksi sosial di antara
orang-orang yang terlibat dalam institusi pendidikan dan dampaknya bagi
peserta didik, tentang hubungan antara lembaga pendidikan dan komunitas
sekitarnya, dan tentang hubungan antara pendidikan dengan pranata kehidupan
lain.
A. Konsep Sosiologi
Secara estimologis ‘Sosilogi’ berasal dari bahasa Latin dan Yunani,
yakni kata ‘socius’ dan ‘logos’. ‘Socius’ (Yunani) yang berarti ‘kawan’,
‘berkawan’, ataupun ‘bermasyarakat’, sedangkan ‘logos’ berarti ‘ilmu’ atau bisa
juga ‘berbicara tentang sesuatu’. Dengan demikian secara harfiah istilah
“sosiologi” dapat diartikan ilmu tentang masyarakat. Sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok
dan struktur sosialnya.
Secara terminologis, beberapa ahli mendefinisikan sosiologi secara agak
berbeda. Marx Weber memandang sosiologi sebagai studi tentang tindakan
sosial antar hubungan sosial. Sebagai ilmu yang berusaha untuk menafsirkan dan
memahami (interpretative understanding) tindakan sosial serta hubungan sosial
untuk sampai pada penjelasan kausal. Pitirim A. Sorokin mengatakan bahwa
sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari: (a) Hubungan dan pengaruh
timbal balik antara aneka ragam gejala-gejala sosial (misal: antara gejala
ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral; hukum dengan ekonomi; dan
gerakan masyarakat dengan politik); (b) Hubungan dan pengaruh timbal balik
antara gejala-gejala sosial dengan gejala-gejala non sosial (misal: gejala
geografis dan biologis).
Dari berbagai definisi yang dikemukan oleh para ahli dapatlah
disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat atau cabang ilmu
sosial yang mempelajari secara sistematik kehidupan bersama manusia yang
ditinjau dan diamati dengan menggunakan metode empiris yang di dalamnya
terkandung studi tentang kelompok-kelompok manusia, tatanan sosial,
perubahan sosial, sebab-sebab sosial, dan segala fenomena sosial yang
mempengaruhi perilaku manusia. Jadi sosiologi dapat dipahami sebagai ilmu
yang mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain
dalam kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat
atau sosial di suatu wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain.
B. Interaksi Sosial
1. Pengertian
Interaksi social merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok.
Ciri-ciri interaksi sosial menurut Charles P. Loomis:
a. Jumlah pelaku dua orang atau lebih.
b. Adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol atau
lambang.
c. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini, dan
masa yang akan datang.
d. Adanya tujuan yang hendak dicapai sebagai hasil dari interaksi tersebut.
2. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial :
a. Kontak Sosial
b. Sifat-sifat kontak sosial:
c. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif.
d. Kontak sosial positif : mengarah pada suatu kerjasama.
e. Kontak sosial negatif : mengarah pada suatu pertentangan atau konflik.
f. Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder.
g. Kontak sosial primer : bertemu muka secara langsung. Contohnya :
kontak guru dan siswa didalam kelas, jabat tangan, dsb.
h. Kontak sosial sekunder : melalui suatu perantara. Contoh : menitipkan
pesan lewat teman.
Komunikasi merupakan hal terpenting dalam komunikasi yaitu adanya
kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan fisik,
atau sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan. 5 unsur pokok dalam
komunikasi yakni komunikator, komunikan, pesan, media, dan efek. Tiga
tahap penting dalam proses komunikasi :
1) Encoding : Gagasan yang akan dikomunikasikan yang diwujudkan
dalam bentuk kalimat atau gambar.
2) Penyampaian.
3) Decoding : Proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar yang
diterima.
3. Faktor-faktor Pendorong Interaksi Sosial
1) Imitasi merupakan suatu tindakan meniru orang lain, baik dalam sikap
maupun tingkah laku. Contoh : gaya bicara, tingkah laku, pola pikir,
model rambut, dsb.
2) Sugesti merupakan pemberian pengaruh berupa pandangan, sikap,
maupun perilaku sehingga orang yang mendapat pengaruh tersebut akan
mengikuti tanpa berpikir panjang. Sugesti berasal dari:
a. Orang yang berwibawa, kharismatik atau yang punya pengaruh
terhadap yang dipengaruhi, seperti orangtua, ulama, dsb.
b. Orang yang mempunyai status lebih tinggi dari yang disugesti.
c. Kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas.
d. Reklame atau iklan di media massa.
Faktor-faktor seseorang mudah disugesti yakni antara lain: terhambatnya
daya pikir kritis, kemampuan atau keadaan berpikir terpecah belah, orang
yang ragu-ragu.
3) Identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk
menjadi sama dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan). Proses
identifikasi dapat membentuk kepribadian seseorang.
4) Simpati merupakan proses dimana seseorang merasa tertarik kepada
pihak lain. Dalam proses simpati, seseorang turut merasakan apa yang
dialami orang lain.
