Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

STRATEGI DAN METODE DALAM MENGEMBANGKAN


KECERDASAN MORAL DAN AGAMA AUD

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


PERKEMBANGAN NILAI MORAL DAN AGAMA
AUD

Dosen Pengampu: Khoirul Fuad,MPd.l

Disusun Oleh:
KUNI MAGHFURIN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULA
NGLAWAK, KERTOSONO, NGANJUK
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Strategi dan metode pengembangan kecerdasan moral AUD ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah perkembangan nilai moral dan agama AUD. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang
memperkenalkan nilai moral dan agama pada anak.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bpk Khoirul Fuad,M.Pd.l ,


Selaku dosen mata kuliah perkembangan nilai moral dan agama AUD yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai bidang yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Nganjuk, 04 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1

C. Tujuan...........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Strategi Pengembangan Moral dan Nilai Agama Pada Anak Usia Dini.......................3

B. Metode untuk mengembangkan Nilai moral dan agama pada anak usia dini.............10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................................16

B. Saran ..........................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu upaya pelestarian moralitas yang


sangat berpengaruh dalam kehidupan suatu bangsa. Kehidupan suatu bangsa
membutuhkan pendidikan sebagai salah satu alat untuk mencetak generasi yang
bermutu. Pendidikan dalam hal ini tidak bisa terlepas dari peran pendidikan anak usia
dini yang memberikan bimbingan dan pengenalan mengenai nilai agama dan moral
kepada anak sejak awal masa pertumbuhan.

Pendidikan seharusnya mampu menghadirkan generasi yang bermoral dan


berkarakter kuat karena manusia sesungguhnya dapat dididik. Manusia adalah animal
seducandum. Artinya, manusia adalah binatang yang harus dan dapat dididik.
Aristoteles mengatakan, sebuah masyarakat yang budayanya tidak memperhatikan
pentingnya mendidik good habits (melakukan kebiasaan berbuat baik) akan menjadi
masyarakat yang terbiasa dengan hal buruk (Hidayat, 2015: 2.5). Oleh karena itu
pengembangan nilai agama dan moral dalam pendidikan anak usia dini menjadi sangat
penting dan diharapkan dapat berperan dalam membentuk karakter bangsa yang
bermoral dan bermartabat.

Pendidikan nilai agama dan moral pada anak usia dini menjadi sangat mendesak
dalam upaya untuk membangun masyarakat yang beragama, beradab, bermoral dan
bermartabat sesuai dengan nilai-nilai dalam ajaran agama Islam. Selain itu
pengembangan moral dan nilai agama juga sangat penting dalam perbaikan kondisi
suatu bangsa. Oleh karena itu makalah ini berusaha menggali strategi yang efektif
dalam membentuk karakter positif dalam diri seorang anak. Makalah ini diharapkan
dapat memberikan sumbangan pemikiran atau alternatif mengenai strategi
pengembangan moral dan nilai agama untuk anak usia dini.

1
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Strategi Pengembangan Moral dan Nilai Agama Pada Anak Usia
Dini ?
2. Metode apa saja yang dapat digunakan untuk mengembangkan Nilai moral dan
agama pada anak usia dini ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Strategi Pengembangan Moral dan Nilai Agama Pada Anak
Usia Dini.
2. Untuk mengetahui Metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan Nilai
moral dan agama pada anak usia dini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Strategi Pengembangan Moral dan Nilai Agama Pada Anak Usia Dini

1. Menanamkan Rasa Cinta Kepada Allah SWT

Diantara cara membimbing anak menuju akidah yang benar adalah dengan
mendidik mereka untuk mencintai Allah. Pendidikan ini harus diberikan sejak ini. Pada
saat tersebut, mulailah mereka diperkenalkan kepada makhluk-makhluk Allah (manusia,
binatang, dan tumbuh-tumbuhan) yang terdekat disekitar mereka. Selain itu, juga perlu
diupayakan adanya keterikatan antara mereka dengan yang telah menciptakannya,
pemilik keagungan, pemberi nikmat, dan maha dermawan.

Dengan bentuk seperti ini anak pasti akan mencintai Allah (Rajih, 2008: 87-88)
Rasa cinta kepada Allah beserta seluruh ciptaannya dapat diperkenalkan pada anak usia
dini melalui pembelajaran saintifik. Pembelajaran saintifik tersebut akan mengenalkan
akan pada makhluk ciptaan Allah sekaligus mengenalkan anak untuk mencintai ilmu
pengetahuan dengan proses mengamati.

