Anda di halaman 1dari 12

TIPS BERKISAH LAKSANA NABI

Dosen Pengampu : Muhammad Rapono, M.Pd.I


D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
1. Ayu Andira (0308181021)
2. Emma Azdiahudaya Hsb (0308182098)
3. Nur Ainun Mardiah Rangkuti (0308181020 )
4. Tri Apriana (0308182116)

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan sekalian alam yang menciptakan manusia dan
menyediakan segala sesuatu untuk kelangsungan hidup. Shalawat dan salam kepada
junjungan alam Muhammad Saw pembawa risalah islam diakhir zaman untuk kesejahteraan
seluruh umat manusia dan menunjukki mereka dalam segala hal terutama dalam membantu
mahasiswa dalam mata kuliah Kisah-Kisah Dalam Islam..

Dalam makalah ini penulisan bertujuan agar mahasiswa mengetahui, memahami, dan
memiliki wawasan mendalam tentang Tips Berkisah Laksana Nabi dan dapat
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa isi dari makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan. Karena itu dengan tangan terbuka kami sangat mengharapkan saran dan kritik
untuk memperbaiki dan penyempurnaan pada masa-masa mendatang. Akhirnya kami
berserah diri kepada Allah swt seraya memohon mudah-mudahan upaya penyusunan makalah
Kisah-Kisah Dalam Islam ini ada manfaatnya.

Medan, Mei 2021

Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan 1

BAB II : PEMBAHASAN

A. Persiapan Sebelum Bercerita


B. Teknik Bercerita Seperti Rasulullah
C. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Berkisah Laksana
BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan 5

DAFTAR PUSTAKA 6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rasulullah SAW diutus bukan hanya sebagai Nabi dan Rasul. Bukan pula hanya sebagai
panglima perang yang hebat atau kepala rumah tangga yang ideal. Tetapi beliau juga
mengemban tugas dan fungsi yang jauh lebih penting yaitu sebagai pengajar sekaligus
pendidik umat sehingga masyarakat Arab jahiliyah pada waktu itu mengalami pencerahan
hingga ke tingkat peradaban yang paling tinggi.
Rasulullah SAW juga dengan tegas melarang melakukan suatu tindakan yang membuat
orang lain (peserta didik) merasa susah atau mengalami kesulitan. Bahkan diisyaratkan pula
pentingnya menggem-birakan peserta didik dalam belajar dan menuntut ilmu. Sebagai figur
teladan, maka sikap Rasulullah SAW demikian itu merupakan sesuatu yang patut ditiru dan
diteladani oleh setiap guru supaya berhasil dalam mendidik, karena faktanya Rasulullah SAW
memang telah berhasil dalam mendidik para sahabatnya.
Meskipun Rasulullah SAW telah mencontohkan cara-cara mendidik yang memudahkan,
namun fenomena hari ini tidak jarang terlihat guru yang berbuat sebaliknya. Guru yang
seharusnya memudahkan justru mempersulit peserta didik; guru yang semestinya
memberikan kabar gembira dengan motivasi-motivasi yang dapat membangkitkan semangat
belajar peserta didiknya justru dijejali dengan ancaman dan kata-kata yang berpotensi
membunuh semangat belajar dan bahkan karakter baik yang ada dalam diri peserta didiknya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja persiapan bercerita laksana Nabi?
2. Bagaimana teknik bercerita seperti Rasulullah ?
3. Hal apa saja yang harus di perhatikan dalam berkisah laksana Nabi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui teknik bercerita seperti Rasulullah
2. Untuk mengetahui mengetahui persiapan bercerita seperti Rasulullah
3. Untuk mengetahui apa saja yang harus diperhatikan dalam berkisah seperti
Rasulullah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Beberapa Persiapan Sebelum Bercerita


