Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MATERI PSIKOLOGI PENDIDIKAN

(Anak Berkebutuhan Khusus)


Disusun Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu:
Khoirotus Silfiyah, M.Psi.Psikolog

Di Susun Oleh Kelompok 9 :


1. Mairista Pramudya Wardani : 210101170
2. A. Abdur Rozaq : 210101154

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 4D


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA’ SUNAN GIRI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat
kepada umat manusia. Makalah ini di susun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi
Pendidikan dan juga sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi semoga
bermanfaat bagi kita semua.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dengan semaksimal
mungkin. Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah
sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai
penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini
terutama Dosen Pengampu Mata Kuliah Psikologi Pendidikan yang kami harapkan sebagai
bahan koreksi untuk kami.

Wa’alaikumsalam Wr.Wb

Bojonegoro, 03 Mei 2023

Penyusun

II
DAFTAR ISI

JUDUL................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian anak berkebutuhan khusus....................................................................2

2.2 Klasifikasi anak berkebutuhan khusus....................................................................4

2.3 Model layanan anak berkebutuhan khusus..............................................................5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................................7

3.2 Saran..................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8

III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan salah satu mkhluk ciptaan Allah SWT yang berada di bumi ini. Dalam
penciptaannya manusiapun beragam, dari yang besar sampai kecil, putih sampai hitam, tinggi
sampai pendek, semuanya beragam. Salah satu keberagamannya lagi yang mencolok adalah
manusia sempurna dan cacat, yang mana cacat ini tidak hanya berupa cacat fisik melainkan juga
cacat mental atau pikiran, itulah yang disebut orang berkebutuhan khusus.

Anak berkebututhan khusus tidak boleh kita acuhkan, karena ia juga merupakan manusia
yang diciptakan Allah yang dikehendaki tidak sempurna oleh-Nya. Kita tidak boleh
membedakan hak orang biasa dan orang yang berkebutuhan khusus, karena mereka memiliki hak
dan perlakuan serta fasilitas yang sama seperti orang normal pada umumnya.

Dalam perjalanan hidupnya seorang yang berkeburuhan khusus juga mendapatkan hak untuk
belajar yang dimulai dengan umur yang sama seperti orang yang normal yakni dari anak-anak.
Anak yang berkebutuhan khusus juga berhak mendapatkan pelayanan pendidikan seperti anak
normal yang lain, namun terkadang ia harus mendapat perhatian yang khusus karena
ketidaksempurnaannya. Dan dari setiap kecacatan yang berbeda juga memiliki trik mengajar
yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian anak berkebutuhan khusus?
2. Bagaimana Klasifikasi anak berkebutuhan khusus?
3. Bagaimana Model layanan anak berkebutuhan khusus?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami Pengertian anak berkebutuhan khusus
2. Untuk mengetahui dan memahami Klasifikasi anak berkebutuhan khusus
3. Untuk mengetahui dan memahami Model layanan anak berkebutuhan khusus

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian anak berkebutuhan khusus


Anak berkebutuhan khusus (ABK) pada awalnya lebih dikenal Dengan istilah cacat, anak
berkelainan atau anak luar biasa. Anak luar biasa didefinisikan sebagai anak yang menyimpang
dari keriteria normal secara signifikan, baik dari aspek fisik, psikis, emosional, dan social
sehingga untuk mengembangkan potensinya di perlukan adanya layanan pendidikan khusus
(Kirk & Galleger, 1989). Dalam paradigm baru, ABK berarti anak yang memiliki kebutuhan
individual yang bersifat khas yang tidak bisa disamakan dengan anak normal lainnya (Suyanto,
2005). Dalam hal ini Lync (1994) membedakan ABK menjadi 3 (tiga) kategori sebagai berikut:
1. Anak-anak usia sekolah yang saat ini berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan formal
tetapi tidak memiliki atau tidak menujukan kemajuan dalam belajarnya, kelompok ini termasuk
didalam kategori anak lambat dalam belajar, atau anak kesulitan dalam menelaah pelajaran, anak
ber IQ sedang, anak hieraktif, anak autis dan lain sebagainya.
2. Anak-anak yang secara nyata (signifikan) mengalami kecacatan baik dari fisik, social, emosi
dan mental. Kelompok ini termasuk dikategorikan kedalamm anak tuna netra, tuna rungu, tuna
grahita, tuna daksa, dan tna laras.
3. Anak-anak usia sekolah yang tidak terjangkau oleh layanan pendidikan formal sama sekali,
sehingga anak-anak ini menjadi anak yang terklupakan. Kelompok yang ketiga ini termasuk
didalamnya adalah anak-anak yang berkerja (pekerja anak), anak pperempuann yang terpingit
karena kultur, anak-anak miskin/gelandangan, anak-anak yang berdomisili di perairan,
kepulauan, dan daerah terpencil, dan anak-anak yang menjadi korban kerusakan, dan lain
sebagainya.
Menurut hasil-hasil Rakornas PLB di Jakarta (2001) , anak berkebutuhan khusus ternyata
tidak hanya anak yang cacat saja yang selama ini di kenal oleh banyak kalanngan masyarakat,
tetapi yang trmasuk didalamnya adalah anak yang berbakat, anak autis, dan anak yang telah
terkena bahayanya obat-obat terlarang seperti Sabu, Ganja, Narkoba dan lain sebagainya.
Dari semua apa yang telah di paparkan di atas tersebut dapat kami tarik kesimpulan
bahwa ABK mempunyai jangkuan yang luas yang tidak hanya terbatas pada anak-anak cacat
yang signifikan (seperti pada kategori anak yang ke 2) tetapi juga meliputi anak yang kesulitan

