MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah
Psikologi Agama
Dosen Pengampu : Dr. H. Rajaminsah. SH. M. MPd
Disusun Oleh
Muhammad Fauzi Ichsan 12519.0068
Susilawati 12515.0032
Resmi Nur Fauzi 12519.0029
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
1. 1 Latar Belakang ................................................................................................... 4
1. 2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
1. 3 Tujuan ................................................................................................................. 5
BAB II................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 6
1. 1 Kejiwaan Agama Pada Orang Dewasa ............................................................ 6
2. 2 Masalah-masalah Keberagamaan pada Masa Dewasa ................................ 12
2. 3 Ciri-Ciri Sikap Keberagamaan Pada Masa Dewasa ............................................... 14
BAB III ............................................................................................................................. 15
PENUTUP ........................................................................................................................ 15
3. 1 Kesimpulan ....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Psikologi Agama pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) disajikan untuk
membantu mahasiswa memahami perkembangan jiwa keagamaan manusia mulai
dari masa kanak-kanak sampai lanjut usia, di mana perkembangan jiwa
keagamaan tersebut dipengaruhi oleh dinamika kejiwaan.
Hal ini penting untuk diketahui karena mahasiswa PAI disiapkan untuk
menjadi guru agama yang bukan hanya bertugas untuk memahamkan materi
pelajaraan keagamaan, namun tugas yang lebih berat adalah membentuk jiwa
keagamaan anak didiknya agar menjadi lebih baik.
Pada makalah ini, materi akan mengajak pembaca untuk memahami tentang
Sumber Kejiwaan Pada Orang Dewasa.
Salah satu ciri manusia, seperti dikatakan Mircea Eliade, bahwa ia adalah jenis
makhluk homo religiosus (Sastrapratedja, 1982:37). Menurutnya, Homo religiosus
adalah tipe manusia yang hidup dalam alam yang sakral, penuh dengan nilai-nilai
religius (keagamaan), dan dapat menikmati sakralitas yang ada dan tampak pada
alam semesta. Dalam pandangan homo religiosus kehidupan di dunia ini tidak
semata-mata bersifat alamiah (profan). Kehidupan di dunia terikat dengan
kehidupan dunia lain yang digambarkan dengan kehadiran Tuhan.
Tuhan menjadi pusat kehidupan dunia. Seperti dikatakan Nottingham: Sesuatu
yang sakral lebih mudah dikenal daripada didefinisikan. Ia berkaitan dengan hal-
hal yang penuh misteri baik yang sangat mengagumkan maupun yang sangat
menakutkan. Dalam semua masyarakat yang kita kenal terdapat perbedaan antara
yang suci dengan yang biasa atau, sering kita katakan, antara yang sakral dan yang
sekuler atau duniawi. Meskipun demikian hampir tidak ada sebuah benda pun
yang ada di surga (langit) ataupun di bumi yang pada suatu saat belum pernah
dianggap sakral oleh sekelompok orang (Nottingham, 1985:9-10).
Kehadiran Tuhan dalam kehidupan manusia di dunia telah melahirkan adanya
seperangkat keyakinan, norma, dan praksis yang berpusat kepada-Nya. Kumpulan
dari seperangkat keyakinan, norma, dan praksis ini kemudian disebut agama,
religion, dan al-din. Dalam realitas sosial, mengikuti kajian kalangan ahli
antropologi agama, sosiologi agama dan sejarah agama, adanya agama dipandang
sebagai fenomena yang sudah sangat tua. Bahkan disebutkan kalau fenomena
agama ini senantiasa menyertai kehidupan manusia dimana dan kapan pun. Oleh
karena itu dikatakan bahwa fenomena agama merupakan fenomena yang universal
(Nottingham, 1985:2). Kenyataan menunjukkan, sebagian besar umat manusia di
bumi menjadi pemeluk suatu agama tertentu, semisal Yahudi, Kristen, Islam,
Hindu, Buddha, Konghucu, Taoisme, dan Sinto. Fenomena umat manusia yang
tidak lepas dari agama menunjukkan bahwa agama menempati tempat yang
penting dalam kehidupannya.
