Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim
Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT., karena berkat taufiknya dan
hidayah-Nya makalah madrasah sebagai pilihan utama lembaga pendidikan islam ini dapat
kami selesaikan.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi dan Rasul terakhir Muhammad
SAW, beserta keluarga dan sahabatnya, yang telah mencurahkan segenap waktu, tenaga, jiwa
,raga dan kemampuan lainnya untuk mendidik umat manusia agar menjadi manusia yang
berbudaya dan berperadapan luhur yang diridhai ALLAH SWT.
Selanjutnya disampaikan, bahwa makalah ini hadir selain dalam rangka turut serta
mengembangkan ilmu pendidikan islam, juga bagaimana upaya pendidikan agama islam
menjadi pendidikan yang utama, dan diharapkan dapat memiliki kepekaan dan tanggung
jawab dalam mengembangkan dan memajukan pendidikan islam, dengan salah satunya
memilih madrasah sebagai pilihan utama.

Samalanga ,30 Juli 2018

PENULIS
KELOMPOK II

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang . .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1

C.Tujuan Penulisan ............................................................................................. 2

BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Madrasah.. ............................................................................. ...... 3

B. Ciri –Ciri Madrasah............................................................... ......................... 4

C. Jenis–Jenis Madrasah........................................................................... .......... 4

D. Langkah–Langkah Pengembangan Madrasah........................................... ..... 6

E. Pandangan dan Harapan Masyarakat Terhadap Madrasah.......................... ... 8

F. Keunggulan Madrasah............................................................................ ........ 9

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................... ................ 11

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Madrasah merupakan lembaga pendidikan yang mendidik peserta didik menuju ke


arah suatu sistem pendidikan yang lebih baik. Madrasah merupakan nama lain dari sekolah,
yang mempelajari tentang agama islam. Banyak katagori madrasah dalam lembaga
pendidikan yaitu madrasa ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah, Mu’allimin, Mu’allimat serta
Diniyah.

Lembaga pendidikan madrasah memberikan para siswanya nilai-nilai agama yang


tinggi, akhlak yang mulia, sehingga tidak terjerumus di lembah kenakalan yang semakin
marak akhir-akhir ini. Melihat realita yang ada, baik secara filosofis maupun budaya bangsa
kita sangat mengedepankan nilai-nilai agama, pribadi luhur, dan akhlak mulia. Dalam hadits
dikatakan “sesungguhnya aku di utus ke dunia ini hanya untuk menyempurnkan akhlak”.

Madrasah mempunyai peran dan tanggung jawab yang signifikan pada pemerintah
dan umat islam terhadap kemajuan dan kejayaan umat islam. Peran dan tanggung jawab umat
islam ini antara lain sebagai respon terhadap sikap pemerintah kolonial yang pada umumnya
tidsk suka terhadap kemajuan pendidikan islam khususnya pendidikan agama.

Sama dengan pendidikan islam yang merupakan proses mengelola bahan manusia
yang baik itu untuk dapat menjadi khoira ummah. Jika pendidikannya tidak berkualitas, maka
kemungkinannya juga kecil untuk medapatkan sumber daya yang unggul. Apalagi
memproduksi keluaran yang unggul, input yang baik pun enggan memasuki lembaga yang
tidak baik. Pendidikan diharapkan mampu menghasilkan keluaran yang berkualitas, agar
dapat menumbuhkan sumber daya yang baik.

Lembaga pendidikan islam yang bercorak madrasah dapat menumbuhkan peserta


didik yang baik yang memiliki keagamaan yang tinggi (relegius) sehingga diluar nanti dapat
memberikan contoh yang baik bagi masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi Madrasah?

2. Apa saja ciri-ciri Madrasah?

3. Apa saja jenis-jenis Madrasah?

4. Apa saja langkah-langkah pengembangan Madarasah?

5. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap Madrasah?

6. Apa itu keunggulan Madrasah ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi Madrasah

2. Untuk mengetahui jenis-jenis Madrasah

3. Untuk mengetahui langkah-langkah pengembangan Madarasah

4. Untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap Madrasah

5. Untuk mengetahui ciri-ciri Madrasah

6. Untuk mengetahui keunggulan Madrasah


BAB II

PEMBAHASAN

Berdirinya madrasah sebagai lembaga pendidikan islam sedikitnya mempunyai


empat latar belakang, yaitu:

1. Adanya pandangan yang mengatakan bahwa sistem pendidikan islam tradisional


dirasakan kurang bisa memenuhi kebutuhan pragmatis masyarakat.