5) Empati merupakan simpati mendalam yang dapat mempengaruhi
kejiwaan dan fisik seseorang. Ex: pada suku Asmat dan Dani di Papua,
ada tradisi potong jari untuk menghormati dan merasakan kepedihan
keluarga yang sedang berkabung.
4. Hubungan Antara Keteraturan Sosial dan Interaksi Sosial
Keteraturan social merupakan hubungan yang selaras dan serasi antara
interaksi sosial, nilai sosial, dan norma sosial. Tahap-Tahap Pencapaian
Keteraturan Sosial :
a. Tertib Sosial merupakan kondisi kehidupan suatu masyarakat yang
aman, dinamis, dan teratur dimana setiap individu bertindak sesuai hak
dan kewajibannya.
b. Order merupakan sistem norma dan nilai sosial yang berkembang,
diakui, dan dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat.
c. Keajegan merupakan suatu kondisi keteraturan yang tetap dan tidak
berubah sebagai hasil dari hubungan antara tindakan, nilai dan norma
sosial yang berlangsung secara terus menerus.
d. Pola merupakan corak hubungan sosial yang tetap dalam interaksi
sosial.
5. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Dua macam Proses Interaksi Sosial menurut Gillin:
1) Proses Asosiatif (bersekutu) merupakan proses menuju terbentuknya
persatuan atau integrasi sosial.
2) Proses Disasosiatif (memisahkan) merupakan sering disebut juga sebagai
proses oposisi yang berarti cara berjuang melawan seseorang atau
sekelompok orang yang mencapai tujuan tertentu.
6. Interaksi Sosial Yang Bersifat Asosiatif
Kerja sama merupakan suatu usaha bersama antarindividu atau kelompok
untuk mencapai tujuan bersama. Berdasarkan pelaksanaannya, kerja sama
memiliki 5 bentuk yakni Kerukunan atau gotong royong, Bargaining,
Kooptasi, Koalisi, dan Joint-Venture.
Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan
tanpa menghancurkan lawan. Bentuk-bentuk akomodasi, sebagai berikut:
Koersi, Kompromi, Arbitrasi, Mediasi, Konsiliasi, Toleransi, Stalemate,
Segregasi, Ajudikasi, Eliminasi, Domination, Keputusan Mayoritas,
Minority Consent, Konversi, dan Genjatan Senjata.
Asimilasi merupakan usaha-usaha untuk mengurangi perbedaan antar
individu atau antar kelompok guna mencapai suatu kesepakatan berdasarkan
kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
+ =
Pembauran budaya dimana 2 kelompok meleburkan kebudayaan mereka
sehingga melahirkan 1 kebudayaan yang baru.
Akulturasi merupakan perpaduan 2 kebudayaan yang berbeda dan
membentuk suatu kebudayaan baru dengan tidak menghilangkan ciri
kepribadian masing-masing.
+ =
C. Struktur Sosial
1. Pengertian menurut para Ahli
George C. Homan, Mengaitkan struktur sosial dengan perilaku elementer
(mendasar) dalam kehidupan sehari-hari.
Talcott Parsons, Berpendapat bahwa struktur sosial adalah keterkaitan
antarmanusia.
Coleman, Melihat struktur sosial sebagai sebuah pola hubungan
antarmanusia dan antarkelompok manusia.
Kornblum, Menekankan konsep struktur sosial pada pola perilaku
individu dan kelompok, yaitu pola perilaku berulang-ulang yang
menciptakan hubungan antarindividu dan antarkelompok dalam
masyarakat.
Soerdjono Soekanto, Melihat struktur sosial sebagai sebuah hubungan
timbal balik antara posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan.
Abdul Syani, Melihat struktur sosial sebagai sebuah tatanan sosial dalam
kehidupan masyarakat. Tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat
merupakan jaringan dari unsur-unsur sosial yang pokok, seperti
kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, stratifikasi sosial,
kekuasaan, dan wewenang.
Gerhard Lenski, Mengatakan bahwa struktur sosial masyarakat diarahkan
oleh kecenderungan panjang yang menandai sejarah.
2. Unsur-Unsur Struktur Sosial
Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dalam suatu masyarakat
yang tertata dalam suatu struktur yang cenderung bersifat tetap. Tatanan
sosial dalam kehidupan masyarakat itu diharapkan dapat berfungsi dengan
baik, sehingga akan tercipta suatu keteraturan, ketertiban, dan kedamaian
dalam hidup bermasyarakat. Untuk mewujudkannya diperlukan adanya
unsur-unsur tertentu. Apa saja unsur yang terdapat dalam suatu struktur
sosial dalam masyarakat? Menurut Charles P. Loomis, struktur sosial
tersusun atas sepuluh unsur penting berikut ini.
a. Adanya pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki oleh para anggota
masyarakat yang berfungsi sebagai alat analisis dari anggota masyarakat.
b. Adanya perasaan solidaritas dari anggota-anggota masyarakat
c. Adanya tujuan dan cita-cita yang sama dari warga masyarakat.
d. Adanya nilai-nilai dan norma-norma sosial yang dijadikan sebagai
patokan dan pedoman bagi anggota masyarakat dalam bertingkah laku.
