Anda di halaman 1dari 20

Running head: AYAT-AYAT BUDAYA

TAFSIR IV (BUDAYA)
AYAT-AYAT BUDAYA

Dosen Pengampu
Dr. H. Ahmad Zuhri, M.A.

oleh:
Muhammad Andrean (0403181031)
Muhammad Fadli (0403182074)

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDI DAN STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
AYAT-AYAT BUDAYA

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. yang masih
memberikan kita kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah ini dengan judul “Ayat-ayat Budaya”.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Penulis juga
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat
kami harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Medan, 17 April 2021

Penulis

i
AYAT-AYAT BUDAYA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Bekang ....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1

C. Tujuan Masalah ................................................................................... 1

BAB II. TINJAUAN TEORITIS ...................................................................... 3

A. Pengertian Budaya .............................................................................. 3

B. Ayat-ayat yang Menyinggung tentang Kebudayaan ........................... 4

BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................. 12

A. Tujuan Penelitian ................................................................................ 12

B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 12

C. Metode Penelitian ............................................................................... 12

BAB IV. PEMBAHASAN ................................................................................. 13

A. Kebudayaan dalam Perspektif Islam .................................................. 13

BAB V. PENUTUP ............................................................................................ 16

A. Kesimpulan ......................................................................................... 16

B. Saran ................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 17

ii
AYAT-AYAT BUDAYA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah telah menciptakan manusia dengan memberinya anugerah yang
tidak pernah diberikan kepada makhluk lainnya. Karena itu, manusia adalah
makhluk Allah, yang diciptakan di dunia sebagai khalifah. Manusia lahir, hidup
dan berkembang di dunia, sehingga disebut juga sebagai makhluk duniawi.
Sebagai makhluk duniawi sudah tentu bergumul dan bergulat dengan dunia
terhadap segala segi, masalah dan tantangan-tantangannya, dengan
menggunakan budi dan dayanya serta menggunakan segala kemampuannya baik
yang bersifat cipta, rasa maupun karsa.
Hal ini menunjukkan bahwa hubungan manusia dengan dunia itu tidaklah
selalu diwujudkan dalam sikap pasif, pasrah dan menyesuaikan diri dengan
tuntutan lingkungannya. Tetapi justru harus diwujudkan dalam sikap aktif,
memanfaatkan lingkungannya untuk kepentingan kehidupannya. Dari hubungan
yang bersifat aktif itu tumbuhlah kebudayaan.1 Dengan melalui kebudayaan
inilah eksistensi suatu entitas, masyarakat atau bangsa dapat dikenali.
Oleh karena itu, kali ini penulis akan mengulas informasi tentang ayat-ayat
Al-Qur’an dalam kaitannya dengan budaya serta budaya dalam perpektif Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian budaya?
2. Bagaimana tentang kebudaya dalam pandangan Islam?
3. Ayat apa saja yang menyinggung budaya?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui makna budaya.
2. Untuk mengetahui budaya dalam pandangan Islam.

