KELOMPOK 7
SAFITRI 2021143547
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan saran dan kritik, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna dikarenan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Maka dari
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta kritik dari
berbagai pihak. Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Penullis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ……………………………………………………..………………16
B. Saran ………………………………………………………………...…………..16
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PEMBUKAAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, manusia sebagai objek material dalam pembelajaran ilmu psikologi
tentu memiliki kepribadian dan tingkah laku yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Manusia memiliki kecerdasan, akal pikiran, tingkah laku yang berbeda dari makhluk
lainnya. Keunggulan manusia yang unik tersebut, menjadi objek pembelajaran ilmu
pengetahuan terutama ilmu psikologi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Aliran Nativistik?
2. Apa yang dimaksud dengan Aliran Empiric?
3. Apa yang dimaksud dengan Aliran Konvergensi?
4. Jelaskan Tahapan Perkembangan Berdasarkan Biologis?
5. Jelaskan Tahapan Perkembangan Berdasarkan Adiksi Didaktis?
6. Jelaskan Tahapan Perkembangan Berdasarkan Psikologi?
C. Tujuan Pembahasan
1. Supaya dapat mengetahui apa itu Aliran Nativistik.
2. Agar dapat memahami apa itu Aliran Empiric.
3. Supaya mengetahui apa yang dimaksud dengan Aliran Konvergensi.
4. Agar dapat mengetahui Tahapan Perkembangan Berdasarkan Biologis
1
5. Supaya dapat memahami Tahapan Perkembangan Berdasarkan Adiksi
Didaktis
6. Agar dapat mengetahui Tahapan Perkembangan Berdasarkan Psikologi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. ALIRAN NATIVISTIK
Seorang tokoh bernama Franz joseph gall (1785-1828) mencoba untuk melihat
pembawaan-pembawaan tersebut di otak manusia, dengan cara melakukan metode
penelitian menggunakan tengkorak kepala namun sayangnya metode ini tidak betahan
terlalu lama karena dianggap tidak kuat dalam segi dasar ilmiah. Tokoh lain yang
bernama C.G Jung merupakan seorang yang mendukung aliran nativisme yang
mengatakan bahwa manusia bisa dibagi menjadi dua jenis tipe yaitu kepribadian extrovert
dan introvert atau dapat juga dibagi menjadi tipe rasional, emosional, sensitive dan
intuitif (psikologi kepribadian).
3
pendukung ini dikemukakan juga oleh John locke dan J.B. Watson. Dari berbagai jenis
aliran nativistik, kemudian lahirlah sebuah aliran baru yang bernama konveregensi, aliran
ini merupakan penggabungan dari 2 aliran nativisme dan juga empirisme dengan teori
pendukung W.Stern.
1. Aliran nativisme
2. Aliran empirisme
3. Aliran konvergensi
Aliran nativisme terdiri dari kata natus yaitu lahir dan nativis yaitu pembawaan
dari ajaran tersebut yang memandang manusia dari sejak lahir potensi dasar yang dimiliki
manusia betolak belakang dengan leibnitzian tradition yang merupakan kemampuan
dalam diri seorang anak yang berasal dari faktor lingkungan.
Kemudian, para penganut aliran nativistik berpandangan saat bayi baru lahir
memang memiliki pembawaannya masing-masing dari pembawaan yang baik maupun
pembawaan yang buruk, maka dari itu hasil dari pendidikan lah yang nantinya akan
menentukan pembawaan yang sudah dibawanya sejak lahir tersebut, untuk proses belajar
anak, tentu anak haruslah diberikan pendidikan yang baik agar dapat berkembang dengan
baik melalui proses belajar yang benar.
4
Perintis dari aliran konveregensi adalah William Stren (1871-1939) yang
merupakan seorang ali pendidikan dari jerman, beliau berpendapat bahwa saat seorang
anak lahir ke dunia membawa pembawaan baik dan juga pembawaan yang buruk.
Faktor tersebut tidak akan berkembang tanpa adanya dukungan dari lingkungan
yang akan mempengaruhi bakat dan potensinya kelak, untuk itu apabila seorang anak
memiliki otak yang cerdas namun tidak didukung dengan pendidikan yang
mengarahkannya, maka otak yang cerdas tersebut tidak akan berkembang dengan baik.
Dari keberhasilan teori cara belajar dapat dikaitkan melalui aliran pendidikan
yang satu dengan aliran yang lainnya, dari aliran nativisme dapat terlihat bahwa peserta
didik tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosial psikologi sosial(), namun menurut
aliran empirisme justru lingkungan lah yang dapat mempengaruhi pendidikan tersebut.