Barang-barang peninggalan paling kuno dari orang Neanderthal menunjukkan
bukti-bukti tentang kegiatan yang oleh para sarjana ditafsirkan sebagai kegiatan-
4
kegiatan yang bersifat keagamaan. Tak seorang ahli etnologi pun yang
menemukan kelompok manusia tanpa bekas-bekas tingkah-laku yang bisa
dilukiskan dengan cara yang sama. Meskipun keuniversalan ini mungkin sukar
dijelaskan, tetapi ia merupakan fakta historik dan antropologis yang tidak dapat
diingkari (Nottingham, 1985:2-3).
Orang dewasa mungkin yang sudah berumur 45 tahun belum tentu memiliki
kesadaran beragama yang mantab bahkan mungkin kepribadiannya masih belum
dewasa atau masih „immature‟. Umur kalender atau umur seseorang yang
menggunakan ukuran waktu almanac belum tentu sejalan dengan kedewasaan
kepribadiannya, kematangan mental atau kemantapan kesadaran beragama.
Banyak orang yang telah melewati umur 25 tahun, yang berarti telah dewasa
menurut umur kalender, namun kehidupan agamanyamasih belum matang. Ada
pula remaja yang berumur dibawah 23 tahun telah memiliki kesadaran beragama
yang cukup dewasa.Tercapainya kematangan kesadaran beragama seseorang
tergantung pada kecerdasan, kematangan alam perasaan, kehidupan motivasi,
pengalaman hidup, dan keadaan lingkungan sosial budaya.
1. 2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kejiwaan Agama Pada Orang Dewasa?
2. Apa Saja Masalah-Masalah Keberagamaan Pada orang Dewasa?
3. Bagaimana Ciri-Ciri Sikap Keberagamaan Orang Dewasa?
1. 3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Kejiwaan Agama Pada Orang Dewasa.
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Masalah-Masalah Keberagaman Pada
Orang Dewasa.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Ciri-Ciri Sikap Keberagamaan Orang
Dewasa.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pembagian masa dewasa ini, senada juga diungkap oleh beberapa ahli
psikologi Havighurst (dalam Suprayetno:79) misalnya, membagi masa dewasa
sebagai berikut :
6
Ciri perilaku beragama pada masa kanak-kanak yang masih tetap ada pada
orang dewasa mengindikasikan suatu bentuk kurang matangnya perilaku
beragama. Allport menjelaskan adanya enam kriteria sebagai indikasi perilaku
beragama yang matang, yaitu:
7
Kemantapan jiwa orang dewasa ini setidaknya memberikan gambaran
tentang bagaimana sikap keberagamaan pada orang dewasa. Mereka sudah
memiliki tanggung jawab terhadap sistem nilai yang dipilihnya, baik sistem nilai
yang bersumber dari ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma
lain dalam kehidupan. Pokoknya, pemilihan nilai-nilai tersebut telah didasarkan
atas pertimbangan pemikiran yang matang. Berdasarkan hal ini, maka sikap
keberagamaan seorang di usia dewasa sulit untuk diubah. Jikapun terjadi
perubahan mungkin prose itu terjadi setelah didasarkan atas pertimbangan yang
matang (Jaluddin: 107).
8
h) Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan
kehidupan sosial, sehingga perhatian terhadap kepentingan
organisasi sosial keagamaan sudah berkembang (Jalaluddin: 108-
109).
A. Agama Pada Masa Dewasa Awal
Usia dewasa awal rentang dari usia 18-40 tahun. Pada usia ini orang
dewasa disibukkan dengan membangun karir dan keluarga. Masa dewasa awal
dikenal dengan istilah-istilah lain seperti masa pengaturan, masa bermasalah,
masa ketegangan emosi, masa keterasingan sosial, masa komitmen, masa
perubahan nilai.
9
akan terjadi bagi orang-orang yang tidak mendapatkan pembiasaan kehudupan
agama sejak kecil.
Masa dewasa madya dimulai usia 40-60 tahun. Pada dewasa madya
seseorang telah mendapatkan sebahagian besar cita-cita hidupnya. Masa ini
ditandai dengan 10 karakteristik yang amat penting yaitu:
10
6. Masa berprestasi, orang dewasa madya yang telah bekerja keras
untuk sukses pada masa dewasa dini akan mencapai puncak karier
pada usia ini.
