Anda di halaman 1dari 56

PENGEMBANGAN MEDIA BUKU BERGAMBAR “CALIS”

BERBASIS KARAKTER UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN BACA-TULIS SISWA ADHD DI SDN
SIDOREJO II TUBAN

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
SHOBIHATUL MUBAROKAH
NPM: 1119190053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................8
C. Tujuan Pengembangan...........................................................................................8
D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan.......................................................................9
E. Pentingnya Pengembangan..................................................................................10
F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan...........................................................11
G. Definisi Istilah.......................................................................................................12
BAB II KAJIAN PUSTAKA....................................................................................................14
A. Media Pembelajaran............................................................................................14
B. Buku Bergambar CALIS.........................................................................................18
C. Hakikat Pendidikan Karakter................................................................................20
D. Kemampuan Baca-Tulis........................................................................................24
E. Konsep tentang ADHD..........................................................................................32
F. Materi Pelajaran...................................................................................................37
BAB III METODE PENGEMBANGAN..................................................................................39
A. Model Penelitian dan Pengembangan..................................................................39
B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan.............................................................41
C. Uji Coba Produk....................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................52

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan seluruh pengetahuan yang dilakukan

manusia dengan belajar sepanjang hidup pada semua situasi ataupun

tempat yang memberikan pengaruh positif. Pendidikan adalah salah satu

hal terpenting dalam hidup manusia, karena dengan pendidikan dapat

menuntun dan menentukan arah kehidupan dan masa depan seseorang.

Secara umum pendidikan tidak hanya terbatas pada materi tertentu saja,

tetapi semua aspek yang berkaitan dengan manusia dalam hal

mengembangkan kemampuan diri baik itu bagi anak normal maupun anak

berkebutuhan khusus. Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003

pasal 3 tentang pendidikan nasional mempunyai fungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. Dijelaskan juga dalam UU No. 20

tahun 2003 pada pasal 1 ayat 1 tentang sistem pendidikan nasional yang

menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujukan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

1
2

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan

negara. Pendidikan dalam hal ini bertujuan untuk pembentukan karakter

bangsa.

Dalam dunia pendidikan, belajar dan pembelajaran adalah dua hal

yang saling berkaitan karena adanya suatu interaksi antara guru dengan

siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Pane, (2017) Belajar

dimaknai sebagai proses perubahan perilaku sebagai hasil interaksi

individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku yang dimaksud disini

adalah bersifat positif dan terarah. Keberhasilan dalam proses belajar dan

pembelajaran dapat dilihat dari tercapainya tujuan dalam pembelajaran.

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 1 menjelaskan

bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh

pendidikan yang bermutu. Selanjutnya pada ayat 2 menjelaskan bahwa

warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual

dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Maka dapat

disimpulkan setiap orang berhak memperoleh hak yang sama dalam

pendidikan, baik itu yang normal atau yang mempunyai kelainan.

Anak yang mempunyai kelainan atau anak berkebutuhan khusus

banyak dianggap sebagai orang yang perlu dikasihani. Banyak anak

berkebutuhan khusus sering dikucilkan dan mendapat perlakuan

diskriminatif dari orang lain di lingkungan sekitarnya. Bahkan untuk


3

melakukan pendidikan saja mereka sangat sulit, karena beberapa sekolah

regular tidak mau menerima anak berkebutuhan khusus di sekolah mereka

dengan alasan guru disekolah itu tidak memiliki kualifikasi yang memadai

untuk membimbing anak berkebutuhan khusus. Padahal terkadang sekolah

khusus letaknya jauh dari rumah, sehingga banyak anak berkebutuhan

khusus yang tidak bersekolah atau tidak mengenyam pendidikan.

Untuk mengatasi masalah ini, maka perlu disediakannya sekolah

atau lembaga pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, baik dari sistem

pembelajaran, fasilitas dan juga peran guru. Sekolah yang digunakan oleh

anak berkebutuhan khusus adalah sekolah inklusi. Menurut Ilahi (dalam

Pratiwi, 2015) Sekolah inklusi adalah sekolah regular yang disesuaikan

dengan kebutuhan anak yang memiliki kelainan dan memiliki potensi

kecerdasan dan bakat istimewa pada satu kesatuan yang sistematik. Pada

sekolah inklusi dalam pembelajarannya dilakukan dengan tidak membeda-

bedakan. Model yang dilakukan disekolah ini adalah menghilangkan

keterbatasan dengan mengggunakan prinsip pendidikan untuk semua.

