Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KECERDASAN JAMAK

KECERDASAN KINESTETIK ANAK USIA DINI

Di Susun Oleh: Kelompok 4

Dela Yuwinsi (NIM: 1930210042)


Dyah Lely Wahyuningsih (NIM: 1930210107)
Carlis Purnia (NIM: 1930210110)
Nurjihan Rohadatul Aisy (NIM: 1930210109)

Dosen Pengampu:
Desvi Wahyuni, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“kecerdasan kinestetik anak usia dini”. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas
ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Adapun makud
dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
kecerdasan jamak yang diampu oleh Ibu Desvi Wahyuni, M.Pd.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Palembang, 31 maret 2022

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3

A. Kecerdasan Kinestetik ................................................................................... 3


B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Kinestetik .......................... 5
C. Karakteristik Kecerdasan Kinestetik pada Anak Usia Dini .......................... 6
D. Ciri-ciri kecerdasan kinestetik ....................................................................... 7

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 10

A. Kesimpulan ................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dimulai dari usia 0-6 tahun. Dalam UU
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 14
menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan


pertumbuhan dan perkembangan anak. Dimana usaha guru untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan yang membuat anak tertarik dan nyaman, yang
didalamnya berupa rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai pencapaian dalam
indikator pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Setiap anak sudah diberikan
kecerdasan dari sejak lahir, kecerdasan dapat membantu seseorang dalam menghadapi
berbagai permasalahan yang muncul. Selain itu kecerdasan juga dilihat sebagai cara
berfikir seseorang yang dapat dijadikan modal dalam belajar, maka dari itu kecerdasan
sangat diperlukan bagi setiap anak. Akan lebih baik jika kecerdasan anak
dikembangkan sejak masih usia dini disertai dengan stimulus melalui panca indera yang
dimilikinya.

Menurut Gardner dalam Yaumi dan Nurdin (2016: 11) ada 8 macam kecerdasan
jamak, yaitu: kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan visual spasial (gambar),
kecerdasan logis-matematik, visual-spasial, berirama-musik, jasmaniah- kinestetik,
interpersonal, intrapersonal, dan naturalistik. Sejalan dengan uraian mengenai macam
kecerdasan jamak, maka macam kecerdasan jamak itu terdiri 8 kecerdasan. Dimana 8
kecerdasan ini dapat berkembang dengan baik apabila diberikan suatu stimulus yang
positif.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud kecerdasan kinestetik?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhui kecerdasan kinestetik?
3. Bagaimana karakteristik Kecerdasan Kinestetik pada Anak Usia Dini?
4. Apa saja ciri-ciri kecerdasan kinestetik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu kecerdasan kinestetik
2. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi kecerdasan
kinestetik
3. Unuk mengetahui bagaimana karakteristik kecerdasan anak usia dini
4. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri kecerdasan kinestetik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KECERDASAN KINESTETIK

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya untuk dapat melakukan
pembinaan kepada anak sejak lahir hingga usia 8 tahun agar pertumbuhan dan
perkembangan jasmani serta rohaninya maksimal. Selain anak akan tumbuh dan
berkembang, masing-masing anak memiliki beberapa kecerdasan yang akan
berpengaruh dalam minat dan bakat setiap anak.

Ada 7 kategori kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner, yaitu

(1) kecerdasan linguistik;

(2) kecerdasan logis matematik;

(3) kecerdasan spasial-visual;

(4) kecerdasan musikal;

(5) kecerdasan kinestetik;

(6) kecerdasan interpersonal; dan

(7) kecerdasan interversonal.

Setiap kategori kecerdasan tersebut dimiliki anak sejak lahir namun ada beberapa
kategori kecerdasan yang akan sangat menonjol pada anak dan kecerdasan yang
menonjol inilah yang akan menjadi jati diri seorang anak. Meskipun begitu, setiap
kategori kecerdasan tersebut tetap sangatlah penting untuk bisa ditingkatkan dan
menjadi sebuah perhatian karena semua kecerdasan itu akan berguna dan dapat
mempengaruhi anak dalam menjalani kehidupan sehari-harinya dan kehidupan di
masa depan anak.

