PENDIDIKAN INKLUSI
Kelompok 5 :
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini berisikan tentang anak berkebutuhan
khusus tunagrahita. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Inklusi serta sebagai upaya mengenal mengenai anak berkebutuhan khusus yaitu
anak tungrahita. Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan
dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi susunan kalimat ataupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang
dapat memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, bahkan dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan
bagi para pembaca.
i
DAFTAR ISI
c. Tujuan ........................................................................................................................... 2
a. Kesimpulan .................................................................................................................. 12
b. Saran ............................................................................................................................ 13
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuh kembang anak terjadi secara kompleks dan sistematis. Anak akan mengalami
dua proses, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Proses pertumbuhan dan perkembangan anak
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengalaman orang tua. Beberapa anak mengalami
kegagalan atau gangguan tumbuh kembang, yaitu penyandang cacat fisik dan mental. Kelompok
anak dengan disabilitas digolongkan kedalam anak berkebutuhan khusus (ABK).
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami gangguan tumbuh kembang
fisikdan mental (WHO dalam Menkes RI, 2009). Menurut Somantri (2007) anak berkebutuhan
khusus adalah anak yang memiliki kelainan pada fisik, emosi, mental,intelektual dan sosial.
Berdasarkan konsep diatas dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah
anak yang mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan yang disertai gangguan pada
fisik, emosi, mental, sosial, danintelejensi yang memerlukan penanganan dan perlakuan khusus
untuk memfasilitasi semua kebutuhan. Salah satu anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak
dengan tunagrahita (Sujarwanto, 2005)
Tunagrahita adalah sebutan bagi orang-orang dengan kemampuan intelektual dan kognitif
yang berada di bawah rata-rata dibandingkan orang pada umumnya. Kondisi ini biasanya
terdeteksi sejak masa kanak-kanak, tetapi bisa pula muncul ketika dewasa. Anak tunagrahita ini
sering disebut anak yang memiliki keterbelakangan mental. Keterbelakangan mental yang biasa
dikenal dengan anak tunagrahita biasa dihubungkan dengan tingkat kecerdasan seseorang. Anak
tunagrahita memiliki karakteristik tersendiri pada segi tingkah laku, emosi dan sosialnya, cara
belajarnya dan kesehatan pada fisiknya. Untuk karakteristik tersebut, setiap anak tunagrahita
memiliki karakteristik sesuai dengan tingkat kekurangannya. Secara umum karakteristik tersebut
dapat digeneralkan kedalam intelegensi dan tingkah laku.
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian Tunagrahita
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut individu yang memiliki
kecerdasan intelektual (IQ) secara signifikan di bawah rata-rata karena adanya hambatan masa
perkembangan, mental, emosi, sosial dan fisik sehingga tidak mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Anak tunagrahita memiliki keterbatasan mental, yang perlu dididik dan dilatih untuk
beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Mereka membutuhkan dukungan yang lebih dari orang
tua dan lingkungannya agar bisa hidup mandiri. Oleh karena itu, anak tunagrahita membutuhkan
layanan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan mereka.
Menurut WHO (World Health Organization) anak tunagrahita adalah anak yang memiliki
dua komponen esensial, yaitu fungsi intelektual secara nyata berada dibawah rata-rata dan
adanya ketidakmampuan dalam menyesuaikan dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Sedangkan menurut American Association on Mental Deficiency (AAMD) mendefinisikan
tunagrahita sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata, yaitu IQ
84 ke bawah berdasarkan tes dan muncul sebelum usia 16 tahun (Amin, 1995).
Ada beberapa istilah yang dipergunakan untuk mengartikan anak tunagrahita. Istilah tersebut
telah dikenal terutama di lingkungan pendidikan diantaranya seperti lemah mental, lemah ingatan,
keterbelakangan mental, dan cacat mental. Sesuai dengan fungsinya, mental (kecerdasan) bagi
manusia merupakan pelengkap kehidupan yang paling sempurna sebab kecerdasan adalah satu-
satunya pembenar yang menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk lain.
