Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENGELOLAAN KELOMPPOK BERMAIN

PENGELOLAAN KURIKULUM PAUD

Dosen Pengampu :
Retno Wulandari S.Pd., M.Pd

Kelas : Piaud 4

Disusun Oleh : Kelompok 4


Nama Anggota

1. Afief Clara Riana (Nim. 1930210063)


2. Dea Suryani (Nim. 1930210153)
3. Indah Tri Anggini (Nim. 1930210086)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami kami panjatkan kepada Allah SWT, TuhanYang Maha
Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai
Tidak lupa kami juga mengucapakan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Retno
Wulandari S. Pd., M.Pd. selaku dosen mata Pengelolaan Kelompok Bermain
untuk menyelesaikan tugas makalah. Meskipun banyak hambatan yang kami
alami dalam proses pengerjarannya, tetapi kami dapat berhasil menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Kami juga mengucapakan terima kasih kepada
teman-teman yang juga sudah memberi dukungan baik langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini.

Tentunya ada hal yang ingin kami harapkan semoga makalah ini dapat
menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama. Kami menyadari bahwa dalam
menyusun makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun atau memotivasi
guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah bisa bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umunya.

Palembang, 30 Maret 2022

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGENTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................1
C. Tujuan Masalah ..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Kurikulum ................................................................. 3
B. Konsep dasar pengelolaan Kurikulum .............................................................7
C. Struktur Kurikulum Aud ................................................................................10
D. Prinsip dan Fungsi Pengelolaan Kurikulum ..................................................13
E. Komponen - komponen kurikulum ...............................................................14
F. Pengembangan Kurikulum ............................................................................17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum adalah suatu sistem yang mempunyai komponen-komponen yang saling
berkaitan erat dan menunjang satu sama lain. Komponen-komponen kurikulum tersebut terdiri
dari tujuan, materi pembelajaran, metode, dan evaluasi. Dalam bentuk sistem ini kurikulum
akan berjalan menuju suatu tujuan pendidikan dengan adanya saling kerja sama diantara
seluruh subsistemnya. Apabila salah satu dari variabel kurikulum tidak berfungsi dengan baik
maka sistem kurikulum akan berjalan kurang baik dan maksimal.

Berangkat dari bentuk kurikulum tersebut, maka dalam pelaksanaan kurikulum sangat
diperlukan suatu pengorganisasian pada seluruh komponennya. Dalam proses
pengorganisasian ini akan berhubungan erat dengan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengontrolan. Sedangkan manajemen adalah salah satu displin ilmu yang
implikasinya menerapkan proses-proses tersebut.Maka dalam penerapan pelaksanaan
kurikulum, seorang yang mengelola lembaga pendidikan harus menguasai ilmu manajemen,
baik untuk mengurus pendidikan ataupun kurikulumnya.

Pengelolaan kurikulum merupakan suatu pola pemberdayaan tenaga pendidikan dan


sumberdaya pendidikan lainnya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kurikulum itu sendiri
hal yang sangat menetutukan kebehasilan kegiatan belajar mengajar secara maksimal.

Pengelolaan kurikulum berkaitan dengan pengelolaan pengalaman belajar yang


membutuhkan stretegi tertentu sehingga menghasilkan produktifitas belajar bagi siswa.
Dengan demikian, kami ingin memberikan pemaparan dalam suatu pengelolaan kurikulum.
Dan kami berniat untuk membuat suatu makalah yang berjudul Pengelolaan Kurikulum.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan sejarah perkembangan kurikulum ?
2. Jelaskan konsep dasar pengelolaan kurikulum?
3. Jelaskan struktur kurikulum aud?
4. Sebutkan prinsip dan fungsi pengelolaan kurikulum?
5. Sebutkan komponen - komponen kurikulum ?
6. Jelaskan pengembangan kurikulum?

1
C. Tujuan Masalah

1. Untuk menjelaskan sejarah perkembangan kurikulum


2. Untuk menjelaskan konsep dasar pengelolaan kurikulum
3. Untuk menjelaskan struktur kurikulum aud
4. Untuk menjelaskan prinsip dan fungsi pengelolaan kurikulum
5. Untuk menjelaskan komponen - komponen kurikulum
6. Untuk menjelaskan pengembangan kurikulum

