Anda di halaman 1dari 13

MACAM MACAM ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

“ANAK TUNADAKSA”
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen Pengampu: Sri Wahyuni, M.Psi
Disusun Oleh : Kelompok 7
1. Nurwaidah Pane (0308182100)
2. Putri Chyntia Dewi (0308182091)
3. Putri Farika Rahmadani (0308183135)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah swt. Dzat yang mengetahui
segala ilmu yang tidak diketahui oleh mahklunya baik dilangit maupun di bumi serta puji
syukur hanya milik Allah atas limpahan rahmat dan curahan nikmat termaksud kesempatan
yang telah diberikannya kepada pemakalah sehingga dapat menyelesaikan tugas ini. Shalawat
berbingkaikan salam semoga tetap terlimpahkan kepangkuan baginda Rasullah Saw. Sebagai
tauladan dan idola utama semoga kita , orang tua kita dan keluarga kita termasuk umatnya
yang mendapat syafaat beliau di hari akhir kelak. Aamiin Ya Rabbal’Alamin.
Berkat rahmat dan taufik dan hidayah Allah SWT. Pemakalah dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini dengan judul Macam Macam Anak Berkebutuhan Khusus “Anak
Tunadaksa”. Mudah-mudahan makalah ini dapat berkontribusi dalam menambah wawasan
pembaca dalam bidang keterampilan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
Terimakasih diucapkan kepada berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam
mensukseskan penulisan makalah ini. Mohon maaf atas segala kesalahan, kekhilafan, dan
kekurangan yang terdapat didalam makalah ini, untuk itu masukan dan perbaikan dari
pembaca akan di terima dengan senang hati dan terimakasih, semoga kita menjadi orang
orang yang sukses didunia dan diakhirat serta apa yang dicitacitakan dapat tercapai.