1. Ikhlas dan Jujur Kepada Allah
Niat menjadi penentu akhir upaya apapun Allah berfirman yang artinya: padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepadanya dalam menjalankan agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan sholat
dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus (Q.S. Al-Bayyinah: 5)
di ayat lain Allah berfirman: ”Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada
Allah dan katakan lah perkataan yang benar” (Q.S. Al-Ahzab: 70). Oleh sebab itu Allah
lebih dahulu memerintahkan anjuran bertakwa sebelum ucapan yang baik dan benar
sesuai petunjuk Nabi Saw.
2. Mengikuti dan Meneladani Cara Nabi Berbicara
Mengikuti petunjuk nabi adalah sarat kedua dalam ibadah. Tidak diragukan bila
suatu pekerjaan itu tidak diterima oleh Allah tidak mungkin pula suatu itu akan
berpengaruh kepada manusia dalam arti pengaruh yang diridahi oleh Allah pula. Secara
teori this Rasulullah telah mendapatkan rekomendasi dari Allah sebagaimana terdapat
pada Q.S. Asy-Syura/42: 52 berikut yang artinya: “Dan demikianlah kami Wahyu kan
Kepadamu Wahyu Alqur’an dengan perintah kami sebelumnya kamu tidaklah
mengetahui apakah Alkitab Alqur’an dan tidak pula mengetahui apakah Iman itu tetapi
kami menjadikan Al-Quran itu cahaya yang kami tunjuki dengan dia siapa yang kami
kehendaki di antara hamba hamba kami dan sesungguhnya kamu benar benar memberi
petunjuk kepada jalan yang lurus” (Q.S. Asy-Syura/42: 52).
3. Teladan
Ucapan seseorang tidak akan didengar bila perbuatan yang bersangkutan adalah
kebalikan dan tidak ber sesuai dengan apa yang diucapkan Allah berfirman yang artinya:
“Wahai orang orang yang beriman kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerja kan?” Q.S. Ash-Shaf/61: 2).
4. Lembut dan Penuh Kasih Sayang
Ini adalah sifat Rasulullah terhadap murid-murid dan sasaran dakwah beliau yang
diceritakan oleh Allah dalam firman-Nya yang artinya: “Maka disebabkan rahmat dari
Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka sekiranya kamu bersikap keras
lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekeliling mu. Karena itu
maafkanlah mereka memohon kan lah ampun bagi mereka dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah memp bulatkan tekat maka
bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang orang yang bertawakal
kepadanya”(Q.S. Ali Imran/3: 159).
Bila Seseorang guru ingin di ke ributi oleh murid muridnya karena rindu cerita
ceritanya ayat ini sangat bagus untuk bahan renungan. Sikap lembut dan bijaksana
Rasulullah tampak jelas pada kemampuan beliau mengendalikan emosi saat melihat
perbuatan yang kebangetan namun dilakukan oleh orang bodoh. Hal ini beliau lakukan
ketika para sahabat hampir saja memukuli orang Arab Badui yang kencing di masjid.
Beliau cukup berkata kepadanya setelah mencegah para sahabat“ masjid itu dibangun
untuk sholat dan Dzikir kepada Allah tidak layak untuk perbuatan seperti yang engkau
lakukan itu“.
5. Pemilihan Waktu yang Tepat
Diriwayatkan dari Abu Wa’il, beliau mengatakan: “ bahwa Abdullah ibn Mas’ud
memberi pelajaran kepada orang orang setiap hari Kamis kemudian seorang berkata:
“Wahai Abu Abdurrahman sungguh aku ingin kalo anda memberi pelajaran kepada
kami setiap hari dia berkata sungguh aku enggan melakukannya karena aku takut
membuat kalian bosan dan aku ingin memberi pelajaran kepada kalian sebagaimana Nabi
SAW. memberi pelajaran kepada kami karena khawatir kebosanan akan menimpa kami.
Selain pemilihan waktu durasi juga wajib diperhitungkan agar kata kata yang baik
berubah menjadi tidak berkualitas karena pendengar yang sudah tidak konsentrasi lagi.

