Anda di halaman 1dari 15

TEORI-TEORI PENGEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI

Dosen Pengampuh : Sri Wahyuni, M.Psi


D
I
S
U
S
U
N
OLEH
Ainun Mardiyah : 0308183174
Anis Tasya Farhanah : 0308183167
Emma Azdiahudaya Hsb : 0308182098
Halimah : 0308182053

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
bisa menyelesaikan makalah Dasar-Dasar Pendidikan Islam. Sholawat dan Salam tak lupa pula
kita hadiahkan pahalanya untuk Ruh junjungan alam yakni Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang penuh ilmu pengetahuan.
Kami selaku penyusun makalah ini menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu Sri
Wahyuni,M.Psi Selaku dosen mata kuliah Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini. Dalam penyusunan makalah
ini, kami menyadari masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun dari para pembaca demi perbaikan dan peningkatan kualitas
penyusunan makalah dimasa yang akan datang. Dan kami berharap, semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi kami penyusun dan para pembaca.

Medan, 27 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….. ................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Teori Kognitif Menurut Piaget ..............................................................................

B. Teori Kognitif Menurut Vigotsky .........................................................................

C. Teori Kognif Menurut Bruner ...............................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...........................................................................................................

B. Saran ......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori Perkembangan Kognitif, adalah teori yang dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang
psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam
lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan,
yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan
melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini
membahas munculnya dan diperolehnya skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi
lingkungannya dalam ssstahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru
dalam merepresentasikan informasi secara mental.
Pembelajaran pada makalah ini akan dikaji tentang pendangan kognitif dalam kegiatan.
Teori kognitif lebih menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan karena adanya usaha
dari setiap individu dalam upaya menggali ilmu pengetahuan melalui dunia pendidikan. Penataan
kondisi tersebut bukan sebagai penyebab terjadinya proses belajar bagi anak didik, tetapi melalui
penggalian ilmu pengetahuan secara peribadi ini diarahkan untuk memudahkan anak didik dalam
proses belajar. Keaktifan siswa menjadi unsur yang amat penting dalam menentukan kesuksesan
belajar. Aktivitas mandiri merupakan slah satu faktor untuk mencapai hasil yang maksimal
dalam proses belajar dan pembelajaran. Teori belajar dan pembelajaran seperti teori kognitif
penting untuk dimengerti dan ditetapkan sesuai dengan kondisi dan konteks pembelajaran yang
dihadapi

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori kognitif menurut Piaget?
2. Bagaimana teori kognitif menurut Vygotsky?
3. Bagaimana teori kognitif menurut Bruner?
4. Apa implikasi teori kognitif dalam pendidikan?

C. Tujuan
1. Agar memahami teori kognitif menurut Piaget.
2. Agar memahami teori kognitif menurut Vygotsky.
3. Agar memahami teori kognitif menurut Bruner.
4. Agar memahami implikasi teori kognitif dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Kognitif menurut Piaget
Jean Piaget meneliti dan menulis tentang perkembangan kognitif dari 1927 sampai 1980.
Berbeda dengan para ahli-ahli psikologi sebelumnya. Piaget menyatakan bahwa perbedaan cara
berfikir anak dengan orang dewasa bukan hanya karena kalah pengetahuan, melainkan juga
berbeda secara kualitatif. Di samping itu, ia juga melakukan penelitian yang menghasilkan fakta
bahwa tahap-tahap perkembangan individu serta perubahan umur sangat memengaruhi
kemampuan belajar individu tersebut.1
Teori perkembangan kognitif piaget salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak
beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kerjadian sekitarnya. Anak-anak
mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti mainan,perabot,dan makanan serta
objek-objek sosial sepertidiri,orang tua, dan teman.2
Piaget memandang pengalaman sebagai faktor yang sangat dan mendasari proses berfikir
anak. Pengalaman berbeda dengan melihat yang hanya melibatkan mata, sedangkan pengamatan
melibatkan seluruh indra sehingga menyimpan kesan yang lebih lama dan membekas.
Pengetahuan dalam teori konstruktivistik tidak dapat ditransfer begitu saja dari guru kepada
siswa, tetapi siswa sendiri harus aktif secara mental dalam membangun struktur
pengetahuannya.3 Oleh karena itu, penting melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran secara nyata, serta dalam usaha meningkatkan kualitas kognitif siswa, guru dalam
melaksanakan pembelajaran mesti lebih ditujukan pada kegiatan pemecahan masalah.
Pikiran manusia mempunyai struktur yang disebut skema atau skemata (bentuk jamak
dari skema) yang dikenal dengan struktur kognitif.4 Struktur ini membantu seseorang untuk
melakukan proses adaptasi dan mengkoordinasikan informasi yang baru diketahui dari
lingkungannya dengan skema yang telah dimiliki sehingga terbentuk skema dan skemata yang
baru. Oleh sebab itu, skema atau struktur kognitif individu akan meningkat dan berkembang
sesuai perkembangan usia individu yang bersangkutan, bergerak dari yang sederhana menuju
aktivitas mental yang kompleks.
Proses pembentukan skema dilakukan oleh individu melalui proses asimilasi dan
akomodasi. Skemata baru hasil dari asimilasi maupun akomodasi itulah yang disebut dengan
pengetahuan baru. Proses pembentukan pengetahuan baru tersebut melalui beberapa prinsip dan
tahapan.

