Anda di halaman 1dari 23

“KARAKTERISTIK DAN PRINSIP PENDIDIKAN ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran PAI

Dosen Pengampuh : Dina Khairiah, M. Pd.

DISUSUN OLEH :

Danda Gunawan Pardede Ikalia Rizki Rambe


2020100142 2020100194

Desi Rahmadani Hutagalung


2020100040

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY PADANGSIDIMPUAN
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
T.A. 2022/2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis capkan kehadirat Allah SWT. Tuhan
Yang Maha Esa, yang telah memberikan nikmat kepada kami selaku penulis berupa
kesehatan, kelapangan waktu, dan kesegaran pikiran sehingga penulis mampu
menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul ”Karakteristik dan Prinsip Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus”.
Tak lupa shalawat bertangkaikan salam penulis hadiahkan kepada junjungan
alam, Nabi Muhammad SAW. selaku „Uswatun Hasanah‟, suri taudalan yang baik bagi
kita semua. Semoga kita termasuk umat beliau yang mendapatkan syafaatnya di akhirat
kelak.
Kemudian ucapan terimakasih kepada ibu Dina Khairiah, M. Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah „Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus‟ yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan makalah ini. Tak
lupa penulis juga menuturkan terimakasih kepada seluruh pihak terkhusus teman-teman
yang telah berjasa dalam membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu.
Penulis mengakui bahwa makalah ini belum sempurna karena penulis hanya
mengutip dari beberapa sumber yang terbatas dan waktu penulisan makalah ini juga
terbatas sehingga mungkin dalam makalah ini terdapat poin-poin yang belum dibahas
secara rinci dan mendalam. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik, komentar serta
saran yang membangun dari para pembaca agar penulis mampu memperbaiki makalah
ini dikemudian hari.
Demikian pengantar yang dapat penulis haturkan, atas perhatian dan kerjasama
para pembaca, penulis sampaikan terimakasih.

Padangsidimpuan, 15 maret 2023

Penulis,

Kelompok I

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus .......................................... 2
B. Karakteristik Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus ...................................... 4
C. Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus ................................... 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 17
B. Saran ......................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) tumbuh dan berkembang dengan
berbagai perbedaan dengan anak-anak pada umumnya. Istilah anak-anak dengan
kebutuhan khusus tidak mengacu pada sebutan untuk anak-anak penyandang cacat,
tetapi mengacu pada layanan khusus yang dibutuhkan anak-anak dengan kebutuhan
khusus. Ada berbagai jenis kategori dalam lingkup jangka waktu anak-anak dengan
kebutuhan khusus. Dalam konteks pendidikan khusus di Indonesia, anak-anak
dengan kebutuhan khusus dikategorikan dalam hal anak-anak tunanetra, anak-anak
tuna rungu, anak-anak dengan kecacatan intelektual, anak-anak penyandang cacat
motorik, anak-anak dengan gangguan emosi sosial, dan anak-anak dengan bakat
cerdas dan khusus. Setiap anak dengan kebutuhan khusus memiliki karakteristik
berbeda dari satu ke yang lain. Selain itu, setiap anak dengan kebutuhan khusus juga
membutuhkan layanan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan
karakteristik mereka. Penting untuk melaksanakan kegiatan identifikasi dan
penilaian untuk mengidentifikasi karakteristik dan kebutuhan mereka. Hal ini
dianggap penting untuk mendapatkan layanan yang tepat sesuai dengan
karakteristik, kebutuhan dan kemampuannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan anak Berkebutuhan Khusus?
2. Apa Saja Karakteristik Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus?
3. Bagaimana Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
2. Mampu Mengetahui Karakteristik Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
3. Mampu Memahami Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Dalam pembahasan ini terdapat dua kalimat yang menjadi pokok bahasan
yaitu penddikan dan anak berkebutuhan khusus. Berikut pemakalah akan
menjelaskan satu persatu pengertian dari pendidikan dan anak berkebutuhan khusus.
1. Pendidikan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
menyatakan bahwa pendidikan adalah “upaya sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan belajar bagi peserta didik agar secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk kekuatan spiritual keagamaan, disiplin
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia. dan keterampilan yang dibutuhkan
dirinya dan masyarakat Pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah kata pendidikan berasal dari kata “pendidikan” dan diberi akhiran “pe”
dan akhiran “an”, jadi kata ini mempunyai arti suatu metode, jalan atau tindakan
yang membimbing, dapat didefinisikan bahwa pendidikan adalah suatu cara
untuk merubah etika dan perilaku seseorang atau masyarakat untuk mewujudkan
kemandirian menuju manusia yang dewasa atau dewasa melalui pendidikan,
pembelajaran, penyuluhan dan pelatihan. Artinya pendidikan adalah segala
pengetahuan tentang belajar yang diperoleh selama seumur hidup yang terjadi di
semua tempat dan dalam segala situasi yang secara positif mempengaruhi
pertumbuhan setiap individu. Mengajar dalam arti luas juga merupakan proses
mengajar, dan belajar dapat berlangsung di lingkungan manapun dan kapanpun.
Pengertian pendidikan secara harfiah adalah pengajaran kepada anak
didik oleh seorang guru, dan bersama anak-anak, orang dewasa diharapkan dapat
menjadi teladan, belajar, membimbing dan meningkatkan akhlak dan moral,
serta mengkaji ilmu pengetahuan setiap individu. Pendidikan yang diberikan
kepada peserta didik bukan hanya pendidikan formal yang dilakukan oleh yang
berkuasa, tetapi dalam hal ini kegiatan keluarga dan masyarakat sangat penting