B. Teknik Bercerita Seperti Rasulullah


1. Menyentuh akal pendengar dan memancing rasa penasaran untuk bertanya
Kisah atau perkara yang sudah diketahui oleh kebanyakan orang tidak akan menarik
perhatian orang lain bila diceritakan datar datar saja dan apa adanya. Tetapi dengan
adanya sedikit perubahan saja pendengar akan penasaran dan penuh perhatian.
Perhatikan lah bagaimana teknik Rasullulah membuat para sahabatnya penasaran:
Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Abu Bakr ah ia berkata: Rasulullah
Khutbah di hadapan kami ketika hari Nahr Dan beliau bersabda. “ tahukah kalian hari
apa ini?” Kami menjawab, “ Allah dan Rasulnya yang lebih mengetahui. “ beliau terdiam
sejenak dan kami menyangka belio akan memberikan nama selain namanya. Beliau
bersabda “bukankah ini hari Nahr?” Kami menjawab “betul“: Beliau bersabda“ bulan
apakah ini“?. Kami menjawab Allah dan Rasulnya yang lebih mengetahui. Beliau
Terdiam sejenak dan kami menyangka beliau akan memberikan nama lain. Beliau
bersabda “bukankah ini zulhihijjah?” kami menjawab betul. ‘Ibrah dari peristiwa ini:
1. Pelajaran dari Rasullulah SAW berpidato pada Haji Wada I ini dimana beliau
bercerita sambil menjelaskan baw pelajaran dari Rasullulah SAW berpidato
pada Haji Wada I ini di mana beliau bercerita sambil menjelaskan bahwa darah
muslim harta bendanya kehormatanya adalah Suci dari haram dinodai. Beliau
juga menegaskan larangan nya agar umatnya tidak kembali menjadi kafir
setelah beliau wafat dengan menghalalkan apa yang telah beliau haramkan atau
kembali menjadi kafir terhadap nikmat Allah dan syariat-Nya dengan saling
bunuh membunuh memperebutkan kepentingan dunia. khotbah ini bersifat
universal di hadapan ke room Munan manusia dalam jumlah lebih kurang
130.000 orang.
2. Nabi SAW menggunakan metode bercerita sambil memancing rasa penasaran
Audiens dengan tanya jawab dengan sabdanya tahu kah kalian hari apa ini bulan
apa ini negeri apa ini hal itu untuk menarik perhatian dan penasaran para
sahabat dan untuk memfokuskan mereka terhadap apa yang beliau sampaikan
kepada mereka menunjukkan pentingnya masalah tersebut dan menanamkan
keagungan-Nya dalam jiwa mereka.
3. Pelajaran lainnya adalah kewajiban menyampaikan ilmu bagi yang belum
mengetahui dan Rasulullah juga menggunakan Methode pada room Pamaan
dengan merompak makan haramnya darah kehormatan dan harta dan dengan
hari bulan dan negeri. Pidato atau ceramah Rasullulah ini terjadi ketika beliau
berada di Mina sewaktu menunaikan Haji Wada pada tahun ke-10 H/631 M
Yang dihadiri ratusan 1000 sahabat.
2. Bercerita dengan antusias
Antusiasme itu menular jangan bercerita dengan nada yang datar bersemangat lah se
akan akan memang berada di dalam cerita tersebut hal ini tampak bagaimana Rasulullah
tentang kisah Juraij yang akan Diza jelaskan nanti.
3. Mengulang informasi yang penting
Banyak sekali Hadis yang menyebutkan Rasullulah mengulang apa yang beliau
sampaikan hingga tiga kali hal ini penting agar menjadi perhatian khusus bagi orang lain
saat Rosulullooh melihat sahabat yang tidak benar uduk nya beliau mengingatkan dengan
suara yang keras Celaka lah tumit tumit yang tidak tersentuh air Udu akan masuk neraka
beliau ucapkan itu hingga tiga kali (H.R Al- Bukhari).
4. Berinteraksi secara aktif