B. ALIRAN EMPIRIC
5
Istilah teori empirisme diambil dari bahasa Negara Yunani empeiria yang berarti
coba coba atau pelajaran masa lalu. Teori empirisme menjelaskan bahwa psikologi
pendidikan tentang kebenaran yang sempurna tak diperoleh dengan akal, tetapi di peroleh
atau bersumber dari panca indera individu, yakni mata, lidah, telinga, kulit dan hidung.
Atau, kebenaran ialah hal yang sesuai dengan pelajaran masa lalu individu. Teori
empirisme ialah teori psikologi pendidikan yang mementingkan stimulasi eksternal dalam
perkembangan individu. Dan menyatakan bahwa perkembangan individu tergantung dari
keadaan lingkungannya dimana dia berada, sedangkan pembawaan tak berpengaruh.
C. ALIRAN KONVERGENSI
Konvergensi berasal dari kata Convergative yang berarti penyatuan hasil atau
kerja sama untuk mencapai suatu hasil. William Stern mengatakan bahwa kemungkinan-
kemungkinan yang dibawa sejak lahir itu merupakan petunjuk-petunjuk nasib manusia
yang akan datang dengan ruang permainan. Dalam ruang permainan itulah terletak
pendidikan dalam arti yang sangat luas. Tenaga-tenaga dari luar dapat menolong tetapi
bukan yang menyebabkan perkembangan itu Karena datangnya dari dalam yang
mengandung dasar keaktifan dan tenaga pendorong. Sebagai contoh; anak dalam tahun
6
pertama belajar mengoceh, baru kemudian becakap-cakap, dorongan dan bakat itu telah
ada, dia meniru suara-suara dari ibunya dan orang disekelilingnya. Ia mendengar dan
meniru kata-kata yang diucapkan kepadanya. Bakat dan dorongan itu tidak akan
berkembang jika tidak ada bantuan dari luar yang merangsangnya. Dengan demikian jika
tidak ada bantuan suara-suara dari luar atau kata-kata yang di dengarnya tidak mungkin
anak tesebut bisa bercakap-cakap.
a. Faktor Internal, yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi
pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya
sendiri.
b. Faktor Eksternal, yaitu hal-hal yang datang atau ada diluar diri siswa yang
meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa
tersebut dengan lingkungannya.
Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik
faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang
sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik
tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu.
Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang
optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk
mengembangkan itu. Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak manusia berbahasa
dengan kata-kata, adalah hasil konvergensi.
7
belajar mengajar, seperti peran guru sebagai fasilitator atau informator, teknik penilaian
pencapaian siswa dengan tes objektif atau tes esai, perumusan tujuan pengajaran yang
sangat behavioral, penekanan pada peran teknologi pengajaran The Teaching Machine
(belajar berprogram), dan lain sebagainya.
8
a. Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun dan membuat perncanaan proses
belajar-mengajar.
b. Adanya keterlibatan intelektual emosional siswa, baik melalui kegiatan
mengalami, manganalisis, berbuat, maupun pembentukan sikap.
c. Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok
untuk berlangsungnya proses belajar-mengajar.
d. Guru bertindak sebagai fasilitator dan koordinator kegiatan belajar siswa.
e. Menggunakan multi metode dan multi media.
Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam sistem (CBSA) pengakuan
dan perhatian terhadap potensi dasar/pembawaan anak sangat penting. Disamping itu,
perhatian juga diarahkan pada pengkondisian lingkungan tempat berlangsungnya proses
belajar-mengajar. Sehingga proses pembelajaran dan pendidikan secara keseluruhan dapat
berlangsung lebih bermakna. Dengan kata lain melalui sistem CBSA belajar itu
dipandang sebagai proses interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dengan
demikian, penerapan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) sebenarnya secara prinsip
merupakan implementasi dari paham konvergensi dalam pendidikan.
1. Hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui
serangkaian pengalaman belajar yang bermakna.
2. Keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya.
9
Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
10
antara fase kedua dengan fase ketiga ditandai dengan mulai bekerjanya kelenjar
kelengkapan kelamin.
c. Elizabeth Hurlock :
1. Tahap I : Fase Prenatal (sebelum lahir)
2. Tahap II : Infancy (orok)
3. Tahap III : Babyhood (bayi)
4. Tahap IV : Childhood (kanak – kanak)
5. Tahap V : Adolesence/puberty; a.) Pre Adolesence, b.) Eary Adolesenc, c.)
Late Adolesence
Analisis didaktis anak pada usia tertentu.dari segi pendidikan harus diberikan
bahan (bahan pendidikan) yang sesuai dengan perkembangan anak didik,dan harus
dipergunakan metode penyampaian yang sesuai dengan perkembangannya.
