Anda di halaman 1dari 13

KARAKTERISTIK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

(Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan
Inklusif Program Studi Bimbingan dan Konseling Semester Ganjil)

DISUSUN OLEH :

DESI RATNA SARI (200404500020)

KELAS B

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN


BIMBINGAN FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI
MAKASSAR
2022
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena segala rahmat dan
kemurahan hati-Nya, makalah ini dapat tersusun. Kami ucapkan pula terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat menjadi sumber ilmu dan
memberikan dampak positif kepada pembaca. Kami sungguh bersyukur apabila
ilmu yang didapatkan dari makalah ini dapat diamalkan dan diajarkan oleh
pembaca.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak


kekurangan yang ditemukan, tidak lain dari keterbatasan pengetahuan yang kami
miliki. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 23 September 2022

Penyusun
ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................1

Bab II Pembahasan

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus................................................2


B. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus............................................3
1. Tuna Netra.......................................................................................4
2. Tuna Rungu.....................................................................................4
3. Tuna Grahita....................................................................................5
4. Tuna Daksa......................................................................................5
5. Lamban Belajar...............................................................................6
6. Anak Berkesulitan Belajar..............................................................6
7. Anak Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (CIBI)........................7

Bab III Penutup

A. Kesimpulan...........................................................................................9

B. Saran......................................................................................................9

Daftar Pustaka...............................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, istilah anak luar biasa yang
kini disebut sebagai anak berkebutuhan khusus masih disalah tafsirkan, yaitu anak
luar biasa selalu diartikan sebagai anak yang berkemampuan unggul atau
berprestasi luar biasa. Padahal pengertian anak luar biasa juga mengacu kepada
pengertian yaitu anak yang mengalami
kelainan atau ketunaan, baik pada satu macam kelainan atau lebih dari
satu kelainan jenis kelainan.
Anak yang berkebutuhan khusus secara umum dikenal masyarakat umum
sebagai anak luar biasa.Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara
signifikan (bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-
intelektual, social, emosional) dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya
dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan
pelayanan pendidikan khusus.Dengan demikian, meskipun seorang anak
mengalami kelainan/ penyimpangan tertentu, tetapi kelainan/penyimpangan
tersebut tidak signifikan sehingga mereka tidak memerlukan pelayanan
pendidikan khusus, anak tersebut bukan termasuk anak dengan kebutuhan khusus.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Anak Berkebutuhan Khusus?
2. Apa karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang Anak Berkebutuhan
Khusus. 2.Untuk mengetahui karakteristik Anak Berkebutuhan
Khusus.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus


Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan
(bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, social,
emosional) dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan
anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan
khusus.Dengan demikian, meskipun seorang anak mengalami kelainan/
penyimpangan tertentu, tetapi kelainan/penyimpangan tersebut tidak signifikan
sehingga mereka tidak memerlukan pelayanan pendidikan khusus, anak tersebut
bukan termasuk anak dengan kebutuhan khusus.
Anak yang berkebutuhan khusus secara umum dikenal masyarakat umum
sebagai anak luar biasa. Maka terlebih dahulu dibahas tentang hakekat anak luar
biasa. Dalam percakapan sehari-hari orang yang dijuluki sebagai “orang luar
biasa” ialah mereka yang memiliki kelebihan yang luar biasa, misalnya orang
terkenal karena memiliki kemampuan intelektual yang luar biasa, memiliki
kreativitas yang tinggi dalam melahirkan suatu temuan-temuan yang luar biasa di
bidang IPTEK, religius, dan bidang-bidang kehidupan lainnya yang bermanfaat
bagi masyarakat, dan orang yang mencapai prestasi yang mnghebohkan dan
spektakuler, misalnya orang yang berhasil menaklukkan gunung tertinggi didunia,
dan sebagainya.
Dalam dunia pendidikan, kata luar biasa juga merupakan julukan atau
sebutan bagi mereka yang memiliki kekurangan atau mengalami berbagai
kelainan dan penyimpangan yang tidak dialami orang normal pada umumnya.
Kelainan atau kekurangan yang dimiliki oleh mereka ynga disebut luar biasa dapat
berupa kelainan dari segi fisik, psikis, sosial dan moral.
Kelainan dari segi fisik dapat berupa kecacatan fisik, misalnya orang
tidak memiliki kaki sebelah kiri, matanya buta sebelah, dan sejenisnya. Kelainan
dari segi psikis, atau aspek kejiwaan (psikologis, misalnya orang yang menderita
keterbelakangan mental akibat dari intelegensi yang dimiliki dibawah normal)

