Dosen Pengampu :
Retno Wulandari S.Pd., M.Pd
Kelas : Piaud 4
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami kami panjatkan kepada Allah SWT, TuhanYang Maha
Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai
Tidak lupa kami juga mengucapakan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Retno
Wulandari S. Pd., M.Pd. selaku dosen mata Pengelolaan Kelompok Bermain
untuk menyelesaikan tugas makalah. Meskipun banyak hambatan yang kami
alami dalam proses pengerjarannya, tetapi kami dapat berhasil menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Kami juga mengucapakan terima kasih kepada
teman-teman yang juga sudah memberi dukungan baik langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini.
Tentunya ada hal yang ingin kami harapkan semoga makalah ini dapat
menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama. Kami menyadari bahwa dalam
menyusun makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun atau memotivasi
guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah bisa bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umunya.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum adalah suatu sistem yang mempunyai komponen-komponen yang saling
berkaitan erat dan menunjang satu sama lain. Komponen-komponen kurikulum tersebut terdiri
dari tujuan, materi pembelajaran, metode, dan evaluasi. Dalam bentuk sistem ini kurikulum
akan berjalan menuju suatu tujuan pendidikan dengan adanya saling kerja sama diantara
seluruh subsistemnya. Apabila salah satu dari variabel kurikulum tidak berfungsi dengan baik
maka sistem kurikulum akan berjalan kurang baik dan maksimal.
Berangkat dari bentuk kurikulum tersebut, maka dalam pelaksanaan kurikulum sangat
diperlukan suatu pengorganisasian pada seluruh komponennya. Dalam proses
pengorganisasian ini akan berhubungan erat dengan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengontrolan. Sedangkan manajemen adalah salah satu displin ilmu yang
implikasinya menerapkan proses-proses tersebut.Maka dalam penerapan pelaksanaan
kurikulum, seorang yang mengelola lembaga pendidikan harus menguasai ilmu manajemen,
baik untuk mengurus pendidikan ataupun kurikulumnya.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan sejarah perkembangan kurikulum ?
2. Jelaskan konsep dasar pengelolaan kurikulum?
3. Jelaskan struktur kurikulum aud?
4. Sebutkan prinsip dan fungsi pengelolaan kurikulum?
5. Sebutkan komponen - komponen kurikulum ?
6. Jelaskan pengembangan kurikulum?
1
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995.
3
Susunan kelas: Tempat duduk disusun secara kelompok-kelompok. Susunan
sudut-sudut: Sudut-sudut untuk kegiatan bebas dan kegiatan terpimpin disusun dalam
ruangan kelas.
3. Kurikulum 1976
Kurikulum 1976 pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan kurikulum 1968.
Kurikulum ini juga memiliki 8 bidang pengembangan yang sama dengan kurikulum
1968. Ketentuan-ketentuan pokok dari Kurikulum TK tahun 1976 dilaksanakan
berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor 054/U/1977
yang disebutkan bahwa Taman Kanak-kanak adalah Lembaga Pendidikan yang
menyelenggarakan program Pendidikan bagi anak usia prasekolah dari 3-6 tahun untuk
pembinaan perkembangan kepribadian, kesejahteraan, dan pembinaan sifat-sifat dasar
untuk menjadi warga negara yang baik serta untuk memeprsiapkan mereka bagi
Pendidikan nya di Sekolah Dasar (SD).
4. Kurikulum tahun 1987
Bidang-bidang Pengembangan
4
- Pengetahuan
- Jasmani dan Kesahatan
5. Kurikulum tahun 1994
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984.
Program Pengembangan Perilaku
- Kegiatan pengembangan pembentukan perilaku merupakan kegiatan yang dilakukan
secara terus-menerus yang ada didalam kehidupan anak sehari-hari di TK sehingga
menjadi kebiasaan yang baik.
- Pembiasaan-pembiasaan yang dikembangkan meliputi hal berikut:
a. Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan, mengucap salam bila bertemu orang lain,
tolong menolong sesame teman.
f. Mengendalikan emosi.
g. Dapat membedakan milik sendiri dan milik orang lain, menunjukkan reaksi
emosi yang wajar karena marah, senang, sedih, takut, cemas, dan sebagainya.
h. Sopan santun.