1
Herdina Indrijati. Psikologi Perkembangan dan Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana,2017) hlm.49
2
Masganti Sit.Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini ( Depok: Kencana,2017).hlm129
3
Harianto dan Sugiyono. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar (Bandung: Remaja Rosdakarya,2011)
hlm.108
4
Sugihartono dkk. Psikologi Pendidikan (Yogyakarta:UNY Press,2007) hlm.109
1. Prinsip-Prinsip Perkembangan Kognitif
a. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses penyatuan dan pengintregasian informasi baru kedalam
struktur kognitif yang telah ada. Informasi atau pengetahuan baru tersebut akan lebih mudah
diterima apabila informasi tersebut cocok dengan skema dan skemata struktur kognitif yang telah
dimilikinya. Hasil dari proses asimilasi adalah berupa tanggapan informasi atau pengetahuan
yang baru diterima.

b. Akomodasi
Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif (restrukturisasi) siswa pada
situasi atau informasi baru yang berbeda. Proses ini akan terjadi apabila informasi atau
pengetahuan baru yang diterima tidak dapat langsung diasimilasikan pada skema yang sudah ada
karena adanya perbedaan pada skema. Dengan kata lain, akomodasi adalah kemampuan untuk
menggunakan informasi atau pengetahuan yang telah ada dalam memecahkan berbagai masalah
yang dihadapi.5
c. Ekuilibrium
Ekuilibrium terjadi pada saat anak mengalami hambatan dalam melakukan akomodasi
pengetahuan dan pengalamannya untuk mengadaptasi lingkungan di sekitarnya. Untuk mengatasi
masalah ini, anak akan mencoba cara yang lebih kompleks. Apabila cara ini berhasil, maka
proses ekuilibrium telah terjadi pada diri anak. Selanjutnya, cara tersebut akan diperlancar oleh
anak dalam memecahkan masalah yang sama di masa depan.

2. Tahapan-Tahapan Perkembangan Kognitif


Menurut Piaget, setiap individu pasti akan mengalami tahapan-tahapan perkembangan
kognitif sebagai berikut:
a. Tahap Sensori Motor (lahir -2 tahun)
Pada tahap ini anak mulai belajar dan mengendalikan lingkungannya melalui kemampuan
panca indera dan gerakannya.pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh) dan
sensori (koordinasi alat indra). Perilaku anak pada tahap ini semata-mata berdasarkan stimulus
yang diterimanya. Dalam jangka waktu dua tahun tersebut, anak dapat memahami sedikit
lingkungannya dengan cara melihat, meraba, memegang, mengecap, mencium dan
menggerakkan anggota badannya meskipun belum sempurna. Tapi yang terpenting mereka dapat
mengandalkan kemampuan sensorik dan motoriknya.
Beberapa kemampuan kognitif dasar muncul pada tahap ini. Anak tersebut mengetahui
bahwa sebuah perilaku tertentu akan dapat menimbulkan akibat tertentu padanya. Misalkan
dengan menendang-nendang selimut, seorang anak tahu bahwa selimut itu akan bergeser
darinya.