2
(Abdul Hadis, 2006 : 4-5).
Anak berkebutuhan khusus (dulu disebut sebagai anak luar biasa) didefinisikan
sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk
mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna. ( Hallahan dan
Kauffman, 1986 dalam Abdul Hadis, 2006 : 5-6). Anak luar biasa disebut anak
yang berkebutuhan khusus, karena dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan, layanan pendidikan, layang sosial,
layanan bimbingan konseling, dan berbagai jenis layanan lainnya yang bersifat
khusus.

B. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus


Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Berdasarkan sejarah
panjang yang ada, peraturan hukum yang dibuat, serta pendapat para ahli maka
anak berkebutuhan khusus didefinisikan sebagai ”Anak yang secara signifikan
berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya.
Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif atau sosial terhambat dalam
mencapai tujuan-tujuan/kebutuhan dan potensinya secara maksimal, meliputi
mereka yang tuli, buta, mempunyai gangguan bicara, cacat tubuh, retardasi
mental, gangguan emosional. Juga anak-anak yang berbakat dengan inteligensi
yang tinggi, dapat dikatagorikan sebagai anak berkebutuhan khusus/luar biasa,
karena memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional” (Suran dan
Rizzo, 1979 dalam Mangunsong, F 2009).
Anak berkebutuhan khusus pun menurut Hallahan dan Kauffman (2006)
memerlukan pendidikan dan layanan yang khusus agar potensi kemanusiaan yang
mereka miliki dapat berkembang. Anak berkebutuhan khusus sudah jelas tampak
berbeda dengan anak kebanyakan dalam satu atau lebih hal semisal: adanya
keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar atau gangguan atensi, gangguan
emosi atau perilaku, hambatan fisik, hambatan berkomunikasi, autisma, hambatan
pendengaran, hambatan penglihatan atau keberbakatan dan kecerdasan istimewa.
Kekhususan yang dikaitkan dengan perbedaan cara belajar tentunya
memberikan dampak pada cara menginstruksikan yang berbeda dengan anak yang

3
biasa. Kekhususan yang dialami setiap anak bisa jadi memiliki penyebab, tingkat
keparahan, dampak bagi kemajuan pendidikan dan dampak itupun jadi berbeda
jika dikaitkan dengan usia, jenis kelamin dan lingkungan hidup anak tersebut
masing-masing.
Adapun karakteristik anak berkebutuhan khusus yaitu sebagai berikut:
1. Tuna Netra
Anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan
menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat
khusus, mereka masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Ciri-ciri anak Tuna netra:
 Tidak mampu melihat
 Tidak mampu mengenali pada jarak 6 m
 Kerusakan nyata pada kedua bola mata
 Sering meraba – raba / tersandung waktu berjalan
 Mengalami kesulitan mengambil benda kecil didekatnya.
 Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh / bersisik/kering
 Pandangan hebat pada kedua bola mata
 Mata yang bergoyang terus

2. Tuna Rungu
Anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya
sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal dan walaupun
telah diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar masih tetap memerlukan
pelayanan pendidikan khusus.
Ciri-ciri anak tuna rungu:
 Secara nyata tidak mampu dengar
 Terlambat perkembangan bahasa
 Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
 Kurang/ tidak tanggap bila diajak bicara
 Ucapan kata tidak jelas
 Kualitas suara aneh /monoton

4
 Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
 Banyak perhatian terhadap getaran
 Keluar cairan nanah dari kedua telinga.