Sistem pendidikan dalam sekolah inklusi disesuaikan dengan kebutuhan

siswa, baik yang regular atau anak berkebutuhan khusus melalui adaptasi

kurikulum, pembelajaran, penilaian, dan juga sarana prasarana.

Dari keberagaman siswa yang ada disekolah inklusi, maka adanya

pola pendidikan karakter pada sekolah inklusi sangat dibutuhkan dan

sangat penting. Tapi kebanyakan dalam pelaksanaan pendidikan karakter

disekolah inklusi masih banyak kendala yang dihadapi. Banyak sekolah


4

yang masih kesulitan dalam menyusun konsep pendidikan karakter bagi

siswa. Beberapa guru juga mengalami kendala dalam menanamkan nilai

karakter pada anak yang berbeda-beda.

Dari data yang diperoleh peneliti ada banyak sekolah inklusi yang

terdapat di kabupaten Tuban. Salah satunya yaitu SDN Sidorejo II Tuban.

Melalui kegiatan observasi dan wawancara kepada guru kelas II dan wali

murid dari salah satu siswa ABK pada tanggal 20 Maret 2023 di SDN

Sidorejo II Tuban terdapat satu siswa yang merupakan anak berkebutuhan

khusus ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder). ADHD bisa

disebut juga dengan gangguan pemusatan perhatian/ hiperaktif, yaitu salah

satu jenis gangguan yang ada pada anak-anak disekolah sehingga

menghambat proses kegiatan pembelajaran.

Menurut Martin (dalam Gunawan, 2021) ADHD merupakan suatu

gangguan pada perkembangan yang menyebabkan individu tidak mampu

mengatur perilakunya sendiri, tidak mampu mengantisipasi tindakannya,

tidak mampu mengambil keputusan serta sulit menahan diri untuk tidak

segera memberikan respon terhadap situasi atau kejadian yang

berlangsung. Masalah paling utama yang dialami siswa ADHD adalah

mereka tidak dapat fokus untuk bisa memusatkan perhatian karena adanya

aktivitas yang berlebihan. Aktivitas yang dimaksud ini seperti melompat-

lompat, tidak bisa duduk dengan tenang, berteriak, berlari-lari di dalam

maupun di luar ruangan. Perilaku siswa ADHD yang cenderung semaunya

sendiri inilah yang menghambat proses berinteraksi dan kegiatan


5

pembelajarannya di sekolah. Kesulitan yang dialami oleh siswa ADHD

merupakan akibat dari ketidak mampuannya dalam mengendalikan dirinya

sendiri dengan baik pada situasi yang dihadapi. Kesulitan ini menjadi

penyebab siswa ADHD mengalami permasalahan dalam belajar karena

sulitnya untuk berkonsentrasi. Kesulitan belajar yang dimaksud disini

adalah kesulitan dalam kegiatan membaca dan menulis, karena dalam

melakukan kedua hal ini anak membutuhkan konsentrasi.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan

terhadap satu siswa ADHD dikelas II dapat diambil kesimpulan yaitu:

1. Mengalami kesulitan dalam membaca dan juga menulis.

2. Baru bisa membaca dan menyambung per suku kata

3. Untuk menulis cenderung membuat lingkaran jika disuruh menulis

sendiri, tapi bila tangannya dipegangi dia bisa mengarahkan jarinya

sendiri untuk menulis.

4. Siswa ADHD ini bermasalah pada motorik kasarnya.

Dari permasalahan yang dihadapai oleh siswa ADHD, maka untuk

mengatasi kesulitan yang dihadapinya perlu menggunakan media yang

menarik agar bisa memfokuskan konsentrasinya terhadap belajar dan juga

media yang bisa membantu meningkatkan kemampuan baca-tulisnya.

Media sendiri mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting dalam

proses pembelajaran. Terdapat banyak sekali macam-macam media

pembelajaran, dan media yang tepat digunakan untuk siswa ADHD kelas
6

II di SDN Sidorejo II Tuban ini adalah media Buku Bergambar CALIS

berbasis Karakter.