2
dan menjadi tempat pendidikan yang dapat menghasilkan dan mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman.1
2. Anak Berkebutuhan Khusus
Fenomena perkembangan anak yang akhir-akhir ini telah membuka mata
kita bahwa masih banyak ketidakpastian tentang status dan tempat mereka.
Kemudian banyak istilah yang disisipkan yang akhirnya membingungkan
pikiran kita tentang arti dari istilah-istilah tersebut. Karena perbedaan
terminologi dan juga kekhususannya, anak ini membutuhkan pendekatan yang
berbeda dari anak biasa, yang kita sebut anak berkebutuhan khusus atau
pendidik khusus. Anak berkebutuhan khusus merupakan subset atau kelompok
anak yang memiliki karakteristik khusus dibandingkan dengan anak normal
lainnya. Anak-anak berkebutuhan khusus umumnya dianggap dalam masyarakat
sebagai anak yang berbeda dari teman sebayanya. Anak berkebutuhan khusus
dapat diartikan sebagai anak yang tergolong cacat, atau juga sebagai anak yang
memiliki kecerdasan atau kemampuan khusus.2
Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang memiliki kelainan
fisik, mental, tingkah laku (behavioral) atau inderanya memiliki kelainan yang
sedemikian rupa sehingga untuk mengembangkan secara maksimum
kemampuannya (capacity) membutuhkan pendidikan luar biasa yang beda dari
anak kebanyakan. Mereka pada dasarnya memiliki hak yang sama dengan anak
normal untuk dapat tumbuh dan berkembang ditengah lingkungan keluarga,
maka sekolah luar biasa sebagai salah satu wadah bagi pembinaan anak
berkebutuhan khusus harus dikemas dan dirancang sedemikian rupa sehingga
program dan layanannya dekat dengan lingkungan anak berkebutuhan khusus.3
Siapakah siswa berkebutuhan khusus itu? Sesuai arti kata “ekceptional”
anak luar biasa adalah orang-orang yang memiliki karakteristik dan ciri-ciri fisik
yang berbeda daripada individu pada biasanya yang dipandang normal oleh

1
Desi Pristiwanti et al., “Pengertian Pendidikan,” Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK) 4,
no. 6 (December 2, 2022), hlm. 7912.
2
Ridwan, Indra Bangsawan, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (Jambi: Anugerah
Pratama Press, 2021), http://repository.uinjambi.ac.id/9218/. Hlm. 1
3
Ibid,hlm. 2.

3
masyarakat. Secara lebbih khusus anak luar biasa baisanya menunjukkan ciri
khas seperti fisik, intelektual, dan emosional yang lebih rendah atau lebih rendah
dari anak normal biasanya dengan kata lain berbeda dengan standar orang
normal.4
Pendidikan kebutuhan khusus (special needs education) adalah disiplin ilmu
yang membahas tentang layanan pendidikan yang disesuaikan bagi
semua anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan pekembangan akibat
dari kebutuhan khusus tertertu baik yang bersifat temporer maupun yang besifat
permanen.
B. Karakteristik Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Sebelum mengetahui karakteristik dari anak berkebutuhan khusus pemakalah
memaparkan jenis-jenis dari anak berkebutuhan khusus sehingga nantinya dapat
mengetahui satu per satu karakteristik dari anak berkebutuhan khusus tersebut.
Adapun jenis-jenis anak berkebutuhan khusus ialah;
1. Tunanetra (Gangguan pada penglihatan).
2. Tunarungu (Gangguan pada pendengaran).
3. Tunagrahita ( Gangguan pada mental).
4. Tunalaras (Gangguan pada interaksi sosial).
5. Anak Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (CIBI).
6. Tunadaksa (kelainan atau kecacatan yang ada pada sistem tulang, otot, tulang
dan persendian).
7. Autisme (Gangguan pada perkembangan neurobiologis yang kompleks dan
berlangsung sepanjang hidup seseorang).
8. Tunawicara ( Gangguan pembicaraan).5
ABK adalah mereka yang memiliki perbedaan dengan rata-rata anak
seusianya atau anak-anak pada umumnya. Perbedaan yang dialami ABK ini terjadi
pada beberapa hal, yaitu proses pertumbuhan dan perkembangannya yang

4
Syamsul Bachri thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif,
(Jakarta:Kencana Prenadamedia Grub), 2010, hlm. 245
5
Asyharinur Ayuning, dkk., Konsep Dasar Anak Berkebutuhan Khusus, Jurnal Pendidikan dan
Sains, Volume 2, Nomor 1, Januari 2022, hlm. 29-39