Menurut Mangunsong, dilihat dari asal katanya, tuna berarti merugi sedangkan grahita berarti
pikiran. Tunagrahita merupakan kata lain dari reterdasi mental (mental reterdation) yang berarti
terbelakang secara mental. Istilah yang sering digunakan untuk keterbelakangan mental antara
lain feeble mindedness (lemah pikiran), cacat mental, defisit mental, bodoh dungu, pandir
(imbecile) dan sebagainya. Menurut Smart, tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk
menyebut anak atau orang yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata atau bisa
juga disebut dengan retardasi mental. Tunagrahita ditandai dengan keterbatasan inteligensi dan
ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Menurut Kosasih tunagrahita adalah suatu kondisi anak
yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan
ketidakcakapan terhadap komunikasi sosial. Anak tunagrahita juga sering dikenal dengan istilah
keterbelakang mental dikarenakan keterbatasan kecerdasannya yang mengakibatkan anak
tunagrahita ini sukar untuk mengikuti pendidikan disekolah biasa.
Berdasarkan pengertian para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tunagrahita disebut juga
dengan istilah berkelainan mental. Istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama yaitu
3
menjelaskan kondisi anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di
bawah normal). Tunagrahita bukan penyakit melainkan suatu kondisi yang melibatkan berbagai
faktor, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan ketunagrahitaan. Menurut Efendi sebab
terjadinya ketunagrahitaan pada seseorang menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa sejak
ia lahir (factor endogen) dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan lainnya (faktor
eksogen).
1. Tunagrahita Ringan
Tunagrahita ringan disebut juga maron atau debil. Kelompok ini memiliki IQ antara 68-52
menurut Binet. Sedangkan menurut Skala Weschler (WISC) Anak tunagrahita ringan merupakan
salah satu klasifikasi anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan intelektual/ IQ 69-55. Mereka
masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana sampai tingkat tertentu.
Biasanya hanya sampai pada kelas IV sekolah dasar (SD).
Melalui bimbingan dan pendidikan yang baik, anak terbelakang mental ringan pada saatnya
dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri. Anak terbelakang mental ringan dapat
dilatih menjadi tenaga kerja semi-skilled seperti pekerjaan laundry, pertanian, peternakan,
pekerjaan rumah tangga, bahkan jika dilatih dan bimbingan dengan baik anak tunagrahita ringan
dapat bekerja di pabrik-pabrik dengan sedikit pengawasan.
2. Tunagrahita Sedang
Anak tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini memiliki IQ 51-36 menurut
Skala Binet dan 54-40 menurut Skala Weschler (WISC). Anak terbelakang mental sedang bisa
mencapai perkembangan MA sampai kurang lebih 7 tahun. Mereka dapat didik mengurus diri
sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya seperti menghindari kebakaran, berjalan dijalan raya,
berlindung dari hujan, dan sebagainya. Anak tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat
belajar secara akademik seperti menulis, membaca, dan berhitung walaupun mereka masih dapat
menulis secara sosial, misalnya menulis namanya sendiri, alamat rumahnya, dan lain-lain. Masih
dapat dididik mengurus diri, seperti mandi, berpakaian, makan, minum, mengerjakan pekerjaan
rumah tangga, dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari, anak tunagrahita sedang
membutuhkan pengawasan yang terus-menerus. Mereka juga masih dapat bekerja ditempat kerja
terlindung (sheltered workshop).
4
3. Tunagrahita Berat
Kelompok anak tunagrahita berat sering disebut idiot. Kelompok ini dapat dibedakan lagi
antara anak tunagrahita berat dan sangat berat. Tunagrahita berat (severe) memiliki IQ antara 32-
20 menurut Skala Binet dan antara 39-25 menurut Skala Weschler (WISC). Tunagrahita sangat
berat (profound) memiliki IQ dibawah 19 menurut Skala Binet dan IQ dibawah 24 menurut
Skala Weschler (WISC). Kemampuan mental atau MA maksimal yang dapat dicapai kurang dari
tiga tahun atau empat tahun.
Anak tunagrahita berat memerlukan bantuan perawatan secara total dalam berpakaian, mandi,
makan, dan lain-lain. Bahkan mereka memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang hidupnya.
Perawatan khusus dan keikhlasan dari keluarga sangat dibutuhkan oleh mereka. Biasanya
keadaan idiot ini diikuti dengan berbagai kelainan dan kelemahan dalam fungsi tubuh lainnya.