2. Adanya kekhawatiran atas kevepatan pekembangan persekolahan Belanda yang


akan menimbulkan pemikiran sekuler dimasyarakat.[1]

3. Usaha penyempurnaan terhadap sistem madras ke sistem pendidikan yang lebih


memungkinkan lulusanya untuk memperoleh kesempatan yang samadengan
sekolah umum. Misalnya masalah kesamaan kesempatan kerja dan memperoleh
ijazah.
4. Sebagai manifestasi dan realisasi pembaharuan sistem pendidikan Islam.[2]

A. Pengertian Madrasah

Kata “madrasah” berasal dari isim makan yaitu kata “darasa – yadrusu – darsan wa
darusan wa dirasatan” yang berarti tempat belajar, terhapus, hilang bekasnya, menghapus,
menjadikan usang, melatih dan mempelajari. Dilihat dari pengertian ini,
maka madrasahberarti tempat untuk mencerdaskan peserta didik, menghilangkan
ketidaktahuan, memberantas kebodohan, serta melatih keterampilan mereka sesuai dengan
bakat, minat dan kemampuan peserta didik. Madrasah juga mempunyai arti tempat
pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran yang berada dibawah naungan
depatemen agama.[3]

Istilah madrasah telah menyatu dengan istilah sekoah atau perguruan, terutama
perguruan tinggi islam.[4] Madrasah tidak lain adalah kata lain sekolah, artinya tempat
belajar. Istilah madrasah di tanah arab ditunjukkuan untuk semua sekolah secara umum,
namun di indonesia ditunjukkan untuk sekolah bercorak islam, mata pelajaran dasarnya pun
lebih banyak tentang ilmu keagamaan islam. Lahirnya madrasah merupakan merupakan
kelanjutan dunia pesantren yang didalamnya terdapat unsur-unsur pokok dari pesantren.
Unsur-unsur tersebut ialah; kyai (pengasuh), santri, pondok, masjid dan mata pelajarannya
tentang agama islam. Sedangkan pada sistem madrasah tidak harus ada pondok, masjid,
pengajian kitab dan lain sebagainya. Unsur-unsur yang di utamakan di madrasah yaitu
pimpinan (kepala sekolah), guru, siswa, media pembelajaran (perangkan keras dan perangkat
lunak) serta mata pelajaran agama islam.[5] Pengetahuan dan keterampilan peserta didik akan
cepat berkembang dengan percepatan kemajuan iptek dan berkembangnya zaman, sehingga
madrasah pada dasarnya sebagai wahana untuk mengembangkan kepekaan intelektual dan
informasi, serta memperbaharui pengetahuan, sikap dan keterampilan serta bekelanjutan.

B. Ciri-ciri Madrasah

1. Mata pelajarannya tentang keagamaan, yang dijabarkan kebeberapa mata pelajaran,


yaitu: Al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI),
dan Bahasa Arab, sehingga sehingga mata pelajaran pendidikan Islam lebih
banyak.

2. Suasana keagamaannya, yang berupa: suasana kehidupan madrasah yang agamis,


adanya sasaran ibadah, penggunaan metodenya yang agamis dalam penyajian
bahan pelajaran bagi setiap mata pelajaran yang memungkinkan dan kualifikasi
guru yang harus beragama Islam dan berakhlak mulia.[6]

Di madrasah para siswinya memakai jilbab dan siswanya memakai celana panjang,
sedangakan pada sekolah non madrasah para siswinya memakai baju rok dan siswanya
memakai celana pendek untuk tingkat SLTP, sedangkan pada tingkat SMU siswanya
memakai celana panjang dan siswinya memakai baju rok dan boleh juga memakai kerudung.

Dimadrasa apabila siswa-siswinya berjumpa dengan siswa-siswi lain, atau berjumpa


dengan guru, kepala sekolah, dan tenaga pendidikan lainnya maka mereka akan saling
mengucapkan salam (Assalamu’alaikum). Sedangkan disekolah non madrasah bisa
bermacam-macam, ada selamat pagi, selamat siang dan selamat sore, dan ada yang saling
mengucapkan salam.[7]

C. Jenis-Jenis Madrasah

Madrasah merupakan salah satu lembaga formal yang di dirikan oleh masyarakat
untuk belajar, Madrasah terdiri dari berbagai jenis, yaitu:

1. Pendidikan dasar merupakan jenjang yang melandasi jenjang pendidikan dasar yang
berbentuk Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang sederajat dengan Sekolah Dasar
(SD). Madarasah ibtidaiyyah adalah lembaga pendidikan yang memberikan
pengajaran rendah serta menjadikan mata pelajaran agama islam sebagai mata
pelajaran dasar.