Menurut teori Gardner kecerdasan kinestetik adalah kecerdasan yang melibatkan


fisik/tubuh anak, baik motorik halus maupun motorik kasar (Barelli et al., 2018). Dari
pendapat Gardner, anak-anak yang menyukai kegiatan yang bergerak seperti
melompat, berlari, menari lalu menyukai olahraga, terampil dalam bermain puzzle

3
atau permainan bongkar pasang, merangkak dan lain-lain inilah yang menunjukkan
bahwa anak tersebut memiliki kecerdasan kinestetik.

Amstrong (2002:3) berpendapat bahwa kecerdasan kinestetik atau kecerdasan


fisik adalah suatu kecerdasan dimana saat menggunakannya seseorang mampu atau
terampil menggunakan anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan seperti berlari,
menari,membangun sesuatu, melakukan kegiatan seni, dan hasta karya (Anggraini,
2014).

Jika dilihat dari pendapat Amstrong, kecerdasan kinestetik adalah kemampuan


yang terlihat saat seseorang terampil dalam menggunakan anggota tubuhnya untuk
bergerak atau melakukan gerakan berlari, melompat, menari, meloncat, melakukan
kegiatan seni, membuat karya dan lain sebagainya yang berhubungan dengan
ketangkasan, kelincahan, kelentikan, ketrampilan, kecepatan dan fleksibilitas yang
dilakukan anak.

Suyadi mengatakan bahwa kecerdasan kinestetik adalah kemampuan seseorang


untuk menggabungkan antara fisik dan pikiran sehingga menghasilkan gerakan yang
sempurna (Barelli et al., 2018). Penggabungan antara fisik dan pikiran untuk
menghasilkan gerakan yang sempurna ini membutuhkan sebuah koordinasi yang baik
antara urat syaraf atau otak dengan anggota tubuh lainnya. Menurut Richey (dalam
Yaumi dan Nurdin, 2013:16-17) menjelaskan bahwa komponen inti dari kecerdasan
kinestetik adalah kemampuan-kemampuan fisik yang Spesifik, seperti koordinasi,
keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan dan jecepatan maupun
kemampuan menerima atau merangsang dan hal yang berkaitan dengan sentuhan
(Anggraini, 2014).

Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa Kecerdasan Kinestetik


adalah sebuah kecerdasan/kemampuan dalam menggunakan seluruh anggota tubuh
baik motorik halus ataupun motorik kasar anak untuk dapat menciptakan gerakan yang
mencakup kelenturan, kelentikan, keseimbangan, kekuatan, ketangkasan, fleksibilitas
dan kecepatan.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Kinestetik

Secara garis besar, faktor yang mempengaruhi kecerdasan anak terbagi menjadi
Dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor genetik atau

4
keturunan, sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan, stimulasi, dan gaya
belajar.

1. Faktor Genetik

Faktor Genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir


prosesTumbuh kembang anak. Sama seperti sifat manusia lainnya, kecerdasan setiap
anak Berbeda-beda. Banyak yang menganggap bahwa kecerdasan anak diwariskan
dari Orang tua yang cerdas. Istilahnya, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Tapi,
benarkah Faktor gen atau keturunan menentukan kecerdasan anak?Sebagian besar
penelitian memperkirakan bahwa faktor genetik berperan sekitar 30 sampai 75 persen
dalam menentukan kecerdasan anak. Namun, penelitian juga Menunjukkan bahwa
faktor lingkungan berperan sama pentingnya dalam hal kecerdasan anak. Disebutkan,
anak-anak yang dibesarkan di lingkungan yang tidak Mendukung perkembangan
kecerdasannya (tidak diberi ASI, malnutrisi, serta terpapar polusi), tidak akan
berkembang maksimal meski ia memiliki faktor genetik yang baik.

