Nama Kelompok :
2022-2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat_Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Tuna
Daksa”.
Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Rofi’ud Darojatin Nisaa,
S.Pd,M.Pd Dosen Mata Kuliah BK Anak Luar Biasa yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tempuh.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh
dari kata sempurna, maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dan menyempurnakan makalah ini. Dan semoga
makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................
PENDAHULUAN.........................................................................................................
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II..........................................................................................................................
PEMBAHASAN...........................................................................................................
2.1. PENGERTIAN ANAK TUNA DAKSA............................................................3
2.2. KARAKTERISTIK DAN PERMASALAHAN TUNA DAKSA..............4
2.3. KLASIFIKASI ANAK TUNA DAKSA............................................................6
2.4. PENYEBAB TUNA DAKSA............................................................................9
2.5. PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK TUNA DAKSA..............................11
2.6. PERKEMBANGAN SOSIAL, EMOSI, DAN KEPRIBADIAN......................11
BAB III.........................................................................................................................
PENUTUP....................................................................................................................
3.1. Kesimpulan......................................................................................................13
3.2. Saran................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persepsi masyarakat awam tentang anak berkelainan fungsi anggota tubuh
(anak tunadaksa) sebagai salah satu jenis anak berkelainan dalam konteks
Pendidikan Luar Biasa (Pendidikan Khusus) masih dipermasalahkan. Munculnya
permasalahan tersebutterkait dengan asumsi bahwa anak tunadaksa (kehialangan
salah satu atau lebih fungsianggota tubuh) pada kenyataannya banyak yang tidak
mengalami kesulitan untuk menititugas perkembangannya, tanpa harus masuk
sekolah khusus untuk anak tunadaksa(khususnya tunadaksa ringan).
Secara umum dikenal dua macam anak tunadaksa. Pertama, anak tuna daksa
yang disebabkan karena penyakit polio, yang mengakibatkan terganggunya salah
satu fungsi anggota badan. Anak tunadaksa kelompok ini sering disebut
orthopedically handicapped,tidak mengalami hambatan perkembangan
kecerdasannya. Oleh karena itu mereka dapat belajar mengikuti program sekolah
biasa.
Kedua, anak tunadaksa yang disebabkan oleh gangguan neurologis. Anak tuna
daksa kelompok ini mengalami gangguan gerak dan kebanyakan dari mereka
mengalami gannguan kecerdasan dan sering disebut neurologically handicapped
atau secara khususmereka disebut penyandang cerebral palsy. Anak tuna daksa
kelompok ini membutuhkan layanan pendidikan luar biasa.Anak yang mengalami
gangguan gerakan pada taraf sedang dan berat,umumnya dimasukkan ke sekolah
luar biasa (SLB), sedangkan anak yang mengalami gangguan gerakan dalam taraf
ringan banyak ditemukan sekolah-sekolah umum. Namun jika mereka tidak
mendapatkan pelayanan khusus dapat menyebabkan terjadinya kesulitan belajar
yang serius.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari anak Tuna Daksa.
Maka disimpulkan bahwa Tuna Daksa adalah suatu keadaan rusak atau
terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot,
dan sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini disebabkan oleh
penyakit, kecelakaan, atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir
(Pertumbuhan yang tidak Sempurna). Sehingga mengakibatkan kecacatan dan
membuat anggota tubuh menjadi kehilangan fungsinya.
1. Karakteristik Kepribadian
2. Tidak ada hubungan antara pribadi yang tertutup dengan lamanya kelainan
fisik yang diderita.
4. Anak cerebal-palsy dan polio cenderung memiliki rasa takut dari pada
yang mengalami sakit jantung.
5. Karakteristik Emosi-sosial
14. Kemampuan motorik terbatas dan ini dapat dikembangkan sampai pada
batas-batas tertentu.