Tujuan umum madrasah ibtidaiyyah ialah agar murid:

a. Memiliki sikap dasar sebagai seorang muslim yang bertakwa dan berakhlakul mulia.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk melaksanakan tugas hidupnya dalam masyarakat


dan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Pendidikan menengah pertama berbentuk Madrasah Tsanawiyah (MTS) yang sederajat


dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Tujuan umum Madrasah Tsanawiyah:

a. Menjadi seorang muslim yang bertakwa dan berakhlak mulia, menghayati dan
mengamalkan ajaran agamanya.

b. Memiliki pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang lebih luas serta sikap
yang di perlukan untuk melanjutkan pelajaran ke Madrasah Aliyah atau sekolah
lanjutan atas lainnya, atau untuk dapat berbakti dalam masyarakat sambil
mengembangkan diri guna mencapai kebahagiaan dunia akhirat.

3. Madrasah aliyah adalah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan


pengajaran tingkat menengah atas, pendidikan menengah terdiri pendidikan menengah
umum dan menengah kejuruan, pendidikan menengah berbentuk Madrasah Aliyah
(MA), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) dan bentuk lain yang sederajat.[8]

Tujuan umum Madrasah Aliyah:


a. Menjadi seorang muslim yang bertakwa, berakhlak mulia, menghayati dan
mengamalkan ajaran islam yang benar.

b. Memilki ilmu pengetahuan agama dan umum yang lebih luas dan mendalam serta
pengalaman, keterampilan dan kemampuan yang di perlukan untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi.

Kesederajatan sisten pendidikan Madrasah formal antara sekolah dasar dengan


madrasah ibtidaiyah, sekolah menengah pertama dengan madrasah tsanawiyah, sekolah
menengah atas dengan madrasah aliyah dan adanya perguruan tinggi agama islam,
menunjukkan pengembangan sistem pendidikan agama islam yang luar biasa. Kini madrasah-
madrasah yang ada di indonesia kedudukannya sama dengan pendidikan formal lainnya,
bahkan pendidikan madrasah lebih unggul dari materi pelajaran yang diberikan kepada anak
didiknya, yaitu penggabungan dua materi pelajaran yang sistematis, antara materi pelajaran
agama dan pelajaran non agama (pelajaran umum). Jika pelajaran agama 60%, dan pelajaran
umuny 40%.[9]

4. Madrasah Diniyah adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama islam yang
berfungsi terutama untuk memenuhi hasrat orang tua agar anak-anaknya lebih banyak
mendapat pendidikan agama islam.[10]Madrasah Diniyah dalam arti lain suatu bentuk
madrasah yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama. Madrasah ini dimaksudkan
sebagai lembaga pendidikan agama yang disediakan bagi siswa yang belajar di
sekolah umum.

Madrasah ini terbagi menjadi tiga jenjang pendidikan, yaitu:

a. Madrsah Diniyah Awaliyah untuk sekolah dasar, ditempuh selama 4 tahun.

b. Madrasah Diniyah Wustho untuk siswa-siswa sekolah lanjutan pertama, ditempuh


selama 3 tahun.

c. Madrasah Diniyah ‘Ulya untuk siswi-siswi Sekolah Lanjutan Atas, ditempu


selama 3 tahun.

Materi yang diberikan pada madrasah diniyah adalah seluruhnya ilmu-ilmu agama
islam. Madrasah ini merupakan sekolah tambahan bagi siswa yang bersekolah umum. Tujuan
orang tua memasukkan ke madrasah ini agar putra-putrinya mendapatkan tambahan
pendidikan agama, karena disekolah umum dirasakan masih sangat kurang.