4
mengalami kelainan atau penyimpangan baik secara fisik, mental, intelektual, sosial
maupun emosional. Berikut ini karakteristik dari anak berkebutuhan khusus:
1. Tunanetra
Istilah anak tunanetra secara mendasar dapat diartikan sebagai anak-anak
yang mengalami gangguan pada fungsi penglihatan. Kita perlu mendefinisikan
ketunanetraan berdasarkan fungsi atau kemampuan penglihatan yang tersisa. Hal
ini bertujuan untuk membantu mempermudah dalam penyediaan layanan baik
dalam bentuk akademik maupun layanan tambahan sebagai keterampilan
pendamping. Dengan mendefinisikan ketunanetraan sesuai dengan tingkatan
fungsi penglihatan, maka kita tidak akan mengartikan secara mendasar bahwa
anak tunanetra adalah anak yang mengalami kebutaan.6
Adapun karakteristik anak yang mengalami gangguan penglihatan ialah
sebagai berikut:
a. Karaktristik Akademik
Dampak ketunanetraan tidak hanya terhadap perkembangan kognitif,
namun juga berpengaruh pada perkembangan keterampilan akademis,
khususnya dalam bidang membaca dan menulis. Arakteristik akademik
terbagi menjadi dua yaitu:
1) Karakteristik Sosial dan Emosional
Sebagai akibat dari ketunanetraannnya yang berpengaruh pada
keterampilan sosial, siswa tunanetra harus mendapat pembelajaran yang
langsung dan sistematis dalam bidang 11 pengembangan persahabatan,
bagaimana menjaga kontak mata atau orientasi wajah, penampilan postur
tubuh, menggerakan tubuh dan ekspresi wajah secara benar,
mengekspresikan perasaan, menyampaikan pesan yang tepat saat
komunikasi, serta menggunakan alat bantu yang tepat.
2) Karakteristik perilaku
Pada dasarnya ketunanetraan tidak menimbulkan penyimpangan
perilaku, meskipun demikian hal tersebut berpengaruh pada perilakunya.

6
Khairunnisa, dkk., Karakteristik Dan Kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus, ABADIMAS
ADI BUANA Volume 02. NO. 1, JULI 2018, hlm. 34

5
Siswa tunanetra kadangkadang sering kurang memperhatikan kebutuhan
sehariharinya, sehingga ada kecenderungan orang lain untuk
membantunya.7
2. Tunarungu
Tunarungu berasal dari kata : “ Tuna dan Rungu”. Tuna artinya kurang
sedangkan rungu artinya pendengaran. Sesorang dikatakan tunarungu apabila ia
tidak dapat mendengar. Dari istilah ini maka dapat dikatakan suatu gangguan
atau hambatan pendengaran pada individu sehingga mnggangu aktivitas sehari-
hari, oleh karena itu diperlukan suatu layanan khusus.
Bagi anak tunarungu yang tidak disertai oleh kelainan lain, dia memiliki
inteligensi yang normal. Dalam Pertumbuhan dan perkembangan kognitif
penderita tuna rungu mengalami hambatan apabila dibandingkan dengan
individu yang normal. Hal-hal yang berhubungan dengan tugas mereka biasanya
kuranag efisien atau terlaksana dengan baik.8
Adapun karaktristik anak yang memiliki ganggua tunarungu ialah
a. Karakteristik dari segi intelegensi
Anak tunarungu mengalami hambatan dari segi pendengarannya,
namun mereka memiliki intelegensi sama dengan anak normal lainnya, yaitu
ada yang memiliki intelegensi diatas rata-rata, normal dan dibawah rata-rata.
Anak tunarungu mengalami hambatan dalam perkembangan intelegensi. Hal
ini disebabkan oleh tidak atau kurangnya kemampuan berbahasa dan bicara
mereka terhambat yang akan mengakibatkan kegagalan berkomunikasi
dengan lingkungan.
b. Karakteristik dari segi emosi
1) Memiliki sifat egois yang tinggi
2) Phobia ta terhadap lingkungan luas
3) Terikat dengan orang lain
4) Cenderung bersifat polos
5) Rentan marah

7
Op.chit, hlm. 31
8
Abdu Ahmadi, widodo Supriono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta), 2013, hlm. 61

6
c. Karakteristik dari segi bahasa bicara
1) Sulit untuk berkomunikasi
2) Cenderung berkomunikasi dengan menggunakan gerak tubuh (isyarat)9
3. Tunagrahita
Kondisi terlambat dan terbatasnya perkembangan kecerdasan seseorang
sedemikian rupa jika dibandingkan dengan rata-rata atau anak pada umumnya
disertai dengan keterbatasan dalam perilaku penyesuaian. Kondisi ini
berlangsung pada masa perkembangan.
Adapun karakteristik dari tunagrahita terbagi menjadi dua kelompok
yaitu umum dan khusus;
a. Tunagrahita Umum
1) Akademik
Kapasitas belajar anak tunagrahita sangat terbatas, lebih-lebih
kapasitasnya mengenai hal-hal yang abstrak. Mereka lebih banyak
belajar dengan membeo (rote learning) dari pada dengan pengertian.
Dari hari ke hari mereka membuat kesalahan yang sama. Mereka
cenderung menghindar dari perbuatan berpikir. Mereka mengalami
kesukaran memusatkan perhatian, dan lapang minatnya sedikit. Mereka
juga cenderung cepat lupa, sukar membuat kreasi baru, serta rentang
perhatiannya pendek.
2) Sosial/emosional
Dalam pergaulan, anak tunagrahita tidak dapat mengurus diri,
memelihara dan memimpin diri. Ketika masih muda mereka harus
dibantu terus karena mereka mudah terperosok ke dalam tingkah laku
yang kurang baik. Mereka cenderung bergaul atau bermain bersama
dengan anak yang lebih muda darinya.
3) Fisik/kesehatan
Baik struktur maupun fungsi tubuh pada umumnya anak
tunagrahita kurang dari anak normal. Mereka baru dapat berjalan dan

9
Halfi Rahmi, “Meningkatkan Kemampuan Pengoperasian Perkalian Melalui Metode
Horizontal Bagi Anak Tunarungu”, Volume 1 Nomor 2 Mei 2012, hlm. 116.