1
Tadjab, dkk., Dimensi-Dimensi Studi Islam, (Surabaya: Karya Aditama, 1999), hlm. 306.

1
AYAT-AYAT BUDAYA 2

3. Untuk mengetahui ayat dalam Al-Qur’an yang menyinggung soal budaya.


AYAT-AYAT BUDAYA

BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Budaya
Dalam literatur antropologi, terdapat tiga istilah yang dapat semakna
dengan kebudayaan. Terma kultur berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata
culture (kata kerja cob, colere). Arti kultur adalah memelihara, mengerjakan, atau
mengelola. Kemudian, kebudayaan dimaknai sebagai daya dan kegiatan manusia
untuk mengelola dan mengubah alam. Istilah yang kedua adalah sivilisasi.
Sivilisasi berasal dari kata Latin, yaitu civis yang artinya adalah warga negara
(civitas=negara kota atau kewarganegaraan).2 menjelaskan bahwa sivilisasi
berhubungan dengan kehidupan kota yang lebih progresif dan lebih halus. Dalam
bahasa Indonesia, peradaban dianggap sepadan dengan kata budaya.
Terkait dengan kebudayaan, maka arti dan ulasan makna yang terkandung
dalam istilah kebudayaan banyak dikaji oleh para ahli. Definisi kebudayaan
menurut Koentjaraningrat adalah keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan
manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar
dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Parsudi Suparlan
menjelaskan, bahwa kebudayaan merupakan serangkaian aturan pertunjukan,
resep, rencana, dan strategi yang terdiri atas serangkaian model kognitif yang
dimiliki manusia, dan digunakannya secara selektif dalam menghadapi
lingkungannya sebagaimana terwujud dalam tingkah laku dan tindakan-
tindakannya.3
Berdasarkan beberapa pengertian culture di atas dapat dipahami bahwa
kebudayaan adalah pembangunan yang didasarkan pada kekuatan manusia, baik
pembangunan jiwa, pikiran, dan semangat melalui latihan dan pengalaman; bukti
nyata pembangunan intelektual, seperti seni dan pengetahuan; atau perkembangan

2
S. Takdir Alisyahbana (1986: 206), sebagaimana dikutip oleh Koko Abdul Kodir,
Metodologi Studi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm. 80.
3
Parsudi Suparlan, Kata Pengantar dalam Roland Robertson, Agama dalam Analisa dan
Interpretasi Sosiologis, (Jakarta: Rajawali Press, 1988).

3
AYAT-AYAT BUDAYA 4

intelektual di antara budaya orang; bahwa kebudayaan adalah semua seni,


kepercayaan institusi sosial, seperti karakteristik masyarakat, suku, dan
sebagainya.

B. Ayat-ayat yang Menyinggung tentang Kebudayaan


Agama samawi (revealed religion/agama wahyu) bukanlah termasuk
kebudayaan, karena ia bukan produk manusia, tetapi dari Tuhan Yang Maha Esa
(Allah) yang telah menurunkan wahyu kepada utusan-Nya, untuk disebarkan
kepada umat manusia. Agama Islam termasuk agama samawi (agama wahyu),
sehingga tidak termasuk kebudayaan. Namun demikian agama Islam telah
mendorong para pemelukknya untuk menciptakan kebudayaan dengan berbagai
seginya. Dorongan tersebut dapat dikaji dari ajaran dasarnya sebagai berikut:
a. Konsep kebudayaan dalam Islam adalah bahwa kebudayaan wajib
berdasar kepada ajaran-ajaran agama Islam. Islam sebagai wahyu adalah
bukan bagian dari kebudayaan tetapi sebagai pendorong terbitnya
kebudayaan yang diridhai Allah. Sebagaimana hal ini dapat difahami
dalam firman Allah Azza wa jalla Q.S. Ali Imran ayat 110.

ْ‫فْ َوتَْن َه ْو َْنْ َع ِْنْالْ ُمْن َك ِْرْ َوتُ ْؤِمنُ ْو َْن‬ ِْ ‫تْلِلن‬
ِْ ‫َّاسْتَأْ ُم ُرْو َْنْبِالْ َم ْع ُرْو‬ ْْ ‫ُكْنتُ ْْمْ َخْي َْرْاَُّم ٍْةْاُ ْخ ِر َج‬

ِْ ‫بِال ّٰلِّْهْ َولَ ْْوْاّٰ َم َْنْاَ ْه ُْلْالْ ِك‬


ْ‫تّٰبْْلَ َكا َْنْ َخْي ًراْ ََّّلُْْمْ ِمْن ُه ُْمْالْ ُم ْؤِمنُ ْو َْنْ َواَ ْكثَ ُرُه ُْمْالْ ّٰف ِس ُق ْو َْن‬

)ٔٔٓ(
Terjemah Arti: “Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-
baik umat yang dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (karena)
kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang
dari segala perkara yang salah (buruk dan keji) serta kamu pula
beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar iman). Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-
orang yang fasik.”
AYAT-AYAT BUDAYA 5