Medan, 21 Mei 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
A. Pengertian Anak Tunadaksa..............................................................................2
B. Ciri-Ciri Penyandang Tunadaksa.......................................................................2
C. Faktor Penyebab Tunadaksa..............................................................................3
D. Klasifikasi Anak Tunadaksa..............................................................................4
E. Karakteristik dan Permasalahan Anak Tunadaksa.............................................6
BAB III PENUTUP...........................................................................................................9
A. Kesimpulan........................................................................................................9
B. Saran..................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus, adalah anak anak yang memiliki keunikan tersendiri
dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak anak normal umumnya
keadaan inilah yang menuntut adanya penyesuaian dalam pemberian layanan pendidikan
yang dibutuhkan. Keragaman yang terjadi memang terkadang menyulitkan guru dalam upaya
pemberian layanan yang sesuai.
Persepsi masyarakat awam tentang anak berkelainan fungsi anggota tubuh (anak
tunadaksa) sebagai salah satu jenis anak berkelainan dalam konteks Pendidikan Luar Biasa
(Pendidikan Khusus)masih dipermasalahkan. Munculnya permasalahan tersebut terkait
dengan asumsi bahwa anak tunadaksa (kehilangan salah satu atau lebih fungsi anggota tubuh)
pada kenyataan banyak yang tidak mengalami kesulitan untuk menititugas perkembangannya,
tanpa harus masuk sekolah khusus untuk anak tunadaksa (khususnya tunadaksa ringan).
Secara umum dikenal dua macam anak tunadaksa. Pertama, anak tuna daksa yang
disebabkan karena penyakit polio, yang mengakibatkan terganggunya salah satu fungsi
anggota badan. Anak tunadaksa kelompok ini sering disebut orthopedically handicapped,
tidak mengalami hambatan perkembangan kecerdasannya. Oleh karena itu mereka dapat
belajar mengikuti program sekolah biasa.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pengertian anak tunadaksa?
2. Bagaimana ciri-ciri penyandang tunadaksa?
3. Apa faktor penyebab terjadinya tunadaksa?
4. Bagaimana klasifikasi anak tunadaksa?
5. Bagaimana karakteristik dan permasalahan anak tunadaksa?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari anak tunadaksa.
2. Untuk mengetahui ciri ciri dari penyandang tunadaksa.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya tunadaksa.
4. Untuk mengetahui klasifikasi anak tunadaksa.
5. Untuk mengetahui karakteristik dan permasalahan anak tunadaksa.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak Tunadaksa
Tunadaksa merupakan sebutan halus bagi orang orang yang memiliki kelainan fisik,
khususnya anggota badan, seperti kaki, tangan, atau bentuk tubuh. Antara anak normal dan
anak tunadaksa, memiliki peluang yang sama untuk melakukan aktualisasi diri, hanya saja
banyak orang meragukan kemampuan anak tunadaksa. Ada dua penggolongan anak
tunadaksa yakni tunadaksa murni yang tidak mengalami gangguan mental, sedangkan yang
kedua adalah tunadaksa kombinasi yang kebanyakan mengalami gangguan mental.
Menurut sutjihati somantri, bahwa tunadaksa adalah suatu keadaan rusak atau
terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot dan sendi dalam
fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan atau dapat
1
juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir. sedangkan menurut Mohammad Efendi,
bahwa tunadaksa adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanak fungsi secara
normal akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan yang tidak sempurna. Dan dipertegas lagi
oleh Aqilah Smart, bahwa tunadaksa merupakan sebutan halus bagi orang orang yang
memilikikelainan fisik, khususnya anggota badan, seperti kaki, tangan, atau bentuk tubuh.
Jadi anak tunadaksa adalah manusia yang masih kecil dimana anak tersebut
mengalami gangguan pada anggota tubuhnya baik itu disebabkan oleh penyakit, kecelakaan
atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir.
B. Ciri-Ciri Penyandang Tunadaksa
Adapun ciri-ciri yang dapat diketahui pada anak yang menyandang tunadaksa
menurut Smith & Neiswroth (1975) yaiu :
1) Ciri-Ciri Cerebral Palsy Spastik
a. Biasanya 40-60 % anak cerebral palsy menderita spastic.
b. Motor korteks dan pyramidal tract pada otak luka.
c. Spasitas ditandai dengan hilangnya control terhadap jerjat otot.
d. Otot otot flexor dan extensor mengkerut bersamaan.
e. Gerakan tersentak-sentak dan tak ada koordinasi.
f. Terdapat kekakuan pada sebagian atau seluruh ototnya.

2) Ciri-Ciri Cerebral Palsy athetosis atau koreoathetosis


1
Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung : Refika Aditama, 2006), h. 121.

2
a. Biasanya 15-20% dari anak-anak CP menderita athetosis.
b. Karena luka pada bagian tengah atau depan otak dalam system extrapiramidal.
c. nAthetosis mempunyai ciri gerakan tersentak-sentak, lamban, tidak beraturan
dan melikuk-liuk.
d. Sering mengeluarkan air liur.
e. Masalah utama sering terjadi pada tangan, bibir, dan lidah, dan terakhir pada
kaki.
3) Ciri-Ciri Cerebral Palsy Ataxia
a. Ataxia disebabkan karena kerusakan dalam cerebellum yaitu dibagian otak
yang mengontrol koordinasi otot dan keseimbangan.
b. Ditandai dengan terganggunya keseimbangan.
c. Gerakan–gerakan yang kaku.
d. Gerakan berjalannya seperti orang yang sedang pusing.
e. Penderita ataxia mudah jatuh.
f. Keadaannya tidak dapat didiagnosis sampai anak mulai berjalan.
4) Cerebral Palsy Tremor
a. Tremor disebabkan karena luka pada system ekstrapiramidal.
b. Ditandai dengan gerakan gerakan yang tidak disengaja dari otot flexor dan
extensor.
c. Beberapa dengan atheoid, pada atheoid gerakan gerakannya banyak dan
mudah berubah, sedangkan pada tremor sedikit dan berirama.2
C. Faktor Penyebab Tunadaksa
1. Sebelum lahir (fase prenatal)
Kerusakan terjadi pada saat bayi masih dalam kandungan disebabkan;
a. Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga menyerang
otak bayi yang sedang dikandungnya.
b. Kelaianan kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusar tertekan,
sehingga merusk pembentukan syaraf syaraf didalam otak.
c. Bayi dalam kandungan terkena radiasi yang langsung mempengaruhi sistem syaraf
pusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu.
d. Ibu yang sedang mengandung mengalami trauma yang dapat mengakibatkan
terganggunya pembentukan sistem syaraf pusat. Misalnya, ibu jatuh dan perutnya