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Kurikulum


1. Kurikulum Sebelum 1968
Penyelenggaraan pendidikan prasekolah telah lama ada di Indonesia. Data yang
ada menunjukkan bahwa usaha pengadaan Pendidikan prasekolah bagi anak-anak telah
dilakukan sejak tahun 1914 oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pendidikan prasekolah
ini diupayakan sebagai persiapan anak-anak yang akan masuk ke HIS dengan
menerapkan metode Froebel. Meski Pendidikan prasekolah dipelopori oleh pemerintah
Hinda Belanda, namun pada tahun 1922 Ki Hajar Dewantara mulai merintis Pendidikan
prasekolah bagi penduduk pribumi. Pendidikan prasekolah yang didirikan oleh Ki
Hajar Dewantara disebut dengan “Taman Indria”. Prasekolah ini tidak menerapkan
metode Froebel. Pada saat itu juga, berdiri pula Taman Kanak-kanak yang dirintis oleh
organisasi-organisasi islam. Pada tahun 1964, disusunlah kurikulum TK yang
sepenuhnya dipengaruhi oleh kurikulum SD tahun 1964. Apa yang diajarkan dan
kegiatan apa saja yang dilakukan oleh anak TK lebih menitikberatkan pada permainan-
permainan dan pengetahuan dasar bagi anak sebagai persiapan masuk ke SD.
2. Kurikulum Sesudah 1968
Tahun 1968, pemerintah mengeluarkan kurikulum TK yang lebih
disempurnakan. Kurikulum 1968 menjadi pedoman resmi bagi penyelenggaraan
Pendidikan TK di Indonesia. Kurikulum TK 1968 dikelompokkan 8 bidang kegiatan
yaitu bidang penerapan pancasila, bidang bermain/kegiatan kelas, bidang pendidikan
bahasa, bidang alam sekitar, bidang pendidikan jasmani, bidang ungkap kreatif/
kesenian, bidang sosial medis, bidang pendidikan solastik. Kurikulum 1968 bertujuan
bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati,
kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral,
budi pekerti, dan keyakinan beragama1.
Tingkat PAUD pada Kurikulum tahun 1968 :
- Tingkat A usia 3-4 tahun,
- Tingkat B 4-5 Tahun,
- Tingkat C 5-6 tahun.

1
Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995.

3
Susunan kelas: Tempat duduk disusun secara kelompok-kelompok. Susunan
sudut-sudut: Sudut-sudut untuk kegiatan bebas dan kegiatan terpimpin disusun dalam
ruangan kelas.
3. Kurikulum 1976
Kurikulum 1976 pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan kurikulum 1968.
Kurikulum ini juga memiliki 8 bidang pengembangan yang sama dengan kurikulum
1968. Ketentuan-ketentuan pokok dari Kurikulum TK tahun 1976 dilaksanakan
berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor 054/U/1977
yang disebutkan bahwa Taman Kanak-kanak adalah Lembaga Pendidikan yang
menyelenggarakan program Pendidikan bagi anak usia prasekolah dari 3-6 tahun untuk
pembinaan perkembangan kepribadian, kesejahteraan, dan pembinaan sifat-sifat dasar
untuk menjadi warga negara yang baik serta untuk memeprsiapkan mereka bagi
Pendidikan nya di Sekolah Dasar (SD).
4. Kurikulum tahun 1987

Landasan, Tujuan dan Program Kurikulum TK 1987

Terdapat 3 tujuan yaitu:

- Meletakkan dasar-dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan dan


daya cipta yang diperlukan untuk hidup dilingkungan masyarakat.
- Memberikan bekal kemampuan dasar untuk memasuki jenjang sekolah.
- Memberikan bekal untuk mengembangkan diri sesuai dengan asas pendidikan sedini
mungkin dan seumur hidup.

Waktu belajar anak-anak:

- Tingkat A (3-4 tahun) adalah 12 jam dalam seminggu.


- Tingkat B (4-5 tahun) adalah 15 jam dalam seminggu.
- Tingkat C (5-6 tahun) adalah 16 jam dalam seminggu.

Bidang-bidang Pengembangan

- Pendidikan Moral Pancasila


- Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa
- Kemampuan Berbahasa
- Perasaan, Kemasyarakatan, Kesadaran Lingkungan
- Daya Cipta

4
- Pengetahuan
- Jasmani dan Kesahatan
5. Kurikulum tahun 1994
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984.
Program Pengembangan Perilaku
- Kegiatan pengembangan pembentukan perilaku merupakan kegiatan yang dilakukan
secara terus-menerus yang ada didalam kehidupan anak sehari-hari di TK sehingga
menjadi kebiasaan yang baik.
- Pembiasaan-pembiasaan yang dikembangkan meliputi hal berikut:

a. Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan, mengucap salam bila bertemu orang lain,
tolong menolong sesame teman.

b. Rapi dalam bertindak.

c. Tenggang rasa terhadap keadaan orang lain.

d. Mengurus diri sendiri termasuk memebersihkan diri, berpakaian sendiri, makan


sendiri, memelihara milik sendiri.

e. Menjaga kebersihan lingkungan.

f. Mengendalikan emosi.

g. Dapat membedakan milik sendiri dan milik orang lain, menunjukkan reaksi
emosi yang wajar karena marah, senang, sedih, takut, cemas, dan sebagainya.

h. Sopan santun.