Buku bergambar merupakan salah satu media yang

menggabungkan antara gambar dan teks dalam bentuk yang kreatif. Buku

cerita bergambar ini dirancang untuk bisa menarik minat siswa agar mau

menggunakannya. Purwani (2020) Mengatakan bahwa buku bergambar

sebagai media grafis yang dipergunakan dalam proses pembelajaran

memiliki pengertian praktis, yaitu dapat mengkomunikasikan fakta-fakta

dan gagasan-gagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara

pengungkapan kata-kata dan gambar.

Menurut Samani dan Hariyanto (dalam Purwani, 2020) karakter

dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu

untuk hidup dan bekerjasama baik dalam lingkungan keluarga,

masyarakat, bangsa dan negara. Dengan adanya pendidikan karakter dapat

membentuk karakter siswa menjadi lebih baik.

Media Buku Bergambar CALIS berbasis Karakter ini merupakan

buku bergambar yang didalamnya terdapat gambar tentang contoh-contoh

nilai karakter dan juga teks berupa suku kata untuk dibaca oleh siswa dan

kalimat yang menjelaskan gambar untuk ditebali oleh siswa. Media ini

diharapkan mampu untuk menarik minat siswa untuk belajar, siswa

mampu menggunakan buku ini dengan mudah dan siswa mampu membaca

dan menebali huruf dengan lancar.


7

Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Rina Purwani

(2020) dari Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto dengan judul

Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Karakter Untuk

Pelajaran Membaca Siswa SD Kelas IV. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa produk telah baik da layak sebagai sarana sumber

belajar. Selanjutnya berdasarkan hasil uji keefektifan produk dalam

pembelajaran penggunaan gambar yang menarik, kalimat yang jelas,

komunikatif juga memudahkan peserta didik dalam memahami materi atau

isi buku tersebut. Persamaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian

sebelumnya yaitu penggunaan media buku bergambar berbasis karakter.

Sedangkan untuk perbedaannya media yang digunakan pada penelitian

sebelumnya adalah cerita yang berupa buku bergambar untuk pelajaran

membaca siswa SD kelas IV. Sedangkan pada penelitian yang saat ini

dilakukan adalah buku bergambar yang isinya berupa gambar tentang

contoh nilai-nilai karakter dan teks berupa suku kata untuk dibaca serta

kalimat penjelas gambar untuk ditebali huruf-hurufnya.

Berdasarkan dari uraian diatas, maka peneliti akan melakukan

penelitian dengan judul “Pengembangan Media Buku Bergambar CALIS

Berbasis Karakter Untuk meningkatkan kemampuan Baca-Tulis Siswa

ADHD di SDN Sidorejo II Tuban”. Adapun alasan peneliti menggunakan

pengembangan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca suku

kata dan latihan menebali huruf dengan benar.


8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,

maka rumusan masalah dalam penelitian yaitu:

1. Bagaimana proses Pengembangan Media Buku Bergambar CALIS

Berbasis Karakter Untuk meningkatkan kemampuan Baca-Tulis Siswa

ADHD di SDN Sidorejo II Tuban?

2. Bagaimana tingkat validitas Media Buku Bergambar CALIS Berbasis

Karakter Untuk Meningatkan Kemampuan Baca-Tulis Siswa ADHD

di SDN Sidorejo II Tuban?

3. Bagaimana tingkat keefektifan Media Buku Bergambar CALIS

Berbasis Karakter Untuk Meningatkan Kemampuan Baca-Tulis Siswa

ADHD di SDN Sidorejo II Tuban?

4. Bagaimana tingkat kepraktisan Media Buku Bergambar CALIS

Berbasis Karakter Untuk Meningatkan Kemampuan Baca-Tulis Siswa

ADHD di SDN Sidorejo II Tuban?

C. Tujuan Pengembangan

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah diatas, tujuan

penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan proses Pengembangan Media Buku

Bergambar CALIS Berbasis Karakter Untuk Meningatkan

Kemampuan Baca-Tulis Siswa ADHD di SDN Sidorejo II Tuban.


9

2. Untuk mendeskripsikan tingkat validitas Media Buku Bergambar

CALIS Berbasis Karakter Untuk Meningatkan Kemampuan Baca-

Tulis Siswa ADHD di SDN Sidorejo II Tuban.