Tafsir: Mereka dianggap umat terbaik, karena mereka


menyempurnakan diri mereka dengan iman yang menghendaki
untuk melaksanakan segala perintah Allah, dan karena mereka
menyempurnakan pula orang lain dengan menyuruh berbuat ma'ruf
dan mencegah yang munkar, atau dengan kata lain mengajak
manusia kepada Allah, berjihad dan mengerahkan kemampuan
untuk mengembalikan mereka dari kesesatan dan kemaksiatan.
Ayat ini merupakan dalil keutamaan umat Nabi Muhammad
dibanding umat-umat yang lain.4
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnu Yusuf, dari Sufyan ibnu Maisarah, dari Abu
Hazim, dari Abu Hurairah r.a. sehubungan dengan firman-Nya:
Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia.
(Ali Imran: 110) Abu Hurairah r.a. mengatakan, makna yang
dimaksud ialah sebaik-baik manusia untuk umat manusia, kalian
datang membawa mereka dalam keadaan terbelenggu pada
lehernya dengan rantai, selanjutnya mereka masuk Islam.
Hal yang sama dikatakan pula oleh Ibnu Abbas, Mujahid,
Atiyyah Al-Aufi, Ikrimah, Ata, dan Ar-Rabi' ibnu Anas. Kalian
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. (Ali
Imran: 110), Yakni umat yang terbaik yang dilahirkan untuk umat
manusia.
Dengan kata lain, mereka adalah sebaik-baik umat dan
manusia yang paling bermanfaat buat umat manusia.5

b. Islam menghormati akal manusia, meletakkan akal manusia pada tempat


yang terhormat dan menyuruh manusia mempergunakan akalnya untuk

4
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Tafsirul Karimir Rahman fi Tafsiri
Kalamil Mannan, (Jakarta: Daarus Salam, 2002), hlm 122.
5
Syaikh Ahmad Syakir, Muhtashar Tafsir Ibnu Katsir, Terj. Suratman, et.al.,
(Jakarta: Darus Sunnah Press, 2014), hlm. 253.
AYAT-AYAT BUDAYA 6

memeriksa dan memikirkan keadaan alam, di samping dzikir kepada


Allah Penciptanya. Hal ini dapat difahami dari firman-Nya dalam Q.S. Ali
Imran ayat 190-191.

ِْ َ‫ولْ ْاْلَلْب‬
ْ‫اب‬ ٍْ ‫َّها ِْرَْ ّْٰل ّٰي‬
ْ ِ ُ‫تْاْل‬ ِْ ‫اختِ ََل‬
َ ‫فْالَّْي ِْلْ َوالن‬ ِْ ‫الس ّٰم ّٰو‬
ِْ ‫تْ َو ْاْلَْر‬
ْ ‫ضْ َو‬ ْْ ِْ‫اِ َّْن‬
َّ ْ‫فْ َخ ْل ِْق‬

ْْ ِْ‫ٔ)ْالَّ ِذيْ َْنْيَ ْذ ُك ُرْو َْنْال ّٰلّْهَْقِيَ ًاماْ َّوقُعُ ْوًداْ َّو َع ّٰلىْ ُجنُ ْوِبِِ ْْمْ َويَتَ َف َّك ُرْو َْن‬٩ٓ(
ْ‫فْ َخ ْل ِْق‬

َْ ‫كْفَِقنَاْ َع َذ‬
ْ)ٔ٩ٔ(ْ‫ابْالنَّا ِْر‬ َْ َ‫َلْ ُسْب ّٰحن‬ ِ ‫تْ ّٰه َذاْب‬
ًْ ‫اط‬ ِْ ‫الس ّٰم ّٰو‬
ِْ ‫تْ َو ْاْلَْر‬
َ َْ ‫ضْ َربَّنَاْ َماْ َخلَ ْق‬ َّ
Terjemah Arti: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal, (190). (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka”. (191).
Tafsir: (190) Demikian juga keajaiban-keajaiban yang ada pada
keduanya, seperti besarnya, luasnya, teraturnya peredaran benda
yang beredar dan lain sebagainya. Semua ini menunjukkan
keagungan Allah, keagungan kerajaan-Nya dan menyeluruhnya
kekuasaan-Nya. Tertib dan teraturnya ciptaan Allah, demikian juga
rapi dan indahnya menunjukkan kebijaksanaan Allah dan tepat-Nya
serta luas ilmu-Nya. Terlebih dengan manfaat bagi makhluk yang
ada di dalamnya terdapat dalil yang menunjukkan keluasan rahmat-
Nya, meratanya karunia dan kebaikan-Nya, dan semua itu
menghendaki untuk disyukuri. Semua itu juga menunjukkan
butuhnya makhluk kepada khaliqnya dan tidak pantas Penciptanya
disekutukan. Di dalam ayat ini terdapat anjuran untuk memikirkan
AYAT-AYAT BUDAYA 7