2. Faktor Lingkungan
Seperti tempat tinggal, juga berdampak pada kecerdasan anak. Dalam sebuah
penelitian disebutkan bahwa anak yang tinggal di area yang memiliki fasilitas baik,
melakukan aktivitas fisik lebih dari 5 jam per minggu. Mereka yang mempunyai orang
tua berpendidikan tinggi, juga akan cenderung memiliki IQ yang tinggi.Disebutkan
peneliti, jika anak tinggal di kota dengan fasilitas pendidikan yang terbatas mungkin
membuat potensi kecerdasan anak tidak berkembang semaksimal anak-anak yang
tinggal di kota besar.
3. Stimulasi
Interaksi Ibu dengan si kecil di tahun-tahun pertama kehidupannya akan sangat
menentukan perkembangan kognitif anak. Jadi, sering-seringlah mengajak si kecil
bermain, mengobrol, membaca buku, menonton tayangan edukatif, serta berbagai
aktivitas lain yang merangsang imajinasi dan rasa ingin tahunya. Stimulasi seperti ini
dapat meningkatkan kecerdasan anak.
4. Kesesuaian Gaya Belajar
Setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Ada anak yang gaya
belajarnya visual atau lewat gambar, ada yang gaya belajarnya auditori atau
mengandalkan pendengaran untuk menerima informasi, dan ada juga anak yang gaya

5
belajarnya kinestetik atau belajar melalui gerakan tubuh.Gaya belajar yang sesuai akan
membuat si Kecil lebih mudah menyerap informasi baru dibandingkan jika ia belajar
menggunakan metode lain.

C. Karakteristik Kecerdasan Kinestetik pada Anak Usia Dini

Karakteristik pembelajaran aktif dalam mengembangkan kecerdasan kinestetik


menurut Bonwell adalah sebagai berikut:

a. Menekankan pada proses pembelajaran, bukan pada penyampaian materi oleh


guru. Proses pembelajaran tidak lagi sekedar transfer of knowledge atau transfer
ilmu pengetahuan, melainkan lebih kepada transfer of value atau transfer nilai.
Nilai yang dimaksud di sini adalah nilai-nilai karekter secara luas, salah satunya
adalah rasa ingin tahu.
b. Peserta didik tidak boleh pasif, tetapi harus aktif mengerjakan sesuatu yang
berkaitan dengan materi pembelajaran.
c. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi
pelajaran yang dipandang selaras dengan pandangan hidupnya.
d. Peserta didik lebih banyak dituntut berfikir kritis, menganalisis dan melakukan
evaluasi daripada sekedar menerima teori dan menghafalnya. Umpan balik dan
proses dialetika yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.
Pembelajaran yang dialogis, secara tidak langsung membentuk karekter peserta
didik yang demokratis, pluralis, menghargai perbedaan pendapat, inklusif, terbuka
dan humanitas tinggi.

D. Ciri-ciri kecerdasan kinestetik

Dalam konteks kecerdasan kinestetik Indragiri (2010: 89) mengatakan bahwa


ciri-ciri anak dengan kecerdasan kinestetik diantaranya:

a. Anak menyukai aktivitas fisik, seperti olahraga, senam, atau menari


b. Anak mudah mempelajari sesuatu yang baru dengan menyentuh, memegang, dan
mempraktikannya secara langsung
c. Anak pandai menirukan gerakan, kebiasaan, atau perilaku orang lain
d. Anak menyukai kegiatan membongkar pasang berbagai benda

6
e. Anak mampu melakukan kegiatan yang membutuhkan koordinasi fisik dengan baik
seperti memindahkan barang, menyusun balok, meliat dan merapikan pakaian, dan
semacamnya.

Sejalan dengan uraian mengenai kecerdasan kinestetik, maka didapat cara untuk
mengetahui ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan kinestetik yaitu anak-anak yang
menyukai aktivitas fisik. Aktivitas fisik tersebut baik yang menggunakan otot kecil
maupun otot besar. Perlu diketahui juga bahwa aktivitas fisik yang dilakukan anak
harus didampingi oleh orang tua ataupun guru disekolah. Karena selain untuk menjaga
keamanan anak, disisi lain dapat memberikan rangsangan atau stimulus dengan cara
bermain bersama. Sehingga anak merasakan kenyamanan ketika melakukan aktivitas
yang disukainya.