2
Khadijah dan Armanila, 2017, Permasalahan Anak Usia Dini, Medan: Perdana Publishing.

3
terbentur dengan cukup keras dan secara kebetulan mengganggu kepala bayi, maka
dapat merusak sistem syaraf pusat.
2. Saat kelahiran (fase natal/perinatal)
Hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan otak bayi pada saat bayi dilahirkan antara
lain :
a. Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang yang kecil pada ibu
sehingga bayi mengalami kekurangan oksigen. Hal ini kemudian menyebabkan
terganggunya sistem metabolisme dalam otak bayi sehingga jaringan syaraf pusat
mengalami kerusakan.
b. Pemakaian alat bantu berupa tang ketika proses kelahiran yang mengalami kesulitan
sehingga dapat merusak jaringan syaraf otak pada bayi.
c. Pemakaian anestesi yang melebihi ketentuan. Ibu yang melahirkan karena operasi dan
menggunakan anestesi yang melebihi dosis dapat mempengaruhi sistem persyarafan
otak bayi sehingga otak mengalami kelainan struktur ataupun fungsinya.
3. Setelah proses kelahiran (fase postnatal)
Fase setelah kelahiran adalah masa dimana bayi mulai dilahirkan sampai masa
perkembangan otak dianggap selesai, yaitu pada usia lima tahun. Hal-hal yang dapat
meyebabkan kecacatan setelah bayi lahir adalah :
a. Kecelakaan/trauma kepala, amputasi.
b. Infeksi penyakit yang menyerang otak.3
D. Klasifikasi Anak Tunadaksa
1. Kelainan pada sistem serebral (Cerebral System Disorders)
a. Penggolongan menurut derajat kecacatan
 Golongan ringan adalah mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat,
berbicara tegas, dapat menolong dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka
dapat hidup bersama-sama (dalam hal ini mengikuti aktivitas sehari hari) anak
normal lainnya. Kelainan yang dimiliki oleh kelompok ini tidak mengganggu
kehidupan dan pendidiknya.

 Golongan sedang adalah mereka yang membutuhkan treatment atau latihan


khusus untuk bicara, berjalan,dan mengurus dirinya sendiri. Golongan ini
memerlukan alat-alat khusus untuk membantu gerakannya, seperti brace untuk

3
https://aprileopgsd.wordpress.com/2013/10/12/makalah-abk-tuna-daksa.html (diakses pada tanggal 21 Mei
2021)

4
membantu penyangga kaki, kruk atau tongkat sebagai penopang dalam
berjalan. Dengan pertolongan secara khusus, anak-anak kelompok ini
diharapkan dapat mengurus dirinya sendiri.
 Golongan berat adalah mereka yang memiliki cerebral palsy. Golongan ini
yang tetap membutuhkan perawatan dalam ambulansi. Bicara, dan menolong
dirinya sendiri. Mereka tidak dapat hidup mandiri ditengah tengah masyarakat.
b. Penggolongan menurut topografi
 Monoplegia: hanya satu anggota gerak yang lumpuh, misalnya kaki kiri,
sedangkan kaki kanan dan kedua tangannya normal.
 Hemiplegia: lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama.
Misalnya tangan kanan dan kaki kanan, atau tangan kiri dan kaki kiri.
 Paraplegia: Lumpuh pada kedua tungkai kakinya.
 Diplegia: lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri
(paraplegia)
 Triplegia: tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan kanan
dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh.
 Quadriplegia: anak jenis ini mengalami kelumpuhan seluruhnya anggota
geraknya. Mereka cacat pada kedua tangan dan kedua kakinya, quadriplegia
disebutnya juga tetraplegia.
c. Penggolongan menurut fisiologi
 Spastik: ditandai dengan adanya gejala kekejangan atau kekakuan pada
sebagian ataupun seluruh otot
 Athetoid: pada tipe ini tidak terdapat kekejangan atau kekakuan.
 Ataxia: ciri khas tipe ini adalah seperti kehilangan keseimbangan.
 Tremor: gejala yang tanpak pada tipe tremor adalah gerakan gerakan kecil dan
terus menerus berlangsung sehingga tampak seperti bentuk getaran-getaran.
 Rigid: kekakuan otot tidak seperti pada tipe spasifik dimana gerakannya
tampak tidak ada keluwesan.