alam semesta, memperhatikan ayat-ayat-Nya dan merenungkan


ciptaan-Nya.6
(191) Yakni dalam setiap keadaan. Menurut Ibnu Abbas, bahwa
maksudnya mereka melakukan shalat sesuai kemampuan, yakni
jika tidak sanggup berdiri, maka sambil duduk dst. Namun
demikian, ayat ini mencakup semua dzikr lainnya dengan lisan
maupun hati. Memikirkan kekuasaan Penciptanya atau memikirkan
maksudnya. Ayat ini menunjukkan bawa berpikir merupakan
ibadah dan termasuk sifat wali-wali Allah yang mengenal-Nya.
Setelah mereka memikirkannya, mereka pun tahu bawa Allah tidak
menciptakannya sia-sia. Bahkan di sana terdapat dalil sempurnanya
kekuasaan-Mu. Yakni dari menciptakan sesuatu secara main-main.
Termasuk juga di dalamnya meminta surga, karena ketika mereka
meminta dilindungi dari neraka, maka secara langsung mereka juga
meminta surga, akan tetapi karena besarnya rasa takut dalam hati
mereka, maka mereka menyebut sesuatu yang paling merisaukan
mereka.7

c. Agama Islam melarang orang bertaqlid buta, menerima sesuatu tanpa


diperiksa lebih dahulu, walau dari ibu bapak dan nenek moyang sekalipun.
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-lsra' ayat 36.

ٰۤ ِ ِ ِ‫وَْلْت ْقفْماْلَيسْلَكْب‬
ُْ‫ْعْنه‬ َ ‫صَر َْوالْ ُف َؤ َادْ ُك ُّلْاُوّٰل ِٕى‬
َ ‫كْ َكا َن‬ َّ ‫هْع ْل ٌمْا َّن‬
َ َ‫ْالس ْم َع َْوالْب‬ َ َ ْ َ ُ َ َ

ْ)٦٣(ْ‫َم ْسُْوًْل‬
Terjemah Arti: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya

6
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Tafsirul Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil
Mannan, hlm. 192.
7
Ibid., hlm. 193.
AYAT-AYAT BUDAYA 8

pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta


pertanggungan jawabnya.
Tafsir: Bahkan perhatikan dahulu keadaannya dan pikirkan dahulu
akibatnya jika engkau hendak mengucapkan atau melakukan
sesuatu. Oleh karena itu, sepatutnya seorang hamba yang
mengetahui bahwa ucapan dan perbuatannya akan diminta
pertanggungjawaban menyiapkan jawaban untuknya. Hal itu
tentunya dengan menggunakan anggota badannya untuk beribadah
kepada Allah, mengikhlaskan ibadah kepada-Nya dan menjaga
dirinya dari melakukan perbuatan yang dibenci Allah Subhaanahu
wa Ta'aala.8
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
yang mengata-kan bahwa makna la taqfu ialah la taqul (janganlah
kamu mengatakan). Menurut Al-Aufi, janganlah kamu menuduh
seseorang dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuan bagimu
tentangnya. Muhammad ibnul Hanafiyah mengatakan, makna yang
dimaksud ialah kesaksian palsu.
Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah
janganlah kamu mengatakan bahwa kamu melihatnya, padahal
kamu tidak melihatnya; atau kamu katakan bahwa kamu
mendengarnya, padahal kamu tidak mendengarnya; atau kamu
katakan bahwa kamu mengetahuinya, padahal kamu tidak
mengetahui. Karena sesungguhnya Allah kelak akan meminta
pertanggungjawaban darimu tentang hal tersebut secara
9
keseluruhan.
Kesimpulan pendapat mereka dapat dikatakan bahwa Allah
Swt. melarang mengatakan sesuatu tanpa pengetahuan, bahkan
melarang pula mengatakan sesuatu berdasarkan zan (dugaan) yang
bersumber dari sangkaan dan ilusi.
8
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Tafsirul Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil
Mannan, hlm 443.
9
Syaikh Ahmad Syakir, Muhtashar Tafsir Ibnu Katsir, hlm, 553.
AYAT-AYAT BUDAYA 9