11
Fase Perkembangan Berdasarkan Konsep Didaktis Dasar yang digunakan untuk
menentukan pembagian fase ini adalah materi dan cara mendidik anak pada masa-masa
tertentu. Pembagian ini diantaranya dikemukakan oleh Johann Amos Comenius (seorang
ahli pendidikan di Moravia). Pembagian tersebut adalah :
a. 0-6 tahun : sekolah ibu, merupakan masa mengembangkan alat-alat indra dan
memperoleh pengetahuan dasar di bawah asuhan ibu
b. 6-12 tahun : sekolah anak, merupakan masa anak mengembangkan daya
ingatanya dibawah pendidikan sekolah rendah.
c. 12-18 tahun : sekolah bahasa Latin (sekolah remaja), merupakan masa
mengembangkan daya pikirannya dibawah pendidikan sekolah menengah. Pada
masa ini mulai diajarkan bahasa latin sebagai bahasa asing.
d. 18-24 tahun: sekolah tinggi dan pengembaraan, merupakan masa
mengembangkan kemaunnya dan memilih suatu lapangan hidup yang
berlangsung di bawah perguruan tinggi.
1. Comenius.
Dipandang dari segi pendidikan, pendidikan lengkap bagi seorag ibu berlangsung
dalam 4 jenjang yaitu :
a) Sekolah ibu (scola maternal) anak – anak sampai 6 tahun
b) Sekolah bahasa ibu (scola vernaculan) anak –anak 6 – 12 tahun
c) Sekolah latin (scola latina) usia 12 – 8 tahun
2. Rosseau. Penahapannya :
a) Tahap I (0 – 2 tahun) : usia asuhan
b) Tahap II (2 – 12 tahun) : masa pendidikan jasmani dan latihan panca indera
c) Tahap III (12 – 15 tahun) : periode pendidikan akal
d) Tahap IV (15 – 20 tahun) : periode pendidikan watak dan pendidikan agama
12
fase yang lain dalam perkembangannya. Berdasarkan masa dimana individu mengalami
goncangan psikis, perkembangan individu dapat digambarkan melewati tiga periode atau
masa, yaitu dari sampai masa kegoncangan pertama (tahun ketiga atau keempat yang
biasa disebut masa kanak – kanak), masa goncangan pertama sampai pada masa
kegoncangan kedua (masa keserasian bersekolah), dari masa kegoncangan kedua sampai
akhir masa remaja yang biasa disebut masa kematangan.
a) Oswald Kroh
Ciri-ciri psikologis yang digunakan sebagai dasar oleh Oswald Kroh adalah
pandangannya terhadap anak-anak yang umumnya memiliki keguncangan jiwa
yang dimanifestasikan dalam bentuk sifat trotz (keras kepala). Atas dasar ini ia
membagi masa perkembangan dalam 3 fase, yaitu:
a. Fase anak awal: Dari lahir (0-3 tahun). Pada akhir fase ini terjadi trotz
pertama, yang ditandai dengan anak serba membantah atau menentang.
b. Fase keserasian sekolah: dari umur 3-13 tahun. Pada akhir masa ini
timbul sifat trotz kedua, dimana anak suka menentang kepada orang lain,
terutama kepada orang tuanya.
c. Fase kematangan: anak berumur 14-19 tahun. Pada fase ini anak mulai
menyadari kekurangannya dan kelebihannya, yang dihadapi dengan sikap
sewajarnya.
b) Kohnstamm
Kohnstamm membagi fase perkembangan manusia menjadi 5 fase, yaitu:
a. Periode vital: umur 0-1,5 tahun, disebut juga fase menyusui.
b. Periode estetis: umur 1,5-7 tahun, disebut juga fase pencoba dan bermain.
c. Periode intelektual (fase sekolah): umur 7-14 tahun.
d. Periode sosial (remaja): umur 14-21 tahun.
e. Periode matang: umur 21 tahun keatas, disebut juga masa tua
c) Erik Erikson
Tahapan perkembangan psikosoial ini menekankan perubahan perkembangan
psikososial sepanjang siklus kehidupan manusia. Berikut delapan tahapan
perkembangan manusia ditinjau dari segi psikososial:
13
a) Percaya versus tidak percaya (0-1 tahun)
Pada tahap ini bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang baik
orang tua maupun orang yang mengasuhnya ataupun perawat yang
merawatnya, kegagalan pada tahap ini apabila terjadi kesalahan dalam
mengasuh atau merawat maka akan timbul rasa tidak percaya.
b) Tahap otonomi versus rasa malu dan ragu (1-3 tahun)
Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas tumbuh kembang
seperti dalam motorik kasar: anak mampu berjinjit, memanjat,berbicara dan
lain sebagainya, sebaliknya perasaan malu dan ragu akan timbul apabila anak
merasa dirinya terlalu dilindungi atau tidak diberikan atau kebebasan anak
dan menuntut tinggi harapan anak.