Mereka perlu perawatan khusus dan dibantu dalam setiap aktivitasnya. Untuk bertahan hidup
saja rasanya membutuhkan banyak bantuan.
Menurut Aqila (2010), selain dibedakan berdasarkan tingkat intelegensinya, anak tunagrahita
juga diklasifikasikan berdasarkan tipe klinis, yaitu sebagai berikut:
Anak tunagrahita jenis ini disebut demikian karena raut mukannya seolah-olah menyerupai
orang mongol dengan ciri-ciri: bermata sipit dan miring, lidah tebal dan berbelah, biasanya suka
menjulur ke luar, telinga kecil, tangan kering, makin dewasa kulitnya semakin kasar, kebanyakan
mempunyai susunan gigi geligi yang kurang baik sehingga berpengaruh pada pencernaan, dan
lingkar tengkoraknya biasanya kecil.
2. Kretin
Dalam bahas Indonesia disebut kate atau cebol. Ciri-cirinya: badan gemuk dan pendek, kaki
dan tangan pendek dan bengkok, badan dingin, kulit kering, tebal dan keriput, rambut kering,
lidah dan bibir tebal, kelopak mata, telapak tangan, dan kuduk tebal, pertumbuhan gigi terlambat,
serta hidung lebar.
3. Hydrocypal
Anak ini memiliki ciri-ciri: kepala besar, raut muka kecil, tengkoraknya ada yang membesar
ada yang tidak, pandangan dan pendengaran tidak sempurna, mata kadang-kadang juling.
Keempat istilah tersebut menunjukkan bentuk dan ukuran kepala. Seorang dengan tipe
Microcephal memiliki ukuran kepala yang kecil. Kebanyakan dari mereka menyandang
tunagrahita yang berat atau sedang. Namun penderita Macrocephal kebanyakan tidak
5
menyusahkan orang, dengan ukuran kepala besar. Sedangkan penderita Brahicephal memili
ukuran kepala yang panjang, dan Scaphocepal memiliki ukuran kepala yang lebar
1. Faktor Keturunan. Terjadi karena adanya kelainan kromosorn (inversi, delesi, duplikasi) dan
kelainan gen (kekuatan kelainan, lokus gen).
3. Infeksi dan Keracunan. Diantara penyebab terjadinya ketunagrahitaan adalah adanya infeksi
dan keracunan yang mana terjadi selama janin masih berada dalam kandungan ibunya.
Infeksi dan keracunan ini tidak lansung, tetapi lewat penyakit-penyakit yang dialami ibunya,
diantaranya adalah penyakit rubella, syphilis bawaan, syndrome gravidity yang beracun.
4. Trauma dan Zat Radioaktif. Ketunagrahitaan dapat juga disebabkan karena terjadinya trauma
pada beberapa bagian tubuh khususnya pada otak ketika bayi dilahirkan dan terkena zat
radioaktif selama hamil. Trauma otak terjadi pada kepala dapat menimbulkan pendarahan
intracranial yang mengakibatkan terjadinya kecacatan pada otak.
5. Masalah pada Kelahiran. Kelainan dapat juga disebabkan oleh masalah-masalah yang terjadi
pada waktu kelahiran (prenatal), misalnya kelahiran yang disertai hyposia dapat dipastikan
bahwa bayi yang dilahirkan menderita kerusakan otak, menderita kejang dan nafas yang
pendek. Kerusakan otak pada prenatal dapat disebabkan oleh trauma mekanis terutama pada
kelahiran yang sulit.
Anak tunagrahita sebagian besar dari fisiknya meiliki ciri-ciri antara lain: memiliki wajah
dan postur tubuh yang mirip sama, mudah berkeringat, bau badan, mengeluarkan liur yang tidak
disadarinya. Mereka lambat dalam menangkap perintah, lambat memahami konsep, mudah lupa,
6
sulit berpikir yang abstrak. Sekalipun usianya sudah dewasa, tapi perilakunya masih suka
kekanak-kanakan. Suka melakukan hal yang rutin berulang, suka menggumam, spontan
berbicara tapi tidak jelas. Terkadang suka mengamuk tanpa alasan, berteriak, membanting pintu.
