Dosen pengampu:
Fahmi, M.Pd
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
2. Apa saja Jenis bermain dan jenis sentra bagi anak di TPA?
1
5. Bagaimana Rambu-rambu pelaksanaan pendekatan sentra di TPA?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian, Manfaat, Jenis, Dan Prinsip Umum Pendekatan Sentra Di
TPA
a. Pengertian Sentra
1
Sri Watini, „Implementasi Model Pembelajaran Sentra Pada TK Labschool STAI Bani
Saleh Bekasi‟, Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4.1 (2019), 110 . h. 111.
2
Adianti Ruqoyah, „PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BEYOND CENTERS AND CIRCLE
TIMES ( BCCT ) DAN KEMANDIRIAN TERHADAP KREATIVITAS PAUD PPs Universitas Negeri Jakarta
Program Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ). Menurut UndangTingkat Pendidikan Anak Usia Dini
Program Pendidikan‟, 10 (2016), 81–98. h. 8
3
Pada Pendidikan and Anak Usia, „Journal.Stkipm-Bogor.Ac.Id/Index.Php/Pascho‟, 9.2,
52–59. h. 5.
3
pembelajaran yang dalam proses pembelajarannya dilakukan di dalam
“Lingkaran” (Circle Times) dan sentra bermain4.
Lingkaran adalah saat ketika guru duduk bersama anak dengan posisi
melingkar untuk memberikan pijakan kepada anak yang dilakukan sebelum
dan sesudah main. Sentra bermain adalah zona atau area bermain anak yang
dilengkapi dengan seperangkat alat bermain, yang berfungsi sebagi pijakan
lingkungan yang diperlukan untuk mengembangkan seluruh potensi dasar
anak didik dalam berbagai aspek perkembangannya secara seimbang5.
4
Nurul Farihah, „Penerapan Pembelajaran Sentra Bahan Alam/Sains Terhadap
Perkembangan Kreativitas Anak Kelompok B Di RA Salafiyah Syafi‟iyah Klinterejo Sooko
Mojokerto‟, Al-Hikmah : Indonesian Journal of Early Childhood Islamic Education, 2.Vol 2 No 1
(2018): Ijecie (2018), 91–112 . h. 94.
5
Muhsinin and Ilmin Navi, „Efektifitas Pembelajaran Sentra Di Kecamatan Trowulan
Mojokerto‟, SELING : Jurnal Program Studi PGRA, 3.2 (2017), 107–24. h. 114.
4
3. Area untuk penggantian popok, tidur, pemberian makan, dan
kegiatan bermain dibuat terpisah atau bersekat-sekat untuk
menjamin sanitassi serta menciptakan ketenangan dan
kenyamanan.
4. Area/sentra yang dipergunakan untuk bermain dipindah-pindah
secara berkala dalam sehari yang akan membuat bayi merasakan
perspektif yng berbeda tentang berbagai orang dan tempat.
5. Pendidik menyediakan lingkungan untuk anak belajar dengan cara
aktif bereksplorasi dan interaksi dengan orang dewasa, anak lain,
dan alat alat yang ada.
6. Pendidik mempersiapkan banyak bahan dan kesempatan bagi anak
untuk mengembangkan kemampuan motorik halus, mengeksplor
dan lingkungan, menyelidiki alam, mengadakan percobaan dan
mengembangkan kemampuan bahasa dan musik anak.
7. Anak-anak memilih beberapa kegiatan yang diinginkannya dari
berbagai variasi kegiatan diarea-area/sentra belajar yang telah
disiapkan pendidik. Misalnya kegiatan di area bermain drama,
balok, sains, matematika, bermain (games) dan puzzel, buku,
rekaman, seni dan musik. Anak-anak diharapkan aktif secara fisik
dan mental.
8. Anak memilih dari berbagai kegiatan yang telah disiapkan
pendidik atau anak dapat secara spontan mengusulkan kegiatan
baru.
9. Mainan disiapkan dalam loker-loker yang terbuka dan tinggi loker
yang sesuai sehingga anak dapat memilihnya sendiri tanpa minta
tolong pada pendidik.
5
b. Jenis Bermain Sentra dan Jenis Sentra Bagi Anak di TPA
Ada 3 jenis permainan dan sentra bagi anak KB dan TPA antara lain
1. Main Sensorimotor atau fungsional
Main Sensorimotor atau fungsional merupakan rangsangan
untuk mendukung proses kerja otak dalam mengelola informasi yang
didapatkan anak dari lingkungan saat bermain. Main sensorimotor
berlangsung dari tahap yang paling sederhana dan berkembang ke
tahap yang makin kompleks. Main sensorimotor yang sederhana
contohnya “bayi yang menggeliat karena merasa dngin”. Main
sensorimotor yang yang cukup kompleks misalnya menendang,
mencium dan menjepit benda. Tahap main sensorimotor anak usia din:
a) Tahap satu apabila anak mengulang gerakan beberapa kali
untuk mengikuti beberapa jenis perasaan yang timbulkan oleh
tubuh (bodily sensation) dan reaksi pada saat pertama
melakukan. Contoh memercikan atau menepuk air dengan
tangan, menepuk pasir, bertepuk atau melambaikan tangan.