6. Definisi Kurikulum Berbasis Kompetensi


Sebagai pengganti kurikulum 1994 adalah kurikulum 2004, yang disebut denga
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)2. Suatu program pendidikan berbasis
kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan kompetensi yang
sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan
pencapaian kompetensi; dan pengembangan pembelajaran. KBK memiliki ciri-ciri
sebagai berikut : Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara

2
Wina Sanjaya. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Jakar-
ta: Kencana Prenada Media Group, 2005)

5
individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagaman.
Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi,
sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Struktur kompetensi dasar KBK ini
dirinci dalam komponen aspek, kelas dan semester. Keterampilan dan pengetahuan
dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek dari mata pelajaran
tersebut. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada
setiap level. Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan, “Apa yang
harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar mereka pada level ini?”.
Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas kurikulum
dinyatakan dengan kata kerja yang dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian.
Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator adalah untuk
menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapai hasil
belajar yang diharapkan?”
7. Kurikulum 2006, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)”
Pelaksanaan KBK masih dalam uji terbatas, namun pada awal tahun 2006, uji
terbatas tersebut dihentikan. Dan selanjutnya dengan terbitnya permen nomor 24 tahun
2006 yang mengatur pelaksanaan permen nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi
kurikulum dan permen nomor 23 tahun 2006 tentang standar kelulusan, lahirlah
kurikulum 2006 yang pada dasarnya sama dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang
menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa
dari desentralisasi sistem pendidikan.
Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu
mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi
sekolahdan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun
menjadi sebuah perangkat yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah di bawah binaan dan
pemantauan dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat.
8. Kurikulum 2013
Pemerintah melakukan pemetaan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah
diujicobakan pada tahun 2004 (curriculum based competency). Kompetensi dijadikan

6
acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai
ranah pendidikan; pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam seluruh jenjang dan
jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.
Kurikulum 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada pemerolehan
kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum ini
mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan
sedemikian rupa, sehingga pencapaianya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau
keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan pembelajaran
perlu diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai sekurang-kurangnya
tingkkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat. Setiap
peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan
kemamapuan dan kecepatan belajar masing-masing.3

Tema utama kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang


produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui pengamatan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam implementasi
kurikulum, guru dituntut secara profesional merancang pembelajaran secara efektif dan
bermakna, mengorganisir pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat,
menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta
menetapkan kriteria keberhasilan.
B. Konsep Dasar Pengelolaan Kurikulum
1. Pengertian Pengelolaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kata Pengelolaan, mempunyai 4 pengertian,


yaitu (1) pengelolaan adalah proses, cara, perbuatan mengelola; (2)Pengelolaan adalah proses
melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain; (3)Pengelolaan adalah
proses yang membantu mermuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi; (4)Pengelolaan
adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan
kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.

3
7 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2013),
68.

7
James A.F. Toner menyatakan bahwa pengelolaan adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, memimpin, dan mengawasi upaya anggota suatu organisasi dengan
menggunakan sumber daya lainnya dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. 4

Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa pengelolaan adalah suatu rangkaian proses
baik berupa perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan pengawasan dalam suatu
organisasi terutama dalam dunia pendidikan sehingga tujuan pendidikan yang diinginkan dapat
berjalan dengan efektif dan efisien.

2. Pengertian Kurikulum

Undang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 19 tentang sistem pendidikan nasional


menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengggaran
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Depdiknas (2004)
menyatakan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi yang dilakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan
kemampuan. Kompetensi perlu di capai secara tuntas (belajar tuntas).5 Kurikulum
dilaksanakan dalam rangka membantu peserta didik mengembangkan berbagai potensi baik
psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial- emosional, kognitif, bahasa,
fisik/motorik, kemandirian dan seni.

Sementara itu Hamalik, (2015) mengartikan kurikulum sebagai sejumlah mata ajaran
yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.
Menurut Hamalik merupakan kumpulan- kumpulan dari berbagai bidang studi yang harus
diberikan kepada peserta didik dan juga dapat dipahami dari tiap-tiap mata pelajaran yang
diajarkan sehingga tercapainya sebuah proses pembelajaran.6

Menurut J. Galen Sailor dan William M Alexander, (1974) berpendapat bahwa


“curriculum is defined reflects volume judgments regarding the nature of education”.
7
Ungkapan ini menyiratkan sebuah makna bahwa kurikulum adalah sesuatu hal yang

4
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2013), h.12
5
Depdiknas. (2004). Kerangka Dasar Kurikulum 2004, Jakarta.
6
Hamalik, Oemar. (2015). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 16
7
John Galen Saylor, William Marvin Alexander. 1966. Curriculum planning: for modern school Holt.
Rinehart and Winston. Hal 74

8
mencerminkan volume penilaian pada kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pendidikan.
Sementara Sudjana (1995 ) mengartikan kurikulum sebagai sebuah program belajar bagi siswa
yang disusun serta sistimatik dan diberikan oleh lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai
tujuan pendidikan. 8Pendapat ini memberikan pemahaman bahwa kurikulum merupakan
program belajar yang telah dibuat dengan sistematis dalam mewujudkan tujuan pendidikan
yang ingin di capai. Dengan adanya kurikulum akan memudahkan sistem pembelajaran yang
efektif sehingga terwujudnya sebuah kegiatan belajar dan mengajar yang terarah.