2
Wina Sanjaya. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Jakar-
ta: Kencana Prenada Media Group, 2005)
5
individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagaman.
Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi,
sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Struktur kompetensi dasar KBK ini
dirinci dalam komponen aspek, kelas dan semester. Keterampilan dan pengetahuan
dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek dari mata pelajaran
tersebut. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada
setiap level. Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan, “Apa yang
harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar mereka pada level ini?”.
Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas kurikulum
dinyatakan dengan kata kerja yang dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian.
Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator adalah untuk
menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapai hasil
belajar yang diharapkan?”
7. Kurikulum 2006, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)”
Pelaksanaan KBK masih dalam uji terbatas, namun pada awal tahun 2006, uji
terbatas tersebut dihentikan. Dan selanjutnya dengan terbitnya permen nomor 24 tahun
2006 yang mengatur pelaksanaan permen nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi
kurikulum dan permen nomor 23 tahun 2006 tentang standar kelulusan, lahirlah
kurikulum 2006 yang pada dasarnya sama dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang
menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa
dari desentralisasi sistem pendidikan.
Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu
mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi
sekolahdan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun
menjadi sebuah perangkat yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah di bawah binaan dan
pemantauan dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat.
8. Kurikulum 2013
Pemerintah melakukan pemetaan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah
diujicobakan pada tahun 2004 (curriculum based competency). Kompetensi dijadikan
6
acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai
ranah pendidikan; pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam seluruh jenjang dan
jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.
Kurikulum 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada pemerolehan
kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum ini
mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan
sedemikian rupa, sehingga pencapaianya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau
keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan pembelajaran
perlu diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai sekurang-kurangnya
tingkkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat. Setiap
peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan
kemamapuan dan kecepatan belajar masing-masing.3
3
7 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2013),
68.
7
James A.F. Toner menyatakan bahwa pengelolaan adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, memimpin, dan mengawasi upaya anggota suatu organisasi dengan
menggunakan sumber daya lainnya dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. 4
Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa pengelolaan adalah suatu rangkaian proses
baik berupa perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan pengawasan dalam suatu
organisasi terutama dalam dunia pendidikan sehingga tujuan pendidikan yang diinginkan dapat
berjalan dengan efektif dan efisien.
2. Pengertian Kurikulum
Sementara itu Hamalik, (2015) mengartikan kurikulum sebagai sejumlah mata ajaran
yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.
Menurut Hamalik merupakan kumpulan- kumpulan dari berbagai bidang studi yang harus
diberikan kepada peserta didik dan juga dapat dipahami dari tiap-tiap mata pelajaran yang
diajarkan sehingga tercapainya sebuah proses pembelajaran.6
4
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2013), h.12
5
Depdiknas. (2004). Kerangka Dasar Kurikulum 2004, Jakarta.
6
Hamalik, Oemar. (2015). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 16
7
John Galen Saylor, William Marvin Alexander. 1966. Curriculum planning: for modern school Holt.
Rinehart and Winston. Hal 74
8
mencerminkan volume penilaian pada kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pendidikan.
Sementara Sudjana (1995 ) mengartikan kurikulum sebagai sebuah program belajar bagi siswa
yang disusun serta sistimatik dan diberikan oleh lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai
tujuan pendidikan. 8Pendapat ini memberikan pemahaman bahwa kurikulum merupakan
program belajar yang telah dibuat dengan sistematis dalam mewujudkan tujuan pendidikan
yang ingin di capai. Dengan adanya kurikulum akan memudahkan sistem pembelajaran yang
efektif sehingga terwujudnya sebuah kegiatan belajar dan mengajar yang terarah.
Nasution, (2006) kurikulum sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan
proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga
pendidikan beserta staf pengajarnya.9 Pendapat ini memberikan pemahaman bahwa kurikulum
merupakan sebuah rencana yang telah dibuat pengelola pendidikan untuk membantu
kelancaran proses belajar mengajar di sekolah. Keberadaan kurikulum dianggap penting karena
kegiatan pendidikan di sekolah akan mengarah pada tercapainya manusia yang seutuhnya.