e. Adanya kedudukan dan peranan sosial yang mengarahkan pola-pola
tindakan atau perilaku warga masyarakat.
f. Adanya kekuasaan, berupa kemampuan memerintah dari anggota
masyarakat yang memegang kekuasaan, sehingga sistem sosial dapat
berlanjut.
g. Adanya tingkatan dalam sistem sosial yang ditentukan oleh status dan
peranan anggota masyarakat.
h. Adanya sistem sanksi yang berisikan ganjaran dan hukuman dalam
sistem sosial, sehingga norma tetap terpelihara.
i. Adanya sarana atau alat-alat perlengkapan sistem sosial, seperti pranata
sosial dan lembaga.
j. Adanya sistem ketegangan, konflik, dan penyimpangan yang menyertai
adanya perbedaan kemampuan dan persepsi warga masyarakat.
3. Fungsi Struktur Sosial
Dalam sebuah struktur sosial, umumnya terdapat perilaku perilaku sosial
yang cenderung tetap dan teratur, sehingga dapat dilihat sebagai pembatas
terhadap perilaku-perilaku individu atau kelompok. Individu atau kelompok
cenderung menyesuaikan perilakunya dengan keteraturan kelompok atau
masyarakatnya. Seperti dikatakan di atas, bahwa struktur sosial merujuk
pada suatu pola yang teratur dalam interaksi sosial, maka fungsi pokok dari
struktur sosial adalah menciptakan sebuah keteraturan sosial yang ingin
dicapai oleh suatu kelompok masyarakat. Sementara itu, Mayor Polak
menyatakan bahwa struktur sosial dapat berfungsi sebagai berikut.
a. Pengawas sosial, yaitu sebagai penekan kemungkinan-kemungkinan
pelanggaran terhadap norma, nilai, dan peraturan kelompok atau
masyarakat. Misalnya pembentukan lembaga pengadilan, kepolisian,
lembaga adat, lembaga pendidikan, lembaga agama, dan lain-lain.
b. Dasar untuk menanamkan suatu disiplin sosial kelompok atau
masyarakat karena struktur sosial berasal dari kelompok atau masyarakat
itu sendiri. Dalam proses tersebut, individu atau kelompok akan
mendapat pengetahuan dan kesadaran tentang sikap, kebiasaan, dan
kepercayaankelompok ataumasyarakatnya. Individu mengetahui dan
memahami perbuatan apa yang dianjurkan oleh kelompoknya dan
perbuatan apa yang dilarang oleh kelompoknya.
4. Ciri-Ciri Struktur Sosial
Segala sesuatu pasti memiliki ciri-ciri tersendiri yang membedakan
dengan sesuatu yang lain. Misalnya masyarakat desa mempunyai ciri-ciri
tersendiri, seperti bersifat gotong royong, mengutamakan kebersamaan,
tidak ada spesialisasi dalam pembagian kerja, dan lain-lain yang
membedakan dengan masyarakat perkotaan yang cenderung individualistis
dan adanya pembagian pekerjaan sesuai dengan keahlian. Begitupun juga
dalam struktur sosial. Abdul Syani menyebutkan bahwa ada beberapa cirri
struktur sosial, di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Struktur sosial mengacu pada hubungan-hubungan social yang dapat
memberikan bentuk dasar pada masyarakat dan memberikan batas-batas
pada aksi-aksi yang kemungkinan besar dilakukan secara organisatoris.
b. Struktur sosial mencakup semua hubungan sosial di antara individu-
individu pada saat tertentu. Artinya segala Bentuk pola interaksi sosial
dalam masyarakat telah tercakup dalam suatu struktur sosial.
c. Struktur sosial merupakan realitas sosial yang bersifat statis, sehingga
dapat dilihat sebagai kerangka tatanan dari berbagai bagian tubuh yang
membentuk struktur. Misalnya dalam sebuah organisasi terdapat ketua,
wakil ketua, sekretaris, bendahara, dan seksi-seksi yang kesemuanya
membentuk suatu struktur.
d. Struktur sosial merupakan tahapan perubahan dan perkembangan
masyarakat yang mengandung dua pengertian, yaitu sebagai berikut.
Pertama, di dalam struktur sosial terdapat peranan yang bersifat empiris
dalam proses perubahan dan perkembangan. Kedua, dalam setiap
perubahan dan perkembangan tersebut terdapat tahap perhentian, di
mana terjadi stabilitas, keteraturan, dan integrasi sosial yang
berkesinambungan sebelum kemudian terancam oleh proses
ketidakpuasan dalam tubuh masyarakat.
5. Elemen Dasar Struktur Sosial
Pada dasarnya, struktur sosial memiliki empat komponen atau elemen
dasar, yaitu status sosial, peranan, kelompok, dan institusi.