Menciptakan rasa cinta kepada Allah juga diikuti oleh mencintai seluruh
ciptaannya, termasuk mencintai orang tua, keluarga, dan tetangga. Strategi penanaman
nilai-nilai agama dengan mencintai Allah dan segala ciptaannya akan menciptakan
seorang anak yang penuh cinta kasih, sehingga perkataan dan perbuatannya menjadi
menyenangkan dan tumbuh menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesamanya.

2. Menciptakan Rasa Aman

Perasaan aman dan ketenangan adalah kebutuhan yang mendasar yang selalu
didambakan anak. Saat dia sakit dan menangis dia mengharapkan ibunya bangun dan
berjaga sepanjang malam untuk berada disampinynya, memberikan kehangatan jika
diinginkan (Mursi, 2006: 24). Kebutuhan akan rasa aman tidak hanya dari lingkungan

3
keluarga saja, tetapi sekolah beserta seluruh aparaturnya dan lingkungan tempat tinggal
juga memberikan pengaruh dalam menciptakan rasa aman bagi seorang anak.

Strategi pengembangan moral dan nilai agama tidak bisa mengesampingkan


pentingnya rasa aman bagi seorang anak. Rasa aman ini akan berdampak juga dalam
penyerapan nilai-nilai agama dan moral yang diajarkan oleh orang tua maupaun guru di
sekolah. Apabila anak merasa aman dan nyaman di rumah maupun di sekolah maka
anak tersebut akan mudah menerima pembelajaran ataupun contoh-contoh positif yang
diberikan oleh orang tua atau oleh gurunya.

Rasa aman berdampak pada proses pembelajaran yang dapat berjalan dengan
optimal, sehingga anak dapat berkembang pesat sesuai masa pertumbuhannya. Misalnya
saja dalam hal pengaturan waktu tidur. Seorang anak membutuhkan tidur dalam
keadaan tenang dan waktu lebih awal. Tidur siang (kira-kira dari pukul 13.00- 16.00).
Jangan menghukum dengan melarang tidur atau mengurangi waktu tidurnya.

Jangan mengganggu tidurnya dengan alasan apapun, karena hal ini akan
berpengaruh pada jantungnya. Jangan membangunkan anak supaya dia buang air, atau
membangunkannya ketika sang ayah bau datang atau membangunkannya untuk
memarahi atau menegurnya. Waktu tidur yang cukup tidak kurang dari tujuh jam atau
lebih dalam sehari semalam (Mursi, 2006: 22).

3. Mencium dan Membelai Anak

Mencium anak merupakan hal yang yang mampu memenuhi kebutuhan akan
rasa kasih sayang. Rasul SAW bersabda yang intinya agar memperbanyak mencium
anaknya, karena setiap ciuman adalah satu derajat di surga dan jarak antara derajat satu
dengan yang lain adalah lima ratus tahun. Jika seseorang mencium anaknya, maka Allah
akan menuliskan untuknya satu kebaikan. Jika menggembirakan anaknya, maka pada
hari kiamat Allah akan menggembirakannya. Jika mengajarkan al-Quran maka pada
hari kiamat ia akan diberi pakaian dari cahaya sehingga wajah para penghuni surga
menjadi terang dan bercahaya (Mansur, 2011: 306).

4
Begitu besar kebaikan yang akan kita dapatkan jika kita memberikan ciuman
pada seorang anak. Tidak hanya ciuman saja tetapi belaian juga merupakan bentuk
kasih sangat yang sangat diperlukan bagi anak. Kebutuhan akan ciuman dan belaian
bagi seorang anak akan menumbuhkan rasa aman dan nyaman sehingga anak akan
tumbuh menjadi anak yang penuh kasih sayang. Hal ini akan berdampak pada
tumbuhkan cinta kasih terhadap teman atau saudaranya.

4. Menanamkan Cinta Tanah Air

Strategi dalam pengembangan moral dan nilai agama untuk anak usia dini salah
satunya adalah menanamkan rasa cinta tanah air sejak dini. Cinta tanah air ini dapat
diperkenalkan pada anak melalui kegiatan upacara. Dalam kegiatan upacara terdapat
bendera merah putih yang harus dihormati. Lagu Garuda Pancasila dan lagu Indonesia
Raya yang dinyanyikan bersama pada saat upacara juga menjadi hal yang menarik bagi
anak-anak. Oleh karena itu membela bangsa dan segala hal yang terkait dengan cinta
tanah air perlu diajarkan pada anak usia dini. Selain melalui upacara bendera di sekolah.
Guru atau orang tua juga dapat memperkenalkan rumah adat atau baju adat dari
berbagai suku di Indonesia. Walaupun Indonesia terdiri dari berbagai macam suku dan
agama tetapi kita tetap satu kesatuan Bangsa Indoneisa.