7
berbicara pada usia yang lebih tua dari anak normal. Sikap dan
gerakannya kurang indah, bahkan diantaranya banyak yang mengalami
cacat bicara. Pendengaran dan penglihatannya banyak yang kurang
sempurna. Kelainan ini bukan pada organ tetapi pada pusat pengolahan
di otak sehingga mereka melihat, tetapi tidak memahami apa yang
dilihatnya, mendengar, tetapi tidak memahami apa yang didengarnya. 10
4. Tunalaras
Istilah resmi “tunalaras” baru dikenal dalam dunia Pendidikan Luar
Biasa (PLB). Istilah tunalaras berasal dari kata “tuna” yang berarti kurang dan
“laras” berarti sesuai. Jadi, anak tunalaras berarti anak yang bertingkah laku
kurang sesuai dengan lingkungan. Perilakunya sering bertentangan dengan
norma-norma yang terdapat di dalam masyarakat tempat ia berada.
Adapun karakteristik gangguan pada tunalaras ialah:

a. Karakteristik Akademik
Kelainan perilaku akan mengakibatkan adanya penyesuaian sosial dan
sekolah yang buruk.
b. Karakteristik Sosial/Emosional
1) Karakteristik sosial
a) Masalah yang menimbulkan gangguan bagi orang lain, dengan ciriciri:
perilaku tidak diterima oleh masyarakat dan biasanya melanggar norma
budaya, dan perilaku melanggar aturan keluarga, sekolah, dan rumah
tangga.
b) Perilaku tersebut ditandai dengan tindakan agresif, yaitu tidak
mengikuti aturan, bersifat mengganggu, mempunyai sikap
membangkang atau menentang, dan tidak dapat bekerja sama. 3)
Melakukan kejahatan remaja, seperti telah melanggar hukum.
2) Karakteristik emosional

10
Rochyadi, Karakteristik dan Pendidikan Anak Tunagrahita, Pengantar Pendidikan Luar Biasa,
MODUL 1 (upi.edu) hlm. 19-21

8
a) Adanya hal-hal yang menimbulkan penderitaan bagi anak, seperti
tekanan batin dan rasa cemas.
b) Adanya rasa gelisah, seperti rasa malu, rendah diri, ketakutan, dan
sangat sensitif atau perasa.
c. Karakteristik Fisik/Kesehatan
Karakteristik fisik/kesehatan anak tunalaras ditandai dengan adanya
gangguan makan, gangguan tidur, dan gangguan gerakan (Tik). Sering kali
anak merasakan ada sesuatu yang tidak beres pada jasmaninya, ia mudah
mendapat kecelakaan, merasa cemas terhadap kesehatannya, merasa
seolaholah sakit. Kelainan lain yang berwujud kelainan fisik, seperti gagap,
buang air tidak terkendali, sering mengompol, dan jorok.11
5. Anak Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (CIBI).
Siswa CIBI (cerdas istimewa dan berbakat istimewa) yang sering
dikenal sebagai siswa Gifted, tergolong siswa yang memiliki kebutuhan
khusus. Berdasarkan hal ini, siswa CIBI membutuhkan perlakuan dan
penanganan khusus dalam dunia pendidikan. Beberapa alasan siswa CIBI
merupakan siswa dengan kebutuhan khusus, yaitu tingkat kecerdasan yang di
atas rata-rata, daya pikir kreativitas yang besar serta komitmen terhadap
tugas dan memiliki motivasi yang tinggi untuk meraih prestasi. Sedangkan
ciri-ciri kepribadiannya, antara lain, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
menyukai tantangan, tidak mudah puas serta ulet dalam berusaha.

Karakteristik siswa CIBI

a. Pada umumnya mereka memberikan reaksi setelah muncul pertanyaan.


Tetapi ada 1-2 guru yang terkesan mengikuti dengan pendapat yang telah
diutarakan guru lain dan tidak menambahkan jawabannya.
b. Semuanya menjawab sesuai dengan pertanyaan dan mengutarakan
jawaban sesuai dengan apa yang dimaksud.

11
Astati, Karakteristik dan Pendidikan Anak Tunadaksa dan Tunalaras, Pengantar Pendidikan
Luar Biasa, http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194808011974032-
ASTATI/Karakteristik_Pend_ATD-ATL.pdf, hlm. 31-32