Suka menghentikan kegiatan, lalu diam. Mereka melaksanakan tugas perkembangan dengan
waktu (masa peka) yang lebih lambat.
6. Pada tunagrahita mampu didik, prestasi tertinggi bidang baca, tulis, hitung tidak lebih dari
anak normal setingkat kelas III-IV Sekolah Dasar.
1. Keterbatasan Inteligensi
2. Keterbatasan Sosial
Disamping memiliki keterbatasan inteligensi, anak tunagrahita juga memiliki kesulitan dalam
mengurus diri sendiri dan bergaul di masyarakat. Oleh karena itu mereka memerlukan bantuan
dari orang lain untuk membantu mereka berinteraksi dengan lingkungan. Anak tunagrahita
7
cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang tua
sangat besar, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga mereka
harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka juga mudah dipengaruhi dan cenderung melakukan
sesuatu tanpa memikirkan akibatnya.
Anak tunagrahita memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan reaksi pada situasi
yang baru dikenalnya. Mereka memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang
rutin dan secara konsisten dialaminya dari hari ke hari. Anak tunagrahita tidak dapat menghadapi
suatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu yang lama.
Anak tunagrahita juga memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa. Mereka bukannya
mengalami kerusakan artikulasi, akan tetapi pusat pengolahan (perbendaharaan kata) yang
kurang berfungsi sebagaimana mestinya. Karena alasan itu mereka membutuhkan kata-kata
konkret yang sering didengarnya. Persamaan dan perbedaan harus ditujukan secara berulang-
ulang. Latihan-latihan sederhana seperti mengajarkan konsep besar dan kecil, keras dan lemah,
perlu menggunakan pendekatan yang konkrit. Selain itu mereka juga kurang mampu untuk
mempertimbangkan sesuatu, membedakan yang baik dan yang buruk.
Dalam memperoleh pendidikan bagi peserta didik anak mengalami hambatan intelektual atau
anak tunagrahita seharusnya ditujukan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki anak secara
optimal, agar mereka dapat hidup mandiri dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di
mana mereka berada. Kebutuhan tertentu bagi anak tunagrahita dalam belajarnya ini guna
memperlancar proses pendidikannya. Secara umum kebutuhan pembelajaran pada anak
berkebutuhan khusus tunagrahita adalah sebagai berikut :
3. Perbedaan Karakteristik belajar anak tunagrahita terdapat pada tiga daerah yaitu tingkat
kemahirannya dalam keterampilan tersebut; generalisasi dan tranfer keterampilan yang baru
diperoleh; dan perhatiannya terhadap tugas yang di embannya.
8
d. Cara Mengajarkan Pada Anak Tunagrahita
Cara mengajarkan pada anak tunagrahita itu bisa menggunakan dengan media tertentu.
Media belajar yang cocok untuk anak tunagrahita antara lain yaitu geometri tiga dimensi, gradasi
balok, silinder, menara gelang, puzzle bola, puzzle kontruksi, puzzle binatang, multi indra,
konsentrasi mekanik, kotak bilangan, pias huruf, pias kalimat, alphabet fibre box, papan
keseimbangan, abacus dan papan bilangan. Alat latihan kematangan motorik ini berupa form
board, puzzle; latihan kematangan indra, seperti latihan perabaan, penciuman; alat latihan untuk
mengurus diri sendiri, seperti latihan memasang kancing, memasang retsluiting; alat latihan
konsentrasi, seperti papan keseimbangan, alat latihan membaca, berhitung, dan lain-lain.
Dalam pemberian layanan Pendidikan pada anak tunagrahita, diperlukan strategi atau cara
mengajarkan dalam pembelajaran. Adapun strategi pembelajaran yang dapat diberikan kepada
anak tunagrahita yaitu :
3. Peer Tutorial. Merupakan metode pembelajaran dimana seorang siswa dipasangkan dengan
temannya yang mengalami kesulitan/hambatan. Oleh karena itu lebih ditekankan pada siswa
yang mempunyai kemampuan di bawah kemampuannya.
Dalam memberikan layanan suatu pendidikan tidak terlepas dari yang namanya kurikulum.