5
Martini Jamaris, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan ( Jakarta:Ghalia Indonesia,2012) hlm.129
b. Tahap Pra Oporasional (usia 2-7 tahun)
Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasional konkrit. Istilah
oprasional yang digunakan oleh Piaget yaitu berupa tindakan kognitif, seperti
mengklasifikasikan sekelompok objek(classifying) menata letak benda-benda menurut urutan
tertentu(seriation), dan membilang(counting).
Dalam tahap ini sangat menonjol sekali kecenderungan anak-anak untuk selalu
mengandalakn diri pada persepsinya mengenai realitas. Dengan adanya perkembangan bahasa,
ingatan anak pun mampu merekam banyak hal tentang lingkungannya. Namun, intelek anak akan
dibatasi oleh egosentrisnya yaitu ia tidak menyadari bahwa orang lain terkadang mempunyai
pandangan yang berbeda dengannya.

Ciri-ciri anak pada tahap Pra Operasional:

1) Sudah mampu berpikir sebelum bertindak, meskipun kemampuan berpikirnya belum secara
logis.
2) Anak lebih bersikap egosentris.
3) Anak lebih cenderung berpikir subjektif dan tidak mampu melihat objektivitas pandangan
orang lain.
4) Tidak mampu membedakan bahwa 2 objek yang sama memiliki masa, jumlah, atau volume
yang tetap meskipun bentuknya berupbah-ubah.
5) Belum mampu berpikir abstrak.
6) Anak lebih mudah belajar jika guru menggunakan alat peraga berupa benda yang konkrit
daripada hanya menggunakan kata-kata.
c. Tahap Operasional Konkrit (usia 7-11 tahun)
Anak-anak yang berada pada tahapan ini pada umumnya sudah berada di sekolah dasar,
dalam usia 7 hingga 11 tahun anak-anak suadah mengembangkan pikiran secara logis. Dalam
upaya mengerti tentang alam sekitarnya, mereka tidak terlalu menggantungkan diri pada
informasi yang datang dari panca indra. Anak-anak sudah mampu berpikir secara konkrit dan
bisa menguasai sebuah pelajaran yang penting.
Anak-anak sering kali mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang menyadari bahwa
logikanya tersebut dapat berbuah kesalahan. Pada umumnya, pada tahap ini anak-anak sudah
memahami konsep konservasi (concept of conservacy) yaitu meskipun benda beruabh
bentuknya, namun masa, jumlah, atau volumenya adalah tetap. Anak juga mampu melakukan
observasi, menilai dan mengevaluasi sehingga mereka tidak se-egosentris sebelumnya.
Kemampuan berpikir anak pada tahap ini masih berupa konkrit, mereka belum mampu berpikir
abstrak, sehingga mereka juga hanya mampu menyelesaikan soal-soal pelajaran yang bersifat
konkrit. Aktivitas pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pengalaman secara langsung
sangat efektif dibandingkan penjelasan guru secara verbal (kata-kata).
d. Tahap Operasional Formal (usia11 tahun ke atas)
Tahap operasional formal ini adalah tahap akhir dari perkembangan kognitif secara
kualitatif. Pada tahap ini, kemampuan siswa sudah berada pada tahap berpikir abstrak, yaitu
berpikir tentang suatu ide atau gagasan. Mereka mampu mengajukan hipotesis, menghitung
konsekuensi yang mungkin terjadi serta menguji hipotesis yang mereka buat. Bahkan anak sudah
dapat memikirkan alternatif pemecahan masalah. Mereka dapat mengembangkan hukum-hukum
yang berlaku umum dengan menggunakan pertimbangan ilmiah.

B. Teori Kognitif menurut Vygotsky

Perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak tidak berkembang dalam suatu situasi
sosial yang hampa (cosial vacuum). Lev Vigotsky 1896-1934, seorang psikolog berkebangsaan
Rusia, mengenal poin penting tentang pikiran anak ini lebih dari setengah abad yang lalu. Teori
Vigotsky mendapat pehatian yang makin besar ketika memasuki akhir abad ke-20, sezaman
dengan Piaget, Vigotsky menulis di Uni Soviet selama 1920-an dan 1930-an. Namun karnyanya
baru dipublikasikan di dunia barat pada 1960-an. Sejak saat itulah tulisan-tulisannya sangat
berpengaruh. Vigotsky ialah pengagum piaget. Walaupun setuju dengan pendapat piaget, bahwa
perkembangan kognitif terjadi secara bertahap dan dicirikan dengan gaya berfikir yang berbeda-
beda, Vigotsky tidak setuju dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendiri
dan membentuk gambaran realitas batinnya sendiri.