Ijazah yang diberikan madrasah ini tidak memiliki civi effect, karena orang tua murid
maupun muridnya sendiri tidak terlalu mementingkannya. Adapun jam belajarnya,
dilaksanakan disore hari, bagi sekolah umum yang belajarnya pagi hari.[11]

D. Langkah-langkah pengembangan Madrasah


Ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam rangka mengembangkan
madrasah (sekolah), yaitu:

1. Membangun berbagai kekuatan di madrasah, yang meliputi:

a. Memiliki guru yang mempunyai kompetensi, dedikasi, dan komitmen yang tinggi.

b. Memiliki siswa yang berprestasi yakni siswa berprestasi yang dapat membawa
nama baik madrasah ditingkat nasional bahkan internasional.

c. Mengembangkan sumber belajar yang tidak hanya berpusat pada guru.

d. Memilki budaya sekolah yang kokoh.

e. Memilki seorang tokoh panutan madrasah

f. Memiliki motivasi yang tinggi untuk mampu bersaing

g. Menciptakan kebersamaanyang erat dari berbagai komponen yang ada dalam


komunitas madrasah.

Dari ketujuh kekuatan di atas harus saling melengkapi dan bekerja sama dalam
membangun madrasah melalui melalui suatu sistem yang utuh dan sistematik agar madrasah
tetap unggul.

Ada satu hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut yaitu menyankut budaya madrasah
yang kokoh yang merupakan inti dari ketujuh kekuatan tersebut. Budaya madrasah adalah
sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, dan simbol-simbol
yang dipraktikan oleh kepala madrasah, guru petugas admnitrasi, siswa, masyarakat
madrasah. Budaya madrasah merupakan ciri khas, karakter, dan citra madrasah tersebut di
mata masyarakat luas.[12]

2. Memperkuat leadership (kepemimpinan) dan menenjemen madrasah.


Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, mendorong,
menggerakkan, mengarahkan dan memberdayakan seluruh sumber daya madrasah
untuk mencapai tujuan pendidikan di madrasah. Sedangkan fungsi menejemen
adalah membuat perencanaan, mengorganisasi, melaksanakan, dan mengotrol
pengembangan madrasah sesuai dengan visi, misi, tujuan dan sasaran, serta
berorintasi masa depan.

3. Membangun pencitraan (image building) madrasah. Untuk membangun pencitraan


lembaga pendidikan islam, maka ada satu hal yang harus dijadikan pegangan oleh
seluruh gurunya, yaitu: Do a good job, Do a good job, Do a good job, and Tell
people about it (publikasikan hasil atau kinerja yang bagus).
4. Mengembangkan program-program unggulan. Suatu madrasah akan diminati oleh
masyarak sekitar, terutama masyarakat yang memahami arti pentingnya pendidikan
dan biaya pendidikan atau masyarakat yang menjadikan pendidikan sebagai pokok,
jika sekolah tersebut mampu mengembangkan program-program unggulan.

5. Harus berani mengubah mindset atau cara berfikir umat islam. Kekayaan umat
islam sebagian besar dimanfaatkan untuk memenuhi kepentigan hedonisme
spritual, guna membangun kesalihan pribadi.

6. Perlunya pengembangan pendidikan islam di era globalisasi untuk menerapkan


empat strategi, yaitu:

a. Strategi subtansif, yakni lembaga pendidikan islam perlu menyajikan program-


program yang komprehensif

b. Strategi bottom-up yakni lembaga pendidikan islam yang harus tumbuh dan
brkembang dari bawah.

c. Strategi deregulatory, yakni lembaga pendidikan islam sedapat mungkin tidak


terlalu terikat pada ketentuan-ketentuan baku yang terlalu sentralistik dan
mengikat, dalam arti diprukan keberanian untuk melakukan pengembangan
lembaga pendidikan islam yang out of the box (keluar dari kotak yang terlalu
mengikat).

d. Strategi coopertive, yakni lembaga pendidikan islam perlu memgembangkan


jaringan kerja sama, bai antara sesama lembaga pendidika islam ataupu dengan
yang lainnya pada tingkat nasional, regional maupun internasional.[13]