3. Tuna Grahita
Anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan
perkembangan mental intelektual jauh di bawah rata-rata sedemikian rupa
sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun
sosial, dan karenanya memerlukan layanan pendidikan khusus.
Ciri-ciri fisik dan penampilan anak:
 Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil / besar
 Tidak bisa mengurus diri sendiri sesuai usia
 Perkembangan bicara /bahasa terlambat
 Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan
kosong)
 Koordinasi gerakan kurang (gerakan serina tidak terkendali0
 Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler)
 Anak kembar sedunia (down syndrome)

4.Tuna Daksa
Anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak
(tulang,sendi,otot)sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan
khusus. jika mereka mengalami ganguan gerakan karena kelayuan pada fungsi
syaraf otak,mereka disebut Cerebral Palsy (CP).
Ciri-ciri Anak tuna Daksa:
 Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh
 Kesulitan dalm gerak (tidak sempurna,tidak lentur/tidak terkendali)
 Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih
kecil dari biasanya
 Terdapat cacat pada alat gerak
 Jari tangan kaku dan tidak dapat menggengam

5
 Kesulitan padasaat berdiri / berjalan /duduk dan menunjukkan sikap tubuh
tidak normal
 Hiperaktif/tidak dapat tenang

5. Lamban belajar
Lamban belajar atau slow leaner adalah anak yang memiliki potensi
intelektual sedikit dibawah normal tetapi belum termasuk tuna grahita biasanya
memiliki IQ sekitar 70 – 90. Biasanya dalam hal mengalami hambatan atau
keterlambatan berfikir, merespon rangsangan dan adaptasi social , tetapi masih
jauh lebih baik dibanding dengan tuna grahita, lebih lamban dari yang normal.
Mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk menyelesaikan
tugas-tugas akademik maupun non akademik, dan karenanya memerlukan
pelayanan pendidikan khusus.
Ciri – ciri anak lamban belajar:
 Rata – rata prestasi belajarnya selalu rendah ( kurang dari 6 )
 Dalam penyelesaian tugas–tugas akademik sering terlambat dibandingkan
dengan teman seusianya
 Daya tangkap terhadap pelajaran terlambat
 Pernah tidak naik kelas
6. Anak berkesulitan Belajar
Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah anak yang secara nyata
mengalami kesulitan dalam tugas – tugas akademik khusus terutama dalam
kemampuan membaca, menulis dan berhitung, atau anak dalam kesulitan pada
mata pelajaran tertentu yang diduga karena disebabkan factor disfungsi
neugologis dan bukan disebabkan factor intelegensi, yang sehingga anak tersebut
memerlukan pelayanan pendidikan khuusus.
Anak dalam kesulitan belajar dapat dikelompokkan dalam :

 Kesulitan belajar membaca / disleksia


 Kesulitan belajar menulis/ disgrafia
 Kesulitan belajar berhitung/ diskalkulia

6
 Sedang pada mata pelajaran lain mereka tidak mengalami kesulitan yang
berarti.

Ciri anak yang berkesulitan belajar membaca/disleksia:


 Perkembangan kemampuan membaca terlambat
 Kemampuan memahami isi bacaan rendah
 Kalau membaca sering terdapat kesalahan
Cirri anak yang mengalami kesulitan belajar menulis/disgrafia
 Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai
 Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan
5, 6 dengan 9 dsb
 Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca
 Tulisannya banyak salah/ terbalik/ada huruf yang hilang
 Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris
Cirri anak yang mengalami kesulitan belajar berhitung/diskalkulia
 Sulit membedakan tanda – tanda +, _, < , >, =
 Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan
 Sering salah membilang dengan urut
 Sering salah membedakan angka 9 dengan 6 17 dengan 71, 2 dengan 5 dsb
 Sulit membedakan bangun – bangun geometri