Banyak ahli perkembangan yang bekerja dibidang kebudayaandan pembangunan


menemukan dirinya sepaham dengan Vigotsky, yang berfokus pada konteks pembangunan soial
budaya. Teori Vigotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang
tidak terpisahkan pisahkan dari kegiatan sosial dan budaya. Vigotsky menekankan bagaimana
proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran
menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika dan alat-alat
ingatan. Teori perkembangan kognitif Vygotsky berkaitan dengan kemampuan dalam
merekonstruksi berbagai hasil pengalaman aktual hasil perkembangan individu dengan
lingkungan di sekitarnya. Pandangan Vygotsky tentang kognitif berbeda dengan teori-teori
kognitif yang lain, seperti teori kognitif yang dikembangkan oleh Piaget maupun Bruner.
Sebagian besar para peneliti di bidang kognitif menekankan penelitiannya pada tujuan
perkembanagn kognitif.6
Dalam kaitannya dengan pembelajaran teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori
belajar sosial yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif. Di dalam model pembelajaran
kooperatif terjadi interaksi sosial yaitu antara peserta didik dengan peserta didik yang lain dan
antara peserta didik dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep dan pemecahan
masalah.

6
Marcy P.Driscoll, Psychology of Learning for Instruction (Boston: Person education,2015) hlm.248
1. Perkembangan Kognitif menurut Vygotsky
a. Kognitif Berkembang Secara Alamiah

Penelitian yang dilakukan oleh Vygotsky tentang perkembangan kognitif manusia


dilakukannya dalam suasana yang memberi kesempatan seluas-luasnya kepada subjek
penelitiannya untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat diobservasi. Hal ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh ahli-ahli perkembangan kognitif lainnya yang secara ketat
mengendalikan prilaku subjek penelitiannya dalam kondisi yang telah dirancang sebelumnya.
Dalam melaksanakan penelitiannya, Vygotsky menerapkan tiga teknik berikut: :

1) Teknik pertama, yaitu memberikan berbagai kendala pada subjek penelitiannya yang dapat
dipecahkan dengan pemecahan masalah biasa, misalnya meminta anak yang menguasai
bahasa asing untuk menyelesaikan tugas kelompok dengan anak yang tidak menguasai
bahasa asing.
2) Teknik kedua dilakukan dengan memberikan alat yang dapat digunakan oleh anak untuk
memecahkan masalahnya. Dalam kondisi yang bervariasi, anak-anak yang berbeda usianya
diharapkan dapat menggunakan alat tersebut dengan berbagai cara yang berbeda.
3) Teknik ketiga dilakukan dengan jalan meminta anak untuk memecahkan masalah diluar
kemampuannya. Dalam fase ini, Vygotsky menemukan anak mulai mengembagkan
pengetahuan dan keterampilan baru dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

b. Interaksi Sosial
Tema utama dari teori Vygotsky adalah bahwa interaksi sosial memegang peranan utama
dalam perkembangan kognitif. Vygotsky mengemukakan bahwa perkembangan fungsi budaya
pada anak terjadi dalam dau fase berikut ini:
1) Interaksi sosial yang terjadi pada lingkungan sosial di sekitar anak. Dalam hal ini, interaksi
anak dengan orang-orang yang berada di sekitarnya, yang disebutnya dengan istilah
interpsychological process.
2) Interaksi sosial yang terjadi dalam diri anak yang disebutnya dengan istilah
intrapsychological process.
Kedua proses tersebut diatas, melibatkan perhatian, berpikir logis dan formasi konsep.
Oleh sebab itu, semua kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan hasil interaksi antara
pengalaman pengalaman aktual antar individu dengan lingkungannya.