Stimulus yang positif terhadap kecerdasan kinestetik sangat membantu dalam


pertumbuhan dan perkembangan anak. Peran guru dan orang tua dalam meningkatkan
kecerdasan kinestetik anak sangatlah penting. Baik guru ataupun orang tua harus
memberikan kesempatan anak untuk bergerak, dan menguasai gerakan. Guru harus bisa
membuat pembelajaran yang menyenangkan bagi anak terutama dalam aktivitas fisik,
sehingga membuat anak menjadi tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Untuk
meningkatkan kecerdasan kinestetik anak, jangan memberikan pembelajaran yang
menuntut anak untuk duduk tenang dikelas dalam waktu yang sangat lama, karena
selain tidak akan dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik anak, itu dapat membuat
anak menjadi tersiksa. Biasakan sering membawa anak ke luar, seperti ke lapangan
bermain, lapangan rintangan, kolam renang, dan ruang olahraga.

Masih dalam konteks kecerdasan kinestetik Takdiroatun (2017: 16 – 17)


mengatakan indikator kecerdasan kinestetik dapat diperoleh melalui observasi
terhadap:

a. Frekuensi gerak anak yang tinggi serta kekuatan dan kelincahan tubuh
b. Kemampuan koordinasi mata-tangan dan mata-kaki, seperti menggambar, menulis,
memanipulasi objek, menaksir secara visual, melempar, menendang, menangkap
c. Kemampuan, keluwesan, dan kelenturan gerak lokomotor, seperti berjalan, berlari,
melompat, berbaris, meloncat, mencongklak, merayap, berguling, dan merangka,
serta keterampilan nonlokomotor yang baik, seperti membungkuk, menjangkau,
memutar tubuh, merentang, mengayun, jongkok, duduk, berdiri

7
d. Kemampuan mereka mengontrol dan mengatur tubuh seperti menunjukkan
kesadaran tubuh, kesadaran ruang, kesadaran ritmik, keseimbangan, kemampuan
untuk mengambil start, kemampuan menghentikan gerak, dan mengubah arah.
e. Kecenderungan memegang, menyentuh, memanipulasi, bergerak untuk belajar
tentang sesuatu serta kesenangannya meniru gerakan orang lain.

Dapat disimpulkan dari uraian Takdiroatun mengenai ciri atau karakteristik


kecerdasan kinestetik, maka dapat dirumuskan indikator kecerdasan kinestetik, yaitu
kekuatan dan kelincahan, koordinasi mata-tangan dan mata-kaki, keluwesan,
mengontrol tubuh, dan meniru gerakan. Dari kelima indikator tersebut, yang di ambil
hanya tiga indikator yaitu kekuatan dan kelincahan, keluwesan, dan mengontrol tubuh.
Karena koordinasi mata-tangan dan mata-kaki bisa dimasukkan ke dalam indikator
mengontrol tubuh. Sedangkan meniru gerakan dapat dimasukkan ke dalam indikator
keluwesan.

Contoh kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan


kebutuhan anak yaitu melalui gerak dan lagu. Dengan pembelajaran ini anak
memperoleh pengalaman secara langsung. Melalui pembelajaran gerak dan lagu yang
dinyanyikan secara langsung tanpa menggunakan kaset atau CD serta gerak yang
dilakukan mengikuti lagu yang dinyanyikan akan memberikan sebuah pengetahuan
baru untuk anak. Pembelajaran gerak dan lagu akan memberikan pengalaman langsung
kepada anak mengenai gerak sehingga dapat menambah pengalaman gerak anak.
Melalui pengalaman itulah yang nantinya dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik
anak. Selain itu anak merasa senang mengulang-ulang sesuatu kegiatan yang
disukainya melalui latihan-latihan tertentu, sampai ia benar-benar menguasainya.
Sehingga pembelajaran gerak dan lagu cocok digunakan sebagai pilihan pembelajaran
untuk anak. Hal ini karena lagu merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari
anak sehingga apabila dilakukan pengulangan anak tidak mudah merasa bosan.

Pengertian gerak dan lagu adalah sarana yang menyenangkan bagi anak-anak
untuk berolahraga atau bersenam. Karena dengan gerak dan lagu, anak-anak bisa
bergerak sambil mendengarkan musik. Demikian menurut Kamtini dan Tanjung (2005:
134) sebagaimana dikutip oleh Ybnu Prasetyo dkk (2013: 3). Sejalan dengan uraian
mengenai gerak dan lagu, hal ini berarti bahwa anak-anak bisa merasakan keceriaan, di
samping itu anak bisa sambil menggerakkan tubuh mereka atau berolahraga atau

8
bersenam. Maka dari itu, tentu ini akan bermanfaat bagi anak secara jasmani dan rohani.
Tubuh anak jadi sehat, dan jiwa mereka pun merasakan suka cita.

