Oleh
1. Retno Fitriani (153111011)
2. Mufidatur Rahmah (153111027)
3. Pradita Ayu Suwandari (153111028)
PAI 4 A
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Kata Pengantar................................................................................................. ii
Daftar Isi.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
2. Rumusan Masalah................................................................................. 1
3. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
1. Kompetensi Pendidik........................................................................... 3
2. Keutamaan Pendidik dan Peserta Didik.............................................. 4
3. Sifat Kepribadian Pendidik.................................................................. 8
4. Kedudukan Pendidik........................................................................... 18
5. Karakter dan Sifat Peserta Didik......................................................... 20
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan........................................................................................... 27
2. Saran..................................................................................................... 27
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kompetensi pendidik ?
2. Bagaimana keutamaan pendidik dan peserta didik ?
3. Bagaimana sifat kepribadian pendidik ?
4. Bagaimana kedudukan pendidik ?
5. Bagaimana karakter dan sifat peserta didik ?
3. Tujuan
1. Mengetahui kompetensi pendidik.
2. Mengetahui keutamaan pendidik dan peserta didik.
3. Mengetahui sifat kepribadian pendidik.
4. Mengetahui kedudukan pendidik.
5. Mengetahui karakter dan sifat peserta didik
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kompetensi Pendidik
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan
untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Trianto (2006: 62) menyebutkan kompetensi
adalah kemampuan, kecakapan dan ketrampilan yang dimiliki seseorang berkenaan dengan tugas
jabatan maupun profesinya. Dalam Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan dinyatakan bahwa Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain
yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28
ditegaskan bahwa pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis
kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam SNP.
Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Artinya:
“Abu Hurairah meriwatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Apabila manusia telah meningga
l dunia terputuslah amalannya kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat da
n anak saleh yang mendoakannya”. (HR.Muslim, Ahmad, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, dan Al-
Baihaqi)
Dalam hadis diatas terdapat informasi bahwa ada tiga hal yang selalu diberi pahala oleh
Allah pada seseorang, kendatipun ia sudah meninggal dunia. Tiga hal tersebut, yaitu (a) sedekah
jariah (wakaf yang lma kegunaanya), (b) ilmu yang bermanfaat, dan (c) doa yang dimohonkan
oleh anak yang sholeh untuk orang tuanya. Sehubungan dengan pembahasan ini adalah ilmu
yang bermanfaat. Artinya ilmu yang diajarkan oleh seseorang (alim atau guru) kepada orang lain
dan tulisan (karangan) yang dimanfaatkan orang lain.[1] Pahala yang berkelanjutan merupakan
salah satu keutamaan yang akan diperoleh oleh pendidik (guru).
Keutamaan ini diberikan kepada guru karena ia sudah memberikan sesuatu yang sangat vital
dalam kehidupan manusia. Al-Ghazali mengemukakan bahwa Hasan Al-Bashri berkata, “Kalau
sekiranya orang-orang berilmu tidak ada, niscaya manusia akan bodoh seperti hewan. Karena
hanya dengan mengajar, para ulama dapat menaikkan orang banyak dari tingkat kehewanan ke
tingkat kemanusiaan.[2]
B. Keutamaan Peserta Didik
1) Terhindar dari Kutukan Allah
Sehubung dengan keutamaan peserta didik, ditemukan beberapa hadits sebagai berikut.
س ِم ْعتُ يَقُو ُل ه َُري َْرة َ أبى عن
َ سو َل صلهى ه
ُ َّللاِ َر َ َُّللا َ ون َم ْلعُونَةٌ الدُّ ْنيَا إِ هن أَالَ يَقُو ُل َو
سله َم َعلَ ْي ِه ه ٌ َُّللاِ ِذ ْك ُر إِاله فِي َها َما َم ْلع
ه
ُمتَ َع ِ ّل ٌم أ َ ْو َو َعا ِل ٌم َواالَهُ َو َما. الترمذى رواه
Dari Abu Hurairah, ia berkata:Saya mendengar Rasulullah saw. Bersabda: Sesungguhnnya
dunia dan isinya terkutuk, kecuali zikrullah dan hal-hal terkait dengannya, alim (guru), dan
peserta didik.