Nasution, (2006) kurikulum sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan
proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga
pendidikan beserta staf pengajarnya.9 Pendapat ini memberikan pemahaman bahwa kurikulum
merupakan sebuah rencana yang telah dibuat pengelola pendidikan untuk membantu
kelancaran proses belajar mengajar di sekolah. Keberadaan kurikulum dianggap penting karena
kegiatan pendidikan di sekolah akan mengarah pada tercapainya manusia yang seutuhnya.

Dari beberapa defenisi yang disampaikan para ahli tersebut dapat dipahami bahwa
kurikulum merupakan sebuah perangkat pembelajaran yang direncanakan dan dibuat secara
sistematis berisi materi, bahan, dan metode pembelajaran sebagai komponen yang dapat
mengantarkan tercapainya tujuan Pendidikan yang sesuai standar pendidikan nasional.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum


merupakan seperangkat rencana dan penataan mengenai tujuan, isi,dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai produktivitas pendidikan. Produktivitas pendidikan dimaknai sebagai efesiensi dan
efektivitas dalam mencapai tujuan pendidikan sehingga tidak terjadinya pemborosan waktu,
mengefesienkan kegiatan belajar dan mengajar.

3. Ruang Lingkup Pengelolaan Kurikulum

Nasbi, (2017) mengatakan bahwa ruang lingkup pengelolaan kurikulum meliputi


10
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Pada tingkat satuan
pendidikan kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk merealisasikan dan merelevansikan
antara kurikulum nasional (standar kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan daerah

8
Sudjana, N. (1995). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Hlm 60
9
Nasution S, (2006). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.h 5
10
Nasbi, I. (2017). Manajemen Kurikulum: Sebuah kajian Teoritis. Jurnal Idaarah, Vol. I, No. 2, Desember 2017.
Hlm 319

9
dan kondisi sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum
yang integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan di mana sekolah itu berada.

Senada dengan pendapat tersebut pendapat Tim Dosen Administrasi Pendidikan


Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, (2011:h.193) merumuskan bahwa ruang lingkup
manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kegiatan kurikulum.
11
Pada tingkat sekolah kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk merealisasikan dan
merelevensikan antara kurikulum nasional (standar kompetensi atau kompetensi dasar) dengan
kebutuhan daerah dan kondisi sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut
merupakan kurikulum yang integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan.

C. Struktur Pengelolaan Kurikukum

Struktur Kurikulum 2013 PAUD. Memahami Struktur Kurikulum bagi pendidik


merupakan hal utama karena Struktur K-13 PAUD merupakan titik awal dalam
mengembangkan bagian-bagian kurikulum lainnya, seperti KTSP, Program Tahunan, Program
Semester dan lainnya. Struktur Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini merupakan
pengorganisasian muatan kurikulum, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan lama belajar.

1. Muatan Kurikulum

Muatan kurikulum berisi program-program pengembangan, yang terdiri atas:

(1) program pengembangan nilai agama dan moral,

(2) program pengembangan fi sik motorik,

(3) program pengembangan kognitif,

(4) program pengembangan bahasa,

(5) program pengembangan sosial-emosional, dan

(6) program pengembangan seni.

Program pengembangan dimaksud adalah perwujudan suasana belajar untuk


berkembangnya perilaku, kematangan berpikir, kinestetik, bahasa, sosial emosional, dan

11
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2013), h193

10
bahasa melalui kegiatan bermain. Suasana belajar diartikan segala sesuatu yang dapat
mendorong minat anak untuk belajar. Anak dapat belajar dengan baik apabila:

1. Orang-orang yang ada disekitarnya menyenangkan. Guru yang ramah, mem -


perlakukan semua anak secara adil, teman bermain yang saling me nerima, serta komunikasi
yang hangat, terbuka, santun, dan terjadi dalam dua arah.

2. Lingkungannya menyenangkan. Tersedia alat main yang memadai, bersih, tertata


dengan tepat sesuai dengan pertumbuhan fisik anak, dan dapat di gunakan oleh anak sesuai
dengan pikirannya. Luas tempat di dalam dan diluar cukup untuk anak dapat me lakukan
kegiatan dengan nyaman adalah pijakan lingkungan yang sangat mendukung kebebasan anak
berkreasi.

3. Proses pembelajaran yang mendukung kebebasan berpikir, tanpa tekanan, se dikit


instruksi dan pembatasan dari guru. Guru memberi respons yang tepat saat anak bertanya,
memberikan penguatan di saat anak menemukan sesuatu/ber - hasil melakukan sesuatu,
memberikan bantuan saat anak memerlukan.

Jadi untuk memperoleh atau mendapatkan muatan kurikulum yang selaras dengan enam
aspek perkembangan, kompetensi inti, kompetensi dasar, serta sesuai dengan waktu belajar
anak maka kita harus memahami hal tersebut dengan baik.