3. Untuk mendeskripsikan tingkat keefektifan Media Buku Bergambar

CALIS Berbasis Karakter Untuk Meningatkan Kemampuan Baca-

Tulis Siswa ADHD di SDN Sidorejo II Tuban.

4. Untuk mendeskripsikan tingkat kepraktisan Media Buku Bergambar

CALIS Berbasis Karakter Untuk Meningatkan Kemampuan Baca-

Tulis Siswa ADHD di SDN Sidorejo II Tuban.

D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Spesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian

pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Buku Bergambar Berbasis Karakter ini berisi 5 nilai-nilai karakter.

Nilai karakter tersebut yaitu: Religius, Disiplin, Peduli Lingkungan,

Mandiri, dan Cinta Damai.

2. Isi buku terdiri dari gambar tentang contoh nilai karakter, teks berupa

suku kata untuk dibaca dan kalimat penjelas gambar untuk di tebali

oleh siswa.

3. Kalimat yang digunakan menggunakan bahasa yang sederhana dan

hanya terdiri dari 2, 3 atau 4 kata.

4. Buku Bergambar memiliki urutan sampul, kata pengantar, isi buku

dan biodata penulis.


10

5. Buku bergambar dibuat menggunakan aplikasi CorelDraw X7.

6. Buku Bergambar dicetak menggunakan kertas HVS tebal, dan untuk

sampul buku menggunakan Art paper 210.

7. Buku bergambar menggunakan ukuran A5.

E. Pentingnya Pengembangan

Penelitian pengembangan ini sangat penting dilakukan karena

sebagai salah satu upaya untuk menunjang tercapainya tujuan

pembelajaran.

1. Bagi Siswa

Penggunaan media Buku Bergambar CALIS berbasis Karakter dapat

digunakan sebagai media dalam proses pembelajaran untuk

meningkatkan kemampuan membaca dan menulis anak ADHD serta

dapat membentuk nilai karakter pada diri individu.

2. Bagi Guru

Untuk meningkatkan kreativitas dan keterampilan guru untuk dapat

mengembangkan perangkat pembelajaran yang kreatif, inofatif dan

menarik, serta menerapkan media Buku Bergambar CALIS Berbasis

Karakter sebagai alternatif media pembelajaran yang menarik dan

bermanfaat dalam proses pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan referensi untuk

penelitian selanjutnya bagi sekolah agar dapat mengembangkan media


11

pembelajaran lainnya sebagai perbaikan proses pembelajaran di

sekolah.

4. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan peneliti tentang pengembangan media

Buku Bergambar berbasis Karakter untuk anak ADHD dan

memberikan pengalaman untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan ke

dalam suatu karya atau penelitian serta sebagi bekal bagi peneliti

untuk terjun ke dunia pendidikan.

F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

1. Asumsi

Dalam pengembangan ini peneliti berasumsi bahwa:

a. Siswa ADHD kelas II SDN Sidorejo II mampu menggunakan

media Buku Bergambar CALIS berbasis karakter dengan mudah.

b. Siswa ADHD kelas II SDN Sidorejo II mampu membaca suku kata

dan menebali huruf dengan lancar.

c. Media Buku Bergambar Berbasis karakter dapat menjadi buku

yang menarik bagi siswa untuk digunakan pada proses

pembelajaran.
12

2. Keterbatasan Pengembangan

Keterbatasan pengembangan media ini adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan media Buku Bergambar Berbasis karakter terbatas

hanya berisi tentang beberapa nilai karakter, bukan mencakup

semua nilai karakter.

b. Pengembangan media Buku Bergambar Berbasis karakter memuat

gambar tentang nilai karakter yang dijelaskan dalam suku kata

untuk dibaca dan tulisan untuk menebali huruf.

G. Definisi Istilah

Beberapa istilah penting yang digunakan dalam penelitian

pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Media

Media adalah suatu alat perantara yang berfungsi membawa

informasi dari suatu sumber kepada penerima pesan

2. Buku Bergambar CALIS

Buku bergambar adalah buku yang berisi gambar atau ilustrasi dan

teks, CALIS (Baca Tulis). Buku yang disajikan berupa gambar dan

terdapat teks sebagai penjelas gambar untuk dibaca dan di tebali.