5. Meneliti dan Mengamati

Anak memiliki kecenderungan alami untuk meneliti sehingga dia mendapatkan


pengetahuan, kemudian dia kembangkan berdasarkan pengalaman dirinya. Tidak
adanya pengalaman dalam beberapa hal dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan,
karena adanya dorongan untuk selalu mencoba. Dia ingin medengarkan suara kaca
apabila dijatuhkan ke lantai, maka dia jatuhkan kaca. Memberikan kepuasaan pada anak
untuk mengetahui hal-hal yang ada disekitarnya akan banyak membantunya dalam
perkembangan akalnya dan kecintaan kepada apa yang ada di sekelilingnya (Mursi,
2006: 23).

Dalam kegiatan meneliti dan mengamati ini anak dapat dibiarkan untuk
melakukan sesuatu sendiri, mengalami dan merasakan sendiri. Hal ini dilakukan agar
anak dapat belajar melalui pengalamannya sendiri dan belajar dari kesalahannya agar

5
tidak mengulanginya lagi. Kegiatan meneliti dan mengamati ini menjadi salah satu
strategi dalam menanamkan nilai-nilai agama dan moral. Misalnya saja kegiatan
mengamati tumbuhan atau binatang. Kegiatan pengamatan ini bisa diikuti dengan
penjelasan tentang ciptaan tuhan. Mengenal adanya tuhan dengan proses pengamatan
akan menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi seorang anak. Kegiatan ini juga bisa
dilakukan di luar kelas sehingga anak merasa nyaman dan senang dengan lingkungan
yang terbuka.

Pengamatan dalam upaya untuk menanamkan nilai-nilai agama dan moral juga
dapat dilakukan melalui media gambar-gambar tempat ibadah dari beberapa agama
yang berbeda. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan bahwa kita
harus menghormati orang lain yang berbeda agama. Selain itu kegiatan ini juga
mengenalkan keberagaman dan penerimaan terhadap perbedaan yang ada.

6. Menyentuh dan Mengaktikan Potensi Berfikir Anak

Strategi pengembangan moral dan nilai agama untuk anak usia dini dapat
dilakukan dengan menyentuh dan mengaktifkan potensi berfikir anak melalui cerita atau
dongeng. Anak sangat menyukai dongeng atau cerita yang dibacakan oleh guru, orang
tua atau orang terdekatnya. Dalam hal ini pilihlah cerita-cerita yang berkaitan dengan
cerita kenabian atau orang-orang sholeh. Karena cerita tokoh-tokoh tersebut pasti
terdapat nilai-nilai positif yang bermanfaat untuk anak-anak.

Cerita dapat membangkitkan kesadaran serta mempengaruhi jalan pikiran, dan


dapat menyumbangkan nilai-nilai positif dalam diri mereka (Rajih, 2008: 186). Cerita
atau dongeng akan meningkatkan daya imaginasi seorang anak. Anak akan
mengembangkan pikirannya ketika sedang dibacakan sebuah cerita.

7. Memberikan Penghargaan

Anak haruslah merasa bahwa dirinya merupakan kebanggan orang tua,


keluarga, guru, dan orang lain. Dia harus diperlakukan sebagai seorang yang berharga,
untuk membangkitkan perasaan tersebut dapat dilakukan dengan melibatkannya dalam
memberikan bantuan yang sederhana kepada orang lain yang ada di sekelilingnya,

6
dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan sesuai kemampuannya seperti menyapu,
menghilangkan debu, membuang sampah, membawakan sesuatu (Mursi, 2006: 25).

Melibatkan anak dalam beberapa kegiatan akan menjadi strategi yang cukup
efisien dalam pengembangan nilai-nilai agama dan moral. Anak akan merasa
dibutuhkan dan terbiasa membantu orang lain. Penghargaan juga dapat diberikan
kepada anak setelah selesai melakukan tugasnya. Tetapi yang lebih penting adalah
penghargaan terhadap proses. Sebagai guru atau orang tua dapat memberikan
penghargaan dengan memberikan pujian tentang proses yang sudah mereka jalani.
Hindari untuk memuji hasil tetapi akan lebih baik jika pujian diberikan pada upaya atau
proses yang sudah anak-anak lakukan. Hal ini dilakukan agar anak belajar meghargai
proses dalam rangka mencapai keinginannya.

8. Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan kebutuhan seorang anak. Kegiatan jasmani ini


bisa dalam bentuk olahraga maupaun kegiatan permainan yang merangsang
pertumbuhan fisik motorik anak. Pertumbuhan anak menjadi optimal dengan kegiatan
olahraga atau permainan. Olahraga sangat bermanfaat bagi seorang anak, manfaat
tersebut diantaranya adalah (1) mengoptimalkan perkembangan otak sehingga
berpengaruh pada kecerdasan anak, (2) melatih fisik an motoric anak sehingga
pertumbuhan anak dapat berkembang dengan baik, (3) mengenalkan dan melatih
kerjasama dengan teman dan guru, (4) mengenalkan jiwa sportivitas dalam diri seorang
anak, (5) kegiatan olahraga maupun permainan juga menanamkan nilai-nilai kejujuran,
karena dalam kegiatan ini terdapat kesepakatan yang harus dipenuhi oleh anak-anak
agar permainannya berjalan sesuai yang direncanakan.

Khusus mengenai pendidikan yang bersifat jasmani, Ibnu Sina berpendapat


hendaknya tujuan pendidikan tidak melupakan pembinaan fisik dan segala sessuatu
yang berkaitan dengannya, seperti olahraga, makan, minum, tidur, dan menjaga
kebersihan (Iqbal, 2015: 7). Makan, minum, dan tidur merupakan kebutuhan bagi
seorang anak. Kebutuhan ini dapat dipenuhi sekaligus dapat menanamkan nilai-niai
agama. Misalnya saja ketika kegiatan makan bersama di rumah maupun di sekolah, guru
ataupun orangtua dapat mengarahkan anak untuk memulainya dengan berdoa.

7
Selain itu makananan yang kita makan juga merupakan rezeki dari allah
sehingga kita harus selalu bersyukur terhadap pemberian Allah. Pendidikan jasmani
dalam kegiatan makan bersama dapat juga digunakan untuk mengenalkan jenis-jenis
makanan atau jenis-jenis ciptaan Allah. Jenis-jenis makanan merupakan ciptaan Allah
yang harus selalu disyukuri. Selain itu anak juga belajar secara verbal untuk
menyebutkan jenis-jenis makanan tersebut. Misalnya setelah makan anak diminta
menjelaskan apa saja makanan yang sudah dimakan. Dalam hal ini anak juga belajar
bahasa untuk menjelaskan kegiatan yang sudah dilakukan dalam rangka mensyukuri
pemberian allah.

Adanya pendidikan jasmani diharapkan seorang anak akan terbina pertumbuhan


fisiknya dan cerdas otaknya. Sedangkan dengan pendidikan budi pekerti diharapkan
seorang anak memiliki kebiasaan bersopan santun dalam pergaulan hidup sehari-hari
dan sehat jiwanya. Dengan pendidikan kesenian seorang anak diharapkan pula dapat
mempertajam perasaannya dan meningkat daya khayalnya. Begitu juga tujuan
pendidikan keterampilan, diharapkan bakat dan minat anak dapat berkembang secara
optimal (Iqbal, 2015: 7).

9. Teladan yang Baik

Strategi dalam penanaman nilai-nilai agama dan moral adalah dengan


memberikan keteladannan yang baik. Anak membutuhkan role model dalam proses
pengamatan atau proses perkembangannya. Teladan yang baik dapat diperoleh melalui
lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan sekitar temapt tinggalnya. Ibnu Sina
berpendapat bahwa seorang guru diharapkan memiliki kompetensi keilmuan yang
bagus, berkepribadian mulia, dan kharismatik sehingga dihormati dan menjadi idola
bagi anak didikya (Kurniasih, 2010: 125).

Guru menjadi tokoh panutan bagi seorang anak, sehingga selain memperdalam
tentang pendidikan anak, guru juga diharapkan untuk mengasah kepribadiannya.
Kepribadian yang diharapkan tentunya adalah kepribadian yang sesuai dengan ajaran
dan niai-nilai Islam.