b) Tahap dua, apabila anak terlibat dalam pengulangan tindakan
dengan menggunakan objek tertentu. Contoh memukul – mukul
meja dengan sendok untuk menikmati suaranya, mencelupkan
saringan ke bak air dan memperhatikan air yang mengalir
kembali perlahan – lahan ke baknya. Menuang air dari kran
dengan kedua tangan tengadah.
c) Tahap tiga apabila anak terlibat dalam pengulangan rangkaian
kegiatan sebab akibat sederhana yang sudah memiliki tujuan
tertentu. Contohnya mengisi mangkok dengan pasir
menggunakan sekop (anak sudah memiliki tujuan dan
mengetahui urutan sebab akibat yang sederhana yaitu mengisi
sekop dengan pasir dulu baru menuangkannya ke mangkok).
d) Tahap empat apabila anak melakukan trial dan error (coba
ralat) tema atau tujuan umum tetap dipertahankan tetapi
perilaku untuk mencapai tujuan bersifat fleksibel dengan
berbaga cara anak melakukan pengulangan. Contoh mengisi
teko dengan air lalumenuangkannya kedalam wadah berbagai
6
ukuran, menggunakan sendok, sekop dan tangannya bergantian
untuk menuang beras kedalam botol.
Menurut Piaget dan Smilansky (1968) anak usia dini belajar
melalui pancainderanya dan melalui hubungan fisik dengan
lingkungannya. Makin banya anak diberi kesempatan bermain melalui
panca indera dan lingkungannya semakin besar kesempatan baginya untuk
mengoptimalkan perkembangan dirinya. Main sensorimotor sangat
penting bagi anak untuk mempertebal sambungan antara neuron didalam
otaknya. Fasilitas yang disediakan pendidik untuk meningkatkan
sensorimotor AUD :
a. Menyediakan kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi bermacam –
macam bahan dan alat permainan, baik didalam maupun diluar
lingkungan.
b. memberikan kesempatan kepada anak untuk bergerak bebas bermain
dihalaman., dilantai, meja, kursi, atau tempat lain yang memungkinkan.
Anak tidak harus duduk diam dan baru bergerak jika ada perintah.
c. menyediakan kesempatan bagi anak untuk mengenali dan merasakan
banyak teksture dan berbagai jenis bahan bermain yang berbedadalam
rangka mendukung setiap kebutuhan perkembangan anak. Misalnya
berbagai variasi bahan yang lembut(kapas, gel, busa, bantal, kain, tepung).
Variasi bahan yang kasar ( batuan, pasir, kerikil, amplas, kulit buah salak,
serat kayu kelapa, jalan berbatu, dinding tanpa plester) bahan –bahan
variasi panas( tekanan atau berat yang berbeda untuk mengasah
sensormotorik anak.
2. Main peran
Main peran disebut juga main simbolik, main pura – pura,
imajinasi, fantasi, atau main drama. Anak usia dini bermain
perandengan melakukan percobaan melalui berbagai bahan dan peran.
Saat bermain peran anak akan belajar menghadapi pertentangan emosi,
menguatkan diri untuk masa depan. Menciptakan masa lalu dan
mengembangkan imaginasi. Main peran sangat besar untuk
perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak. Main peran menjadi
landasan bagi dasar perkembangan daya cipta, daya ingat, kerjasama
7
kelompok, penyerapan kosa kata, konsep hubungan kekeluargaan,
pengendalian diri, keterampilan memahami spasial dan afeksi. Tujuan
akhir bermain peran adalah belajar bermain dan bekerja sama dengan
orang lain. Latihan untuk pengalaman didunia nyata.
Erikson (1963) membagi bermain peran menjadi 2 jenis.
Bermain peran makro dan mikro. Bermain peran mikro adala bermain
peran dengan bahan bahan berukuran kecil seperti rumah boneka dan
perabotannya., kereta dan relnya, pesawat udara, miniatur kebun
binatang, dan miniaturperkotaan yang dilengkapi mobil dan orang –
orangnya. Bermain peran jenis ini sering kita dapati pada anak.
Bermain peran makro adalah bermain peran dengan alat – alat
berukuran sesungguhnya yang dapat digunakan anak untuk
memainkan peranan yang di pilihnya. Misalnya nak bermain peran
menjadi profesi tertentu (dokter, guru, polisi, tukang pos) dengan
menggunakan peralatan asli atau tiruannya.