Dari beberapa defenisi yang disampaikan para ahli tersebut dapat dipahami bahwa
kurikulum merupakan sebuah perangkat pembelajaran yang direncanakan dan dibuat secara
sistematis berisi materi, bahan, dan metode pembelajaran sebagai komponen yang dapat
mengantarkan tercapainya tujuan Pendidikan yang sesuai standar pendidikan nasional.
8
Sudjana, N. (1995). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Hlm 60
9
Nasution S, (2006). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.h 5
10
Nasbi, I. (2017). Manajemen Kurikulum: Sebuah kajian Teoritis. Jurnal Idaarah, Vol. I, No. 2, Desember 2017.
Hlm 319
9
dan kondisi sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum
yang integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan di mana sekolah itu berada.
1. Muatan Kurikulum
11
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2013), h193
10
bahasa melalui kegiatan bermain. Suasana belajar diartikan segala sesuatu yang dapat
mendorong minat anak untuk belajar. Anak dapat belajar dengan baik apabila:
Jadi untuk memperoleh atau mendapatkan muatan kurikulum yang selaras dengan enam
aspek perkembangan, kompetensi inti, kompetensi dasar, serta sesuai dengan waktu belajar
anak maka kita harus memahami hal tersebut dengan baik.
2. Kompetensi Inti
Kompetensi Inti Kemampuan yang diharapkan dicapai anak setelah mengikuti proses
pembelajaran yang di rancang melalui kurikulum di sebut kompetensi. Kompetensi dalam
kurikulum PAUD mengacu pada enam aspek perkembangan anak sebagaimana yang telah di
tetapkan di standar. Kompetensi Inti PAUD merupakan gambaran pencapaian Standar Tingkat
Pencapaian Perkembangan Anak pada akhir layanan PAUD di usia 6 (enam) tahun.
Kompetensi Inti yang disingkat menjadi KI. Secara terstruktur kompetensi inti dimaksud
mencakup:
11
3. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini me rupakan
tingkat kemampuan dalam konteks muatan pembelajaran, tema pembelajaran, dan pengalaman
belajar yang mengacu pada Kompetensi Inti. Maksud kompetensi dasar dalam konteks
dimaksud adalah kemampuan-kemampuan yang memungkinkan secara operasional dapat
dicapai melalui muatan atau materi pembelajaran sesuai dengan tema pembelajaran yang telah
ditetapkan. Konteks tersebut diharapkan menjadi pengalaman belajar esensial yang dapat
mewujudkan kompetensi dasar yang telah ditetapkan di kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia
Dini. Kompetensi Dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik, kebutuhan, serta
kemampuan awal anak. Kompetensi Dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan
pengelompokan kompetensi inti sebagai berikut:
Cara memahami setiap rumusan yang terdapat dalam Standar Kompetensi adalah
sebagai berikut:
• KD-1 dan KD-2 berupa sikap dan perilaku yang diharapkan berkembang pada diri
anak setelah mendapatkan stimulasi melalui kurikulum yang diterapkan di satuan PAUD.
Pencapaian KD-1 dan KD-2 dilakukan melalui kegiatan rutin yang diterapkan di satuan PAUD
sepanjang hari dan sepanjang tahun dengan pembiasaan dan keteladanan dari pendidik.
12
4. Lama belajar (Lama Belajar yang Dibutuhkan oleh Setiap Satuan PAUD untuk
Mencapai Muatan Kurikulum, KI dan KD)
Setiap kelompok usia layanan di PAUD dialokasikan jumlah waktu minimal layanan
dalam satu minggu. Jumlah waktu minimal tersebut adalah:
1. Kelompok usia lahir sampai 2 (dua) tahun dengan lama belajar paling sedikit 120
menit per minggu;
2. Kelompok usia 2 (dua) tahun sampai 4 (empat) tahun dengan lama belajar paling
sedikit 360 menit per minggu; dan
3. Kelompok usia 4 (empat) tahun sampai 6 (enam) tahun dengan lama belajar paling
sedikit 900 menit per minggu.