d. Agama Islam juga mendorong dan menggalakkan para pemeluknya agar


selalu menggali hal-hal yang baru atau mengadakan barang yang belum
ada, merintis jalan yang belum diternpuh serta membuat inisiatif dalam
hal keduniaan yang memberi manfaat kepada masyarakat. Hal ini dapat
difahami dari iirrnan Allah dalam Q.S. Al-Insyirah ayat 7-8, dan hadits
Nabi saw.: "Barang siapa yang berinisiatif (memulai suatu cara
keduniaan) yang baik, maka baginya pahala sebanyak pahala untuk orang
yang langsung melaksanakannya itu sampai hari kiamat.

)٨(ْ‫ب‬
ْْ ‫كْفَ ْار َغ‬ ْ ّٰ ِ‫)ْ َوا‬٧(ْۙ‫ب‬
َْ ‫لْ َربا‬ ْْ ‫ص‬ َْ ‫فَاِذَاْفََْر ْغ‬
َ ْ‫تْفَان‬
Terjemah Arti: Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu
urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,
(7). Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
(8).
Tafsir: (7) Jika kamu telah selesai mengerjakan kesibukan
duniamu, maka berdirilah dan semangat dalam mengerjakan ibadah
yang dengannya kamu akan mendapatkan akhiratmu lebih baik,
dan janganlah kamu habiskan waktumu hanya untuk urusan dunia
semata, tetapi seimbangkanlah dengan amalan akhirat dan dzikir
kepada Allah. Waktu yang lapang adalah nikmat dari Allah ‫ ﷻ‬,

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda : (( ُ‫ص َّحة‬ ِ َّ‫وِ ْع َمتَا ِن َم ْغبُىن فِي ِه َما َكثِير ِم ْه الى‬
ِّ ‫اس ال‬
ُ ‫“ )) َو ْالفَ َرا‬Dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan
‫غ‬
keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” [Diriwayatkan oleh
Imam Bukhori : 6412, dari hadits Ibnu 'Abbas] , waktu luang
adalah nikmat dari Allah, maka tidak sepantasnya seseorang
mensia-siakan waktu luang itu dengan bermain dan kelalaian serta
kemalasan , tetapi memanfaatkan waktu itu dengan memperbanyak
amalan dan kebaikan baik yang bermanfaat untuk saat sekarang
َ ِّ‫ { َوإِلَى َرب‬Dan hanya
maupun untuk masa yang akan datang. {‫ك‬
AYAT-AYAT BUDAYA 10

kepada tuhanmu lah { ْ‫ } فَارْ غَب‬hendaknya kamu berharap, dan ini


termasuk dalam pengagungan tauhid, karena pengaharapan dan
mensandarkan diri hanya kepada Allah adalah ibadah, dan ibadah
wajib dengan keikhlasan kepada-Nya. (8).10
Yakni apabila kamu telah merampungkan urusan-urusan
duniamu dan kesibukannya dan telah kamu selesaikan semua yang
berkaitan dengannya, maka bulatkanlah tekadmu untuk ibadah dan
bangkitlah kamu kepadanya dalam keadaan bersemangat.
Curahkanlah hatimu dan ikhlaskanlah niatmu dalam beribadah
kepada-Nya dan berharap kepada-Nya.11

e. Agama Islam juga menyuruh para pemeluknya untuk memeriksa dan


menerima kebenaran dari mana dan siapapun datangnya, dengan catatan
harus melalui proses seleksi, sehingga dapat menemukan ide, gagasan,
teori atau pandangan yang sesuai dengan petunjukNya. Sebagaimana
dapat difahami dari firman Nya dalam Q.S. al-Zumar ayat 17-18.