Kurikulum sebagai pedoman bagi sekolah. Kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan
tugasnya. Didalam kurikulum pendidikan inklusi menggunakan kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta didik sesuai dengan
kecerdasan, bakat, minat serta potensinya. Dengan demikian setiap sekolah penyelenggara
pendidikan inklusi dapat menerapkan kurikulum yang akomodatif di bawah standar nasional.
9
Model penyelarasan kurikulum menggunakan kolaborasi antara model duplikasi, modifikasi,
substitusi dan omisi.
Namun bentuk-bentuk kurikulum yang disarankan untuk anak tunagrahita yaitu kurikulum
modifikasi dan omisi. Dalam model modifikasi ini menyesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan pada anak berkebutuhan khusus misalnya pada anak tunagrahita. Contohnya untuk
siswa kelas 1 terdapat standar kompetensi matematika penjumlahan dan pengurangan sampai
bilangan 100 bisa dimodifikasi hanya sampai bilangan 10 untuk ABK tunagrahita. Dan contoh
kurikulum omisi pada tunagrahita mentiadakan mata pelajaran Bahasa Inggris dan pada saat
pelajaran berlangsung diberi kegiatan lain seperti bermain puzzle, mewarnai gambar, maupun
membuat prakarya sederhana.
Sedangkan kurikulum untuk Sekolah Luar Biasa ataupun sekolah inklusi disesuaikan dengan
jenis dan tingkat ketunaannya, mulai dari tingkat TKLB sampai dengan SMALB. Kurikulum
yang sekarang ini digunakan yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004. Selain
mempelajari mata pelajaran umum, ada juga mata pelajaran ke khususan, untuk anak tunagrahita
yaitu mata pelajaran “Bina Diri” didalamnya mencakup: mengurus diri; menolong diri; serta
komunikasi dan Sosialisasi
Disamping itu anak tunagrahita mengalami kesulitan di dalam menyesuaikan diri dengan
norma dan aturan yang berlaku di masyarakat sehingga mereka memerlukan program pendidikan
khusus. Program Khusus Pengembangan Diri (Bina Diri) adalah program yang merupakan
pembelajaran yang diberikan kepada siswa berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual
(tunagrahita) dalam melakukan kegiatan sehari-hari yang bertujuan agar siswa dapat mandiri dan
tidak bergantung kepada orang lain. Siswa tunagrahita dengan rendahnya tingkat kecerdasan
yang dimilikinya mengakibatkan mereka tidak mampu mengurus diri mereka yang berkaitan
dengan aktivitas hidup seharihari. Aktifitas hidup sehari-hari ini meliputi kegiatan mandi, makan,
minum, berpakaian, menggunakan toilet, menggosok gigi dan kegiatan merawat diri
lainnya.Dengan ketidakmampuan siswa tunagrahita dalam mengurus dan merawat diri tak jarang
ditemui kondisi mereka terkesan jorok dan bau, sehingga masyarakat masih banyak yang belum
bisa menerima kehadiran mereka dengan baik.
Secara umum program khusus pengembangan diri bertujuan agar siswa tunagrahita tidak lagi
bergantung kepada orang lain dalam mengurus, merawat dan menolong dirinya. Tujuan khusus
program khusus pengembangan diri bagi anak tunagrahita adalah mengembangkan kemampuan
siswa tunagrahita ringan dalam melakukan aktivitas hidup seharihari mulai dari merawat diri,
mengurus diri, menolong diri, serta meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan sosial anak
tunagrahita.
10
Dalam kurikulum Sekolah Luar Biasa Pengembangan Diri (Bina Diri ) ini terdapat dalam
mata pelajaran Program Khusus. Sedangkan program khusus untuk anak tunagrahita dinamakan
Pengembangan Diri. Dengan bimbingan khusus yang diberikan kepada siswa tunagrahita ringan
dapat mengembangkan kemampuan yang masih mereka miliki sehingga ketergantungan siswa
tunagrahita ringan dapat dikurangi atau dihilangkan. Program Khusus Pengembangan Diri terdiri
atas tujuh aspek yang pertama keterampilan merawat diri, mengurus diri, menolong diri dan
selanjutnya yaitu keterampilan berkomunikasi, bersosialisasi, keterampilan hidup sehari- hari
dan mengisi waktu luang Dari ketujuh ruang lingkup pengembangan diri yang telah disebutkan
diatas keterampilan pengembangan diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan
dalam menolong diri. Keterampilan menolong diri adalah pelajaran yang berkaitan dengan
kegiatan yang biasa dilakukan utuk mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Aktifitas yang dimaksud adalah berbagai pekerjaan sehari-hari dirumah yaitu memasak
sederhana, memakai pakaian/ baju, memakai sepatu,menyapu, mencuci pakaian, menyetrika
pakaian .