2) Menempati Posisi Terbaik
ِ سله َم َعلَ ْي ُك ْم ِب َهذَا ْال ِع ْل ِم … ْال َعا ِل ُم َو ْال ُمت َ َع ِّل ُم ش َِريك
َان فِي االَجْ ِر َو صلهى ه
َ َّللاُ َعلَ ْي ِه َو ُ َع ْن أ َ ِبي أ ُ َما َمةَ قَا َل قَا َل َر
سو ُل ه
َ َِّللا
رواه الطبرانى. اس ِ سائِ ِر النه َ الَ َخي َْر فِي
()رواه البخارى
Usman ibn Affan berkata, Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya
orang yang paling utama di antara kamu adalah orang yang mempelajari
Alquran dan mengajarkannya.(HR.Al-Bukhari)
ص ْف َوانُ عن َ َعسهال بن،ي ُّ قَا َل ْال ُم َرا ِد: ُسو َل أَتَيْت صلهى ه
ُ َّللاِ َر َ َُّللا سله ْم َعلَ ْي ِه هَ ئ َوه َُو َو ٌ ب ُْرد َعلَى ْال َمس ِْج ِد فِي ُمت ه ِك،ُلَهُ فَقُ ْلتُ لَه: َيا
سو َل طلُبُ ِجئْتُ إِنِّي ه
ُ َر،َِّللا ْ َ أ،فَقَا َل ْال ِع ْل َم:"ب َم ْر َحبًاِ بطال،طالِبُ ْال ِع ْل ِم َ َوت ُ ِظلُّهُ ْال َمالئِ َكةُ لَت َ ُحفُّهُ ْال ِع ْل ِم،ضهُ يَ ْر َكبُ ث ُ هم بِأَجْ نِ َحتِ َها
ُ بَ ْعضًا َب ْع
ه ُ
س َما َء يَ ْبلغُوا َحتى ُ ْ ْ ُ ْ
ِل َما ُحبِّ ِه ْم ِم ْن الدُّ ْنيَا ال ه، ُت َطلبُ ؟ ِجئتَ فَ َما يَطلب. الطبرانى رواه
Shafwan ibn 'Assal al-Muradiy berkata, Saya datang kepada Rasulullah saw., waktu itu, ia
sedang berada di masjid. Saya berkata kepadanya: Ya Rasulullah!
Saya datang untuk menuntut ilmu. Beliau berkata: Selamat datang penuntut ilmu. Penuntut ilmu
dihargai dan disanjung oleh malaikat dan dilindunginya dengan sayapnya. Kemudian mereka
berlomba-lomba untuk mencapai langit dunia karena senang kepada apa yang ia tuntut.
Maka kapan kamu belajar?(HR. Ath – Tabrani)
Sambutan hangat yang diberikan oleh Rasulullah kepada Shafwan bin Assal menunjukkan
betapa beliau menghargai peserta didiknya. Beliau memberikan sambutan yang hangat,
sanjungan, serta motivasi yang menarik.
3. Sifat Kepribadian Pendidik
a. Pendidik Bersikap Adil
َغ َال ًما فَقَا َل ا ُك ْل َولَدِك ُ َع ْن النُّ ْع َما ِن ْبنُ َب ِش ِير ا َ ْن ا َ َبا هُ اَت َى ِب ِه اِلَى َرسو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم فَقَا َل اِ ِنّي نَ َح ْلتُ ا ْب ِني َهذَا
)فار ِج ْعهُ (متفق عليه ْ نَ َح ْلتَ ِمثْلَهُ قَا َل َال قا َل
Kosakata (Mufradat)
a. = نی نحلتAku memberi suatu pemberian yang tidak karena membalas budi.
b. = غالماbudak, pembantu, atau pelayan
c. = و لد کAnakku, kata walad mencakup laki – laki dan perempuan.
d. = فا ر جعھmaka kembalikanlah dia atau minta kembali
Terjemahan
Dari Nu’man bin Basyir r.a bahwa ayahnya datang membawanya kepada Rasulullah SAW
dan berkata: “Sesungguhnya saya telah memberikan seorang budak (pembantu) kepada anakku
ini”. Maka Rasulullah SAW bertanya: “Apakah semua anakmu kamu beri budak seperti ini?”