Status kelompok
sosial
Stuktur
sosial
Peran
sosial institusi
D. Institusi Sosial
1. Pengertian
Istilah Institusi berasal dari kata Intitution yang menunjuk pada
pengertian tentang suatu yang telah mapan. Dalam pengertian sosiologis,
intitusi dapat dilukiskan sebagai suatu organ yang berfungsi dalam
kehidupan masyarakat. Lembaga-lembaga pada mulanya terbentuk dari suatu
kebiasaan yang dilakuan terus-menerus sampai menjadi adat-istiadat,
kemudian berkembang menjaadi tata kelakuan. Menurut Hoarton dan Hunt,
Lembaga sosial (institutation) bukanlah sebuah bangunan, bukan kumpulan
dari sekelompok orang, dan bukan sebuah organisasi. Lembaga
(institutations) adalah suatu system norma untuk mencapai suatu tujuan atau
kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting atau secara formal,
sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan
pokok manusia. Dengan kata lain Lembaga adalah proses yang terstruktur
(tersusun} untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu. Pendapat para
tokoh tentang Difinisi Lembaga sosial :
Koentjaraningkrat : Pranata social adalah suatu system tatakelakuan dan
hubungan yang berpusat kepada akatifitas social untuk memenuhi
kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.
Leopold Von Weise dan Becker : Lembaga sosial adalah jaringan proses
hubungan antar manusia dan antar kelompok yang berfungsi memelihara
hubungan itu beserta pola-polanya yang sesuai dengan minat
kepentingan individu dan kelompoknya.
Robert Mac Iver dan C.H. Page : Lembaga sosial adalah prosedur atau
tatacara yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia
yang tergabung dalam suatu kelompok masyarakat.
Soerjono Soekanto, Pranata sosial adalah himpunana norma-norma dari
segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam
kehiduppan masyarakat.
2. Proses-Proses Pertumbuhan Kelembagaan (Institusi)
Dalam sosiologi dikenal ada empat tingkatan dalam proses pelembagaan,
yaitu sebagai berikut.
1) Cara (usage) yang menunjuk pada suatu perbuataan.
2) Cara membuat ini berlanjut dilakukan sehingga menjadi suatu kebiasaan
(fokways), yaitu perbuatan yang selalu diulang-ulang di setia usaha
mencapai tujuan tertentu.
3) Apabila kebiasaan itu kemusian diterima sebagai patokan atau norma
pengatur kelakuan bertindak, maka di dalamnya sudah terdapat unsur
pengawas dan jika terjadi penyimpangan, pelakunya akan dikenakan
sanksi.
4) Tata kelakuan yang semakin kuat yang mencerminkan kekuatan pola
masyarakat yang mengikata para anggotanya. Tata kelakuan semacam ini
di sebut adat-istiadat, maka ia akan mendapat sanksi yang lebih keras. Di
Lampung misalnya, suatu keaiban atau pantangan apabila seorang gadis
sengaja mendatangi pria idamannnya karena rindu yang tidak tertahan,
bahkan ia dapat dikucilkan dari hubungan bujang gadis lainnya yang di
anggap tidak suci.
Kemudian pendapat lain tentang timbulnya institusi sosial dapat
terjadi melalui 2 cara yang pada dasarnya ada kesamaan antara
keduanya, yaitu : secara tidak terencana dan secara terencana. Secara
tidak terencana maksudnya adalah institusi itu lahir secara bertahap
dalam kehidupan masyarakat, biasanya hal ini terjadi ketika masyarakat
dihadapkan pada masalah atau hal-hal yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan hidup yang sangat penting. Contohnya adalah
dalam kehidupan ekonomi dimasa lalu, untuk memperoleh suatu barang
orang menggunakan system barter, namun karena dianggap sudah tidak
efisien dan menyulitkan, maka dibuatlah uang sebagai alat pembayaran
yang diakui masyarakat, hingga muncul lembaga ekonomi seperti bank
dan sebagainya. Untuk dapat membedakan kekuatan tingkatan mengikat
norma secara sosiologis dikenal empat macam norma :
1) Cara (usage) . Norma ini menunjukan suatu bentuk perbuatan dan
mempunyai kekuatan sangat lemah. Cara (usage) lebih menonjol dalam
hubungan antar individu dalam masyarakat. Suatu penyimpangan
terhadap norma ini tidak akan mengakibatkan hukuman tetapi biasanya
dapat celaan. Contoh cara makan yang berisik, minim sambil bersuara
dll.
2) Kebiasaan folkways) menunjukan pada perbuatan yang diulang-ulang
dalam bentuk yang sama. Contoh orang yang mempunyai kebiasaan
memberikan hormat kepada orang yang lebih tua usianya dll.
3) Adat istiadat (custom) Tata kelakuan yang telah berlangsung lama dan
terintegrasi secara kuat dengan pola perilaku masyrakat dapat
meningkatkan kekuatan normatifnya menjadi adat istiadat.
3. Tipe-Tipe lembaga social
1) Berdasarkan sudut perkembangan
a. Cresive institution yaitu istitusi yang tidak sengaja tumbuh dari adat
istiadat masyarakat. Contoh institusi agama, pernikahan dan hak
milik.
b. Enacted institution yaitu institusi yang sengaja dibentuk untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Contohnya institusi pendidikan
2) Berdasarkan sudut nilai yang diterima oleh masyarakat.
a. Basic institutions yaitu institusi social yang dianggap penting untuk
memlihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat.