Salah satu yang dapat dilakukan seorang guru dalam rangka mengasah

8
kepribadiannya adalah dengan mengasah hati untuk selalu mendoakan muridnya.
Seorang guru diharapkan selalu mendoakan kesuksesan muridnya. Hal ini menjadi

penting agar ada ikatan batin antara guru dan murid dapat terjalin dengan baik. Ikatan
batin antara guru dan murid yang sudah baik, diharapkan dapat menghindarkan guru
dari perilaku yang tidak baik atau sikap kekerasan dan marah yang berlebihan. Selain itu
dengan doa dari seorang guru diharapkan anak-anak akan mudah menerima pelajaran
yang diberikan oleh seorang guru.

10. Pengulangan dalam Proses Pembelajaran

Pada usia 0-3 tahun terdapat 1000 trilliun koneksi (sambungan antar sel). Pada
saat inilah anak-anak bisa mulai diperkenalkan berbagai hal dengan cara mengulang-
ulang. Dari usia 3-11 tahun, terjadi apa yang disebut proses restrukturisasi atau
pembentukan kembali sambungan-sambungan tersebut. Cara-cara mengulang-ulang
dapat dilakukan dengan: (a) Memperdengarkan bacaan Al-Quran, (b) Bahasa Asing, (c)
Memperkenalkan nama-nama benda dengan cara bermain dan menunjukkan gambar, (d)
Memperkenalkan warna dengan menunjukkan kepadanya dalam bentuk benda yang dia
kenal, warna-warna cerah dan gambar, (e) Membacakan cerita atau dongeng, (f)
Memperkenalkan aroma buah melalui buku (Kurniasih, 2010: 125).

11. Memenuhi Kebutuhan Bermain

Kebutuhan utama bagi seorang anak adalah bermain. Proses pembelajaran atau
penanaman nilai-nilai agama dan moral bagi anak dapat dilakukan dengan kegiatan
bermain. Bermain akan merangsang perkembangan otak atau pertumbuhan fisiknya.
Permainan tersebut dapat dikemas menjadi permainan edukatif yang menyenangkan.
Bermain merupakan kebutuhan jasmani atau biologis. Artinya, bermain adalah
kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi. Dengan terpenuhinya kebutuhan ini anak
akan merasa senang, nyaman dan selalu dalam kebahagiaan. Selain itu, dengan bermain,
jasmani anak akan menjadi segar dan bugar, sehingga akan berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya (Fadhilah2014: 30).

9
Nabi mengakui kebutuhan anak-anak terhadap permainan dan kebutuhannya
terhadap hiburan Karena anak-anak memang perlu mainan untuk mengembangkan
akalnya, meluaskan pengetahuannya, serta menggerakkan indera dan perasaannya.
Menyediakan mainan yang berguna bagi anak merupakan media untuk menghilangkan
kejenuhannya, emmbantunya agar berbakti kepada orang tuanya, menyenangkan
hatinya, serta memenuhi kecenderungan dan kepuasan bermainnya sehingga kelak ia
akan tumbuh menjadi anak yang stabil (Abdurrahman, 2013: 107).

B. Metode Pengembangan Nilai Moral dan Agama Pada Anak Usia Dini

1. Bercerita

Bercerita dapat dijadikan metode untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku


dalam masyarakat (Hidayat, 2005 : 4.12). Dalam cerita atau dongeng dapat ditanamkan
berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan sebagainya. Kita
mungkin masih ingat pada masa kecil dulu tidak segan-segannya orang tua selalu
mengantarkan tidur anak-anaknya dengan cerita atau dongeng.Tidaklah mudah untuk
dapat menggunakan metode bercerita ini. Dalam bercerita seorang guru harus
menerapkan beberapa hal, agar apa yang dipesankan dalam cerita itu dapat sampai
kepada anak didik.

Beberapa hal yang dapat digunakan untuk memilih cerita dengan fokus moral,
diantaranya:a. Pilih cerita yang mengandung nilai baik dan buruk yang jelas b. Pastikan
bahwa nilai baik dan buruk itu berada pada batas jangkauan kehidupan anakc. Hindari
cerita yang “memeras” perasaan anak, menakut-nakuti secara fisik (Tadzkiroatun
Musfiroh, 2005 : 27-28).

Dalam bercerita seorang guru juga dapat menggunakan alat peraga untuk
mengatasi keterbatasan anak yang belum mampu berpikir secara abstrak. Alat peraga
yang dapat digunakan antara lain, boneka, tanaman, benda-benda tiruan, dan lain-lain.
Selain itu guru juga bisa memanfaaTkan kemampuan olah vokal yang dimiliknya untuk
membuat cerita itu lebih hidup, sehingga lebih menarik perhatian siswa. Adapun teknik-
teknik bercerita yang dapat dilakukan diantaranya :a. membaca langsung dari buku
cerita atau dongengb. Menggunakan ilustrasi dari bukuc. Menggunakan papan flaneld.