Ayah menjawab: “Tidak”. Rasulullah SAW lantas bersabda: “Tariklah kembali pemberianmu
itu.”HR. Muttafaq Alayh).
b. Pengasih
ًْطت ُك َل وا ِحدة ِم ْن ُهما ت َْم َرة ْ ث تَ َم َرا ت فا ع ْ َ َين لَها فَا
َ ط ّع ْمتُها ث َ َال ِ لت جا َء تْنَي ِم ْس ِكينَةٌ تَحْ ِم ُل ا ْبنَت ْ شةَ ا َ ْنها قا َ عن عا ِء
شا ْ نُ َها
َ َت تُر يدُ ا َ ْن تا ُكلَها َب ْي َن ُه َما فَا َ ْع َجبَنِيْ ت الته ْم َر ة َ الهتِي كا ن ْ ش هق َ َت اِلهى فِيها ت َ ْم َرة ً ِلتَا ْ ُكلَها فا ْست َْطعَ َمتْها ا ْبنَتاها ف
ْ ََو َرفَع
ب لَ َها بِ َها ا ْل َج ْنةَ اَ ْو اَ ْعتَقَ َها ِب َها ِم ْن النهار (ا
َ سله َم فَقَا َل ا هِن ا هلل قَدْ ا َ ْو َج
َ صلهى هللا َعلَ ْي ِه َو َ سو ِل هللا ُ ت ِل َر ْ َصنَع َ فَدَ ك َْرتُ الهدِي
)خر جه مسلم
Kosakata (Mufradat)
a. = مسكينةwanita miskin (peminta atau pengemis)
b. = فا طعمتهاmaka aku beri makanan dia
c. = الى فيهاke mulutnya
d. = فا ستطعمتهاmaka dia makan akan dia
e. = فشقت التمرmaka ia membelah, memotong, memotek kurma itu
f. = فا عجبني شا نهاmaka kondisinya mengherankan aku
g. = او جب لهاwajib baginya, berhak baginya
h. = اعتعها بهاmemerdekakannya
Terjemahan
Dari ‘Aisyah r.a. berkata: “Ada seorang perempuan miskin datang kepadaku dengan dengan
membawa kedua anak perempuannya, maka saya berikan kepadanya tiga butir biji kurma. Ia
memberikan kepada masing – masing anaknya sebutir biji kurma dan yang sebutir lagi sudah ia
angkat ke mulutnya untuk dimakan tetapi (tiba – tiba) diminta oleh kedua anaknya juga, ia lalu
membelah biji kurma yang akan dimakannya itu dan dibagi kepada kedua anaknya itu. Saya
sangat kagum melihat perilaku orang perempuan itu. Kemudian saya ceritakan kepada
Rasulullah SAW, peristiwa yang dilakukan wanita itu, Beliau lantas bersabda: “Sesungguhnya
Allah telah menentukan surga baginya atau ia dibebaskan dari api neraka lantaran perbuatannya
itu.” (HR. Muslim)
c. Penyampai Ilmu
س ِى َل َع ْن ِع ْلم َع ِل َمهُ ث ُ هم َكت َ َمهُ ا ُ ْل ِج َم يَ ُو َم اْل ِق َيا َم ِة ِب ِل َجا م ِم ْن نَا ر
ُ سله َم َم ْن
َ صلَى ا هلل َعلَ ْي ِه َو ُ َع ْن ا َ ِبى ه َُر ي َْرة َ قَا َل قَا َل َر
َ س ْو ُل ا هلل
)س ٌن (ا خر جه ا بو د ا وا لتر مذ ي َ يث َح ٌ ير ةَ َح ِد َ يث ا بي ه َُر ُ سى َح ِد َ َوفِي اْلبَا ب َع ْن َجا بِر َو َع ْب ِد ا هلل بْنَ َع ْمر وقَا َل ا َ بٌو ِعي
Kosakata (Mufradat)
a. = سىلditanya oleh seseorang yang sangat memerlukan ilmu
b. = كتمهmenyembunyikan ilmu
c. = الجمdikendalikan dengan tali seperti kuda
Terjemahan
Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang ditanya
sesuatu ilmu kemudian ia menyembunyikannya, maka ia nanti pada hari kiamat dikendalikan