E. Pandangan dan harapan masyarakat terhadap madrasah

Sudah sekian lama bahwa madrasah selalu tertinggal bilamana dibandingkan dengan
sekolah umum lainnya. Prestasi hasil belajar siswanya rendah, lembaga pendidikannya
dikelola dengan menejemen seadanya, gurunya kurang berkualitas dan gajinyapun sangat
rendah. Begitu pula sarana dan prasarana pendidikannya tersedia apa adanya. Seperti tidak
ada prestasi apa-apa yang hasilkan oleh madrasah, kecuali penampilan sebagai lembaga
pendidikan yang berada dibelakang. Sehingga, lembaga pendidikan ini sekalipun sulit
menglami kemajuan akan tetap memiliki ketahanan hidup yang luar biasa, dalam bahasa lain
madrasa yang disebut lembaga pendidikan islam ini memiliki ciri “Tahan hidup tapi sukar
maju”. Sebaliknya sekolah umum yang disebut sebagai lembaga pendidikan maju sedikitnya
sudah kekurangan murid dan kemudian di merger, bahkan ditutup karena tidak punya murid.
Sebaliknya pula, justru muncul fenomena baru bahwa madrasah semakin bertambah
jumlahnya dan banyak kasus bertambah muridnya.[14]

Pretasi madrasah yang telah berhasil membawa siswanya mendalami nilai-nilai yang
relegius yang tinggi, akhlak mulia, sehingga tidak terjerumus kelembah kenakalan yang
semakin marak saat ini. Secara filosofis dan budaya negara ini sangat mengedepankan nilai-
nilai agama pribadi luhur dan akhlak yang baik, seperti hadits nabi yang memnjelaskan
tentang akhlak “sesungguhnya aku di utus ke dunia ini hanya untuk menyempurnkan akhlak”.
Tanpa mengabaikan lembaga pendidikan pada umumnya semua telah manyaksikan bahwa
pserta didik yang berada dalam dunia madrasah, mulai madrasah ibtidaiyah, madrasah
tsanawiyah sampai aliyah tidak pernah terdengar melakukan kenakalan remaja yang
memprihatinkan.

Masyarakat khususnya yang kental beragam islam dalam hal memenuhi kebutauhan
pendidikan menginginkan untuk mendapatkan pendidikan umum dan agama sekaligus.
Mereka menginkan agar putra-putrinya menjadi orang yang pintar sekaligus baik. Pintar
dimaknai dengan keberhasilan memperoleh pengetahuan umum, seperti matematika, IPA,
Bahasa inggris, komputer dan sejenisnya. Sedangkan baik dimaknai dengan mampu
mengamalkan agama dengan baik dan khusuk. Kebutuhan ini ternyata lebih mungkin
dipenuhi oleh lembaga pendidikan madrasah. Hanya saja yang menjadi persoalan adalah
belum semua madrasah memenuhi kedua kebutuhan tersebut, sehubung dengan kemampuan
fasilitas dan pandangannya yang serba terbatas. Oleh karena itu madrasah lebih bersifat
mandiri, khususnya yang bersatus swasta, tetapi berjumlah besar. Atas dasar pandangan
masyarakat yang seperti itu, madrasah yang berstatus negeri dan dikenal dengan fasilitas dan
guru yang berkualitas baik, selalu menjadi pilihan utama masyarakat. Dikalangan tertentu,
sekalipun madrsah kurang bermutu, tetapi masih tetap menjadi pilihan, oleh karena itu
madrasah dipandang mampu memenuhi kedua kebutuhan tersebut. Pandangan mayarakat
seperti itulah yang menjadikan madrsah memlki ketahanan hidup yang luar biasa.[15]

Pada sisi lain masyarakat menilai dengan memandang madrasah, sebagai berikut:

1. Menganggap dan mempertahankan madrasah sebagai tafaqqahu fi ad-


din. Kelompok ini berpendirian bahwa madrasah diharapkan tetap dapat berfungsi
sebagai tempat menyiapkan kader-kader islam yang mampu dan terampil sebagai
pembimbing dan praktisi keagamaanmasyarakat. Alasan utama orang tua untuk
mengirimkan anaknya kemadrasah adalah untuk mengajar dan mendalami agama.
Dalam hal ini apapun langkah yang diambil dalam pembaharuan sistem
pengajaran dan kurikulum, hendaklah tidak menggeser atau menghilangkan peran
dan fungsi pokok madrasah sebagai lembagataaqqahu fi ad-din.

2. Berpendapat bahwa keberdaan madrasah sebagai hal yang menyababkan terjadinya


dualisme pendidikan dan dikotomi antara pengetahuan umum dan agama.
Kelompok ini juga berpendapat bahwa madrasah cenderung mencetak warga
negatif dan eksklusif.