Ciri-Ciri Anak dengan Kecerdasan Kinestetik

1. Aktif bergerak. Si keil dengan kecerdasan kinestetik sangat menikmati aktivitas


yang mengharuskan mereka banyak bergerak.
2. Kemampuan Motorik Kasar Baik.
3. Tidak Betah Diam dan Membaca.
4. Suka Melakukan Eksperimen.
5. Koordinasi Gerakan Sangat Baik.
6. Banyak Menggunakan Indera Peraba.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa Kecerdasan Kinestetik adalah sebuah
kecerdasan/kemampuan dalam menggunakan seluruh anggota tubuh baik motorik halus
ataupun motorik kasar anak untuk dapat menciptakan gerakan yang mencakup kelenturan,
kelentikan, keseimbangan, kekuatan, ketangkasan, fleksibilitas dan kecepatan. Secara garis
besar, faktor yang mempengaruhi kecerdasan anak terbagi menjadi Dua, yaitu faktor internal
dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor genetik atau keturunan, sedangkan faktor
eksternal meliputi lingkungan, stimulasi, dan gaya belajar.

a. Faktor Lingkungan
b. Genetik
c. Stimulasi
d. Kesesuaian Gaya Belajar

Dalam konteks kecerdasan kinestetik Indragiri (2010: 89) mengatakan bahwa ciri-ciri anak
dengan kecerdasan kinestetik diantaranya:

a. Anak menyukai aktivitas fisik, seperti olahraga, senam, atau menari


b. Anak mudah mempelajari sesuatu yang baru dengan menyentuh, memegang, dan
mempraktikannya secara langsung
c. Anak pandai menirukan gerakan, kebiasaan, atau perilaku orang lain
d. Anak menyukai kegiatan membongkar pasang berbagai benda
e. Anak mampu melakukan kegiatan yang membutuhkan koordinasi fisik dengan baik
seperti memindahkan barang, menyusun balok, meliat dan merapikan pakaian, dan
semacamnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, D. D. (2014). Peningkatan Kecerdasan Kinestetik Melalui Kegiatan Bermain .


Sirkuit Dengan Bola. Muhajirin:Malang
YETTI, E., & JUNIASIH, I. (2016). IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN
TARI PENDIDIKAN UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK
ANAK USIA DINI MELALUI METODE PEMBELAJARAN AKTIF ( Pengembangan
Model di Taman Kanak-Kanak Labschool Jakarta pada Kelompok B). JPUD - Jurnal
Pendidikan Usia Dini, 10(2), 385–400. https://doi.org/10.21009/jpud.102.11
Prasetyo Reza, Dkk:2009. Multiply Your Multiplle Intelegences: Melatih 8 Kecerdasan
Majemuk pada Anak dan Dewasa. Jurnal
Yeti Elindra. Dkk. Implementasi Model Pembelajaran Tari Pendidikan Untuk
Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini Melalui Metode Pembelajaran
Aktif ( Pengembangan Model Di Taman Kanak-Kanak Labschool Jakarta Pada
Kelompok B), Jurnal Pendidikan Usia Dini Volume 10 Edisi 2, (2016), H 389

Aldiansyah Akbar, Kontribusi kecerdasan Kinestetik,Motor Ability Danmotivasi Dengan


Keterampilanbermain Bola Basket, Jurnal Sport PedagogyVol. 5. No. 1. April 2015, h. 2

Denok Dwi Anggraini, Peningkatan Kecerdasan Kinestetik Melalui Kegiatan Bermain


Sirkuit Dengan Bola (Penelitian Tindakan di Kelompok A TK Al Muhajirin Malang
Jawa Timur, Tahun 2015), Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Vol 2, No 1, (2015), h 67

Yaumi, Muhammad.dkk.2013. kecerdasan berbasis kecerdasan jamak. Jakarta:Kencana

Musfiroh. 2017. Materi pokok pengembangan kecerdasan majemuk. Jurnal Universitas


Terbuka

11

Anda mungkin juga menyukai