dengan tali kendali dari api neraka.” (HR. Abu Daud dan al-Tirmidzi)
d. Tawadu’
ًش ْيئًا فَ ْليَقُ ْل بِ ِه َو َم ْن لَ ْم يَ ْعلَ ْم فَ ْليَقُ ْل هللا اَ ْعلَ ُم فَ ِا ن َ َع ْن َمس ُْر ْوق قَا َل دَخ َْلنَا
ُ علَى َع ْب ِد هللا ب ِْن َم ْسعُ ْود قَا َل يَا ا َ يُّ َها الهنا
َ س َم ْن َع ِل َم
ِم ْن اْل ِع ْل ِم ا َ ْن يَقُو َل ِل َما َال يَ ْعلَ ُم هللا ا َ ْعلَ ُم قَا َل هللا َع هز َو َج هل ِلنَبِيِّ ِه صلى هللا عليه وسلم (قُ ْل َما ا َ ْسا َ لُ ُك ْم َعلَ ْي ِه ِم ْن اَجْ ر َو َما اَنَا ِم ْن
)اْل ُمت َ َك ِلّ ِف ْينَا) (ا خر جه البخاري
Kosakata (Mufradat)
a. = هللا اعلمAllah lebih tahu
b. = ما اسا لكمaku tidak minta kam
c. = اجرupah
d. = المتكلفيناorang yang membebani diri, memaksakan diri, mengada-ada
Terjemahan
Dari Masruq berkata: Kami masuk ke rumah Abdullah bin Mas’ud r.a. kemudian ia
berkata: ”Wahai sekalian manusia, barang siapa yang mengetahui sesuatu maka hendaklah ia
mengatakan apa yang diketahuinya, dan barang siapa yang tidak mengetahuinya maka hendaklah
ia mengatakan:”Allah lebih mengetahui”, karena sesungguhnya termasuk ilmu bila seseorang
mengatakan: “Allah lebih mengetahui”, terhadap sesuatu yang tidak diketahuinya.(HR. Bukhari)
Allah berfirman kepada Nabi-Nya: Katakanlah (hai Muhammad):”Aku tidak meminta upah
sedikitpun kepadamu atas dakwahku, dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-
adakan (QS. Shaad (38):86).
4. Kedudukan Pendidik
1. Sebagai Orang Tua
Menurut Rasulullah pendidik berkedudukan sebagai orangtua. Sehubungan dengan ini
terdapat hadis sebagai berikut:
َ الوا ِل ِد أ ُ َع ِلّ ُم ُك ْم فَإِذَاأَت َى أَ َحدُ ُك ْم الغَا ِئ
ط فَ َال َ سو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم ِإنه َما أَنَا لَ ُك ْم ِب َم ْن ِزلَ ِة ُ َع ْن أ َ ِبى ه َُري َْرة َ قَا َل َر
الر هم ِة
ّ ِ ث َوِ الر ْوار َويَ ْن َهى َع ِن ه ِ يَ ْست َ ْقبِ ِل ال ِق ْبلَةَ َو َاليَ ْستَدْبِ ْرهَا َو َاليَ ْست َِطبْ بِ َي ِمينِ ِه َو َكانَ يَأ ْ ُم ُر ِبث َ َالث َ ِة أَحْ َج
Hadis diatas dengan jelas mengatakan bahwa rasulullah saw bagaikan orangtua dari
sahabatnya. Pengertian bagaikan orangtua adalah mengajarkan, membimbing, dan mendidik
anak-anak seperti yang umumnya delakikan oleh orangtua. Beliau mengajarkan kepada sahabat
bagaimana adab buang hajat. Sebenarnya, persoalann ini adalah persoalan orangtua. Akan tetapi,
nabi yang tidak diragukan lagi bagi umat islam, sebagai mahaguru dan pendidik ulung juga mau
mengajarkan hal itu.
Pendidik (guru di sekolah) perlu menyadari bahwa ia melaksanakan tugas yang diamanahkan
oleh Allah dan orang tua peserta didik. Mendidik anak harus didasarkan pada rasa kasih sayang.