ِْ َ‫ارْ ِعب‬
ْ‫اد‬ َْ ِ‫تْاَ ْنْيَّ ْعبُ ُد ْوَهاْ َواَنَابُْْواْا‬
ْْ ‫لْال ّٰلِّْهْ ََّلُُْمْالْبُ ْش ّٰرىْفَبَش‬ ِ
ْ ْ‫َوالَّذيْ َْن‬
َْ ‫اجتَ نَبُواْالطَّاغُ ْو‬

َْ ‫كْالَّ ِذيْ َْنْ َه ّٰد ُىه ُْمْال ّٰلّْهُْ َواُوّٰلٰۤ ِٕى‬


ْ‫كْ ُه ْْم‬ َْ ‫ٔ)ْالَّ ِذيْ َْنْيَ ْستَ ِمعُ ْو َْنْالْ َق ْو َْلْفَيَتَّبِعُ ْو َْنْاَ ْح َسنَهْاُوّٰلٰۤ ِٕى‬٧(

ِْ َ‫اُولُواْ ْاْلَلْب‬
)ٔ٨(ْ‫اب‬
Terjemah Arti: Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu)
tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka
berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-
hamba-Ku, (17). Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa
yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang

10
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Tafsirul Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil
Mannan, hlm. 766.
11
Syaikh Ahmad Syakir, Muhtashar Tafsir Ibnu Katsir, hlm. 1323.
AYAT-AYAT BUDAYA 11

telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang


mempunyai akal. (18).
Tafsir: Sedangkan orang-orang yang menjauhi ketaatan kepada
setan dan penyembahan kepada selain Allah, bertaubat dan
kembali kepada-Nya dengan menyembah-Nya semata tanpa
menyekutukan-Nya; maka mereka akan mendapatkan kabar
gembira di dunia berupa taufik dan hidayah serta pujian baik, dan
di akhirat berupa keridhaan Allah dan kenikmatan surga. Hai
Muhammad, sampaikanlah kabar gembira kepada hamba-hamba-
Ku yang mendengarkan perkataan, kemudian mengikuti perkataan
yang paling baik; dan perkataan yang paling baik adalah firman
Allah dan sabda Rasulullah. Mereka adalah orang-orang yang
Allah beri taufik menuju kebenaran dan petunjuk, Allah memberi
mereka hidayah untuk mengikuti perkataan dan perbuatan yang
terbaik, mereka adalah orang-orang yang memiliki akal yang
sehat.12
Sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku
yang mendengarkan perkataan, lalu mengikuti apa yang paling
baik di antaranya. (Az-Zumar: 17-18) Yakni mereka
memahaminya dan mengamalkan apa yang dipesankan olehnya.13

Sebenarnya masih banyak ajaran-ajaran Allah dan rasulNnya yang


membicarakan masalah tersebut, tetapi dari kelima point tersebut sudah dapat
difahami bahwa ajaran agama Islam memang benarbenar mendorong para
pemeluknya dan atau menyuruh mereka untuk menciptakan kebudayaan d alam
berbagai seginya.14

12
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Tafsirul Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil
Mannan, hlm. 549.
13
Syaikh Ahmad Syakir, Muhtashar Tafsir Ibnu Katsir, hlm. 5.
14
Tadjab, dkk., Dimensi-Dimensi Studi Islam, hlm. 311.
AYAT-AYAT BUDAYA

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui makna budaya.
2. Untuk mengetahui budaya dalam pandangan Islam.
3. Untuk mengetahui ayat dalam Al-Qur’an yang menyinggung soal budaya.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian sedarhana dilakukan pada bulan April 2021 di rumah Penulis
dan Perpustakaan Daerah Sumatera Utara.