c. Media Budaya dan Internalisasi


Dalam meneliti hubungan antara perkembangan kognitif dan interaksi sosial, yang
berfungsi sebagai perantara atau mediasi budaya pada anak, Vygotsky mengemukakan bahwa
interaksi sosial yang berfungsi sebagai perantara budaya berlangsung dalam komunikasi
interpersonal antara anak dengan orang tua atau teman sebayanya. Melalui proses ini,
perkembangan mental tingkat tinggi berkembang sejalan dengan perkembangan budaya di
sekitar anak. Melalui interaksi sosial tersebut, anak belajar kebiasaan-kebiasaan dan cara berpikir
seperti yang diungkapkannya dalam bahasa lisan, bahasa tertulis dan simbol-simbol yang
mengandung makna tertentu dalam kebudayaannya. Selanjutnya, anak akan membangun
pengetahuannya yang berkaitan denagn berbagai pengalaman interaksi sosial yang dialaminya.
Proses ini disebut Vygotsky dengan istilah cultural mediation (media budaya) dan proses mental
yang terjadi didalamya disebut dengan istilah internalization (internalisasi).
Internalisasi dapat dijelaskan sebagai pemahaman terhadap knowing how. Misalnya,
dengan kemampuannya sendiri anak menuangkan air ke dalam gelas dengan hati-hatiagar tidak
tumpah adalah hasil dari pemahaman atau proses internalisasi tentang perilaku yang harus
dilakuakan pada waktu menuangkan air ke dalam gelas. Perilaku ini merupakan hasil interaksi
sosial dengan oreng-orang di sekitarnya dan dalam hal ini terjadi mediasi kultural. Contoh lain
yang dapat dikemukakan tentang pemahaman anak adalah terhadap arti perkataan yang
diungkapkan dengan suara lembut bererti senang dan ramah, dan perkataan yang diungkapakan
dengan suara kasar berarti marah. Melalui proses internalisasi atau pemahamannya tentang suara
tersebut, anak akan memberikan yang sesuai seperti tertawa atau tersenyum atau menangis
karena takut dimarahi.

d. Zone of Proximal Development atau ZPD


Aspek terakhir dari teori Vygotsky mengenai perkembangan kognitif adalah zone of
proximal development. Vygoysky mendefinisikan ZPD sebagai jarak antara kemampuan yang
dikuasai yang tercermin dari kemampuan dalam memecahkan masalah secara mandiri dan
kemampuan yang sedang berkembang dan membutuhkan pertolongan melalui interaksi sosial,
yang dapat dilihat dari kemampuan anak dalam memecahkan suatu masalah dengan bantuan
orang dewasa atau teman sebaya yang telah memilikikemampuan tersebut. Vygotsky meyakini
bahwa bila siswa berada dalam area ZPD untuk tugas-yugas belajar tertentu perlu diberikan
bantuan atau scaffolding, tanpa bantuan tersebut maka siswa akan mendapat berbagai kesulitan
dan kurang berhasil daalm menyelesaikan tugas-tugas belajar tersebut dengan baik.
Ada beberapa implikasi teori vygotsky terhadap pembelajaran dilembaga pendidikan
anak usia dini, yaitu:
1) Membentuk kelas kooperais dilembaga pendidikan anaka usia dini, sehingga anak dapat
saling berinteraksi dan saling memunculkan stategi-strategi pemecahan masalah efektif dalam
masing-masing zone of proximal devloment-nya.
2) Guru dalam pembelajaran dapat menggunakan dan menekannkan scaffolding.
3) Menggunakan model pembelajaran kelompok dikelas-kelas anak usia dini, sebab vygotsky
mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya juga berpengaruh pada perkembangan
kognitif anak.
4) Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi oleh teman
sebaya,yaitu seorang ank mengajari anak lainnya yang agak tertinggal didalam pelajaran
5) Hubungan keluarga anak dengan sekolah harus saling melengkapi dan mendukung.
6) Hubungan guru dengan orang tua menjadi penting
7) Menggunakan permainan dalam pembelajaran
8) Guru harus lebih memaham perbedaan anak.