2. Masalah sosialisasi
3. Masalah kepribadian
Anak tuna daksa memiliki kemampuan fisik yang terbatas, namun di lain
pihak bagi mereka yang memiliki kecerdasan yang normal ataupun yang
kurang perlu adanya pembinaan diri sehingga hidupnya tidak sepenuhnya
menggantungkan diri pada orang lain. Karena itu dengan modal kemampuan
yang dimilikinya perlu diberikan kesempatan yang sebanyak-banyaknya untuk
dapat mengembangkan lewat latihan ketrampilan dan kerja yang sesuai
dengan potensinya, sehingga setelah selesai masa pendidikan mereka dapat
menghidupi dirinya, tidak selalu mengharapkan pertolongan oranglain.
Kondisi anak tuna daksa yang sebagian besar mengalami gangguan dalam
gerak. Agar kelainanya itu tidak semakin parah dan dengan harapan supaya
kondisi fungsional dapat pulih ke posisi semula, dianggap perlu adanya latihan
yang sistematis dan berlanjut.misalnya terapi-fisik (fisio-therapy), terapi-tari
(dance-therapy), terapi-bermain (play-therapy), dan terapi-okupasional
(occupotional-therapy).
Anak tuna daksa yang mengalami kerusakan alat tubuh, tidak ada masalah
secara fisiologis dalam struktur kognitifnya. Masalah terjadi ketika anak tuna
daksa mengalami hambatan dan mobilitas. Anak mengalami hambatan dalam
melakukan dan mengembangkan gerakan-gerakan, sehingga sedikit banyak
masalah ini mengakibatkan hambatan dalam perkembangan struktur kognitif anak
tuna daksa. Dalam pengukuran intelegensi pada anak tuna daksa, sering
ditemukan angka intelegensi yang cukup tinggi. Namun potensi kognitif yang
cukup tinggi pada anak-anak tuna daksa ini belum dapat difungsikan secara
optimal. Hambatan mobilitas, masalah emosi, kepribadian akan mempengaruhi
anak tuna daksa dalam melakukan eksplorasi keluar.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah tersebut diatas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa, Secara definitive pengertian kelainan fungsi anggota tubuh (tunadaksa)
adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya disebabkan
oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara
normal akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan yang tidak sempurna sehingga
untuk kepentingan pembelajarannya perlu layanan secara khusus. Seperti juga
kondisi ketuntasan yang lain, kondisi kelainan pada fungsi anggota tubuh atau
tunadaksa dapat terjadi pada saat sebelum anak lahir (prenatal), saat lahir
(neonatal), dan setelah anak lahir (postnatal). Insiden kelainan fungsi anggota
tubuh atau ketunadaksaan yang terjadi sebelum bayi lahir atua ketika dalam
kandungan, diantaranya dikarenakan faktor genetik dan kerusakan pada system
saraf pusat Sama seperti bentuk kelainan atau ketuntasan yang lain, kelainan
fungsi anggota tubuh atau tunadaksa yang dialami seseorang memiliki
konsekuensi atau akibat yang hampir serupa, terutama pada aspek kejiwaan
penderita, baik berefek langsung maupun tidak langsung. Dalam konteks
perkembangan kognitif menurut Gunarsa (1985) paling tidak ada empat aspek
yang turut mewarnai, yaitu sebagai berikut: Kematangan, Pengalaman, Transmisi
social dan Ekuilibrasi
3.2. Saran
Akhirnya, dengan mengucap syukur kehadapan Tuhan yang Maha esa,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan maksimal. Penulis
berharap makalah ini memberikan ilmu tentang faktor-faktor penyebab
ketunadaksaan, sebaiknya keluarga, masyarakat dan tenaga pengajar cepat
tanggap dalam menanggulangi ketunadaksaan berdasarkan pada faktor
penyebabnya, khususnya bagi para mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Sebagai
pelengkap, maka kritik yang membangun dan saran dari berbagai pihak untuk
penyempurnaan tugas ini sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.researchgate.net/publication/
326512709_AKSESIBILITAS_PENYANDANG_TUNADAKSA
http://eprints.umsida.ac.id/4041/1/Ardhia%20Rizeki%20A
%20%28152071200018%29.pdf
https://eprints.umm.ac.id/41990/2/jiptummpp-gdl-diahayuwul-50162-2-babi.pdf