2. Kompetensi Inti

Kompetensi Inti Kemampuan yang diharapkan dicapai anak setelah mengikuti proses
pembelajaran yang di rancang melalui kurikulum di sebut kompetensi. Kompetensi dalam
kurikulum PAUD mengacu pada enam aspek perkembangan anak sebagaimana yang telah di
tetapkan di standar. Kompetensi Inti PAUD merupakan gambaran pencapaian Standar Tingkat
Pencapaian Perkembangan Anak pada akhir layanan PAUD di usia 6 (enam) tahun.
Kompetensi Inti yang disingkat menjadi KI. Secara terstruktur kompetensi inti dimaksud
mencakup:

1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual.

2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial.

3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan.

4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan

11
3. Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini me rupakan
tingkat kemampuan dalam konteks muatan pembelajaran, tema pembelajaran, dan pengalaman
belajar yang mengacu pada Kompetensi Inti. Maksud kompetensi dasar dalam konteks
dimaksud adalah kemampuan-kemampuan yang memungkinkan secara operasional dapat
dicapai melalui muatan atau materi pembelajaran sesuai dengan tema pembelajaran yang telah
ditetapkan. Konteks tersebut diharapkan menjadi pengalaman belajar esensial yang dapat
mewujudkan kompetensi dasar yang telah ditetapkan di kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia
Dini. Kompetensi Dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik, kebutuhan, serta
kemampuan awal anak. Kompetensi Dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan
pengelompokan kompetensi inti sebagai berikut:

1. Kompetensi Dasar sikap spiritual(KD-1) dalam rangka menjabarkan KI-1

2. Kompetensi Dasar sikap sosial(KD-2) dalam rangka menjabarkan KI-2

3. Kompetensi Dasar pengetahuan (KD-3) dalam rangka menjabarkan KI-3

4. Kompetensi Dasar keterampilan KD-4) dalam rangka menjabarkan KI-4.

Cara memahami setiap rumusan yang terdapat dalam Standar Kompetensi adalah
sebagai berikut:

• KD-1 dan KD-2 berupa sikap dan perilaku yang diharapkan berkembang pada diri
anak setelah mendapatkan stimulasi melalui kurikulum yang diterapkan di satuan PAUD.
Pencapaian KD-1 dan KD-2 dilakukan melalui kegiatan rutin yang diterapkan di satuan PAUD
sepanjang hari dan sepanjang tahun dengan pembiasaan dan keteladanan dari pendidik.

• KD-3 dan KD-4 berupa kemampuan pengetahuan dan keterampilan dikembangkan


melalui kegiatan bermain yang terprogram melalui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Mingguan (RPPM) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang disusun oleh
satuan PAUD.

12
4. Lama belajar (Lama Belajar yang Dibutuhkan oleh Setiap Satuan PAUD untuk
Mencapai Muatan Kurikulum, KI dan KD)

Setiap kelompok usia layanan di PAUD dialokasikan jumlah waktu minimal layanan
dalam satu minggu. Jumlah waktu minimal tersebut adalah:

1. Kelompok usia lahir sampai 2 (dua) tahun dengan lama belajar paling sedikit 120
menit per minggu;

2. Kelompok usia 2 (dua) tahun sampai 4 (empat) tahun dengan lama belajar paling
sedikit 360 menit per minggu; dan

3. Kelompok usia 4 (empat) tahun sampai 6 (enam) tahun dengan lama belajar paling
sedikit 900 menit per minggu.

4. Satuan PAUD untuk kelompok usia 4-6 tahun yang tidak dapat melakukan
pembelajaran 900 menit perminggu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, wajib
melaksanakan pembelajaran 540 menit dan ditambah 360 menit pengasuhan terprogram.

5. Pengasuhan terprogram sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan kegiatan


pengasuhan orang tua yang dibina oleh satuan PAUD.

D. Prinsip Pengelolaan Kurikulum

Adapun prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum


adalah sebagai berikut :

1. Produktifitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek
yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar
peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi
sasaran dalam manajemen kurikulum.

2. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan pada demokrasi


yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subyek didik pada posisi yang seharusnya daa
melaksanakan ugas dengan penuh tanggung jawab untuk mencapai tujuan kurikulum.

3. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen


kurikulum perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.

4. Efektifitas dan efesiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus


mempertimbangkan efektifitas dan efesiensi untuk mencapai tujuan kurikulum sehingga

13
kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga
dan waktu yang relative singkat. Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang tetapkan dalam
kurikulum proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi
dan tujuan kurikulum

E. Komponen-Komponen Kurikulum

Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen tertentu.


Sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen-komponen, yaitu komponen tujuan, isi
kurikulum, metode atau strategi pencapaian tujuan dan komponen evaluasi. Sebagai suatu
sistem setiap komponen harus salinh berkaitan satu sama lain. Dengan demikian salah satu
komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan
komponen lainnya, maka sistem kurikulum pun akan terganggu pula.12

a. Komponen Tujuan
Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan visi dan misi serta tujuan-
tujuan yang lebih sempit seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.
Tujuan pendidikan mempunyai klasifikasi, dari tujuan yang sangat umum sampai tujuan
khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur yang kemudian dinamakan kompetensi. Tujuan
pendidikan diklasifikasika menjadi empat, yaitu :

a) Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) adalah tujuan yang bersifat paling umum
dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha
pendidikan, artinya setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan harus dapat
membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan yang
diselenggara oleh lembaga pendidikan formal, informal, maupun non formal.
Tujuan Pendidikan Nasional merupakan sumber dan pedoman dalam usaha
penyelenggaraan pendidikan. Secara jelas tujuan Pendidikan Nasional yang
bersumber dari sistem nilai Pancasila dirumuskan dalam Undang-Undang No.
20 Tahun 2003, pasal 3, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

12
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan, Bandung : Alfabeta, 2013, Hlm 192

14
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.13
b) Tujuan Institusional (TI) adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga
pendidikan. Dengan kata lain, tujuan ini dapat didefinisikan sebagai kualifikasi
yang harus dimilki oleh setiap siswa setelahmereka menempuh atau dapat
menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuan
institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang
dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan,
misalnya: PAUD, pendidikan dasar, menengah, kejuruan, dan jenjang
pendidikan tinggi.14
c) Tujuan Kurikuler (TK) adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang
studi, mata pelajaran, atau tema. Oleh karena itu, tujuan kurikuler dapat
didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki siswa setelah mereka
menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan.
Tujuan kurikuler juga pada dasrnya merupakan tujuan antara untuk untuk
mencapai tujuan lembaga pendidikan. Dengan demikian, setiap tujuan kurikuler
harus dapat emndukung dan diarahkan untuk mencapai tujuan institusional.
d) Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat
didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah
mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali
pertemuan. Karena hanya guru yang memehami kondisi lapangan, termasuk
memahami karakteristik siswa yang akan melakukan pembelajaran di suatu
sekolah, maka menjabarkan tujuan pembelajaran adalah tugas guru. Sebelum
guru melakukan proses belajar mengajar, guru perlu merumuskan tujuan
pembelajaran yang harus dikuasai oleh anak didik setelah mereka selesai
mengikuti pelajaran.

b. Komponen Isi/Materi Pembelajaran


Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar
yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan
dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata

13
Ibid, hlm 194
14
Ibid

15
pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas
itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

c. Komponen Metode /Strategi


Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan kurikulum.
Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran sangat penting, sebab berhubungan
dengan implementasi kurikulum. Bagaimana pun bagus dan idealnya tujuan yang harus dicapai
tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka tujuan itu tidak mungkin dapat dicapai.
Strategi meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai
tujuan tertentu. Rakajoni (1989) mengartikan strategi penbelajaran sebagai pola dan urutan
umum perbuatan guru dan siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.15

Jadi strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk


penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini
berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum
sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya arah
dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian,
penyusunan langkah – langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber
belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.

d. Komponen Evaluasi
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir. Proses
tersebut meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Merujuk pada pendapat tersebut,
maka evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pengembangan
kurikulum. Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum, sehingga dapat
dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan
bagian-bagian mana yang harus disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat
efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi
digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Kedua fungsi

15
Ibid, hlm 196

16
tersebut menurut Scriven (1967) adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif dan evaluasi sebagai
fungsi formatif. 16

F. Pengembangan Kurikulum PAUD/KB

a) Konsep Pengembangan Kurikulum


Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan agar kurikulum
yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.17
Definisi yang dikemukakan terdahulu menggambarkan pengertian yang membedakan
antara apa yang direncanakan (kurikulum) dengan apa yang sesungguhnya terjadi di kelas
(instruction/pengajaran). Memang banyak ahli kurikulum yang menentang pemisahan ini,
tetapi banyak pula yang menganut pendapat adanya perbedaan antara keduanya. Kelompok
yang menyetujui pemisahan itu beranggapan bahwa kurikulum adalah rencana yang mungkin
saja terlaksana tapi mungkin saja tidak, sedangkan apa yang terjadi di sekolah/kelas adalah
sesuatu yang benar-benar terjadi yang mungkin berdasarkan rencana tetapi mungkin juga
berbeda atau bahkan menyimpang dari apa yang di rencanakan. Perbedaan titik pandangan ini
tidak sama dengan perbedaan cara pandang antara kelompok ahli kurikulum dengan ahli
pengajaran. Baik ahli kurikulum maupun pengajaran mempelajari fenomena kegiatan kelas,
tetapi dengan latar belakang teoretis dan tujuan yang berbeda.18

b) Lembaga yang mengembangkan kurikulum


Untuk menyusun kurikulum nasional, sudah tentu ada lembaga tertentu yang telah
diberikan tugas dan tanggung jawab untuk menyusun atau mengembangkan kurikulum
yang akan digunakan secara nasional. Di indonesia, lembaga itu dikenal sebagai Pusat
Kurikulum, yang berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
Nasional (Balitbang Diknas). Di Negara lain tentu saja ada lembaga seperti itu. Ada
beberapa pemangku kepentingan yang menurut David G. Amstrong biasanya dilibatkan
dalam pengembangan kurikulum, yaitu:19