10
Menggunakan media bonekae. Menggunakan media audio visualf. Anak bermain beran
atau sosiodrama. (Dwi Siswoyo dkk, 2005 : 87).

Strategi atau cara yang dapat digunakan ketika guru memilih metode bercerita
sebagai salah satu metode yang digunakan dalam penanaman nilai moral adalah dengan
membagi anak menjadi beberapa kelompok, misalnya dalam satu kelas dibagi ke dalam
4 (empat) kelompok. Anak-anak yang mengikuti kegiatan bercerita duduk dilantai
mengelilingi guru yang duduk di kursi kecil di kelilingi oleh mereka. Anak-anak yang
duduk di lantai akan mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru. Sedangkan tiga
kelompok yang lain duduk pada kursi meja yang lain dengan kegiatan yang berbeda-
beda, misalnya ada yang menggambar, melakukan kegiatan melipat kertas, sedangkan
kelompok yang keempat membentuk plastisin. Anak-anak yang mengikuti kegiatan
bercerita pada gilirannya akan mengikuti kegiatan menggambar, melipat kertas,
membentuk plastisin. Melalui cara ini masing-masing anak akan mendapaTkanan
kegiatan atau pengalaman belajar yang sama secara bergantian.

2. Bernyanyi

Pendekatan penerapan metode bernyanyi adalah suatu pendekatan pembelajaran


secara nyata yang mampu membuat anak senang dan bergembira. Anak diarahkan pada
situasi dan kondisi psikis untuk membangun jiwa yang bahagia, senang menikmati
keindahan, mengembangkan rasa melalui ungkapan kata dan nada, serta ritmik yang
menjadikan suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Pesan-pesan
pendidikan berupa nilai dan moral yang dikenalkan kepada anak tentunya tidak mudah
untuk diterima dan dipahami secara baik. Anak tidak dapat disamakan dengan orang
dewasa.

Anak merupakan pribadi yang memiliki keunikan tersendiri. Pola pikir dan
kedewasaan seorang anak dalam menentukan sikap dan perilakunya juga masih jauh
dibandingkan dengan orang dewasa. Anak tidak cocok hanya dikenalkan tentang nilai
dan moral melalui ceramah atau tanya jawab saja. Oleh karena itu bernyanyi merupakan
salah satu metode penamanan nilai moral yang tepat untuk diberikan kepada anak usia
dini.

11
Bernyanyi jika digunakan sebagai salah satu metode dalam penanaman moral
dapat dilakukan melalui penyisipan makna pada syair atau kalimat-kalimat yang ada
dalam lagu tersebut. Lagu yang baik untuk kalangan anak AUD harus memperhatikan
kriteria sebagai berikut:a. Syair/kalimatnya tidak terlalu Panjang b. Mudah dihafal oleh
anak c. Ada misi Pendidikan d. Sesuai dengan karakter dan dunia anak e. Nada yang
diajarkan mudah dikuasai anak (Otib Satibi Hidayat, 2005 : 4.28).

3. Bersajak

Sajak diartikan sebagai persesuaian bunyi suku kata dalam syair, pantun, dan
sebagainya terutama pada bagian akhir suku kata (Poerwadarminta, 2007: 1008).
Pendekatan pembelajaran melalui kegiatan membaca sajak merupakan salah satu
kegiatan yang akan menimbulkan rasa senang, gembira, dan bahagia pada diri anak.
Secara psikologis anak Taman Kanak-kanak sangat haus dengan dorongan rasa ingin
tahu, ingin mencoba segala sesuatu, dan ingin melakukan sesuatu yang belum pernah
dialami atau dilakukannya.