Oleh sebab itu, pendidik harus memperlakukan peserta didiknya bagaikan anaknya sendiri. Ia
harus dengan ikhlas agar peserta didik dapat mengemban potensinya secara maksimal. Pendidik
tidak boleh merasa benci kepada peserta didik karena sifat-sifat yang tidak disenanginya.[6]
Abu ad-darda’ berkata, “aku mengdengar Rasulullah SAW bersabda, “siapa yang menempuh
jalan mencari ilmu, akan dipermudah Allah jslsn untuknys ke surga. Sesungguhnya, malaikat
merentangkan sayapnya karena senang kepada pencari ilmu. Sesungguhnya, pencari ilmu
dimintakan ampun oleh orang yang ada dilangit dan bumi, bahkan ikan yang berada didalam
air. Keutamaan orang yang berilmu dari orang yang beribadah adalah bagaikan keutamaan
bulan diantara semua bintang. Sesungguhnya, ulama adalah pewaris nabi. Mereka tidak
mewariskan emas dan perak, tetapi ilmu. Siapa yang mencari ilmu, hendaklah ia mencari
sebanyak-banyaknya.HR At-tirmidzi,ahmad,albaihaqi,abu dawud,dan Ad-darimi).
Dalam hadis diatas dikemukakan beberapa hal penting. Hal yang berkaitan erat dengan tema
ini adalah ulama adlah pewaris para nabi. Pendidik, dalam hal ini terutama guru, adlah orang
yang berilmu pengetahuan. Dengan demikian, ia termasuk kategori ulama. Jadi, ia adalh pewaris
para nabi. Sebagai pewaris para nabi, tentu guru tidak dapat mengharapkan banyak harta karena
mereka tidak mewariskan harta. Akan tetapi, rasulullah saw tidak pernah melarang orang yang
berilmu, termasuk pendidik, untuk mencari harta kekayaan selama proses itu tidak mengurangi
upaya pengambiilan warisan beliau yang sebenarnya, yaitu ilmu pengetahuan.[7]
5. Karakter dan Sifat Peserta Didik
a. Sikap Duduk di Majelis
س َمعَهُ اِذْ ا َ ْقبَ َل ث َ َالثَةُ َنفَر فَا َ ْقبَ َل اثْنَا ِنُ ِلس فِي اْلَ َمس ِْج ِد َو النها ٌ سو َل هللا صلى هللا عليه وسلم بَ ْينَ َما ه َُو َجا ّ َِع ْن ابِي َواقِد الهل ْيث
ُ ي ِ ا َ هن َر
سو ِل هللا صلى هللا عليه وسلم فَا َ هما اَ َحدُ ُه َما فَ َر اَ ى فُ ْر َجةً فِي ُ احد ٌ قَا َل فَ َو قَفَا َعلَى َرِ َب َو َ س ْو ِل هللا صلى هللا عليه وسلم َوذَه ُ اِلَى َر
سو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم قَا َل اَ َال ا ُ ْخ ِب ُر ُك ْم ُ غ َر َ س خ َْلفَ ُه ْم َوا َ هما الثها لث فَا َ دْبَ َر ذَا ِهبًا فَلَ ًما فَ َر
َ َس فِ ْي َها َوا َ هما ْاالخ َُر فَ َجل َ َْال َح ْلقَ ِة فَ َجل
ض هللاُ َع ْنهُ (متفق َ ض فَا َ ع َْر َ َع ْن النهفَ ِر الث ه َالث َ ِة ا َ هما ا َ َحد ُ ُه ْم فَا َ َوى اِ َلى هللاِ فَا َواهُ هللا َوا َ هما ْاال خ َُر فَا ْستَحْ َيا هللاُ ِم ْنهُ َوا َ هما اْ َال خ َُر فَا َ ع َْر
)عليه
Kosakata (Mufradat)
= ثالثة نفرtiga orang laki – laki, kata nafar berjumlah antara 3-10 orang.
= فرجةtempat kosong.
= الحلقةmajelis yang berbentuk melingkar seperti lingkaran tengahnya kosong.
= فا دبرkembali, pulang.
= فر غselesai.
= فاوىberlindung di tempat yang kosong, maka Allah memuliakannya.
= فا ستحياmalu tidak mau duduk di depan karena kesempitan, Allah memuliakannya dan tidak
merendahkan.