16
Ibid
17
Suparlan, Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum dan Materi Pelajaran, Jakarta:Bumi Aksara, 2012, hlm.78
18
Ibid
19
Ibid

17
a. Curriculum specialist (spesialis kurikulum, ahli kurikulum);
b. Teacher/instructors (guru/instruktur);
c. Learners (peserta didik);
d. Principals/corporate unit supervisors (kepala sekolah/unit pengawas
sekolah);
e. Central office administrator/ corporeate administrators (administrator kantor
pusat/administrator perusahaan);
f. Special experts (ahli special);
g. Lay public representatives (perwakilan masyarakat umum).

c) Fase-Fase Pengembangan Kurikulum


Model pengembangan kurikulum berikut ini adalah model yang biasanya digunakan
dalam banyak proses pengembangan kurikulum. Dalam model ini kurikulum lebih banyak
mengambil posisi pertama yaitu sebagai rencana dan kegiatan. Ide yang dikembangkan pada
langkah awal lebih banyak berfokus pada kualitas apa yang harus dimiliki dalam belajar suatu
disiplin ilmu, teknologi, agama, seni, dan sebagainya. Pada fase pengembangan ide,
permasalahan pendidikan hanya terbatas pada permasalahan transfer dan transfer. Masalah
yang muncul di masyarakat atau ide tentang masyarakat masa depan tidak menjadi kepedulian
kurikulum. Kegiatan evaluasi diarahkan untuk menemukan kelemahan kurikulum yang ada,
model yang tersedia dan dianggap sesuai untuk kurikulum baru, dan diakhiri dengan melihat
hasil kurikulum berdasarkan ketercapaian tujuan pendidikan yang tertuang di dalam
kurikulum.20
Sejarah perkembangan kurikulum sekolah yang digunakan di indonesia telah
berlangsung cukup lama, sejak lahirnya kurikulum yang pertama di indonesia, yakni yang
disebut dengan nama Rencana Pelajaran 1947. Pada waktu itu, istilah kurikulum bahkan belum
digunakan sama sekali. Setelah lahir UU Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikn
dan Pengajaran, lahir pula kurikulum baru sebagai perbaikan dari Rencana Pelajaran 1947
tersebut, sampai akhirnya kurikulum di indonesia dikenal dengan menggunakan istilah
kurikulum yang pertama kalinya. Perubahan dan perkembangan kurikulum yang satu sampai
dengan kurikulum yang lain di indonesia bahkan telah memberikan kesan “ganti menteri ganti
kurikulum”, padahal perubahan dan perkembangan kurikulum itu memang satu keniscayaan.
Dalam teori dikenal bahwa perubahan kurikulum pada umumnya terjadi dalam waktu sekitar

20
Ibid,hlm 81

18
10 (sepuluh) tahunan. Mengapa? Karena selama sepuluh tahunan tersebut, masyarakat telah
mengalami banyak perubahan dalam berbagai bidang, seperti kondisi sosial, ekonomi, politik,
dan bahkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kelahiran era millennium pada abad XXI, sebagai
contoh, yang telah melahirkan era teknologi informasi, yang telah menjadikan dunia tanpa
batas (the borderless world). Sudah tentu, semua perubahan itu harus diantisipasi oleh para
pengembang kurikulum (curriculum developer) agar kurikulum yang disusun tidak ketinggalan
zaman.21

d) Langkah-Langkah dalam Pengembangan Kurikulum


Dalam garis besarnya kita dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :22
1. Kumpulkan keterangan mengenai faktor-faktor yang turut menentukan kurikulum
serta latar belakangnya.
Pertanyaan yang perlu dijawab ialah antara lain :
 Apakah definisi kurikulum yang akan dikembangkan ?
 Apakah faktor-faktor utama yang mempengaruhi kurikulum itu?
 Apa, kepada siapa, apa sebab, bagaimana organisasi bahan yang akan diajarkan?
 Adakah alternatif lain?

2. Tentukan, mata pelajaran atau mata kuliah yang akan diajarkan


 Berhubungan dengan pertimbanagna diatas, mata pelajaran apakah yang dianggap
paling serasi untuk diberikan?
 Bagimanakan scope dan squencenya?

3. Rumuskan tujuan tiap matapelajaran.


 Apakah pada umumnya diharapkan dari siswa?

4. Tentukan hasil belajar yang diharapkan dari siwa dalam tiap matapelajarn.
 Apakah standar hasil belajar siswa dalam tiap matapeljaran dalam aspek kognitif,
efektif dan psikomotor?