Contohnya keluarga, sekolah, Negara dianggap sebagai institusi
dasar yang pokok.
b. Subsidiary institutions yaitu institusi social yang berkaitan dengan
hal-hal yang dianggap oleh masyarakat kurang penting dan berbeda
di masing-masing masyarakat.
3) Berdasarkan sudut penerimaan masyarakat .
a. Approved atau social sanctioned institutions yaitu institusi social
yang diterima oleh masyarakat misalnya sekolah atau perusahaan
dagang.
b. Unsanctioned institutions yaitu institusi yang ditolak masyarakat
meskipun masyarakat tidak mampu memberantasnya. Contoh
organisasi kejahatan.
4) Berdasarkan sudut penyebarannya.
a. General institutions yaitu institusi yang dikenal oleh sebagian besar
masyarakat. Contohnya institusi agama.
b. Restrikted institutions intitusi social yang hanya dikenal dan dianut
oleh sebagian kecil masyarakat tertentu. Contohnya islam, protestan,
katolik dan budha.
5) Berdasrkan sudut fungsinya
a. Operative institutions yaitu institusi yang berfungsi menghimpun
pola-pola atau cara- cara yang diperlukan dari masyarakat yang
bersangkutan. Contoh institusi ekonomi.
b. Regulative institutions yaitu institusi yang bertujuan mengawasi adat
istiadat atau tata kelakuan dalam masyarakat. Contoh institusi
hukum dan poltik seperti pengadilan dan kejaksaan.
4. Unsur-Unsur Dalam Lembaga Sosial
Persamaan diantara berbagai lembaga tersebut karena fungsinya yang
agak sama yaitu mengkonsolidasikan dan menstabilisasikan. Untuk
melaksanakan fungsi ini dipergunakan teknik-teknik yang agak
sama. Teknik-teknik tersebut antara lain:
1) Tiap-tiap lembaga mempunyai lambing-lambangnya. Negara mempunyai
bendera, Agama mempunyai lambing bulan sabit berbintang, salib,
swastika dan sebagainya. Selain itu gedung-gedung sering menjadi
semacam lambing pula, seperti Gedung Putih di Washington, Kremlin di
Mokswa Downing street di London, dan lain-lain.
2) Lembaga-lembaga kebanyakan mengenal pula upacara-upacara dank
ode-kode kelakuan formil, berupa sumpah-sumpah, ikrar-ikrar,
penbacaan kewajiban-kewajiban dan sebagainya. Maksud dari kode-kode
formil dan upacara-upacara demikian itu adalah untuk menginsafkan
peranan-peranan sosial yang dibebankan oleh lembaga-lembaga itu
kepada para anggota masyarakat. Kode formil tersebut hanya merupakan
suatu pedoman bagi segenap tindak-tanduk yang diperlukan dalam
berbagai situasi untuk menjalankan suatu peranan sosial sebagaimana
dikehendakinya oleh suatu lembaga.
3) Tiap-tiap lembaga mengenal pula pelbagai nilai-nilai beserta
rasionalisasi-rasionalisasi atau sublimasi-sublimasi yang membenarkan
atau mengagungkan peranan-peranan sosial yang dikehendaki oleh
lembaga-lembaga itu.
5. Institusi Dalam Keluarga
Keluarga adalah unit social yang terkecil dalam masyarakat. Dan juga
institusi pertama yang dimasuki seorang manusia ketika dilahirkan.
a. Proses terbentuknya Keluarga.
Pada umumnya keluarga terbentuk melalui perkawinan yang sah
menurut agama, adat atau pemerintah dengan proses seperti diawali
dengan adnya interaksi antara pria dan wanita, interaksi dilakukan
berulang-ulang, lalu menjadi hubungan social yang lebih intim sehingga
terjadi proses perkawinan. Setelah terjadi perkawinan, terbentuklah
keturunan , kemudian terbentuklah keluarga inti Yang menjadi
pertanyaan adalah bagaimana hubungan antara lembaga keluarga dengan
lembaga agama
b. Tujuan Perkawinan.
Untuk mendapatkan keturunan. Untuk meningkat derajat dan
status sosial baik pria maupun wanita. mendekatkan kembali hubungan
kerabat yang sudah renggang. Agar harta warisan tidak jatuh ke orang
lain.
c. Fungsi keluarga
Fungsi Reproduksi artinya dalam keluarga anak-anak merupakan
wujud dari cinta kasih dan tanggung jawab suami istri meneruskan
keturunannya.
Fungsi sosialisasi artinya bahwa keluarga berperan dalam
membentuk kepribadian anak agar sesuai dengan harapan orang tua
dan masyarakatnya. Keluarga sebagai wahana sosialisasi primer
harus mampu menerapakan nilai dan norma masyarakat melalui
keteladanan orang tua.