4. Satuan PAUD untuk kelompok usia 4-6 tahun yang tidak dapat melakukan
pembelajaran 900 menit perminggu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, wajib
melaksanakan pembelajaran 540 menit dan ditambah 360 menit pengasuhan terprogram.
1. Produktifitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek
yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar
peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi
sasaran dalam manajemen kurikulum.
13
kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga
dan waktu yang relative singkat. Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang tetapkan dalam
kurikulum proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi
dan tujuan kurikulum
E. Komponen-Komponen Kurikulum
a. Komponen Tujuan
Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan visi dan misi serta tujuan-
tujuan yang lebih sempit seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.
Tujuan pendidikan mempunyai klasifikasi, dari tujuan yang sangat umum sampai tujuan
khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur yang kemudian dinamakan kompetensi. Tujuan
pendidikan diklasifikasika menjadi empat, yaitu :
a) Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) adalah tujuan yang bersifat paling umum
dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha
pendidikan, artinya setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan harus dapat
membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan yang
diselenggara oleh lembaga pendidikan formal, informal, maupun non formal.
Tujuan Pendidikan Nasional merupakan sumber dan pedoman dalam usaha
penyelenggaraan pendidikan. Secara jelas tujuan Pendidikan Nasional yang
bersumber dari sistem nilai Pancasila dirumuskan dalam Undang-Undang No.
20 Tahun 2003, pasal 3, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
12
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan, Bandung : Alfabeta, 2013, Hlm 192
14
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.13
b) Tujuan Institusional (TI) adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga
pendidikan. Dengan kata lain, tujuan ini dapat didefinisikan sebagai kualifikasi
yang harus dimilki oleh setiap siswa setelahmereka menempuh atau dapat
menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuan
institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang
dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan,
misalnya: PAUD, pendidikan dasar, menengah, kejuruan, dan jenjang
pendidikan tinggi.14
c) Tujuan Kurikuler (TK) adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang
studi, mata pelajaran, atau tema. Oleh karena itu, tujuan kurikuler dapat
didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki siswa setelah mereka
menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan.
Tujuan kurikuler juga pada dasrnya merupakan tujuan antara untuk untuk
mencapai tujuan lembaga pendidikan. Dengan demikian, setiap tujuan kurikuler
harus dapat emndukung dan diarahkan untuk mencapai tujuan institusional.
d) Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat
didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah
mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali
pertemuan. Karena hanya guru yang memehami kondisi lapangan, termasuk
memahami karakteristik siswa yang akan melakukan pembelajaran di suatu
sekolah, maka menjabarkan tujuan pembelajaran adalah tugas guru. Sebelum
guru melakukan proses belajar mengajar, guru perlu merumuskan tujuan
pembelajaran yang harus dikuasai oleh anak didik setelah mereka selesai
mengikuti pelajaran.
13
Ibid, hlm 194
14
Ibid
15
pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas
itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
d. Komponen Evaluasi
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir. Proses
tersebut meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Merujuk pada pendapat tersebut,
maka evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pengembangan
kurikulum. Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum, sehingga dapat
dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan
bagian-bagian mana yang harus disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat
efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi
digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Kedua fungsi
15
Ibid, hlm 196
16
tersebut menurut Scriven (1967) adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif dan evaluasi sebagai
fungsi formatif. 16
16
Ibid
17
Suparlan, Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum dan Materi Pelajaran, Jakarta:Bumi Aksara, 2012, hlm.78
18
Ibid
19
Ibid
17
a. Curriculum specialist (spesialis kurikulum, ahli kurikulum);
b. Teacher/instructors (guru/instruktur);
c. Learners (peserta didik);
d. Principals/corporate unit supervisors (kepala sekolah/unit pengawas
sekolah);
e. Central office administrator/ corporeate administrators (administrator kantor
pusat/administrator perusahaan);
f. Special experts (ahli special);
g. Lay public representatives (perwakilan masyarakat umum).