9
c. Umumnya mereka mengetahui bahwa anak-anak dikelas akselerasi
mempunyai potensi lebih dalam kecerdasan dibandingkan dengan
anak-anak kelas reguler. Menurut mereka perlu adanya perhatian khusus
kepada anak-anak tersebut tetapi hanya sebatas pada kurikulum saja bukan
pada hal lain. Eksklusifitas yang diberikan oleh sekolah menurut
mereka dapat menimbulkan kecemburuan sosial dari anak-anak
dikelas reguler. Dari pendapat mereka, nampaknya mereka sudah
memahami bahwa anak-anak di kelas akselerasi cenderung cepat bosan jika
belajar seperti anak-anak dikelas reguler.
d. Mereka cukup jelas dalam mengeluarkan pendapat dan cenderung sesuai
dengan konteks.12
6. Tunadaksa
Pengertian tuna daksa secara etimologis, yaitu seseorang yang
mengalami kesulitan mengoptimalkan fungsi anggota tubuh sebagai akibat dari
luka, penyakit, pertumbuhan yang salah perlakuan, dan akibatnya kemampuan
untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh tertentu mengalami penurunan. Tuna
daksa dapat didefinisikan sebagai bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem
otot, tulang, persendian dan saraf yang disebabkan oleh penyakit, virus, dan
kecelakaan baik yang terjadi sebelum lahir, saat lahir dan sesudah kelahiran.
karakteristik tuna daksa meliputi
a. Karakteristik akademik, penyandang tuna daksa yang mengalami kelainan
pada sistem otot dan rangka adalah normal sehingga dapat mengikuti
pelajaran sama dengan individu normal, sedangkan penyandang tunadaksa
yang mengalami kelainan pada sistem cerebral, tingkat kecerdasannya
berentang mulai dari tingkat idiocy sampai dengan gifted.
b. Karakteristik Sosial atau emosional, karakteristik sosial atau emosional
penyandang tunadaksa bermula dari konsep diri individu yang merasa
dirinya cacat, tidak berguna, dan menjadi beban orang lain yang
12
Dwi Kencana Wulan, Peran Pemahaman Karakteristik Siswa Cerdas Istimewa Berbakat
Istimewa (Cibi) Dalam Merencanakan Proses Belajar Yang Efektif Dan Sesuai Kebutuhan Siswa,
Humaniora, Volume 2 No. 1 April 2011, hlm. 273

10
mengakibatkan mereka malas belajar, bermain dan membentuk perilaku
yang salah. Kehadiran individu cacat yang tidak diterima oleh orang tua dan
disingkirkan dari masyarakat akan merusak perkembangan pribadi seseorang
jasmani yang tidak dapat dilakukan oleh penyandang tunadaksa dapat
mengakibatkan timbulnya masalah emosi, seperti mudah tersinggung, mudah
marah, rendah diri, kurang dapat bergaul, pemalu, menyendiri, dan frustrasi.
c. Karakteristik Fisik atau Kesehatan, karakteristik fisik atau kesehatan
penyandang tunadaksa biasanya selain mengalami cacat tubuh adalah
kecenderungan mengalami gangguan lain, seperti sakit gigi, berkurangnya
daya pendengaran, penglihatan, dan gangguan bicara. Kelainan tambahan itu
banyak ditemukan pada penyandang tuna daksa sistem cerebral.13
7. Autisme
Autisme adalah kelainan perkembangan yang secara signifikan
berpengaruh terhadap komunikasi verbal, nonverbal serta interaksi sosial, yang
berpengaruh terhadap keberhasilannya dalam belajar. Karakter lain yang
menyertai autis yaitu melakukan kegiatan berulang–ulang dan gerakan
stereotype, penolakan terhadap perubahan lingkungan dan memberikan respon
yang tidak semestinya terhadap pengalaman sensori. Autis dapat diartikan pula
sebagai gangguan perkembangan komunikasi, kognitif, perilaku, kemampuan
sosialisasi, sensoris, dan belajar). Beberapa diantara anak autis menunjukkan
sikap antisosial, gangguan perilaku dan hambatan motorik kasar.
Karakteristik Siswa Autisme
Banyak bayi-bayi autistik telah menunjukkan beda sejak lahir. Dua
karakteristik yang umum terlihat pada mereka adalah kecenderungannya untuk
melengkungkan punggungya ke belakang menjauhi pengasuhnya atau yang
merawatnya, untuk menghindari kontak fisik. Mereka umumnya digambarkan
sebagai bayi-bayi yang pasif atau kelewat gaduh (overlay agitated). Bayi yang
pasif adalah mereka yang kebanyakan diam sepanjang waktu dan tidak banyak

13
Melda Pratiwi, Hartosujono, Resiliensi Pada Penyandang Tuna Daksa Non Bawaan, Jurnal
SPIRITS, Volume 5, No.1, November 2014, hlm 51