Fungsi afeksi artinya didalam keluarga diperlukan kehangatan rasa
kasih saying dan perhatian antar anggota keluarga yang merupakan
salah satu kebutuhan manusia sebagai makluk berpikir dan bermoral
(kebutuhan integratif) apabila anak kurang atau tidak
mendapatkannya , kemungkinan ia sulit untuk dikendalikan nakal,
bahkan dapat terjerumus dalam kejahatan.
Fungsi ekonomi artinya bahwa keluarga terutama orang tua
mempunyai kewajiban ekonomi seluaruh keluarganya . Ibu sebagai
sekretaris suami didalam keluarga harus mampu mengolah keuangan
sehingga kebutuahan dalam rumah tangganya dapat dicukupi.
Fungsi pengawasan social artinya bahwa setiap anggota keluarga
pada dasarnya saling melakukan control atau pengawasan karena
mereka memiliki rasa tanggung jawab dalam menjaga nama baik
keluarga .
Fungsi proteksi (perlindungan) artinya fungsi perlindungan sangat
diperlukan keluarga terutma anak , sehigngga anak akan merasa
aman hidup ditengah-tengah keluarganya. Ia akan merasa terlindungi
dari berbagai ancaman fisik mapun mental yang dating dari dalam
keluarga maupun dari luar keluarganya.
Fungsi pemberian status artinya bahwa melalui perkawinan
seseorang akan mendapatkan status atau kedudukan yang baru di
masyarakat yaitu suami atau istri. Secara otomatis mereka akan
diperlakukan sebagai orang yang telah dewasa dan mampu
bertanggung jawab kepada diri, keluarga, anak-anak dan
masyarakatnya.
d. Peran dan fungsi lembaga pendidikan
1) Fungsi manifestasi pendidikan
a. MMenolong mengembangkan potensinya demi pemenuhan
kebutuhan hidupnya.
b. Melestarikan kebudayaan dengan caramengajarkannya dari
generasi kegenerasi berikutnya.
c. Merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran
ketrampilan berbicara dan mengembangkan cara berpikir
rasional.
d. Memperkaya kehidupan dengan cara menciptakan
kemungkainan untuk berkembangnya cakrawala intelektual dan
cinta rasa keindahan.
e. Meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri melalui
bimbingan pribadi dan berbagai kursus
f. Menciptakan warga Negara yang patreotik melalui pelajaran
yang menggambarkan kejayaan bangsa.
g. Membentuk kepribadian yaitu susunan unsur dan jiwa yang
menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap
individu.
2) Fungsi lembaga Dalam Pendidikan.
Fungsi ini berkaitan dengan fungsi lembaga pendidikan secara
tersembunyi yaitu menciptakan atau melahirkan kedewasaan peserta
didik. Singkat kata bahwa fungsi pendidikan yang berkaitan dengan
fungsi yang nyata (manifest) adalah :
a. Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah
b. Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan
bagi kepentaingan masyarakat.
c. Melestarikan kebudayaan
d. Menanamkan ketrampilan yang perlu bagi partisipasi dalam
demokrasi.
E. Perubahan Sosial
Diusulkan pada abad ke-19, evolusi sosial, yang kadang-kadang disebut
sebagai Evolusi Unilineal, adalah teori pertama yang dikembangkan untuk
antropologi. Teori ini menyatakan bahwa masyarakat berkembang menurut satu
tatanan universal evolusi budaya, meskipun dengan kecepatan yang berbeda,
yang menjelaskan mengapa ada berbagai jenis masyarakat yang ada di dunia. E.
B. Tylor, Lewis Henry Morgan, dan Herbert Spencer (seorang sosiolog) adalah
evolusionis sosial abad ke-19 yang paling terkenal. Mereka mengumpulkan data
dari misionaris dan pedagang; mereka sendiri jarang pergi ke masyarakat yang
mereka analisis. Mereka mengatur data bekas ini dan menerapkan teori umum
yang mereka kembangkan ke semua masyarakat.
Evolusionis sosial mengidentifikasi tahapan evolusi universal untuk
mengklasifikasikan masyarakat yang berbeda sebagai dalam keadaan
kebiadaban, barbarisme, atau peradaban. Morgan lebih lanjut membagi
kebiadaban dan barbarisme ke dalam sub-kategori: rendah, menengah, dan
tinggi. Tahapan tersebut terutama didasarkan pada karakteristik teknologi, tetapi
mencakup hal-hal lain seperti organisasi politik, perkawinan, keluarga, dan
agama. Karena masyarakat Barat memiliki teknologi paling maju, mereka
menempatkan masyarakat tersebut pada peringkat peradaban tertinggi.
Masyarakat pada tahap kebiadaban atau barbarisme dipandang secara inheren
lebih rendah dari masyarakat yang beradab. Teori evolusi sosial Spencer, yang
sering disebut sebagai Darwinisme Sosial tetapi disebut filsafat sintetik,
mengusulkan bahwa perang mendorong evolusi, menyatakan bahwa masyarakat
yang melakukan lebih banyak peperangan adalah yang paling berevolusi. Dia
juga menciptakan frase "survival of the fittest" dan menganjurkan agar
masyarakat dapat bersaing, sehingga memungkinkan yang paling cocok dalam
masyarakat untuk bertahan hidup. Dengan ide-ide ini, Spencer menentang
kebijakan sosial yang akan membantu orang miskin. Para ahli egenetika
menggunakan ide Spencer untuk mempromosikan pembersihan intelektual dan
etnis sebagai kejadian 'alami'.