20
Ibid,hlm 81
18
10 (sepuluh) tahunan. Mengapa? Karena selama sepuluh tahunan tersebut, masyarakat telah
mengalami banyak perubahan dalam berbagai bidang, seperti kondisi sosial, ekonomi, politik,
dan bahkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kelahiran era millennium pada abad XXI, sebagai
contoh, yang telah melahirkan era teknologi informasi, yang telah menjadikan dunia tanpa
batas (the borderless world). Sudah tentu, semua perubahan itu harus diantisipasi oleh para
pengembang kurikulum (curriculum developer) agar kurikulum yang disusun tidak ketinggalan
zaman.21
4. Tentukan hasil belajar yang diharapkan dari siwa dalam tiap matapelajarn.
Apakah standar hasil belajar siswa dalam tiap matapeljaran dalam aspek kognitif,
efektif dan psikomotor?
21
Ibid, hlm 82
22
S..Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, hlm 5
19
Bagaimanakah menentukan topik tiap mata pelajaran, beserta luas dan urutan bahanya
berhubungan dengan tujuan yang telah dirincikan?
Bagaimankah organisasi yang serasi bagi topik-topik itu?
10. Buat desai rencana penilaian kurikulum secara keseluruhan dan strategi
perbikanya.
Kapan dan berapa kali harus diadakan evaluasi kurikulum serta revisinya?
Alat, proses atau prosedur apakah dapat digunakan?
Kapan dan berapa kali harus diadakan evaluasi kurikulum serta revisinya?
20
Menyusun silabus yang berisi pokok-pokok bahasan atau topik dan sub-topik tiap mata
pelajaran termasuk tanggung jawab pengajar disekolah. Demikian pula halnya dalam
penyusunan pedoman intruksional, karena guru yang bertanggung jawab untuk merencanakan
menyusun, menyampaikan dan mengevaluasi satuan peljaran. Maka karena itu tiap guru atau
dosen seorang pengembang kurikulum.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan penataan mengenai tujuan, isi,dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai produktivitas pendidikan. Produktivitas pendidikan dimaknai
sebagai efesiensi dan efektivitas dalam mencapai tujuan pendidikan sehingga tidak terjadinya
pemborosan waktu, mengefesienkan kegiatan belajar dan mengajar.
Sejarah Perkembangan Kurikulum dimulai dengan, Kurikulum Sebelum 1968 dan
Kurikulum Sesudah 1968, Kurikulum 1976, Kurikulum tahun 1987, Kurikulum tahun 1994,
Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kurikulum 2006, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan)” dan terakhir Kurikulum 2013.
Struktur Kurikulum 2013 PAUD. Memahami Struktur Kurikulum bagi pendidik
merupakan hal utama karena Struktur K-13 PAUD merupakan titik awal dalam
mengembangkan bagian-bagian kurikulum lainnya, seperti KTSP, Program Tahunan,
Program Semester dan lainnya. Struktur Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini
merupakan pengorganisasian muatan kurikulum, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan
lama belajar.
Adapun prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum
yaitu; Produktifitas, Demokratisasi, Kooperatif, Efektifitas dan efesiensi
22
DAFTAR PUSTAKA
Asep Sudarsyah dan Diding Nurdin. 2018. Implementasi Manajemen Kurikulum, dalam
Dadang Sehardan, dkk, Manajemen Pendidikan, Cet.1.Bandung : Alfabeta
Enah Suminah dkk. 2018. Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum 2013 Pendidikan Anak
Usia Dini.(Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan PendidikanMasyarakat Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
John Galen Saylor, William Marvin Alexander. 1966. Curriculum planning: for modern
school Holt. Rinehart and Winston.
Nasbi, I. 2017. Manajemen Kurikulum: Sebuah kajian Teoritis. Jurnal Idaarah, Vol. I, No. 2,
Desember 2017.
Sudjana, N. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya.
Suparlan. 2012. Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum dan Materi Pelajaran, Jakarta:Bumi
Aksara.
23