2. Kelainan pada sistem otot dan rangka (musculus scelatel system)


a. Poliomylitis: mengalami kelumpuhan otot sehingga otot akan mengecil dan tenaganya
melemah.

5
b. Muscle Dystrophy: anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot. Kelumpuhan pada
penderita muscle dystrophy sifatnya progresif, semakin hari semakin parah. Kondisi
kelumpuhannya bersifat simetris, yaitu pada kedua tangan saja atau kedua kaki saja,
atau pada kedua tangan dan kaki.
E. Karakteristik dan Permasalahan yang Dihadapi Anak Tunadaksa
Berdasarkan berbagai sumber ditemukan beberapa karakteristik umum bagi anak tuna
daksa, diantara lain sbb:
1. Karakteristik kepribadian.
2. Mereka yang cacat sejak lahir tidak pernah memperoleh pengalaman, yang demikian
ini tidak menimbulkan frustasi.
3. Tidak ada hubungan antara pribadi yang tertutup dengan lamanya kelainan fisik yang
diderita.
4. Adanya kelainan fisik tidak mempengaruhi kepribadian atau ketidakmampuan
individu dalam menyesuaikan diri.
5. Anak cerebal-pakcy dan polio cenderung memiliki rasa takut dari pda yang
mengalami sakit jantung.
6. Karakteristik Emosi-sosial.
7. Kegiatan-kegiatan jasmani yang tidak dapat dijangkau oleh anak tuna daksa dapat
berakibat timbulnya problem emosi, perasaan dan dapat menimbulkanfrustasi yang
berat.
8. Keadaan tersebut dapat berakibat fatal, yaitu mereka menyingkirkan diri dari
keramaian.
9. Anak tuna daksa cenderung acuh bila dikumpulkan bersama anak-anak normal dalam
suatu permainan.
10. Akibat kecacatanya mereka dapat mengalami keterbatasan dalam berkomunikasi
dengan lingkunganya.
11. Karakteristik Intelegensi
12. Tidak ada hubungan antara tingkat kecerdasan dan kecacatan, tapi ada beberapa
kecenderungan adanya penurunan sedemikian rupa kecerdasan individu bila
kecacatanya meningkat.
13. Hasil penelitian ternyata IQ anak tuna daksa rata-rata normal.
14. Karakteristik Fisik