Ada dua asumsi utama yang tertanam dalam evolusionisme sosial:
kesatuan psikis dan keunggulan budaya Barat. Kesatuan psikis adalah konsep
yang menunjukkan bahwa pikiran manusia memiliki karakteristik serupa di
seluruh dunia. Artinya, semua orang dan masyarakatnya akan melalui proses
perkembangan yang sama. Asumsi superioritas Barat bukanlah hal yang aneh
untuk periode waktu tersebut. Asumsi ini berakar dalam pada kolonialisme
Eropa dan berdasarkan fakta bahwa masyarakat Barat memiliki teknologi yang
lebih canggih dan keyakinan bahwa Kristen adalah agama yang benar.
Evolusionis abad kesembilan belas berkontribusi pada antropologi
dengan memberikan metode sistematis pertama untuk memikirkan dan
menjelaskan masyarakat manusia; akan tetapi, para antropolog kontemporer
memandang evolusionisme abad kesembilan belas terlalu sederhana untuk
menjelaskan perkembangan masyarakat di dunia. Secara umum, evolusionis
abad kesembilan belas mengandalkan pandangan rasis tentang perkembangan
manusia yang populer saat itu. Misalnya, baik Lewis Henry Morgan dan E. B.
Tylor percaya bahwa orang-orang di berbagai masyarakat memiliki tingkat
kecerdasan yang berbeda, yang mengarah pada perbedaan sosial, pandangan
tentang kecerdasan yang tidak lagi berlaku dalam sains kontemporer.
Evolusionisme abad kesembilan belas diserang keras oleh para partikular sejarah
karena dianggap spekulatif dan etnosentris pada awal abad ke-20. Pada saat yang
sama, pendekatan materialis dan pandangan lintas budaya mempengaruhi
Antropologi Marxis dan Neo-evolusionis.
F. Lapisan Sosial
Stratifikasi sosial adalah pembedaan atau pengelompokan para
anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat). Menurut
sosiolog Italia, Gaetano Mosca bahwa pembedaan di dalam masyarakat ini
terkait dengan konsep kekuasaan, yakni ada sekelompok orang memang
berkuasa atas kelompok orang yang lain. Selain terkait dengan konsep
kekuasaan, stratifikasi sosial juga memiliki keterkaitan dengan konsep status
sosial - sebuah konsep yang dikemukakan oleh antropolog Amerika Serikat,
Ralph Linton. Dengan adanya status sosial, baik itu status utama (master status),
status yang diraih (achieved status), dan status yang diperoleh (ascribed status).
Adanya perbedaan-perbedaan status sosial itu juga turut mempengaruhi
pembentukan stratifikasi social.
Stratifikasi sosial menurut Pitirim Sorokin adalah perbedaan penduduk
atau masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).
Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul Social
Stratification mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu
merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah
penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke
dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan
prestise.
Statifikasi sosial menurut Max Weber adalah stratifikasi sosial sebagai
penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke
dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan
prestise.
Stratifikasi sosial menurut Astried S. Susanto adalah hasil kebiasaan
hubungan antarmanusia secara teratur dan tersusun sehingga setiap orang
mempunyai situasi yang menentukan hubungannya dengan orang baik secara
vertikal maupun mendatar.
Stratifikasi sosial menurut D. Hendropuspito adalah tatanan vertikal
berbagai lapisan sosial berdasarkan tinggi rendahnya kedudukan. Proses
terbentunknya stratifikasi sosial terjadi melalui dua cara; (1) terjadi secara
alamiah selaras dengan pertumbuhan masyarakat, dan (2) terjadi secara
disengaja atau direncanakan manusia. Ukuran atau kriteria yang menonjol atau
dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial adalah sebagai berikut.
1) Ukuran kekayaan
Ukuran kekayaan adalah kepemilikan harta benda seseorang dilihat dari
jumlah materiil saja. Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan
ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang
ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk
lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, yang
tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah.
Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal,
benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun
kebiasaannya dalam berbelanja,serta kemampuannya dalam berbagi kepada
sesame
2) Ukuran kekuasaan dan wewenang
Ukuran kekuasaan dan wewenang adalah kepemilikan kekuatan
atau power seseorang dalam mengatur dan menguasai sumber produksi atau
pemerintahan. Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling
besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam
masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari
ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat
menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan
wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
3) Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat diukur dari gelar kebangsawanan atau dapat
pula diukur dari sisi kekayaan materiil. Orang-orang yang disegani atau
dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial
masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat
tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak
jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang
berprilaku dan berbudi luhur.
4) Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota
masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling
menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem
pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu
pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan),
atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur,
doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun
sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang
disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya,
sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar
untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi,
menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.