3. Beranggapan bahwa madrsah perlu dipertahankan sebagai lembaga alternatif bagi


umat islam. Dan sebagai sumber masukan (input) mahasiswa IAIN dan STAIN, tak
bisa dibayangkan jikalau input Perguruan Tinggi Agama Islam itu bukan dari
madrasah.[16]

F.Keunggulan Madrasah

 Sekolah, Pesantren dan Rumah

Berbicara tentang pendidikan kita akan bertemu dengan tiga tempat yang terlibat
dalam pendidikan yakni sekolah, pesantren dan rumah. Ketiga wadah pendidikan ini
memiliki konsep sendiri dalam persepsi kita. Sekolah saat ini lebih dipandang bersifat
pendidikan yang menekankanpa da aspek keahlian dunia dan sangat sedikit membekali aspek
kesolehan sehingga tidak aneh bila ada yang melihat lembaga sekolah sebagai lembaga
pewarisan sekulerisasi. Berbicara pesantren maka persepsi kita akan terbayang sebuah
lembaga pendidikan yang mewariskan agama namun sangat sedikit membekali keterampilan
teknis sehingga jangan aneh bila ada yang melihat pesantren sebagai lembaga pendidikan
yang menjadikansisw anya kurang kompetitif dalam masalah teknis keduniaan. Melihat
rumah kita akan berfikir sebagai wadah awal dan pemegang kebijakan kemana pendidikan
generasi berikutnya akan diarahkan oleh orang tuanya.
Melihat persepsi ini maka ketiganya disekat oleh peran sekolah memiliki peran pewarisan
aspek intelektual dn teknis dunia, pesantren ber peran dalam pewarisan agama dan rumah
berperan dalam memutuskan pewarisan apa yang akan diberikan.

 Bukan Sekedar Sekolah

Posisi madrasah saat ini merupakan titik pertemuan antara sekolah dan pesantren
dimana rumah menginginkan anaknya memiliki pewarisan agama dan pewarisan keahlian
teknis dunia. Dua peran ini tentu akan membuat madrasah memerlukan ekstra energi agar
kompromi tujuan pendidikan ini bisa terlayani. Disinilah Madrasah memiliki keunggulan dan
nilai strategis sekaligus memerlukan energi yang besar pada zaman sekarang ini dan mungkin
kedepan. Namun bila madrasah mampu memainkan posisinya maka prosisi Madrasah akan
menjadi pilihan dari berbagai pilihan dalam melayani tujuan pewarisan dari lembaga
pendidikan yang disebut rumah. Semoga peluang ini menjadi tantangan dan eluang yang
dikelola oleh para pengelola madrasah sehingga lembaga madrasah bukan sekedar sekolah
tetapi memiliki banyak manfaat kepada sebanyak mungkin manusia disekitarnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Madrasah berasal dari isim makan yaitu kata “darasa – yadrusu – darsan wa darusan
wa dirasatan” yang berarti tempat belajar, terhapus, hilang bekasnya, menghapus, menjadikan
usang, melatih dan mempelajari. Dilihat dari pengertian ini, maka madrasah berarti tempat
untuk mencerdaskan peserta didik, menghilangkan ketidaktahuan, memberantas kebodohan,
serta melatih keterampilan mereka sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan peserta didik.
Madrasah juga mempunyai arti tempat pendidikan yang memberikan pendidikan dan
pengajaran yang berada dibawah naungan depatemen agama.
Mata pelajarannya lebih banyak tentang ilmu keagamaan islam, yaitu: Al-Qur’an
Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), Bahasa Arab, dan lain
sebagainya.

Ciri-ciri madrasah antara lain :

1. Mata pelajarannya lebih banyak tentang keagamaan,

2. Suasana keagamaannya, yang berupa: suasana kehidupan madrasah yang agamis,


adanya sasaran ibadah, penggunaan metodenya yang agamis dalam penyajian
bahan pelajaran bagi setiap mata pelajaran yang memungkinkan dan kualifikasi
guru yang harus beragama Islam dan berakhlak mulia.

Madrasah terdiri dari berbagai jenis, yaitu :

1. Madarasah ibtidaiyyah adalah lembaga pendidikan yang memberikan pengajaran


rendah serta menjadikan mata pelajaran agama islam sebagai mata pelajaran
dasar. Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang sederajat dengan Sekolah Dasar (SD).