7. Masa evaluasi. Selama masa akhir tiga puluhan dan awal empat
puluhan adalah umumnya bagi pria untuk melihat kembali
keterikatan masa awal tersebut.
8. Masa standar ganda. Artinya pada saat ini ada stadar ganda pada
peria dan wanita.
9. Masa sepi. Orang dewas madya pada umumnya sudah berpisah
dari orangtuanya atau anak-anaknya sudah meninggalkannya.
10. Masa jenuh, masa ini mulai merakan merasa jenuh dengan
pekerjaannya, atau seorang ibu sudah mulai jenuh dengan urusan
rumah tangganya (Sitorus: 83-84).
11
James mengatakan bahwa umur yang sangat luar biasa tampaknya justru
terdapat pada usia dewasa madya, ketika gejolak kehidupan seksual sudah mulai
menurun. Tetapi menurut Thoules, dari hasil temuan Goper, memang
menunjukkan bahwa kegiatan beragama orang yang belum berumah tangga
sedikit lebih banyak dari mereka yang telah berumah tangga, sedangkan kegiatan
keagamaan orang yang sudah bercerai jauh lebih banyak dari keduanya (Sitorus:
84).
1. Masa dewasa awal, masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup yang
akan diambil dengan menghadapi godaan berbagai kemungkinan pilihan.
2. Masa dewasa tengah, masalah sentaral pada masa ini adalah mencapai
pandangan hidup yang matang dan utuh yang dapat menjadi dasar dalam membuat
keputusan secara konsisten.
3. Masa dewasa akhir, ciri utamanya adalah “pasrah”. Pada masa ini, minat dan
kegiatan kurang beragama. Hidup menjadi kurang rumit dan lebih berpusat pada
hal-hal yang sungguh-sungguh berarti. kesederhanaan lebih sangat menonjol pada
usia tua.
12
pertimbangan akal sehat. Sikap keberagamaan ini membawa mereka secara
mantap menjalankan ajaran agama yang mereka anut. Sikap keberagamaan itu
akan dipertahankan sebagai identitas dan kepribadian mereka. Jika nilai-nilai
agama yang mereka pilih dijadikan pandangan hidup, maka sikap keberagamaan
akan terlihat pula dalam pola kehidupan mereka. Apabila pada tahap remaja
perkembangan jiwa keagamaannya baik atau bagus maka pada tahap dewasa
kemungkinan besar akan berkembang lebih baik Perkembangan jiwa keagamaan
pada remaja juga berkaitan erat dengan bagaimana individu telah melewati
tahapan jiwa keagamaannya pada masa anak�anak dan remaja
(NailiamaniAman.Net: 2014:12.05).
13
pertimbangan akal sehat. Sikap keberagamaan ini membawa mereka secara
mantap menjalankan ajaran agama yang mereka anut. Sikap keberagamaan itu
akan dipertahankan sebagai identitas dan kepribadian mereka. Jika nilai-nilai
agama yang mereka pilih dijadikan pandangan hidup, maka sikap keberagamaan
akan terlihat pula dalam pola kehidupan mereka. Apabila pada tahap remaja
perkembangan jiwa keagamaannya baik atau bagus maka pada tahap dewasa
kemungkinan besar akan berkembang lebih baik Perkembangan jiwa keagamaan
pada remaja juga berkaitan erat dengan bagaimana individu telah melewati
tahapan jiwa keagamaannya pada masa anak�anak dan remaja.
14
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Elizabeth B. Hurlock membagi masa dewasa menjadi tiga bagian: (a) Masa
dewasa awal (masa dewasa dini/ young adult), (b) Masa dewasa madya (middle
adult), (c) Masa usia lanjut (masa tua/older adult).
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Kartikowati, Endang (2016). Psikologi Agama dan Psikologi Islami. Jakarta:
Prenadamedia Grup
Lubis, Ramadan (2019). Psikologi agama. Medan: Perdana Publish
Modul (2020), Perkembangan Jiwa Agama Pada Usia Dewasa. Jakarta
Maulidya, Faricha (2004). Peridesasi Perkembangan Dewasa. Sidoarjo
17