c) Tahap inisiatif versus rasa bersalah (3 – 6 tahun )
Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara
aktif dalam melakukan aktifitasnya melalui kemampuan indranya. Hasil akhir
yang diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai
prestasinya. Apabila dalam tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan
timbul rasa bersalah pada diri anak.
d) Tekun versus rasa rendah diri (6-12 tahun)
Anak akan belajar untuk bekerjasama dan bersaing dalam kegiatan akademik
maupun dalam pergaulan melalui permainan yang dilakukan bersama. Anak
selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan sehingga anak pada
usia ini rajin dalam melakukan sesuatu. Apabila dalam tahap ini anak terlalu
mendapat tuntutan dari lingkunganya dan anak tidak berhasil memenuhinya
maka akan timbul rasa inferiorty ( rendah diri ).
e) Tahap identitas dan kebingungan identitas ( 12-20 tahun)
Pada tahap ini terjadi perubahan dalam diri anak khususnya dalam fisik dan
kematangan usia, perubahan hormonal, akan menunjukkan identitas dirinya
seperti siapa saya kemudian. Apabila kondisi tidak sesuai dengan suasana
hati maka dapat menyebabkan terjadinya kebingungan dalam peran.
f) Keakraban versus keterkucilan (20-30 tahun)
Individu menghadapi tugas perkembangan relasi intim dengan orang lain.
Saat anak muda membentuk persahabatan yang sehat dan relasi akrab dengan
oranglain, maka keintiman akan tercapai, namun bila tidak maka akan terjadi
isolas.
14
g) Generativitas versus stagnasi ( 40-50 tahun )
Pada fase ini, seseorang akan memiliki perhatian terhadap apa yang
dihasilkan, keturunan, serta ide untuk generasi mendatang. Namun, jika
generativitas lemah, maka akan terjadi stagnasi
h) Integritas diri versus keputusasaaan ( 50 tahun keatas)
Pada fase ini, seseorang akan mengevaluasi apa yang telah dilalakukannya
selama ia hidup. Jika manusia usia lanjut mampu memelihara dan
menyesuaikan diri dengan keberhasilan, maka ia akan merasa sukses.
Namun, jika ia menyelesaikan hanya tahap sebelumnya secara negatif, maka
cenderung akan menghasilkan rasa bersalah atau kemurangan yang disebut
Erikson sebagai despair (putus asa).
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Istilah teori empirisme diambil dari bahasa Negara Yunani empeiria yang berarti
coba coba atau pelajaran masa lalu. Teori empirisme menjelaskan bahwa psikologi
pendidikan tentang kebenaran yang sempurna tak diperoleh dengan akal, tetapi di peroleh
atau bersumber dari panca indera individu, yakni mata, lidah, telinga, kulit dan hidung.
Konvergensi berasal dari kata Convergative yang berarti penyatuan hasil atau
kerja sama untuk mencapai suatu hasil. William Stern mengatakan bahwa kemungkinan-
kemungkinan yang dibawa sejak lahir itu merupakan petunjuk-petunjuk nasib manusia
yang akan datang dengan ruang permainan. Dalam ruang permainan itulah terletak
pendidikan dalam arti yang sangat luas. Tenaga-tenaga dari luar dapat menolong tetapi
bukan yang menyebabkan perkembangan itu Karena datangnya dari dalam yang
mengandung dasar keaktifan dan tenaga pendorong. Sebagai contoh; anak dalam tahun
pertama belajar mengoceh, baru kemudian becakap-cakap, dorongan dan bakat itu telah
ada, dia meniru suara-suara dari ibunya dan orang disekelilingnya. Ia mendengar dan
meniru kata-kata yang diucapkan kepadanya. Bakat dan dorongan itu tidak akan
berkembang jika tidak ada bantuan dari luar yang merangsangnya. Dengan demikian jika
tidak ada bantuan suara-suara dari luar atau kata-kata yang di dengarnya tidak mungkin
anak tesebut bisa bercakap-cakap.
B. SARAN
16
akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman
dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.
17
DAFTAR PUSTAKA
Klitang maha dewa. 01 Desember 2020. Psikologi Perkembangan: 7 Tahap Yang Perlu
Diketahui. Diakses pada 01 Oktober 2022.
https://kampuspsikologi.com/author/lintang/?amp
Sudrajat Akhmad. 05 Maret 2008. Perkembangan Individu secara Didaktis. Diakses pada
01 Oktober 2022.
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/author/akhmadsudrajat/
Valentini Dewi. 2017. Perkembangan Peserta Didik. Diakses pada 01 Oktober 2022.
http://dewivalentini.blogspot.com/2017/09/perkembangan-peserta-didik.html?m=1