2. Pendidikan menengah pertama berbentuk Madrasah Tsanawiyah (MTS) yang


sederajat dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

3. Madrasah aliyah adalah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan


pengajaran tingkat menengah atas, pendidikan menengah terdiri pendidikan
menengah umum dan menengah kejuruan, pendidikan menengah berbentuk
Madrasah Aliyah (MA), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), Sekolah Menengah
Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan bentuk lain yang sederajat.

4. Madrasah Diniyah adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama islam yang
berfungsi terutama untuk memenuhi hasrat orang tua agar anak-anaknya lebih
banyak mendapat pendidikan agama islam.Madrasah Diniyah dalam arti lain suatu
bentuk madrasah yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama. Madrasah ini
dimaksudkan sebagai lembaga pendidikan agama yang disediakan bagi siswa yang
belajar di sekolah umum.

Langkah yang perlu diperhatikan dalam rangka mengembangkan madrasah (sekolah),


yaitu: Membangun berbagai kekuatan di madrasah, Memperkuat leadership (kepemimpinan)
dan menenjemen madrasah, Membangun pencitraan (image building) madrasah,
Mengembangkan program-program unggulan, Harus berani mengubah mindset atau cara
berfikir umat islam, Perlunya pengembangan pendidikan islam di era globalisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Basri Hasan, dan Beni Ahmad Saebani. Ilmu Pendidikan Islam (Jilid II). Bandung: CV.
Pustaka Setia. 2010.

Muhaimin. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam. Bandung: Nuansa, 2010.

Muhaimin. Pemikiran Dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam. Jakarta: PT.


Raja Grafindo Persada, 2011

Muhaimin. Wacana Pengembanga Pendidikan Islam. Surabaya: PSAPM dengan


Pustaka Belajar. 2004.

Nasir Ridlwan. Format Pendidikan Ideal (Pondok Pesantren di Tengah Arus


Perubahan). Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010.
Nata Abudin. Menejemen Pendidikan (Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Di
Indonesia). Jakarta: Kencaana Prenada Media Group, 2010

Rais Rahmat. Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah. Litbang dan
Diklat, 2009.

Suprayogo Imam. Quo Vadis Madrasah. Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2007.

Uhbiyati Nur. Ilmu pendidikan islam. Bandung: Pustaka setia. 2005.

[1] . Dr. H. Muhaimin, M.A, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, (Bandung:
Penerbit Nuansa, 2010), Hlm:

[2] . Dr. H. Rahmat Rais, M.Ag, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah, (:
Litbang dan Diklat, 2009), Hlm: 75

[3] . Muhaimin, Arah Baru, Hlm:

[4] . Rahmat Rais, Modal Sosial, Hlm: 69

[5] . Prof. H. M. Ridlwan Nasir, MA, Format Pendidikan Ideal (Pondok Pesantren di Tengah
Arus Perubahan), (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), Hlm: 90-91

[6] . Dr. Muhaimin, MA, Wacana Pengembanga Pendidikan Islam, (Surabaya: PSAPM
dengan PUSTAKA BELAJAR, 2004), Hlm: 178-179

[7] . Muhaimin, MA, Wacana Pengembanga, Hlm: 177-178

[8] . Prof. H. Abudin Nata, M.A, Menejemen Pendidikan (Mengatasi Kelemahan Pendidikan
Islam Di Indonesia), (Jakarta: Kencaana Prenada Media Group, 2010), Hlm: 299

[9] . Hasan Basri, M.Ag dan Beni Ahmad Saebani, M.Si, Ilmu Pendidikan Islam(Jilid II),
(Bandung: CV. PUSTAKA SETIA, 2010), Hlm: 244

[10] . Nur, uhbiyati. Ilmu pendidikan islam (Bandung: Pustaka setia, 2005). hlm. 236

[11] . Ridlwan Nasir, MA, Format Pendidikan, Hlm: 95-96

[12] . Dr. H. Muhaimin, M.A, Pemikiran Dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), Hlm: 105

[13] . Muhaimin, M.A, Pemikiran Dan Aktualisasi, Hlm: 106-112

[14] . Dr. H. Imam Suprayogo, Quo Vadis Madrasah, (Yogyakarta: Hikayat Publishing,
2007), Hlm: 6-7

[15] . Imam Suprayogo, Quo Vadis, Hlm: 7-11

[16] . Rahmat Rais, Modal Sosial, Hlm: 72

Anda mungkin juga menyukai