Jenis-Jenis Stratifikasi Sosial
Ada beberapa jenis stratifikasi sosial dalam masyarakat, biasanya hal ini
terkait dengan nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat tersebut.
Berikut ini adalah jenis-jenis stratifikasi sosial yang dijabarkan oleh
sosiolog Universitas Indonesia, Kamanto Sunarto.
1) Stratifikasi usia (age stratification). Dalam sistem stratifikasi ini anggota
masyarakat yang lebih muda memiliki hak dan kewajiban yang berbeda
dengan anggota masyarakat yang lebih tua, contohnya anak sulung akan
mendapatkan prioritas lebih dibandingkan anak bungsu, hal ini dapat
dilihat dari sistem ahli waris di beberapa kerajaan di dunia. Di Britania
Raya, Ratu Elizabeth II menjadi Ratu Inggris karena ia merupakan putri
sulung Raja George VI. Lalu di Jepang ada Akihito yang menjadi Kaisar
Jepang setelah ayahnya, Hirohito mangkat.
2) Stratifikasi jenis kelamin (sex stratification). Hal ini terkait dengan jenis
kelamin seseorang, dimana antara laki-laki dan perempuan memiliki hak
dan kewajiban yang berbeda-beda, dan bahkan terkadang cenderung
hirarkis. Dalam masyarakat patriatki, kedudukan laki-laki berada di atas
perempuan, sementara dalam struktur masyarakat matriarki, perempuan-
lah yang ada di atas laki-laki. Stratifikasi jenis ini sering bersinggungan
dengan masalah-masalah gender.
3) Stratifikasi agama (religious stratification). Stratifikasi jenis ini terkait
dengan kedudukan agama atau kepercayaan yang dianut oleh
sekelompok individu, terhadap agama atau kepercayaan kelompok lain.
4) Stratifikasi etnis (ethnic stratification). Stratifikasi ini berhubungan
dengan posisi kelompok etnis tertentu, terhadap kelompok etnis lainnya.
5) Stratifikasi ras (racial stratification). Stratifikasi ini menekankan pada
aspek ras manusia sebagai pondasi membentuk struktur masyarakat.
Stratifikasi ini adalah sisa-sisa dari
periode imperialisme dan kolonialisme, misalkan
politik apartheid di Afrika Selatan maupun masa-
masa holokaus saat Jerman Nazi berkuasa di Eropa.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Idi & Toto Suharto, 2006,Revitalisasi Pendidikan Islam, Tiara Wacana,
Yogyakarta.
Agus Sudarsono & Agustina T.W., 2016, Pengantar Sosiologi, UNY, Yogyakarta.
Ali Maksum, 2013, Sosiologi Pendidikan, UIN Sunan Ampel, Surabaya.
Maryati,Kun,.Sosiologi :KelompokPeminatanIlmu
- IlmuSosialuntukSMA/MA.2,[Schülerband]KelasXI.Suryawati,Juju,(edisike-
Kurikulum2013,SekolahMenengahAtas/MadrasahAliyah).Jakarta. ISBN978-
602-254-134-9. OCLC958873421
Marzuki,S.(1997).HukumModern"InsitusiSosial".TemaUtama,37-43.
Muhammad Arif, 2008,Pendidikan Islam Transformatif,LKiS, Yogyakarta.
Nasution, S., 2010, Sosiologi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta.
Raharjo,Puji(2009). SosiologiuntukSMAdanMAkelasXI
(PDF).Jakarta:PusatPerbukuanDepartemenPendidikanNasional.hlm. 21.
ISBN978-979-068-751-6.
SosiologiUNP.(2021,Maret26).RetrievedfromSosiologi:http://sosiologi.fis.unp.ac.id/ima
ges/download/BAHAN/STRUKTUR%20SOSIAL%20INDONESIA.pdf
Sunarto2004,hlm. 83 :"Inallsocieties--
fromsocietiesthatremeagerlydevelopedandhavebarelyattainedthedawningofcivil
ization,downtothemostadvancedandpowerfulsocieties--
twoclassesofpeopleappear--aclassthatrulesandaclassthatisruled(Mosca,1939)".
Syani,A.(2012).SosiologiSkematika,Teori,danTerapan,.Jakarta:PT.BumiAksara.
Tjipto Subandi, 2009, Sosiologi dan Sosiologi Pendidikan: Suatu Kajian Boro dari
Perspektif Sosiologis Fenomenologis, UMS Surakarta.
Widianti,Wida(2009). Sosiologi2untukSMAdanMAkelasXIIPS
(PDF).Jakarta:DepartemenPendidikanNasional.hlm. 3. ISBN978-979-068-750-
9.
Wrahatnala,Bondet(2009). Sosiologijilid2untukSMAdanMAkelasXI
(PDF).Jakarta:PusatPerbukuanDepartemenPendidikanNasional.hlm. 19.
ISBN978-979-068-748-6.
Yunus A. Bakar, 2014,Filsafat Pendidikan Islam, UIN Sunan Ampel, Surabaya.
Zaitun, 2016, Sosiologi Pendidikan: Teori dan Aplikasinya, Kreasi Edukasi, Pekanbaru