Nim : 0308183167
Kelas : PIAUD-3 SEM VI
Mata Kuliah : Tafsir Tarbawi
Resume 1
Resume 2
TADRIS DALAM AL-QUR'AN
Tadris merupakan masdar yang asal katanya dari darasa-yadrisu yang berarti
pengajaran atau pembelajaran. Dalam Kamus Bahasa Indonesia pengajaran berarti proses,
cara, perbuatan mengajar. Dalam pengajaran adanya interaksi antara yang
mengajar(mudaris) dan yang belajar (mutadaris). At-tadris adalah upaya menyiapkan murid
(mutadarris) agar dapat membaca, mempelajari dan mengkaji sendiri, yang dilakukan
dengan cara mudarris membacakan, menyebutkan berulang-ulang dan bergiliran,
menjelaskan, mengungkap dan mendiskusikan makna yang terkandung di dalamnya
sehingga mutadarris mengetahui, mengingat, memahami, serta mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari dengan tujuan mencari ridla Allah (definisi secara luas dan formal).
At-Tadris dalam hadis: AlJazairi memaknai tadarrusu dengan membaca dan menjamin agar
tidak lupa, berlatih dan menjamin sesuatu.
Tidak ada kitab yang diturunkan oleh Allah kepada bangsa Arab sebelum Alquran dan
tidak ada seorang Nabi pun yang diutus kepada mereka sebelum Muhammad saw. Dahulu
mereka amat menginginkan hal tersebut dan mereka berkata: “Seandainya
datang kepada kami seorang pemberi peringatan atau diturunkan satu kitab kepada kami,
niscaya kami menjadi orang yang lebih mendapatkan hidayah dibandingkan orang-orang
selain kami. Tetapi tatkala Allah swt. memberikan nikmat tersebut kepada mereka, mereka
pun mendustakan, menentang dan mengingkarinya.
Istilah ta’lim’, tadris dan tarbiyah dapatlah diambil suatu analisa. Jika ditinjau dari segi
penekanannya terdapat titik perbedaan antara satu dengan lainnya, namun apabila dilihat
dari unsur kandungannya, terdapat keterkaitan yang saling mengikat satu sama lain, yakni
dalam hal memelihara dan mendidik anak.
At-Tadris adalah upaya menyiapkan murid (mutadarris) agar dapat membaca,
mempelajari dan mengkaji sendiri, yang dilakukan dengan cara mudarris membacakan,
menyebutkan berulang-ulang dan bergiliran, menjelaskan, mengungkap dan mendiskusikan
makna yang terkandung di dalamnya sehingga mutadarris mengetahui, mengingat,
memahami, serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan mencari ridla
Allah (definisi secara luas dan formal).
Di kalangan dunia Islam juga muncul berbagai isu tentang krisis pendidikan serta
problem lainnya yang dengan sangat mendesak menuntut suatu pemecahan berupa
terwujudnya suatu sistem pendidikan yang didasarkan atas konsep Islam. Dalam hal
ini banyak tokoh-tokoh pendidikan Muslim telah berusaha menyusun suatu konsep
pendidikan yang menurut keyakinan mereka sudah dapat dikatakan relevan dengan tuntutan
umat manusia dan perkembangan masa kini. Syed M. Naquib al-Attas seorang pemikir
pendidikan yang concern terhadap pendidikan. Konferensi Dunia Pertama dan Kedua tentang
Pendidikan Islam di Mekkah dan Islamabad, al-Attas mencetuskan dan menawarkan bahwa
konsep atau istilah yang tepat, benar, dan relevan untuk pendidikan adalah konsep ta’dib,
bukan ta’lim, tarbiyah, ataupun konsep yang lainnya. Karena menurut al-Attas, konsep
tarbiyah hanya menekankan atau menyinggung aspek fisikal dan emosional manusia (karena
proses tarbiyah ini berlaku tidak hanya untuk manusia saja, tetapi berlaku untuk hewan dan
tumbuh-tumbuhan, oleh karena itu konsep tarbiyah kurang tepat untuk istilah pendidikan bagi
manusia).