11
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Tunagrahita adalah sebutan bagi orang-orang dengan kemampuan intelektual dan kognitif
yang berada di bawah rata-rata dibandingkan orang pada umumnya. Anak tunagrahita sering
disebut dengan anak yang memiliki keterbelakangan mental. Anak tunagrahita dapat di
klasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu tunagrahita ringan, sedang, dan berat. Faktor yang
menyebabkan seseorang menjadi tunagrahita antara lain yaitu faktor keturunan, gangguan
metabolisme gizi, infeksi dan keracunan, trauma dan zat radioaktif, masalah pada kelahiran, dan
faktor lingkungan. Anak tunagrahita menurut Efendi memiliki karakteristik yang tampak pada
yaitu cenderung memiliki kemampuan berpikir konkret dan sukar berpikir, mengalami kesulitan
dalam konsentrasi, kemampuan sosialisasinya terbatas, dan tidak mampu menyimpan instruksi
yang sulit.
Secara umum kebutuhan pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus tunagrahita adalah
dalam belajar keterampilan membaca, keterampilan motorik, keterampilan lainnya adalah sama
seperti anak normal pada umumnya. Perbedaan Tunagrahita dalam mempelajari keterampilan
terletak pada karakteristik belajarnya. Dalam cara mengajarkan pada anak tunagrahita itu bisa
menggunakan dengan media tertentu antara lain yaitu geometri tiga dimensi, gradasi balok,
silinder, menara gelang, puzzle bola, puzzle kontruksi, puzzle binatang, multi indra, konsentrasi
mekanik, kotak bilangan, pias huruf, pias kalimat, alphabet fibre box, papan keseimbangan,
abacus dan papan bilangan. Adapun strategi pembelajaran yang dapat diberikan kepada anak
tunagrahita yaitu direct Introduction, cooperative learning, dan peer tutorial.
12
b. Saran
Anak tunagrahita memang memiliki kemampuan yang rendah dibandingkan dengan anak
normal lainnya, maka perlu adanya perhatian khusus terhadap mereka untuk dilatih, dibimbing,
dan diberi kesempatan serta dukungan agar mereka mampu mengembangkan seluruh potensinya
agar dapat mandiri dan memiliki harga diri dihadapan orang lain disekitarnya. Maka dari itu
diharapkan untuk masyarakat terkhusus orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus
jangan dibatasi untuk mendapat ilmu karena dengan kekurangannya bukan menjadi alasan untuk
tidak mendapatkan sebuah pendidikan layaknya seperti anak normal lainnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Intan Hana Pratiwi. (2017). Makalah Pengkajian Anak Tunagrahita. Diakses pada 02 November
2022 melalui
https://www.academia.edu/35114415/MAKALAH_PENGKAJIAN_ANAK_TUNAGRAHITA
Departemen Kesehatan RI. (2009). Penanganan Anak Tunagrahita. Diakses pada 03 November
2022 melalui http://www.depkes.go.id
Aladokter. (2022). Berbagai Penyebab Anak Tunagrahita Beserta Ciri-Cirinya. Diakses pada 03
November 2022 melalui https://www.alodokter.com/berbagai-kemungkinan-penyebab-anak-
tunagrahita-dan-ciri-cirinya
yudithia. (2022). Media Belajar yang Cocok untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Diakses pada 04
November 2022 melalui http://yd.blog.um.ac.id/media-belajar-yang-cocok-untuk-anak-
berkebutuhan-khusus/
Efendi, Mohammad. 2008. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.
Kosasih. 2012. Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Yrama Widya.
Vhasande. (2013). Strategi Pembelajaran Bagi Anak Tunagrahita. Diakses pada 06 November
2022 melalui http://vhasande.blogspot.com/2013/03/strategi-pembelajaran-bagi-anak.html
14