Di samping itu ada enpat prinsip dasar dalam teori vygotsky yaitu belajar dan
berkembang adalah

a. Aktivitas sosial dan kolaboratif, jadi anaka lebih baik beljar bersama-sama dari pada
sendiri.
b. JPD dapat menjadi pemando dalam menyusun kurikulum dan pembelajaran
c. Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh dipisahkan dari
pengetahuan anak-anak yang di bangun dalam dunia nyata anak.
d. Pengalaman anak diluar sekolah harus dihubungkan dengan pengalaman mereka
disekolah.7

C. Teori Kognitif menurut Jerome Bruner


Perkembangan kognitif menurut Bruner adalah adalah perkembangan kemampuan
berpikir yang berlangsung secara setahap demi setahap. Perkembangan kemampuan berpikir
tersebut memerlukan interaksi anak dengan lingkungannya, yang disebutnya sebagai interaksi
antara kemampuan yang ada di dalam diri manusia dengan lingkungan di sekitarnya dan
berlangsung dalam waktu yang lama. Hal ini disebabkan karena proses perkembangan
kemampuan berpikir atau proses perkembangan intelegensi berlangsung sejalan dengan proses
belajar. Dalam kaitannya dalam proses belajar, pendapat yang paling terkenal yang dikemukakan
oleh Bruner adalah bahwa setiap mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam bentuk
yang jujur secara intelektual kepada setiap anak di setiap tingkatan perkembangannya.

Bruner (1966) dalam bukunya Toward Theory of Instruction mengungkapkan bahwa


anak-anak belajar dari konkret ke abstrak melalui tiga tahap yaitu : enactive, iconic, dan
symbolic. Pada tahap enactive anak berintraksi dengan objek berupa benda-benda, orang dan
kejadian. Dari interaksi tersebut anak belajar nama dan merekam ciri benda dan kejadian. Itulah
sebabnya anak usia 2-3 Tahun akan banyak bertanya "apa itu"?.

Pada proses isonic anak mulai belajar mengembangkan symbol dengan benda. Jia anak
diberi kartu domino ia tahu bahwa artinya dua. Dengan proses yang sama anak belajar tentang
berbagai benda seperti gelas, minum, dan air.

Pada tahap symbolic anak mulai belajar berfikir abstrak. Ketika anak berusia 4-5 tahun
pertanyaan “Apa itu?” akan berubah menjadi “kenapa?atau “mengapa?”. Pada tahap ini anak
akan mulai mampu menghubungkan keterkaitan antara berbagai benda, orang atau objek dalam
suatu urutan kata-kata.8

7
Masganti Sit.Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini ( Depok: Kencana,2017).hlm148-150
8
Khadijah. Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini ( Medan: Perdana Publishing,2016).hlm81.
1. Perkembangan Kognitif menurut Bruner
Melalui penelitiannya tentang evolusi perkembangan manusia, Bruner menemukan tiga
bentuk berpikir manusia yang membangun kemampuan seseorang dalam memahami dunia di
sekitarnya. Ia mengemukakan bahwa manusia merespons dunia di sekitarnya melalui gerakan
motorik, melalui imajinasi dan persepsi tentang lingkungannya, dan melalui cara yang mewakili
imajinasi dan persepsinya. Ketiga sisitem berpikir manusia tersebut sebagai: (a) enactive
representation, (b) iconic representation, dan (c) symbolic representation.
a. Enactive representation
Enactive representaion berkaitan dengan cara yang digunakan anak dalam dalam
membangun kemampuan kognitifnya atau kemampuan empiriknya melalui pengalaman nyata.
Misalkan, anak akan mengerti nama suatu makanan apabila makanan tersebut ditunjukkan
kepadanya dan disebutkan namanya. Contoh selanjutnya, anak akan mengerti posisi benda
seperti di atas, di bawah, di samping kiri dan kanan, di muka dan di belakang apabila posisi
benda tersebut ditujukan kepada mereka secara nyata dan disebutkan posisinya kepada anak.
Sebelum anak mengetahui letak benda tersebut, anak akan menarik tangan orang tuanya atau
kakanya untuk menunjukan letak benda tersebut.