11
tuntutan pada orangtuanya. Sedangkan bayi yang gaduh adalah yang hampir
selalu menangis tidak ada hentinya pada waktu terjaga.
Salah satu karakterisitk yang paling umum pada anak-anak autistik
adalah perilaku yang perseverative, kehendak yang kaku untuk melakukan atau
berada dalam keadaan yang sama terus menerus. Apabila seseorang berusaha
untuk mengubah aktivitasnya, meskipun kecil saja, atau bilamana anak-anak ini
merasa terganggu perilaku ritualnya, mereka akan marah sekali (tantrum).
Sebagian dari individu yang autistik ada kalanya dapat mengalami kesulitan
dalam masa transisinya ke pubertas karena perubahanperubahan hormonal yang
terjadi; masalah gangguan perilaku bisa menjadi lebih sering dan lebih berat
pada periode ini. Namun demikian, masih banyak juga anakanak autistik yang
melewati masa pubertasnya dengan tenang.14
8. Tunawicara
Tuna wicara atau disabilitas wicara adalah individu yang mengalami
kesulitan atau hambatan dalam komunikasi verbal sehingga mengalami kesulitan
dalam berkomunikasi. Hal ini mungkin disebabkan oleh tidak adanya atau
disfungsi organ bicara, seperti rongga mulut, lidah, langit-langit mulut seperti
rongga mulut dan pita suara, selain tidak adanya atau disfungsi organ
pendengaran, mengakibatkan keterlambatan perkembangan bahasa.
Karakteristik Tuna Wicara
Heri Purwanto, ciri anak tuna wicara adalah ciri bahasa dan tutur. Pada
umumnya anak dengan kelainan mengalami keterlambatan perkembangan
bahasa dan bicara dibandingkan dengan perkembangan normal anak,
Kemampuan kecerdasan tidak berbeda dengan anak normal, hanya skor IQ
verbal mereka yang akan menyamai IQ kinerjanya, Penyesuaian emosi, sosial
dan perilaku. Dalam mencapai interaksi sosial dimasyarakat, banyak tentang
komunikasi verbal yang membuat gangguan bicara mengalami kesulitan dalam
adaptasi sosial. Akibat gangguan bicara pada tuntutan anak. Gangguan sendi
tidak menimbulkan akibat negatif sebaliknya gangguan bahasa akan
14
Septy Nurfadhillah, dkk., Analisis Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus (Autisme) Di
Sekolah Inklusi Sdn Cipondoh 3 Kota, BINTANG : Jurnal Pendidikan dan Sains, Volume 3, Nomor 3,
Desember 2021, hlm. 462

12
mempengaruhi pendidikan dan hubungan interpersonal. Berikut beberapa
gangguan yang diderita ; Kapasitas konseptual dan keberhasilan akademi,
Keterlambatan perkembangan bahasa dan afasia akan mempengaruhi
perkembangan pendidikan dan kognitif, karena perkembangan dan kognitif
sangat bergantung pada pemahaman dan bahasa. Kelainan artikulasi dan
fluiditas tidak menunjukkan efek buruk pada perkembangan pendidikan dan
kognitif. Faktor pribadi dan sosial, Gangguan artikulasi dan suara memiliki
konsekuensi negatif pada hubungan interpersonal dan pengembangan konsep
diri pada anak. Pandangan, ekspresi dan orang lain saat berkomunikasi dapat ,
menyebabkan rendahnya harga diri, merasa terasing, tidak berani berbicara
didepan umum dan menimbulkan kecemasan pada anak tuna wicara.15
C. Prinsip-prinsip Pendidikan Anak berkebutuhan Khusus
Didalam mendidik anak berkebutuhan khusus diperlukan yang namanya
prinsip agar pendidikan terhadap ABK terlaksana sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Adapun penanaman prinsip seorang pendidik terhadap peserta didiknya
ialah;
1. Prinsip Kasih Sayang
2. Prinsip Layanan Individual
3. Prinsip Kesiapan
4. Prinsip Keperagaan
5. Prinsip motivasi
6. Prinsip belajar dan Berkerja Kelompok
7. Prinsip Keterampilan
8. Prinsip Penanaman dan Penyempurnaan Sikap
Berikut pemakalah akan menjelaskan satu persatu dari prinsip pendidikan
anak berkebutuhan khusus:
1. Prinsip Kasih Sayang
Prinsip kasih sayang dalam dunia pendidikan anak berkebutuhan
khusus, berarti bahwa:

15
Fandi Akhmad, dkk., Karakteristik Dan Model Bimbingan Atau Pendidikan Islam Bagi Abk
Tuna Wicara, Jurnal Pendidikan dan Sains, Volume 1, Nomor 3, November 202, hlm. 160

13
a. Lembaga pendidikan dan pendidik sangat mengetahui dan sadar bahwa anak
berkebutuhan khusus sama seperti individu-individu pada umumnya yang
memiliki sifat dan kepribadian tertentu;
b. Dengan berlandaskan pemahaman terhadap sifat dan kepribadian anak
berkebutuhan khusus ini, pendidik merancang dan melaksanakan
pendidikan bagi mereka;
c. Dengan didorong rasa simpati dan kepercayaan anak berkebutuhan khusus,
maka timbul kharisma dan ketaatan pada pendidik;
d. Dengan dipicu kharismanya, pendidik berusaha mempengaruhi anak
berkebutuhan khusus ke arah tujuan pendidikan yang telah pula ditentukan
berdasarkan pemahaman terhadap kebutuhan dan karakteristik
keberkebutuhan anak. Pendidik yang karismatik pastinya akan lebih
berhasil dari pada pendidik yang kurang karismatik.
Kasih sayang ialah pola hubungan unik di antara dua orang insan atau
lebih. Pola hubungan ini ditandai oleh adanya perasaan kasih sayang, saling
mengasihi, saling mencintai, saling memperhatikan dan saling memberi.
Dengan itu, maka dapat dipastikan bahwa, kasih sayang merupakan kebutuhan
asasi manusia, sehingga akan mempengaruhi kehidupannya. Kasih sayang
(kasih sayang pendidik terhadap peserta didiknya yang berkebutuhan khusus)
akan didasari oleh ketentuan dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan anak
berkebutuhan khusus karena tanpa adaanya kasih sayang atau saling memahami
antara pendidik dengan yang didik, tidak mungkin akan terjadi interaksi, serta
tidak mungkin akan terjadi proses belajar mengajar yang baik efisien dan
efektif.16
2. Prinsip Layanan Individual
Setiap anak memiliki kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda karena itu
pendidikan harus diusahakan untuk menyesuaikan dengan kondisi anak.17 Maka