6
15. Selain memiliki kecacatan tubuh, ada kecenderungan mengalami gangguan-gangguan
lain, misalnya: sakit gigi, berkurangnya daya pendengaran, penglihatan, gangguan
bicara dan sebagainya.
16. Kemampuan motorik terbatas dan ini dapat dikembangkan sampai pada batas-batas
tertentu.
Dari karakteristik tersebut menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif. Dari
dampak negatif timbul masalah-masalah yang muncul yang berkaitan dengan posisi siswa
disekolah. Permasalahan tersebut dapat digolongkan menjadi beberapa masalah, yaitu:
1. Masalah kesulitan belajar
Terjadinya kelainan pada otak ,sehingga fungsi fikirnya terganggu persepsi. Apalagi
bagi anak tuna daksa yang disertai dengan cacat-cacat lainya dapat menimbulkan komplikasi
yang secara otomatis dapat berpengaruh terhadap kemampuan menyerap materi yang
diberikan.
2. Masalah sosialisasi
Anak tuna daksa mengalami berbagai kesulitan dan hambatan dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Hal ini dapat terjadi karena kelainan jasmani, sehingga mereka
tidak diterima oleh teman-temannya, diisilasi, dihina, dibenci, dan bahkan tidak disukai sama
sekali kehadiranya dan sebagainya.
3. Masalah kepribadian
Masalah kepribadian dapat berwujud kurangnya ketahanan diri bahkan tidak adanya
kepercayaan diri, mudah tersinggung dan sebagainya.
4. Masalah ketrampilan dan pekerjaan
Anak tuna daksa memiliki kemampuan fisik yang terbatas, namun di lain pihak bagi
mereka yang memiliki kecerdasan yang normal ataupun yang kurang perlu adanya
pembinaan diri sehingga hidupnya tidak sepenuhnya menggantungkan diri pada orang lain.
Karena itu dengan modal kemampuan yang dimilikinya perlu diberikan kesempatan yang
sebanyak-banyaknya untuk dapat mengembangkan lewat latihan ketrampilan dan kerja yang
sesuai dengan potensinya, sehingga setelah selesai masa pendidikan mereka dapat
menghidupi dirinya, tidak selalu mengharapkan pertolongan oranglain. Di lain pihak
dianggap perlu sekali adanya kerja sama yang baik dengan perusahaan baik negeri maupun
swasta untuk dapat menampung mereka.

5. Masalah latihan gerak

7
Kondisi anak tuna daksa yang sebagian besar mengalami gangguan dalam gerak. Agar
kelainanya itu tidak semakin parah dan dengan harapan supaya kondisi fungsional dapat pulih
ke posisi semula, dianggap perlu adanya latihan yang sistematis dan berlanjut.misalnya
terapi-fisik (fisio-therapy), terapi-tari (dance-therapy), terapi-bermain (play-therapy), dan
terapi-okupasional (occupotional-therapy).

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tunadaksa merupakan sebutan halus bagi orang orang yang memiliki kelainan fisik,
khususnya anggota badan, seperti kaki, tangan, atau bentuk tubuh. Antara anak normal dan
anak tunadaksa, memiliki peluang yang sama untuk melakukan aktualisasi diri, hanya saja
banyak orang meragukan kemampuan anak tunadaksa. Ada dua penggolongan anak
tunadaksa yakni tunadaksa murni yang tidak mengalami gangguan mental, sedangkan yang
kedua adalah tunadaksa kombinasi yang kebanyakan mengalami gangguan mental.
Secara definitive pengertian kelainan fungsi anggota tubuh (tunadaksa) adalah
ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya disebabkan oleh
berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara normal akibat
luka, penyakit, atau pertumbuhan yang tidak sempurna sehingga untuk kepentingan
pembelajarannya perlu layanan secara khusus. Seperti juga kondisi ketuntasan yang lain,
kondisi kelainan pada fungsi anggota tubuh atau tunadaksa dapat terjadi pada saat sebelum
anak lahir (prenatal), saat lahir (neonatal), dan setelah anak lahir (postnatal). Insiden kelainan
fungsi anggota tubuh atau ketunadaksaan yang terjadi sebelum bayi lahir atua ketika dalam
kandungan, diantaranya dikarenakan faktor genetik dan kerusakan pada system saraf pusat
Sama seperti bentuk kelainan atau ketuntasan yang lain, kelainan fungsi anggota tubuh atau
tunadaksa yang dialami seseorang memiliki konsekuensi atau akibat yang hampir serupa,
terutama pada aspek kejiwaan penderita, baik berefek langsung maupun tidak langsung.
B. Saran
Dari makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penulisan.
Oleh karena iyu, kami harap bagi para pembaca dan pendengar dengan sekiranya dapat
memberikan saran kepada makalah ini agar menjadi lebih baik. Dan dengan adanya
pembahasan ini semoga bermanfaat bagi semuanya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Somantri, sutjihati. 2006. Piskologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.
Khadijah dan Armanila. 2017. Permasalahan Anak Usia Dini. Medan: Perdana Publishing.
https://aprileopgsd.wordpress.com/2013/10/12/makalah-abk-tuna-daksa.html (diakses pada tanggal 21
Mei 2021)

iii

Anda mungkin juga menyukai