7. Anak cerdas istimewa dan bakat istimewa/ CIBI


Anak berbakat atau anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan
Luar biasa adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan/intelegensi , kreatifitas
dan tanggung jawab terhadap tugas ( task commitment ) diatas anak – anak
seusianya, sehingga untuk mewujudkan potensinya menjadi prestasi nyata
memerlukan pelayanan pendidikan khusus, anak berbakat sering juga disebut
sebagai “ gifted & talented.
Ciri – ciri anak berbakat:
 Bisa membaca pada usia lebih dini
 Membaca lebih cepat dan benar

7
 Memiliki perbendaharaan kata yang luas
 Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
 Memiliki minat yang luas, tanggap terhadap permasalahan orang dewasa
 Mempunyai inisiatif dan dapat bekerja sendiri
 Menunjukkan keaslian ( orisinl) dalam ungkapan verbal
 Member jawaban – jawaban yang baik
 Banyak memberikan gagasan – gagasan
 Luwes dalam berfikir
 Terbuka terhadap rangsangan dari lingkungan
 Memiliki pengamatan yang tajam
 Dapat berkonsentrasi dalam jangka waktu yang panjang terutama terhadap
tugas dan bidang yang diminati
 Berfikir kritis juga terhadap diri sendiri
 Senang mencoba dengan hal – hal yang baru
 Mempunyai daya abstraksi , konseptualitas dan sintesis yang tinggi
 Senang dan kegiatan intelektual dan pemecahan –pemecakan masalah
 Cepat menangkap hubungan sebab akibat
 Berperilaku terarah pada tujuan
 Mempunyai daya imajinasi yang kuat
 Mempunyai banyak kegemaran/hobi
 Mempunyai daya ingat yang kuat
 Tidak cepat puas dengan prestasinya
 Peka / sensitive serta menggunakan firasat / intuisi
 Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Karakteristik anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan
tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat
perkembangan sensorimotor, kognitif, kemampuan berbahasa, ketrampilan diri,
konsep diri, kemampuan berinteraksi sosial, serta kreativitasnya. Untuk
mengetahui secara jelas tentang karakteristik dari setiap siswa, guru terlebih
dahulu melakukan skrining atau asesmen agar mengetahui secara jelas mengenai
kompetensi diri peserta didik bersangkutan.Tujuannya agar saat memprogramkan
pembelajaran, sudah dipikirkan mengenai : intervensi pembelajaran yang
dianggap cocok. Asesmen di sini adalah kegiatan untuk mengetahui kemampuan
dan kelemahan setiap didik dalam segi perkembangan kognitif dan perkembangan
sosial, pengamatan yang sensitif.
Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan khusus, akan
memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntu memiliki kemampuan
berkaitan dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam
beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi kemarnpuan berpikir, melihat,
mendengar, berbicara, dan cara bersosialisasi. Hal-hal tersebut diarahkan pada
keberhasilan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu perubahan perilaku ke arah
pendewasaan. Kemampuan guru semacam itu merupakan kemahiran seorang guru
dalam menyelaraskan keberadaanya dengan kurikulum yang ada, kemudian
diramu menjadi sebuah program pembelajaran individual.

B. Saran
Kita sebagai calon pendidik harus tahu bagaimana cara mendidik anak sesuai
dengan minat bakat, karakter dan tentunya anak yang berkebutuhan khusus. Agar
kita lebih bijak dalam memberikan pelayanan khusus dalam menghadapi kasus
anak yang berkebutuhan khusus tersebut.

9
DAFTAR PUSTAKA
Delphie, B. (2006). Pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Bandung: Refika
Aditama.
Azwandi, Y. (2007). Media pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Iswari, M. (2007). Pendidikan Kecakapan Hidup Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus.

10

Anda mungkin juga menyukai