Melalui metode sajak guru bisa menanamkan nilai-nilai moral kepada anak.
Sajak ini merupakan metode yang juga membuat anak merasa senang, gembira dan
bahagia. Melalui sajak anak dapat dibawa ke dalam suasana indah, halus, dan
menghargai arti sebuah seni. Disamping itu anak juga bisa dibawa untuk menghargai
makna dari untaian kalimat yang ada dalam sajak itu. Secara nilai moral, melalui sajak
anak akan memiliki kemampuan untuk menghargai perasaan, karya serta keberanian
untuk mengungkap sesuatu melalui sajak sederhana (Hidayat, 2005 : 4.29)

4. Karya wisata

Karya wisata merupakan salah satu metode pengajaran di PAUD dimana anak
mengamati secara langsung dunia sesuai dengan kenyataan yang ada, misalnya hewan,
manusia, tumbuhan dan benda lainnya. Dengan karya wisata anak akan mendapat ilmu
dari pengalamannya sendiri dan sekaligus anak dapat menggeneralisasi berdasarkan
sudut pandang mereka sendiri. Berkaryawisata mempunyai arti penting bagi
perkembangan anak karena dapat membangkitkan minat anak pada sesuatu hal, dan
memperluas perolehan informasi.

12
Metode ini juga dapat memperluas lingkup program kegiatan belajar anak
Taman Kanak-kanak yang tidak mungkin dapat dihadirkan di kelas. Melalui metode
karya wisata ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh anak. Pertama, bagi anak karya
wisata dapat dipergunakan untuk merangsang minat mereka terhadap sesuatu,
memperluas informasi yang telah diperoleh di kelas, memberikan pengalaman mengenai
kenyataan yang ada, dan dapat menambah wawasan anak. Informasi-informasi yang
didapatkan anak melalui karya wiasata dapat pula dijadikan sebagai batu loncatan untuk
melakukan kegiatan yang lain dalam proses pembelajaran.

Kedua, karya wisata dapat menumbuhkan minat tentang sesuatu hal, seperti
untuk mengembangkan minat tentang dunia hewan maka anak dapat dibawa ke kebun
binatang. Mereka mendapat kesempatan untuk mengamati tingkah laku binatang. Minat
tersebut menimbulkan dorongan untuk memperoleh informasi lebih lanjut seperti
tentang kehidupannya, asalnya, makannya, cara berkembang biaknya, cara mengasuh
anaknya, dan lain-lain.Ketiga, karya wisata kaya akan nilai pendidikan, karena itu
melalui kegiatan ini dapat meningkatkan pengembangan kemampuan sosial, sikap, dan
nilai-nilai kemasyarakatan pada anak.

Apabila dirancang dengan baik kegiatan karya wisata dapat membantu


mengembangkan aspek perkembangan sosial anak, misalnya kemampuan dalam
menggalang kerja sama dalam kegiatan kelompok. Keempat, karya wisata dapat juga
mengembangkan nilai-nilai kemasyarakatan, seperti: sikap mencintai lingkungan
kehidupan manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda lainnya. Karya wisata
membantu anak memperoleh pemahaman penuh tentang kehidupan manusia dengan
bermacam perkerjaan, kegiatan yang menghasilkan suatu karya atau jasa.

Metode karya wisata bertujuan untuk mengembangkan aspek perkembangan


anak Taman Kanak-kanak yang sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya pengembangan
aspek kognitif, bahasa, kreativitas, emosi, kehidupan bermasyarakat, dan penghargaan
pada karya atau jasa orang lain. Tujuan berkarya wisata ini perlu dihubungkan dengan
tema-tema yang sesuai dengan pengembangan aspek perkembangan anak Taman
Kanak-kanak. Tema yang sesuai adalah tema: binatang, pekerjaan, kehidupan kota atau
desa, pesisir, dan pegunungan.

13
Adapun beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam penanaman nilai
moral pada anak usia dini menurut Dwi Siswoyo dkk, (2005:72-81) adalah indoktrinasi,
klarifikasi nilai, teladan atau contoh, dan pembiasaan dalam perilaku.

1. Indoktrinasi

Dalam kepustakaan modern, pendekatan ini sudah banyak menuai kritik dari
para pakar pendidikan. Akan tetapi pendekatan ini masih dapat digunakan. Menurut Alfi
Kohn, dalam Dwi Siswoyo (2005:72) menyatakan bahwa untuk membantu anak-anak
supaya dapat tumbuh menjadi dewasa, maka mereka harus ditanamkan nilai-nilai
disiplin sejak dini melalui interaksi guru dan siswa.Dalam pendekatan ini guru
diasumsikan telah memiliki nilai-nilai keutamaan yang dengan tegas dan konsisten
ditanamkan kepada anak. Aturan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak
boleh dilakukan disampaiakan secara tegas, terus menerus dan konsisten. Jika anak
melanggar maka ia dikenai hukuman, akan tetapi bukan berupa kekerasan.