5. Tentukan topik-topik tiap mata pelajaran

21
Ibid, hlm 82
22
S..Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, hlm 5

19
 Bagaimanakah menentukan topik tiap mata pelajaran, beserta luas dan urutan bahanya
berhubungan dengan tujuan yang telah dirincikan?
 Bagaimankah organisasi yang serasi bagi topik-topik itu?

6. Tentukan syarat-syarat yang dituntut dari siswa


 Bagaimanakah tingkat perkembangan dan pengetahuan siswa?
 Apakah syarat agar siswa dapat mengikuti pelajaran?
 Kegiatan-kegiatan apakah yang harus dapat dilakukan siswa agar dapat mencapai
tujuan pelajaran?

7. Tentukan bahan yang harus dibaca oleh siswa


 Sumber bahan apa yang tersedia antara lain diperpustakaan?
 Sumber bacaan apa yang dapat disediakan?
 Bacaan apa yang esensial dan bacaan apa sebagai pelengkap atau sebagai rujukan?

8. Tentukan strategi mengajar yang serasi serta sediakan berbagai sumber/alat


peraga proses belajar mengajar.
 Berhubungan dengan bahan pelajaran dan taraf perkembangan dan pengetahuan siswa
strategi mengajar yang bagaimana akan paling efektif.
 Alat instruksional/alat perga apakah yang telah ada dan alat serta sumber apakah dapat
disediakan.

9. Tentukan alat evaluasi hasil belajar siswa serta skala penilaianya


 Alat apa, kegiatan apa yang akan digunakan untuk mengukur taraf kemajuan siswa
 Bagaimana cara memberi nilai siswa
 Apakah akan diberi weight yang berbeda untuk aspek tertentu?

10. Buat desai rencana penilaian kurikulum secara keseluruhan dan strategi
perbikanya.
 Kapan dan berapa kali harus diadakan evaluasi kurikulum serta revisinya?
 Alat, proses atau prosedur apakah dapat digunakan?
 Kapan dan berapa kali harus diadakan evaluasi kurikulum serta revisinya?

20
Menyusun silabus yang berisi pokok-pokok bahasan atau topik dan sub-topik tiap mata
pelajaran termasuk tanggung jawab pengajar disekolah. Demikian pula halnya dalam
penyusunan pedoman intruksional, karena guru yang bertanggung jawab untuk merencanakan
menyusun, menyampaikan dan mengevaluasi satuan peljaran. Maka karena itu tiap guru atau
dosen seorang pengembang kurikulum.

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan penataan mengenai tujuan, isi,dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai produktivitas pendidikan. Produktivitas pendidikan dimaknai
sebagai efesiensi dan efektivitas dalam mencapai tujuan pendidikan sehingga tidak terjadinya
pemborosan waktu, mengefesienkan kegiatan belajar dan mengajar.
Sejarah Perkembangan Kurikulum dimulai dengan, Kurikulum Sebelum 1968 dan
Kurikulum Sesudah 1968, Kurikulum 1976, Kurikulum tahun 1987, Kurikulum tahun 1994,
Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kurikulum 2006, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan)” dan terakhir Kurikulum 2013.
Struktur Kurikulum 2013 PAUD. Memahami Struktur Kurikulum bagi pendidik
merupakan hal utama karena Struktur K-13 PAUD merupakan titik awal dalam
mengembangkan bagian-bagian kurikulum lainnya, seperti KTSP, Program Tahunan,
Program Semester dan lainnya. Struktur Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini
merupakan pengorganisasian muatan kurikulum, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan
lama belajar.
Adapun prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum
yaitu; Produktifitas, Demokratisasi, Kooperatif, Efektifitas dan efesiensi

Sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen-komponen, yaitu komponen


tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapaian tujuan dan komponen evaluasi.
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan agar kurikulum
yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.

22
DAFTAR PUSTAKA

Asep Sudarsyah dan Diding Nurdin. 2018. Implementasi Manajemen Kurikulum, dalam
Dadang Sehardan, dkk, Manajemen Pendidikan, Cet.1.Bandung : Alfabeta

Depdiknas. 2004. Kerangka Dasar Kurikulum 2004, Jakarta.

Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995.

E. Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT.Remaja


Rosdakarya.

Enah Suminah dkk. 2018. Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum 2013 Pendidikan Anak
Usia Dini.(Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan PendidikanMasyarakat Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Hamalik, Oemar. 2015. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

John Galen Saylor, William Marvin Alexander. 1966. Curriculum planning: for modern
school Holt. Rinehart and Winston.

Nasbi, I. 2017. Manajemen Kurikulum: Sebuah kajian Teoritis. Jurnal Idaarah, Vol. I, No. 2,
Desember 2017.

Nasution S. 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

S..Nasution. 2012. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudjana, N. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya.

Suparlan. 2012. Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum dan Materi Pelajaran, Jakarta:Bumi
Aksara.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2013. Manajemen


Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Wina Sanjaya. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

23

Anda mungkin juga menyukai