b. Iconic representation
Iconic represantion berkaitan kemampuan manusia dalam menyimpan pengalaman
empirik dalam ingatannya. Anak yang telah mencapai kemampuan ini, sudah dapat menyebutkan
nama benda dan peristiwa yang ditampilakan melalui gambar, atau untuk mengekspresikan
pikirannya, anak dapat menggunakan gambar yang dibuatnya.
c. Symbolic representation
Symbolic representation berkaitan dengan kempuan manusia dalam memahami konsep
dan peristiwa yang disajikan melalui bahasa. Pernyataaan yang diungkapakan melalui bahasa
mengandung konsep dan karakteristik konsep serta makna yang berkaitan dengan konsep
tersebut. Dalam fase ini, anak telah mampu berpikir abstrak.
2. Tahapan-Tahapan Proses Belajar Menurut Bruner
a. Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
Pada tahap ini seorang peserta didik yang sedang belajar memperoleh sejumlah
keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari baik secara langsung dari gurunya maupun
membaca dari sumber yang ada seperti buku, modul, internet, dan sebagainya.
b. Tahap transformasi (tahap pengolahan materi)
Selanjutnya pada tahap informasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisisis, diubah,
atau ditransformasikan menjati bentuk lebih abstrak atau konseptual

c. Tahap evaluasi
Dalam tahap evaluasi, seorang peserta didik menilai sendiri sampai sejauh mana
informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau
masalah yang dihadapi. .
D. Implikasi Teori Kognitif Dalam Pendidikan
Bagi para penganut aliran kognitivisme, pembelajaran dipandang sebagai upaya
memberikan bantuan kepada siswa untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baru melalui
proses discovery dan internalisasi. Agar discovery dan internalisasi dapat berlangsung secara
tepat maka perlu diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran yang perlu sebagai berikut:
1. Setiap siswa perlu dimotivasi oleh guru agar merasa bahwa belajar merupakan suatu
kebutuhan, dan bukan sebaliknya sebagai beban.
2. Pembelajaran hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkrit sebelum ke hal-hal yang abstrak.
3. Setiap usaha mengkonseptualisasikan materi pembelajaran hendaknya diatur sedemikian rupa
sehingga memudahkan siswa belajar.
4. Pembelajaran hendaknya dirancang sesuai dengan pengalaman belajar siswa dengan
memperhatikan tahap-tahap perkembangannya.
5. Materi pelajaran hendaknya dirancang dengan memperhatikan urutan penyajian secara logis.9

9
Tim FKIP Program Studi Ilmu Pendidikan Theologi Universitas Kristen Artha Wacana Kupang – NNT,dalam
http://www.kompasiana.com/fkippthukawkupang/teori-belajar-dan-implikasinya-dalam-
pembelajaran_54ffc47ea33311825c5102db diakses pada tanggal 11 oktober 2017 pkl.14:35.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori kognitif pada hakikatnya adalah teori yang menjelaskan hal-hal yang berkaitan
dengan kemampuan manusia dalam memahami berbagai pengalamannya. Teori ini meyakini
bahwa belajar adalah hasil dari usaha dari individu dalam memaknai pengalaman-
pengalamannya yang berada di sekitarnya. Oleh sebab itu, belajar adalah proses yang melibatkan
individu secara aktif. Karena melibatkan seluruh kemampuan mental secara optimal. Hal ini
tercermin dari cara berfikir yang digunakan individu dalam mengahadapi sebuah situasi, dan hal
itulah yang mempengaruhi cara ia belajar.

Dalam teori kognitif proses belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus
dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Ilmu
pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang bersinambungan
dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir,
berkesinambungan dan menyeluruh.

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami selaku penyusun mohon
diberi saran dan kritik yang membagun guna terciptanya makalah yang lebih baik di waktu yang
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Indrijati, Herdina. 2017. Psikologi Perkembangan dan Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta:
Kencana
Sit, Masganti. 2017. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Depok: Kencana.
Harianto. & Sugiyono. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sugihartono dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY press.
Jamaris, Martini. 2012. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Driscoll, P. Marcy. 2005. Psychology of Learning for Instruction. Boston: Pearson Education,
Inc.
Khadijah. 2016.Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini. Medan: Perdana Publishing
https://www.kompasiana.com/fkipipthukawkupang/teori-belajar-dan-implikasinya-dalam-
pembelajaran_54ffc47ea33311825c5102db

Anda mungkin juga menyukai