3. Karakter

Karakter adalah sifat yang dianggap penting dan berguna bagi

kehidupan manusia berupa kebaikan.


13

4. Kemampuan baca tulis

Pengetahuan dan kesanggupan seseorang untuk dapat mengenali dan

mengetahui huruf sehingga dapat membunyikan dan menuliskan nya.

5. ADHD

ADHD adalah (Attention Deficit/ Hyperactive Disorder) atau sering

disebut dengan gangguan pemusatan perhatian/ hiperaktif.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang mempunyai arti

tengah, pengantar atau perantara. Sedangkan dalam bahasa arab media

berarti pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media

dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat

grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap dan memproses

dan juga menyusun kembali informasi visual atau verbal ini adalah

pendapat yang dikemukakan oleh Arsyad (dalam Hasan, dkk., 2021)

Sedangkan pembelajaran merupakan proses komunikasi antara

pendidik dan peserta didik serta bahan ajar. Menurut Nurfadhillah

(2021) Pembelajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan

kurikulum suatu lembaga pendidikan agar dapat mempengaruhi para

siswa mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan.

Penggunaan media pembelajaran sangat penting ada dalam

kegiatan pembelajaran siswa. Dengan adanya media pembelajaran

dapat mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab, lebih kreatif

dan juga aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Pakpahan, dkk

(2020) Media pembelajaran adalah perantara yang digunakan untuk

14
15

menyampaikan materi ke pelajar dengan menggunakan alat tertentu

agar pelajar dapat mengerti dengan cepat dan menerima pengetahuan

dari pengajar. Menurut Hamka (dalam Nurfadhillah, 2021) Media

pembelajaran adalah alat bantu berupa fisik maupun non fisik yang

sengaja digunakan sebagai perantara antara tenaga pendidik dan

peserta didik dalam memahami materi pembelajaran agar lebih efektif

dan efisien. Sehingga materi pembelajaran lebih cepat diterima peserta

didik dengan utuh serta menarik minat peserta didik untuk belajar lebih

lanjut.

Maka dapat peneliti simpulkan bahwa media pembelajaran

merupakan teknik, atau alat yang digunakan untuk lebih

mengefektifkan interaksi dan juga komunikasi antara pendidik dan

juga peserta didik. Penggunaan media pembelajaran yang baik adalah

menggunakan media pembelajaran yang berupa alat bantu belajar yaitu

bisa berupa gambar, suara, rekaman, video/film, dan lain-lain yang

bisa menjadi alat bantu untuk menjelaskan pembelajaran yang

dilakukan.

2. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Banyak terdapat berbagai jenis media pembelajaran yang telah

dikembangkan. Secara umum ada 4 jenis media pembelajaran yang

dapat dikembangkan yaitu:

a. Media Audio
16

Media Audio merupakan media pembelajaran yang dalam

penyampaian pesannya hanya dapat diterima oleh indera

pendengaran. Contoh dari penggunaan media audio adalah radio,

musik, dan tape recorder.

b. Media Visual

Media Visual merupakan media pembelajaran yang umumnya

paling banyak digunakan dalam proses pembelajaran di kelas.

Media Visual adalah media nyata yang berfokus pada indera

penglihatan. Contoh penggunaan media visual yaitu buku, modul,

papan tulis dan alat peraga.

c. Media Audio-Visual

Media Audio-Visual adalah perpaduan antara media Audio yang

berfokus pada pendengaran dan berkonsentrasi juga pada media

visual yang berfokus pada penglihatan. Contoh dari penggunaan

media Audio-Visual biasanya dikemas dalam bentuk video, atau

gambar yang memiliki suara.

d. Multimedia

Multimedia merupakan media yang berbasis IT. Multimedia adalah

gabungan dari beberapa elemen seperti audio, teks dan gambar

bergerak yang dikontrol melalui komputer. Contoh penggunaan

multimedia adalah aplikasi, tutorial dan permainan.