3. Main pembangunan
Piaget menyatakan bahwa main pembangunan akan membantu
anak untuk mengembangkan keterampilan yang akan mendukung
keterampilan sekolahnya dikemudian hari. Wolfgang menyatakan
bahwa tahap main pembangunan anak dimulai dari bermain dengan
benda yang bersifat cair, (air, cat, pasir) sampai bahna yang sangat
terstruktur. Secara umum main pembangunan di bagi menjadi 2 yaitu
main pembangunan dengan bahan yang bersifat cair atau bahan alam
contohnya bermain dengan ir, pasir, cat dengan jari (finger painting),
spidol, ublegh, lumpur, tanah liat, playdough, biji-bijian, crayin,
catdengan kuas, pulpen dan pensil. dan main pembangunan dengan
bahan terstrukture misalnya bermain dengan balok unit balok berongga,
balok berwarna, leggo, puzzlw, tinker toys, britsle bloks, dan bahan –
bahan lainnya dengan bentuk yang telah di tentukan yang mengarahkan
anak agar meletakkan dan menyusun bahan -bahan tersebut menjadi
sebuat karya.
8
Selain jenis bermain kita juga mengenal jenis sentra. Secara
tradisional sentra – sentra kegiatan yang biasanya disediakan KB dan TPA
adalah sentra keaksaraan/persiapan, bahan alam, sentra main peran, sentra
sains, sentra pembangunan dan sentra seni. Isbel (1995) membagi sentra
tradisional ini menjadi sentra rumah tanggasentra balok, sentra seni, sentra
pasir dan iar, sentra perpustakaan, sentra musik dan lagu, sentra menulis,
sentra sains dan alam). Rowen, byrne, dan Winter mengatakan sentra yang
sering dikembangkan di lembaga PAUD adalah sentra perpustakaan,
sentra seni, sentra manipulatif (bongkar pasang), sentra perumahan, sentra
bangunan, sentra pertukangan, sentra matematika, sentra sains, sentra
bahasa dan sentra mengimak.
c. Pijakan dalam pendekatan sentra
Pemberian pijakan merupakan implikasi praktis dari teori
kognitif Vgotsky yang antara lain menyebutkan bahwa tingkat
perkembangan intelektual yang tertinggio pada anak justru terjadi pada
saat anak berinteraksi dengan orang dewasa atau orang lain yang lebih
tinggi kemampuannya. Pijakan kadang disebut juga scaffolding.yang
artinya adalah dukungan yang berubah-ubah ,selama kegiatan
belajar,yang jenis dan tingkatannya di sesuaikan dengan kinerja dan
perkembangan yang di capai anak,yang di berikan untuk mencapai
perkembangan yang yang lebih tinggi (Depdiknas.2006)
9
5. Menata kesempatan main untuk mendukung hubungan social yang
positif (Depdiknas ,2006)
6
6
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Ditjend Pendidikan Luar Sekolah,
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Pedoman Penerapan Pedekatan
"Beyond Centers and Circle Time (BCCT) (Pendekatan Sentra dan
Lingkaran) dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta.
7
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Kemdiknas. 2010. Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Taman Penitipan Anak. Jakarta: Kemdiknas.
10
B. Prinsip, Rambu, Dan Pengaturann Kegiatan Berbasis Sentra Di TPA
a. Prinsip-Prinsip Umum Pendekatan Sentra Tpa
Langkah persiapan yang harus dilaksanakan, meliputi hal-hal berikut:
11
penataan ruang dan bahan yang merencanakan dapat memberi pengaruh
positif atau negative pada anak usia dini.
12
6. Mengevaluasi sentra-sentra.
7. Implementasi terhadap perubahan-perubahan yang diperlukan.
Keterangan :
A = kelompok anak usia 2-3 tahun B = kelompok anak usia 3-4 tahun C
= kelompok anak usia 4-5 tahun D = kelompok anak usia 5-6 tahun
* mengulang kembali seperti pada pertemuan 1-12
** kegiatan bersama dapat diisi dengan pengenalan lingkungan,
mendatangkan narasumber, atau kegiatan lainnya, baik bersama-sama
maupun oleh masing-masing kelompok.
Berikut contoh kegiatan harian untuk TPA (setengah hari) half day
Jadwal harian
08.00 main pembukaan
08.20 transisi untuk pembiasaan kebersihan diri
08.40 kegiatan inti sentra
10.10 makan bekal bersama
10.45 kegiatan penutup
11.0 Pulang
13
1. Contoh Jadwal Harian untuk TPA Untuk TPA yang memberikan
layanan sehari penuh, yaitu biasanya selama 8 jam (480 menit)
maka jadwal kegiatannya dapat dicontohkan sebagai berikut :
7
Direktorat Pembinaan Anak Usia Dini.Petunjuk teknis penyelenggaraan taman
penitipan anak. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Anak Usia Dini,
Nonformal dan Informal.(2011).
Oemar Hamalik.Perencanaan Pengajaran berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta:
PT Bumi Aksara.(2002).
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
16