2
dalam belajar, anak dengan cerdas dan berbakat (Gifted & talented), anak autis, anak hiperaktif,
anak lambat dalam belajar, anak yang telah menjadi korban Narkoba, dan juga anak-anak dengan
alasan tertentu yang tidak dapat terjangkau oleh layanan pendidikan formal.
Anak berkebutuuhan khusus dalam kajian kali ini hanya di batasi pada ABK jenis-jenis
yaitu: anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, anak berkebutuhan belajar,
anak berbakat, anak autis, dan yang terakhir anak hiperaktif.

2.2 Klasifikasi anak berkebutuhan khusus

Anak yang berkebutuhan khusus dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya yaitu


berdasarkan aspek kecerdasan (intelegensi), berdasarkan aspek fisik, dan berdasarkan aspek
tingkah laku, serta berdasarkan aspek tertentu.

1. Berdasarkan Aspek Kecerdasan

a) Kelompok anak berkebutuhan khusus berintelegensi di atas rata-rata. Yaitu seorang anak yang
memiliki kecerdasan intelektual (IQ) di atas 110. Ciri-ciri anak ini adalah cepat dalam belajar
(memahami, menghafal, dsb).

b) Kelompok anak berkebtutuhan khusus beritelegensi di bawah rata-rata.

Yaitu seorang anak yang kecerdasan intelektualnya (IQ) di bawah 90. Ciri-ciri anak ini adalah
lamban dalam belajar, mengingat dan memahami.

2. Berdasarkan Aspek Fisik

a) Tuna Netra Yaitu seorang anak yang tergannggu pengelihatannya baik total maupun parsial.
Ciri anak ini adalah memiliki daya pendengaran dan perabaan yang kuat, suka mengusap-usap
mata,dsb.

b) Tuna Rungu Yaitu seorang anak yang memiliki gangguan pendengaran baik lemah
pendengaran maupun tuli. Ciri anak ini adalah jalannya sempoyongan, terlihat seperti orang
bodoh,sering curiga terhadap orang sekitar, dsb.

c) Tuna Grahita Yaitu seorang anak yang mengalami hambatan perkembangan mental dengan
karakteristik idiot dan imbesil.

3
d) Tuna Daksa Yaitu seorang anak yang memiliki kelainan anggota tubuh karena luka, penyakit,
ataupun pertumbuhan yang salah. Anak ini memiliki ciri kelainan fisik/cacat fisik, suka
menampakkan kemarahan tanpa sebab yang jelas, dsb.

3. Berdasarkan Aspek Tingkah Laku (Tunalaras)

Seorang dikatakan tunalaras apabila ia mempunyai tingkah laku yang menyimpang dari orang
yang normal, tidak mempunyai sikap, dan suka melanngar peraturan dengan frekuensi yang
cukup besar. Penyebab tunalaras ada dua yaitu gangguan emosi dan gangguan penyesuaian
sosial. Cirinya adalah memiliki aktifitas berlebih, berperilaku nakal, suka melanggar aturan baik
kecil maupun besar.

3.3 Model layanan anak berkebutuhan khusus

Manusia diciptkan dengan hak dan kewajiban yang sama oleh Tuhan yang Maha Esa Allah
SWT. Dengan kelebihan dan kekurangan yang ia miliki tidak menyebabkan berbeda dalam
mendapatkan hak dan menunaikan kewajiban. Kita sebagagai manusia jelas memiliki kewajiban
di dunia ini untuk beribadah kepada Allah SWT. Serta mencari ilmu supaya dapat mengerti mana
yang benar dan mana yang salah. Oleh sebab itu manusia yang memiliki kebutuhan khusus
dalam hidupnya juga memiliki kewajiban yang sama untuk mencari ilmu serta mengamalkanya
supaya bisa mendapat derajat orang-orang yang bertaqwa disisi Allah SWT.

Dengan begitu manusia mencari motode atau cara supaya mereka yang memiliki kebutuhan
khusus dalam menempuh proses pendidikan dapat merasakan pendidikan seperti layaknya orang
yang tidak memiliki kebutuhan khusus. Karena apa dengan mengunakan motede-metode tertentu
tersebut diharapkan dapat mempermudahkan peserta didiknya juga pengajarnya untuk
menyampaikan ilmu atau menerima ilmu dengan mudah. Diantara metode atau cara yang sudah
ada sebagai berikut:

1. Model Segregrasi

Model ini adalah model pendidikan yang dapat dikategorikan sudah klasik. Model ini
mencoba memberikan layanan pendidikan secara khusus dan terpisah dari jenis anak normal
maupun anak berkebutuhan khusus lainya. Jadi model ini adalah model yang mengkhususkan

4
dalam pengajaranya sesuai kebutuhan yang dibutuhkan peserta didiknya dengan satu jenis
kebutuhan atau satu kelompok ABK yang memiliki kebutuhan yang sama.