3. Fungsi Media Pembelajaran


17

Fungsi dari media pembelajaran adalah sebagai alat bantu untuk

proses pembelajaran. Fungsi dari media dianggap baik jika pesan yang

dimaksud dapet tersampaikan dengan sesuai. Menurut Kemp &

Dayton (dalam Hasan, dkk., 2021) media pembelajaran dapat

memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk

perorangan, kelompok atau pendengar yang besar jumlahnya.

a. Fungsi pertama yaitu memotivasi minat atau tindakan. Media

pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau

hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan

merangsang peserta didik untuk bertindak.

b. Fungsi kedua yaitu menyajikan informasi. Media pembelajaran

dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi dihadapan

sekelompok peserta didik. Isi dan bentuk penyajian bersifat umum,

berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan

latar belakang. Penyajian dapet berbentuk pula hiburan, drama,

atau teknik motivasi.

c. Fungsi ketiga yaitu tujuan pembelajaran. media pembelajaran

berfungsi untuk tujuan belajar dimana informasi yang terdapat

dalam media itu harus melibatkan peserta didik dalam benak

ataumental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga

pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara

sistematis jika dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar dapat

menyiapkan pembelajaran yang efektif. Disamping menyenangkan,


18

media pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang

menyenangkan dan memenuhi kebutuhan peserta didik secara

personal.

4. Manfaat Media Pembelajaran

Sudjana dan Rivai (dalam Fadilah, 2020) menemukakan manfaat

media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu:

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat

lebih dipahami oleh siswa sehingga memungkinkannya menguasai

dan mencapai tujuan pembelajaran.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga

siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila

guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak

hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti

mengamati, melakukan mendemonstrasikan, memamerkan, dll.

B. Buku Bergambar CALIS

1. Pengertian Buku Bergambar

Buku bergambar merupakan buku cerita yang di dalamnya terdapat

gambar atau ilustrasi dan teks yang disajikan secara menarik dan

kreatif. Buku bergambar merupakan media visual yang digunakan


19

dalam pembelajaran dengan menyajikan gambar yang menarik untuk

dapat merangsang siswa dalam belajar.

Menurut Tanuwijaya, dkk (2017) Buku bergambar adalah media

untuk menceritakan sebuah cerita atau kisah, dengan cara menyajikan

teks naskah didampingi dengan ilustrasi visual agar cerita yang

disampaikan dapat lebih mudah dipahami. Ilustrasi dalam buku

bergambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam

bentuk dua dimensi sebagai hasil dari pikiran dan perasaan, sehingga

mampu membantu manusia dalam memahami konteks utama atau

pesan yang ingin disampaikan dalam buku tersebut.

2. Konsep Buku Bergambar CALIS

a. Pengertian Buku Bergambar CALIS

Buku bergambar CALIS merupakan salah satu media visual

yang berbentuk buku bergambar dan telah dikembangkan oleh

peneliti untuk digunakan oleh siswa ADHD kelas II di SDN

Sidorejo II Tuban. Buku bergambar CALIS berisi gambar tentang

contoh-contoh nilai karakter dan terdapat teks di dalam nya berupa

suku kata untuk dibaca oleh siswa dan kalimat yang bisa ditebali

siswa, yang merupakan penjelasan dari gambar yang ada. Adapun

alasan peneliti mengembangkan media buku bergambar CALIS

berbasis karakter adalah untuk meningkatkan kemampuan Baca-

Tulis siswa ADHD di SDN Sidorejo II Tuban.

b. Kelebihan Buku Bergambar CALIS


20

Ada beberapa kelebihan dari penggunaan buku bergambar

CALIS, diantaranya yaitu:

1) Disajikan dengan gambar yang menarik.

2) Dapat menarik minat siswa untuk belajar.

3) Isi nya simpel, jadi mudah dipahami oleh siswa.

4) Dapat meningkatkan kemampuan Baca-Tulis siswa.

5) Berupa media yang nyata dan bisa dibawa kemana-mana,

cocok digunakan untuk siswa ADHD.

c. Kekurangan Buku Bergambar CALIS

1) Kemungkinan bisa cepat rusak, misal sobek atau ketumpahan

air. Jadi dalam pengaplikasian nya harus di dampingi oleh guru

atau orang tua siswa.

2) Buku dibuat hanya di khususkan untuk siswa ADHD di SDN

Sidorejo II Tuban.