16
Sambira, Kasih Sayang Sebagai Asas Metologis Kegiatan Penyelenggaraan Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus, Spesial and Inclusive Education Journal, Volume 2 no. 1 April 2021, hlm. 58-59
17
Lilik Maftuhatin, Evaluasi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (Abk) Di Kelas Inklusif
Di Sd Plus Darul „Ulum Jombang, Religi: Jurnal Studi Islam, Volume 5, Nomor 2 Oktober 2014, hlm.
210

14
dari itu seorang guru harus memberikan stimulus secara mendalam kepeda
individu perorangan agar tujuan pembelajaran dapat berjalan dengan lancaar.
3. Prinsip Kesiapan
Maksud dari prinsip kesiapan ialah seorang pendidik harus benar-benar
siap dalam menjalankan tanggung jawabnya untuk mendidik anak-anak yang
luar biasa atau ABK karena kesiapan yang matang sangat dibutuhkan dalam
mendidik ABK.
4. Prinsip Keperagaan
Anak berkebutuhan khusus ada yang memiliki kecerdasan dibawah rata-
rata. Keadaan ini berakibat anak mengalami kesulitan dalam menangkap
informasi, ia memiliki keterbatasan daya tangkap pada hal-hal yang kongkret ,
ia mengalami kesulitan dalam menangkap hal-hal yang abstrak. Untuk itu, guru
dalam membelajarkan anak hendaknya menggunakan alat peraga yang memadai
agar anak terbantu dalam menangkap pesan. Alat-alat peraga hendaknya
disesuaikan dengan bahan, suasana, dan perkembangan anak.
5. Prinsip Motivasi
Seorang guru hendaknya memberikan motivasi yang mendorong peserta
didiknya untuk mau belajar dan menuruti perintah yang disampaikan agar
nantinya menjadi dorongan kepada pesrta didik untuk terus belajar dan
menjadikan suasana belajar yang menyenangkan. Guru harus senantiasa
memberikan motivasi kepada anak agar tetap memilliki gairah dan semangat
yang tinggi dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu, dalam
pemberian motivasi harus lebih sering guru lakukan karena masing-masing anak
memilii tingkatan masalah yang berbeda-beda.

6. Prinsip Belajar dan Bekerja Kelompok


Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus banyak memberikan
kesempatan kepada anak untuk melakukan sendiri praktik atau percobaan atau
menemukan seuatu melalui pengamatan, penelitian, dan sebagainya. Dengan
demikian, anak tersebut mampu berkembang sendiri. Jangan sampai guru justru
membuat muridnya menjadi anak yang tergantung dengan orang lain yang hanya
karena ketidaksempurnaan yang ada dalam dirinya tersebut. Biarkan mereka

15
melakukan sesuatu yang dapat mengembangkan dirinya dan ini sungguh sangat
efektif bagi proses pendidikan anak tersebut, termasuk juga untuk melatih anak-
anak tersebut agar dapat menghadapi dan mengatasi setiap masalah yang
mungkin akan sering mereka jumpai. Kemudian mengajarkan peserta didik
untuk memulai dengan bekerja sama dengan kawannya yang mana tujuannya
agar antar individu terjalin hubungan sosial yang baik.
Prinsip belajar dan bekerja kelompok merupakan salah satu dasar
mendidik anak berkebutuhan khusus agar anak itu bisa bersosialisasi dengan
lingkungannya. Oleh karena itu, anak tunarungu memiliki sifat egosentris karena
tidak menghayati perasaan, dan sifat agresif dan destruktif pada anak tunalaras
perlu diminimalisir melalui belajar dan bekerja kelompok.18
7. Prinsip Keterampilan
Prinsip ini menekankan pada pendidikan keterampilan yang
berfungsiselektif, edukatif, rekreatif, terapi, dan sebagai bekal dikehidupannya
kelak.Selektif artinya untuk mengarahkan minat, bakat, ketrampilan dan
perasaananak berkelainan secara tepat guna. Edukatif berarti membimbing
anakberkelainan untuk berpikir logis, berperasaan halus dan kemampuan
untukbekerja. Rekreatif berarti unsur kegiatan yang diperagakan
sangatmenyenangkan bagi anak berkebutuhan khusus. Terapi berarti
aktivitasketrampilan yang diberikan dapat menjadi salah satu sarana
habilitasiakibat kelainan atau ketunaan yang disandangnya.
8. Prinsip Penanaman dan Penyempurnaan Sikap
Kondisi fisik dan psikis anak berkebutuhan khusus memang kurang
baiksehingga perlu diupayakan agar mereka mempunyai sikap yang baik
sertatidak selalu menjadi perhatian orang lain.Pada buku ini akan dibahas
mengenai dua bentuk layanan pembelajaranpada anak berkebutuhan khusus
yaitu pendidikan inklusi dan Homeschooling.