2. Klarifikasi Nilai

Dalam pendekatan klarifikasi nilai, guru tidak secara langsung menyampaikan


kepada anak mengenai benar salah, baik buruk, tetapi siswa diberi kesempatan untuk
menyampaiakan dan menyatakan nilai-nilai dengan caranya sendiri. Anak diajak untuk
mengungkapkan mengapa perbuatan ini benar atau buruk. Dalam pendekatan ini anak
diajak untuk mendiskusikan isu-isu moral.Pertanyaan yang muncul, apakah pendekatan
ini dapat digunakan untuk anak AUD? Ternyata jawabannya dapat, karena anak AUD
yang berumur 6 tahun berada dalam masa transisi ke arah perkembangan moral yang
lebih tinggi, sehingga mereka perlu dilatih untuk melakukan penalaran dan keterampilan
bertindak secara moral sesuai dengan pilihan-pilihannya (Dwi Siswoyo (2005:76).

3. Teladan atau Contoh

Anak mempunyai kemampuan yang menonjol dalam hal meniru. Oleh karena itu
seorang guru hendaknya dapat dijadikan teladan atau contoh dalam bidang moral. Baik
kebiasaan baik maupun buruk dari guru akan dengan mudah dilihat dan kemudian
diikuti oleh anak. Figur seorang guru sangat penting utuk pengembangan moral anak.

14
Artinya nilai-nilai yang tujuannya akan ditanamkan oleh guru kepada anak seyogyanya
sudah mendarah daging terlebih dahulu pada gurunya.

Menurut Cheppy Hari Cahyono (1995 : 364-370) guru moral yang ideal adalah
mereka yang dapat menempatkan dirinya sebagai fasilitator, pemimpin, orang tua dan
bahkan tempat menyandarkan kepercayaan, serta membantu orang lain dalam
melakukan refleksi. Dalam pendekatan ini profil ideal guru menduduki tempat yang
sentral dalam pendidikan moral. Pembiasaan dalam Perilaku

Kurikulum yang berlaku di AUD terkait dengan penanaman moral, lebih banyak
dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan tingkah laku dalam proses pembelajaran. Ini
dapat dilihat misalnya, pada berdoa sebelum dan sesudah belajar, berdoa sebelum
makan dan minum, mengucap salam kepada guru dan teman, merapikan mainan setelah
belajar, berbaris sebelum masuk kelas dan sebagainya. Pembiasaan ini hendaknya
dilakukan secara konsisten. Jika anak melanggar segera diberi peringatan.

15
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Strategi Pengembangan Moral dan Nilai Agama Pada Anak Usia Dini
diantaranya adalah:

1. Menanamkan Rasa Cinta Kepada Allah SWT


2. Menciptakan Rasa Aman
3. Mencium dan Membelai Anak
4. Menanamkan Cinta Tanah Air
5. Meneliti dan Mengamati
6. Menyentuh dan Mengaktikan Potensi Berfikir Anak
7. Memberikan Penghargaan
8. Pendidikan Jasmani
9. Teladan yang Baik
10. Pengulangan dalam Proses Pembelajaran
11. Memenuhi Kebutuhan Bermain

Metode dalam penanaman nilai moral kepada anak usia dini sangatlah
bervariasi, diantaranya bercerita, bernyanyi, bermain, bersajak dan karya wisata.

B. Saran
Makalah saya ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan saran
yang membangun sangat saya harapkan dari para pembaca sekalian dalam demi
tercapainya kesempurnaan dari makalah saya kedepannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Jamal. Pendidikan Anak Metode Nabi, terj. Agus Suwandi, Solo: Aqwam,
2013

Iqbal, Abu Muhammad, Pemikiran Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


2015.

Kurniasih, Imas. Mendidik SQ Anak Menurut Nabi Muhammad SAW, Yogyakarta:


Pustaka Marwa, 2010

M. Fadlillah, dkk. Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini, Menciptakan


Pembelajaran Menarik, Kreatif, dan Menyenangkan, Jakarta: Kencana
Pranadamedia Group, 2014

Mansur. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, cet.ke IV, Yogyakarta: Putaka
Pelajar, 2011

Mursyid. Manajmen lembaga pendidikan anak usia dini, Semarang: Akfi media, 2010.

Mursi, Syaikh Muhammad Said. Seni Mendidik Anak, terj. Gazira Abdi Ummah,
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, , 2006.

Rajih, Hamdan. Cerdas Akal Cerdas Hati, Yogyakarta: Diva Press, 2008.

17

Anda mungkin juga menyukai