C. Metode Penelitian
Studi ini berbentuk studi literatur berupa menggali informasi tentang ayat-
ayat Al-Qur’an dalam kaitannya dengan budaya serta budaya dalam perpektif
Islam.

12
AYAT-AYAT BUDAYA

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Kebudayaan dalam Perspektif Islam


Dari beberapa ayat dan keterangan para tokoh sebelumnya, dapat kita
pahami bahwa Konsep kebudayaan dalam Islam adalah bahwa kebudayaan wajib
berdasar kepada ajaran-ajaran agama Islam. Syariat mengikatkan/mempertalikan
muslim kepada prinsip-prinsip tertentu yang digariskan oleh Al-Qur'an dan
assunnah/hadits (naqal). Karena itu akal dalam kegiatnnya mengatur kehidupan
merujuk kepada naqal, dengan kata lain gerak atau kegiatan kebudayaan itu
memang dari akal, tetapi asas gerak itu atau prinsip yang dipegangi akal dalam
kegiatannya adalah dari naqal. Dari asas yang ditentukan dan digariskan oleh
naqal itu kemudian adalah menentukan cara pelaksanaannya. Karena itu yang
merupakan karya manusia dalam kebudayaan Islam ialah cara pelaksanaan yang
bersifat dinamik, sedangkan prinsip-prinsipnya dari Allah dan bersifat serba
tetap.15
Nilai asas (root values) prinsip-prinsip itu digariskan oleh syariat, ada nilai
yang baik (wajib); nilai setengah baik (sunnat); nilai netral yakni baik tidak dan
buruk pun tidak (jaiz/mubah); ada nilai setengah buruk (makruh); dan ada pula
nilai buruk (haram). Cara pelaksanaan prinsip-prinsip itu difikirkan oleh ijtihad
(instrumental valuesnya) dan dikerjakan oleh tangan, sedangkan kemauan untuk
mengerjakan itu dipancarkan oleh taqwa. Namun demikian kita harus mampu
mendudukkan secara proporsional, mana yang termasuk nilai asal (root values)
dan mana pula yang termasuk cara pelaksanaan (instrumental values). Sebab
kadangkala ada sesuatu yang nampaknya merupakan cara pelaksanaan, tetapi
yang sebenarnya adalah nilai asas.
Endang Saifuddim Anshari mengkategorikan kebudayaan muslim ke
dalam dua bagian, yaitu: (1) Kebudayaan muslim yang islami, yakni kebudayaan
karya budaya muslim yang commited pada al-Islam; dan (2) kebudayaan muslim

15
Tadjab, dkk., Dimensi-Dimensi Studi Islam, hlm. 312

13
AYAT-AYAT BUDAYA 14

yang tidak islami, yakni kebudayaan muslim yang tidak committed pada al-Islam.
Muslim yang committed pada al-Islam ialah muslim yang mengimani
(menghayati), mengilmui, mengamalkan, dan mendakwahkan Islam, serta sabar
dalam berislam. Namun demikian Endang Saifuddin Anshari juga memper-
masalahkan tentang “apakah mungkin tercipta kebudayaan yang seratus persen
Islami di dunia ini”? Dalam hal ini dia telah menjelaskan bahwa kebudayaan itu
karya manusia, sedangkan di dunia ini tidak ada seorang pun (kecuali Rasul) yang
sempurna. Karena itu tidak mungkin mengharapkan sesuatu kesempurnaan dari
sesuatu yang tidak seratus persen sempurna. Tercapainya kesempurnaan adalah
tujuan ideal manusia, namun bukan tugas manusia. Tugas manusia bukan sampai
pada kesempurnaan, melainkan bergerak, berupaya dan berusaha sekuat tenaga
untuk mencapainya. Oleh sebab itu, kebudayaan muslim nilainya tidak mutlak,
terikat oleh ruang dan waktu, terbuka untuk revisi, koreksi dan revaluasi. Setiap
muslim berhak untuk berimprovisasi (melakukan sesuatu) dalam mengkulturkan
natur dan dalam mengislamkan kultur sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya,
yang masing-masing bisa berbeda dengan lainnya. Apabila kebudayaan muslim
sudah dibakukan, yang nilai kemutlakannya disamakan dengan al-Islam, maka
akan timbul kemandekan kebudayaan yang pada giliran selanjutnya akan
menjadi barang antik yang tidak berguna lagi, serta daya kreativitasnya akan
terhenti.16
Kebudayaan Islam itu mempunyai 3 (tiga) komponen, yaitu: sistem
nilainya; sistem pengetahuan; dan sistem simbol. Dan kita tidak perlu membicara-
kan apakah budaya Islam itu islami atau tidak, sebab hal ini tidak lagi
menanyakan masalah kebudayaan. Dalam arti bahwa budaya itu islami atau tidak,
adalah di luar wewenang atau di luar budaya itu sendiri, karena hal itu berarti kita
kembali ke hal-hal yang bersifat normatif. Ciri-ciri kebudayaan Islam (muslim)
menurut pendapat Nourouzzaman Shiddiqi adalah :
a. Bernafaskan tauhid, karena tauhid lah yang menjadi pokok ajaran Islam.