C. Hakikat Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidkan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai

karakter yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau

kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan,

maupun kebangsaan (Omeri, 2015). Dijelaskan juga pada pusat

perbukuan (dalam Purwani, 2020) pendidikan karakter dimaknai

sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada


21

dirir peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai

karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan

dirinya, sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius,

nasionalis, produktif dan kreatif. Pendidikan karakter yang ada di

sekolah menjadi tanggungjawab semua guru. Pendidikan karakter

sangat penting ditanamkan pada diri siswa untuk bisa menjadi pribadi

yang lebih baik. Karena itu pendidikan karakter dimaknai sebagi

pendidikan watak, pendidikan moral dan pendidikan budi pekerti.

2. Tujuan Pendidikan Karakter

Menurut Purwani (2020) ada beberapa tujuan yang hendak dicapai

dalam penanaman karakter sebagai berikut:

a. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai

manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai dan karakter

yang baik.

b. Mengembangkan kebiasan dan perilaku peserta didik yang terpuji

dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa

yang religius.

c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab peserta didik

sebagai generasi penerus bangsa.

d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang

mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.


22

e. Mengembangkan karakter kehidupan sekolah sebagai karakter

belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta

dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

3. Nilai-Nilai dalam Pendidikan Karakter

Menurut Kemendiknas (2010) Nilai-nilai dalam pendidikan

karakter mencakup 18 aspek, meliputi:

a. Religius: sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan

ajaran agama dan kepercayaan yang dianutnya, toleran terhadap

pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk

agama lain.

b. Jujur: perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan dan pekerjaan.

c. Toleransi: sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,

suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda

dari dirinya.

d. Disiplin: tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh.

e. Kerja keras: perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh

dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta

menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif: berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara

atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.


23

g. Mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

h. Demokratis: cara berpikir, bersikap, dan bertindak menilai sama

hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

i. Rasa Ingin Tahu: sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang

dipelajarinya, dilihat dan didengar.

j. Semangat kebangsaan: cara berpikir, bertindak, dan berwawasan

yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas

kepentingan diri dan kelompok/golongan.

k. Cinta Tanah Air: cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi

terhaap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan

politik bangsa.

l. Menghargai Prestasi: sikap dan tindakan yang mendorong dirinya

untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan

mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

m. Bersahabat/Komunikatif: tindakan yang memperlihatkan rasa

senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

n. Cinta Damai: sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan

orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

o. Gemar Membaca: kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca

berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.


24

p. Peduli Lingkungan: sikap dan tindakan yang selalu berupaya

mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam

yang sudah terjadi.

q. Peduli Sosial: sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

r. Tanggungjawab: sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan

tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap diri

sendiri, masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan Yang Maha

Esa.

D. Kemampuan Baca-Tulis

1. Membaca

a. Pengertian Membaca

Menurut Sabarti, dkk (dalam Noor, 2015) membaca adalah

suatu kesatuan kegiatan yang terpadu, yang mencakup beberapa

kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata,

menghubungkannya dengan bunyi serta maknanya, serta menarik

kesimpulan mengenai maksud bacaan. Pendapat ini sesuai dengan

yang dikemukakan oleh Crawley dan Mountain (dalam Imruna,

2019) membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis

kedalam kata-kata lisan yang mencakup pengenalan kata,

pemahaman literatur, interpretasi, membaca kritis dan pemahaman


25

kreatif. Sedangkan menurut Henry (dalam Noor, 2015) membaca

adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh

pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh

penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.

Berdasarkan beberpa pengertian para ahli diatas, dapat

disimpulkan membaca adalah suatu proses kegiatan yang

dilakukan terdiri dari mengenali huruf dan kata-kata,

menghubungkannya menjadi bunyi, dan menerjemahkan simbol

tulis dedalam kata-kata lisan yang digunakan oleh pembaca untuk

memahami pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui

kata-kata.

b. Keterampilan Membaca

Keterampilan disebut juga kecekatan. Arti dari terampil

adalah jika seseorang melakukan sesuatu dengan cepat dan benar

tanpa melakukan kesalahan. Jadi keterampilan merupakan

kecakapan seseorang dalam menyelesaikan tugas dengan cepat dan

benar. Menurut Taigan (dalam Imruna, 2019) keterampilan

membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit,

yang mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-

keterampilan yang lebih kecil. Keterampilan membaca mencakup

tiga komponen yaitu:

1) Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca.