= فا عرضberpaling, pulang.
Terjemahan
Dari Abu Waqid al-Laytsiy (al-Harits bin ‘Awf) r.a bahwasanya Rasulullah SAW pada suatu
ketika duduk bersama para sahabat di dalam masjid. Tiba-tiba datang tiga orang, dua diantaranya
menuju Rasulullah SAW dan yang seorang lagi pergi begitu saja. Kedua orang tersebut berhenti
di hadapan Rasulullah SAW, salah satu dari mereka melihat tempat kosong di majelis halakah
(majelis berbentuk melingkar dari depan), yang lain duduk di belakang mereka dan yang ketiga
berpaling pergi meninggalkan majeis tersebut. Setelah selesai majelis Rasulullah bersabda:
“Maukah kalian aku beritahu tentang ketiga orang tersebut? Adapun salah satu diantara mereka
berlindung (mendekat) kepada Allah, maka Allah pun memberikan tempat kepadanya. Adapun
yang kedua merasa malu, maka Allah pun menghargai malunya dan yang lain berpaling, maka
Allah pun berpaling daripadanya.” (HR. Muttafaq Alayh)
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Banyak sekali keutamaan pendidik yang dapat digambarkan diantaranya terbebas dari
kutukan Allah, didoakanoleh penduduk bumi, mendapat pahala yang berkelanjutan. Sedangkan
keutamaan peserta didik diantaranya terhindar dari kutukan Allah dan menempati posisi terbaik.
Seorang pendidik baik guru maupun orang tua harus bersikap adil terhadap anak – anaknya
dalam segala hal.
Diantara kasih sayang seorang guru terhadap murid – muridnya adalah mengajarkan etika
dan hal – hal yang penting dalam tatanan hidup dunia akhirat. Islam perhatian terhadap anak –
anak wanita dan tidak membedakan dengan anak pria, bahkan Islam memberi motivasi bagi
siapa yang diuji mempunyai anak - anak wanita, ia senang dan memerhatikan pendidikannya,
maka mereka sebagai penghalang masuk neraka.
Sifat guru yang baik adalah terbuka, transparan, dan pemurah dalam ilmu yang dibutuhkan
oleh masyarakat. Perintah bersifat tawadu’ (rendah hati) dalam ilmu, terutama ketika tidak
mengetahui suatu ilmu katakanlah apa adanya “Aku tidak tahu” atau “Allah lebih tahu” (Allahu
a’lam). Tidak boleh memaksakan diri atau mengada-ada jawaban ilmu yang ngawur tidak benar.
2. Saran
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat, menambah pengetahuan dan wawasan
bagi pembacanya. Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan, maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yng membangun dari pembaca agar makalah selanjutnya
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2012. Hadis Tarbawi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
Abdurrahman bin Abi Bakr Abu Al-Fadhl As-Suyuthi. Syarh As-Suyuthi ‘ala Muslim, juz IV
Al-Ghazali. 1980. Ihya’ ‘Ulum Ad-Din, jilid I. Bukittinggi: Syamza Offset
Bukhari Umar. 2012. Hadis Tarbawi. Jakarta: Amzah.
[1] Abdurrahman bin Abi Bakr Abu Al-Fadhl As-Suyuthi, Syarh As-Suyuthi ‘ala Muslim, juz
IV, hlm. 228 dalam Al-Maktabah Asy-Syamilah.
[2] Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum Ad-Din, jilid I, diterjemahkan Maisir Thahib, dkk., (Bukittinggi:
Syamza Offset, 1980), cet. Ke-3, hlm. 40.
[3] Abdul Majid, 2012, Hadis Tarbawi. (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup), hlm. 82
[4] Ibid.,hlm.85
[5] Ibid., hlm.89
[6] Bukhari Umar, 2012, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Amzah), hlm.70
[7] Ibid.,hlm.72
[8] Hasan Langgulung, Asas-asas...,h. 311,
[9] Bukhari Umar, 2012, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Amzah), hlm.105
[10] Ibid.,Hlm.107
[11] Ibid., hlm.102
Komentar
Arsip
Laporkan Penyalahgunaan
hadist pendidik dan peserta didik