Berinteraksi secara aktif (active interaction) baik melalui pendengaran maupun


pandangan. Interaksi melalui pendengaran misalnya dapat dilakukan dengan beberapa
teknik: berbicara tidak terlalu cepat hingga berlebihan dan tidak pula terlalu lamban
hingga membosankan, berbicara tidak terlalu banyak (bertele-tele) dan tidak terlalu
bernada puitis, berbicara dengan memperhatikan intonasi,
5. Diam sejenak sebelum masuk ke informasi yang penting
Abi Bakrah, ia berkata, “Rasulullah khotbah di hadapan kami ketika hari Nahr dan
belau bersabda: “Tahu kan kalian hari apa ini?” Kami menjawab “Allah dan Rasulnya
yang lebuh mengetahui.” Beliau diam sejenak Dan kami menyangka beliau akan
memberikan nama selain namanya. Beliau bersabda “Bukankah ini hari Nahr?” kami
menjawab, “Betul.” Beliau bersabda, “Bulan apakah ini?”, kami menjawab, “Allah dan
Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau terdiam lagi dan kami menyangka beliau
akan memberikan nama lain. Beliau bersabda, “Bukankah ini Zulhijjah?” kami
menjawab, “Betul.” Beliau bersabda, “Negeri apakah ini?” kami menjawab, “ Allah dan
Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau terdiam sejenak dan kami menyangka beliau
akan memberikan nam selain namanya yang sudah kami kenal. Beliau bersabda,
“Bukankah ini negeri Haram?” kami menjawab, “ Betul.” Beliau bersabda, “
sesungguhmya darah dan harta kalian adalah haram sebagaimana haramnya harimu ini,
bulanmu ini dan negerimu ini hingga kalian bertemu dengan Rabb kalian. Apakah saya
sdah menyampaikan?” mereka menjawab, “ Ya”. Rasulullah bersabda, “Ya Allah
saksikanlah! Hendaknya orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir.
Terkadang orang yang disampaikan kepadanya lebih memahami dari yang mendengar
(langsung dari Rasulullah) jangan kalian kembali sepeninggalku menjadi kafir dengan
membunuh sebagian yang lain.”
6. Memakai pakaian yang pantas
Rasulullah adalah sosok teladan dalam hal berpakaian. Beliau selalu tampil rapi dan
wangi dalam momen momen penting beliau memakai baju khusus. Saat hari raya
misalnya dia memakai jubah berwarna merah sedangkan dalam kehidupan sehari-hari
beliau lebih menyukai pakaian berwarna putih. Baju yang berbeda pada momen yang
berbeda tentu menjadi perhatian tersendiri bagi orang yang melihatnya.
7. Membagi pandangan kepada hadirin dengan baik
Berbicara dengan pandangan ke catatan di kertas ke bawah atau ke atas saja bisa
membuat hadirin kurang memperhatikan pembicaraan. Irbath bin Sariyah mengatakan,
“Rasulullah shalat subuh bersama kami kemudian beliau berbalik ke arah kami dengan
wajah menghadap ke arah kami lalu menyampaikan wajangn yang fasih.” (H.R. Ibnu
Majah Dan dinyatakan shih oleh Al-Ibani).
8. Ekspresi wajah
Cerita tanpa ekspresi wajah yang menceritakan tidak akan menarik. Karena itulah,
orang yang berkisah harus menjiwai ceritanya dengan menunjukkan wajah yang sedih
ketika menceritakan kesedihan dan senang bila mengisahkan sesuatu yang
menggembirakan. Jabir bin Abdullah ia berkata, bila Rasulullah menyampaikan
khuotbah maka kedua matanya memerah suaranya lantang dan semangatnya berkobar-
kobar bagaikan panglima perang yang sedang memberikan komando kepada bala
tentaranya.
9. Gerakan tangan dan badan
Menggunakan anggota tubuh sebagai alat Peraga dan menyampaikan kisah akan
membuat kisah lebih mudah dipahami, sebagaimana yang disebut Abu Hurairah di kisah
tentang Juraij.
Dari masih banyak hal lain yang kita bisa pelajari dari cara Rasullulah
menyampaikan cerita atau khotbah. Latihan dan pengalaman akan membuat kita mahir
menguasai suasana memilih kata dan mengelola suara namun satu hal yang tidak boleh
kita tinggalkan adalah ketulusan dan kepribadian yang luhur kata kata yang keluar dari
hati yang tulus lebih besar pengaruhnya di hati orang yang mendengarnya meskipun
yang bersangkutan kurang pandai bercerita.

C. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Berkisah Laksana Nabi


Ketika menyampaikan kisah atau saat mendongeng, agar cerita yang disampaikan
berdampak baik terhadap setiap murid maka guru harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Ingatlah meskipun kisah atau dongeng adalah media yang efektif untuk
mengembangkan kepribadian diri murid tetapi kisah atau dongeng juga dapat
mengikis dan malah merusak pikiran murid oleh karena itu guru harus selektif dalam
memilih atau membuat cerita.
2. Kisah jangan semata-mata diniatkan untuk hiburan kita harus dikaitkan dengan
materi pembelajaran.
3. Kita juga harus mengandung pesan sebaiknya pesan itu dikemas secara tersirat agar
masuk ke dalam hati pendengarnya.
4. Kata-kata dipilih harus tepat dan baik dan susunlah dengan kalimat yang efektif
sebab pendengar bukan hanya mencari pesan tetapi juga memperhatikan kata-kata.
5. Kisah yang disampaikan harus memiliki cerita yang menarik dan penuh liku agar
dapat menyedot emosi murid.
6. Sebelum kisah disampaikan di depan kelas alangkah baiknya jika mengajak rekan
guru berdiskusi dan meminta penilaiannya apakah cerita yang telah disusun layak
disampaikan dan memiliki bobot secara akademik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pendidikan yang memudahkan seperti yang dipraktikkan oleh Rasulullah SAW terhadap
para sahabat di awal-awal Islam memiliki makna yang jauh lebih luas dari istilah yang
digunakan. Pendidikan yang memudahkan meliputi setiap usaha sadar Rasulullah SAW yang
mencakup berbagai model, pendekatan, metode dan teknik-teknik yang beliau gunakan dalam
mendidik. Tujuannya tidak lain adalah agar peserta didik dapat dengan mudah memahami
ilmu-ilmu agama yang ditransfer oleh Rasulullah SAW (kognitif), menghayati nilai-nilai dan
norma yang diinternalisasikan oleh Rasulullah (afektif) serta mengamalkan praktik amaliyah
yang didemonstrasikan oleh Rasulullah SAW (psikomotor).
Tidak mustahil dikatakan jika berbagai model, pendekatan, metode dan teknik-teknik
yang dihasilkan oleh para ahli pendidikan pada zaman modern ini justru sudah pernah
diterapkan, dicontoh-kan dan bahkan diajarkan secara langsung oleh Rasulullah seperti
tergambar dari hadis-hadis beliau. Hal ini mengisyaratkan bahwa Islam memiliki khazanah
ilmu kependidikan yang demikian kaya dan luas. Sebab itulah kedatangan Rasulullah SAW
dan agama yang dibawanya disebut dengan rahmatan lil ‘alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Junaidi. 2020. Metode Kisah dan Aplikasinya dalam Pembelajaran. Medan: Perdana
Publishing.
Yuniendel, Ratna Kasni dan Sasmi Nelwati. 2019. Meneladani Rasulullah SAW sebagai
Pendidik yang Memudahkan. Murabby : Jurnal Pendidikan Islam. Vol 2 No 1.

Anda mungkin juga menyukai