Kelebihanya peserta didik dapat merasakan nasib sepenangunangan sehinga rasa mender, dan
rasa rendah diri bagi mereka akan hilang. Sedangkan kekurangnya pagi peserta didik seolah
masih ada batasan antara dia dengan orang yang tidak berkebutuhan khusus.

2. Model Kelas Khusus.

Model ini adalah model yang tidak berdiri sendiri layaknya (SLB), melainkan keberadaanya
ada di sekolah umum/regular. Dan keberadaan kelas khusu ini sifatnya tidak permanen.
Melainkan didasarkan ada atau tidak adanya anak yang memerlukan pendidikan khusus ini. Dan
kelas khusus ini anak akan dibimbing secara personal oleh guru yang memang khusus untuk
mengajarinya.

Kelebihnaya peserta didik akan merasa diperhatikan dan mendapat pelayanan yang lebih.
Sedangkan kekurangnya peserta didik masih merasakan batasan-batasan sosial diantara yang
tidak mendapat layanan khusu sehinga akan terjadi minder dan sebagainya.

3. Model Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)

Model ini adalah model yang diperuntuhkan untuk menampung peserta didik berkebutuhan
khusus usia sekolah dasar dari berbagai jenis dan tingkat kekhususan yang dialaminya. Mereka
belajar di kelas masing-masing sesuai kebuthan khusus yang dialami. Tetapi mereka dapat
bersosialisasi dengan ABK yang tidak sejenis denganya di luar ruang kelas.

Kelebihanya anak berada dalam dunia yang lebih luas, tidak hanya berada pada jenis
kebutuhan khusus tertentu. Tetapi kekurangnya anak masih merasakan batasan sosial antara
mereka dan anak yang tidak memiliki kebutuhan ksusus seperti mereka.

4. Model Guru Kunjung

Model ini difungsikan untuk mereka yang membutuhkan pendidikan di daerah terpencil,
daerah perairan, daerah kepulauan atau tempat-tempat yang sulit dijangkau oleh layanan khusus
yang telah ada. Ditempat tersebut dibentuk sanggar atau kelompo-kelompok belajar tempat anak-
anak memperoleh layanan pendidikan.

5
Kelebihan model ini adalah anak dapat dengan mudah memperoleh layanan pendidikan dan
anak dapat saling berkomunikasi diantara mereka dengan mudah. Sedangkan kekurangnya
tenaga pengajar yang menangani khusus pada model ini karena memang hal tersebut
memerlukan banyak kerjasama dair berbagai pihak.

5. Sekolah Terpadu

Sekolah terpadu pada hakikatnya seperti sekolah normal pada umumnya. Tetapi menerima
anak berkebutuhan khusus untuk bisa belajar bersama di dalamnya. Mereka belajar bersama-
sama tanpa dipisah oleh dinding-dinding kelas. Dalam belajar mereka diajar oleh guru-guru
umum sedangkan materi yang memiliki sifat kekhususan diberikan guru pendamping yang telah
ditunjuk. Kelebihanya anak merasa dihargai harkat dan martabatnya. Dari segi perkembangan
sosial anak lebih mudah berinteraksi dan berkomunikasi secara luas.

Sedangkan kekurangnya kadang-kadang anak merasa rendah diri dihadapan mereka. Dan
dalam kondisi tertentu kadang anak dijadikan bahan olokan oleh teman-temanya.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anak luar biasa didefinisikan sebagai anak yang menyimpang dari keriteria normal secara
signifikan, baik dari aspek fisik, psikis, emosional, dan social sehingga untuk mengembangkan
potensinya di perlukan adanya layanan pendidikan khusus (Kirk & Galleger, 1989).

Anak yang berkebutuhan khusus dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya yaitu


berdasarkan aspek kecerdasan (intelegensi), berdasarkan aspek fisik, dan berdasarkan aspek
tingkah laku, serta berdasarkan aspek tertentu.

Manusia diciptkan dengan hak dan kewajiban yang sama oleh Tuhan yang Maha Esa Allah
SWT. Dengan kelebihan dan kekurangan yang ia miliki tidak menyebabkan berbeda dalam
mendapatkan hak dan menunaikan kewajiban. Kita sebagagai manusia jelas memiliki kewajiban
di dunia ini untuk beribadah kepada Allah SWT.

3.2 Saran

Kami dari penyusun makalah ini berharap semoga pembaca dapat memahami makalah ini.
Kami juga mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

7
DAFTAR PUSTAKA

Nurjan, Syarifan. 2017. Perkembangan Peserta Didik Perspektif Islam. Yogyakarta: Titah Surga.

Suyanto, 2005. Konsep Dasar Anak Usia Dini: Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Gallagher, J. & Kirk, S, 1989.

Hidayat. Modul Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta, 2010

8
9

Anda mungkin juga menyukai