16
Tadjab, dkk,, Dimensi-Dimensi Studi Islam., Surabaya : Karya Aditama., 1994., hlm.,
313-314
AYAT-AYAT BUDAYA 15

b. Hasil buah pikir dan pengolahannya adalah dimaksudkan untuk


meningkatkan kesejahteraan dan membahagiakan umat manusia. Sebab
Islam diturunkan dan Nabi saw. diutus adalah untuk membawa rahmat
bagi semesta alam. Di samping itu, manusia dijadikan sebagai khalifah
Allah di bumi dengan dibebani tugas untuk menjaga keindahan ciptaan
Allah ini.
AYAT-AYAT BUDAYA

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebudayaan merupakan serangkaian aturan pertunjukan, resep, rencana,
dan strategi yang terdiri atas serangkaian model kognitif yang dimiliki manusia,
dan digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana
terwujud dalam tingkah laku dan tindakan-tindakannya
Konsep kebudayaan dalam Islam adalah bahwa kebudayaan wajib
berdasar kepada ajaran-ajaran agama Islam. Agama Islam adalah agama wahyu
yang diturunkan Allah kepada umat manusia melalui perantaraan malaikat Jibril
dan tugas kerasulan yang diemban Nabi Muhammad. Islam sebagai wahyu adalah
bukan bagian dari kebudayaan tetapi sebagai pendorong terbitnya kebudayaan
yang diridhai Allah. Kebudayaan sebagai hasil umat manusia, dalam rangka
pemenuhan keperluan hidupnya, wajib berdasar kepada ajaran-ajaran Islam.
Terdapat beberapa ayat-ayat di dalam Al-Qur’an yang bersinggungan
dengan budaya, salah-satunya adalah Q.S. Ali Imran ayat 110 yang mengandung
pemahaman bahwa umat Islam adalah umat terbaik, Islam hadir sebagai
pendorong lahirnya kebudayaan yang diridhai Allah Azza wa jalla.

B. Saran
Demikianlah makalah kami yang mambahas tentang ayat-ayat budaya
dalam Al-Qur’an. Sekiranya kita sebagai seorang mahasiswa haruslah bersikap
dan berperilaku berdasarkan kepada ajaran-ajaran agama Islam, menerapkan nilai-
nilai Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam kehidupan kita sehari-hari agar
terwujudnya mahasiswa qur’ani dan insan rabbani.

16
AYAT-AYAT BUDAYA

DAFTAR PUSTAKA

as-Sa’di, S. A. N. (2002). Tafsirul karimir rahman fi tafsiri kalamil mannan.


Jakarta: Daarus Salam.
Kodir, K. A. (2012). Metodologi studi Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Suparlan, P. (1988). Kata Pengantar dalam Roland Robertson, Agama dalam
analisa dan interpretasi sosiologis. Jakarta: Rajawali Press.
Syakir, S. A. (2014). Muhtashar tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Darus Sunnah Press.
Tadjab, dkk. (1994). Dimensi-dimensi studi Islam. Surabaya: Karya Aditama.

17

Anda mungkin juga menyukai