18
Frans Laka Lazar, Pentingnya Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus, Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 12, No 2 Juli 2020, hlm. 110

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan kebutuhan khusus (special needs education) adalah disiplin ilmu
yang membahas tentang layanan pendidikan yang disesuaikan bagi semua anak yang
mengalami hambatan belajar dan hambatan pekembangan akibat dari
kebutuhan khusus tertertu baik yang bersifat temporer maupun yang besifat
permanen.
Adapun jenis-jenis anak berkebutuhan khusus ialah;
1. Tunanetra (Gangguan pada penglihatan).
2. Tunarungu (Gangguan pada pendengaran).
3. Tunagrahita ( Gangguan pada mental).
4. Tunalaras (Gangguan pada interaksi sosial).
5. Anak Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (CIBI).
6. Tunadaksa (kelainan atau kecacatan yang ada pada sistem tulang, otot, tulang
dan persendian).
7. Autisme (Gangguan pada perkembangan neurobiologis yang kompleks dan
berlangsung sepanjang hidup seseorang).
8. Tunawicara ( Gangguan pembicaraan).
Didalam mendidik anak berkebutuhan khusus diperlukan yang namanya
prinsip agar pendidikan terhadap ABK terlaksana sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Adapun penanaman prinsip seorang pendidik terhadap peserta didiknya
ialah;
1. Prinsip Kasih Sayang
2. Prinsip Layanan Individual
3. Prinsip Kesiapan
4. Prinsip Keperagaan
5. Prinsip motivasi
6. Prinsip belajar dan Berkerja Kelompok
7. Prinsip Keterampilan
8. Prinsip Penanaman dan Penyempurnaan Sikap

17
B. Saran
Kita semua mengetahui bahwasahnya manusia tidak luput dari sifat khilaf
dan dosa, maka untuk itu penulis meminta maaf jika di dalam makalah ini terdapat
salah atau kaidah penulisan yang kurang tepat. Oleh karena itu tim penulis makalah
sangat mengharapkan adanya saran atau feedback yang membangun agar penulisan
makalah selanjutnya dapat lebih konsisten dan lebih baik. Dan tidak lupa pula kami
sebagai pemakalah dari kami sangat mengharapkan kritikan yang membangun dari
dosen pengampuh kami guna untuk lebih membantu kami demi kemajuan dan
keluasan ilmu pengetahuan terutama pengetahuan tentang Pembelajaran Anak
Berkebutuhan Khusus. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
terutama kepada pembaca.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abdu, widodo, Supriono. Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta), 2013.

Akhmad, Fandi dkk., Karakteristik Dan Model Bimbingan Atau Pendidikan Islam Bagi
Abk Tuna Wicara, Jurnal Pendidikan dan Sains, Volume 1, Nomor 3, November
202.
Astati, Karakteristik dan Pendidikan Anak Tunadaksa dan Tunalaras, Pengantar
Pendidikan Luar Biasa,
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19480801197403
2-ASTATI/Karakteristik_Pend_ATD-ATL.pdf.
Ayuning, Asyaharinur. dkk., Konsep Dasar Anak Berkebutuhan Khusus, Jurnal
Pendidikan dan Sains, Volume 2, Nomor 1, Januari 2022.
Desi Pristiwanti et al., “Pengertian Pendidikan,” Jurnal Pendidikan Dan Konseling
(JPDK) 4, no. 6 (December 2, 2022).
Dwi, Kencana. Peran Pemahaman Karakteristik Siswa Cerdas Istimewa Berbakat
Istimewa (Cibi) Dalam Merencanakan Proses Belajar Yang Efektif Dan Sesuai
Kebutuhan Siswa, Humaniora, Volume 2 No. 1 April 2011.

Khairunnisa, dkk., Karakteristik Dan Kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus,


ABADIMAS ADI BUANA Volume 02. NO. 1, JULI 2018.
Lazar, Frans,laka Pentingnya Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus,
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 12, No 2 Juli 2020.
Maftuhatin, Lilik. Evaluasi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (Abk) Di Kelas
Inklusif Di Sd Plus Darul „Ulum Jombang, Religi: Jurnal Studi Islam, Volume 5,
Nomor 2 Oktober 2014.
Nurfadhillah, Septy dkk., Analisis Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus (Autisme)
Di Sekolah Inklusi Sdn Cipondoh 3 Kota, BINTANG : Jurnal Pendidikan dan
Sains, Volume 3, Nomor 3, Desember 2021.
Pratiwi, Melda Hartosujono, Resiliensi Pada Penyandang Tuna Daksa Non Bawaan,
Jurnal SPIRITS, Volume 5, No.1, November 2014.
Rahmi, Halfi. “Meningkatkan Kemampuan Pengoperasian Perkalian Melalui Metode
Horizontal Bagi Anak Tunarungu”, Volume 1 Nomor 2 Mei 2012.

19
Ridwan, Bangsawan, Indra. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (Jambi: Anugerah
Pratama Press, 2021), http://repository.uinjambi.ac.id/9218/.
Rochyadi, Karakteristik dan Pendidikan Anak Tunagrahita, Pengantar Pendidikan Luar
Biasa, MODUL 1 (upi.edu) .
Sambira, Kasih Sayang Sebagai Asas Metologis Kegiatan Penyelenggaraan Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus, Spesial and Inclusive Education Journal, Volume 2
no. 1 April 2021.
Thalib,Syamsul, Bchri. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif,
(Jakarta:Kencana Prenadamedia Grub), 2010.

20

Anda mungkin juga menyukai