26

2) Korelasi aksara serta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur

linguistic yang formal.

3) Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna.

c. Tujuan Membaca

Menurut Kemendikbud (2013) tujuan membaca pemulaan

yang tercantum di dalam indikator kurikulum 2013 adalah sebagai

berikut:

1) Siswa dapat menyebutkan urutan huruf melalui nyanyian a-b-c.

2) Siswa dapat mengurutkan huruf a-b-c-d-e-f dengan benar.

3) Siswa dapat mengenal huruf vokal a-i-u-e-o.

4) Siswa dapat menirukan teks deskriptif sederhana.

5) Siswa dapat membaca teks deskriptif sederhana.

6) Siswa dapat menyusun huruf dengan baik dan benar.

7) Siswa dapat melengkapi huruf dalam sebuah kata.

8) Siswa dapat membaca nyaring kosa kata

9) Siswa dapat mengenal kosa kata.

2. Menulis

a. Pengertian Menulis

Menulis adalah sebuah kegiatan menuangkan pikiran, dan

perasaan yang diungkapkan dalam sebuah tulisan. Menurut

Dalman (dalam Hasanah, 2021) menulis merupakan perubahan

bentuk pikiran atau angan-angan atau perasaan atau sebagainya

menjadi wujud lambang atau tanda atau tulisan bermakna. Sebagai


27

proses menulis melibatkan serangkaian kegiatan yang terdiri atas

tahapan prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan.

Menurut Suparno dan Yunus (dalam Ernawati, 2017)

menulis didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan

(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau

medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam

tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau tambang bahasa

yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Dengan demikian,

dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang

terlibat: penulis sebagai penyampai pesan (penulis), pesan atau isi

tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai

penerima pesan.

Menulis adalah suatu kegiatan berkomunikasi yang berupa

sebuah penyampaian pesan yang berisi informasi secara tertulis

dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media tempat

menuangkan atau mengungkapkan sebuah gagasan dan pikiran

yang dimilikinya (Julliana, 2021). Pendapat ini dukung oleh

pedapat yang dikemukakan Hasanah (2021) bahwa menulis

merupakan kegiatan untuk menyatakan perasaan dan pikiran dalam

bentuk tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dan

berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Dengan

demikian dapat dikatakan menulis adalah kegiatan untuk


28

menyampaikan gagasan kepada pembaca dalam bahasa tulis agar

bisa dipahami oleh pembaca.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan

menulis merupakan kegiatan dalam mengungkapkan pikiran atau

gagasan, dan untuk menyampaikan pesan lewat bahasa tulis

sehingga dapat dipahami oleh pembaca.

b. Tujuan Menulis

Menurut Armarenia (dalam Julliana, 2021) tujuan dari

menulis dibagi menjadi empat bagian yaitu:

1) Tujuan menulis adalah untuk memberikan sebuah informasi

kepada pembacanya, seorang penulis bisa menyebarkan sebuah

informasi melalui sebuah tulisan seperti wartawan di tabloid,

koran, majalah atau media cetak lainnya.

2) Tujuan menulis untuk memberikan sebuah keyakinan kepada

pembacanya. Melalui sebuah tulisan seorang penulis bisa

mempengaruhi keyakinan pemabacanya. Seseorang yang

membaca sebuah informasi di koran tentang seorang anak

terlantar pasti hatinya dapat tergerak untuk memberi bantuan

kepada anak terlantar tersebut. Dalam hal tersebut seorang

penulis berhasil meyakinkan pembaca.

3) Tujuan menulis untuk sarana pendidikan, tujuan menulis dapat

membantu sarana pendidikan karena seorang guru dan peserta

didik tidak lepas kaitannya dengan kegiatan menulis seperti


29

mencatatat di buku, menulis soal, merangkum, dan

mengerjakan sebuah soal.

4) Tujuan menulis untuk memberi sebuah keterangan, tujuan

menulis untuk memberi sebuah keterangan lebih sering

digunakan oleh seseorang yang mempunyai usaha atau

masyarakat umum tujuaannya untuk mencatatat seseorang,

barang, dan benda. Tulisan tersebut bertujuan untuk

menjelaskan ciri-ciri, bentuk, warna, bahan, dan berbagi hal

yang perlu disebutkan dari objek tersebut.

c. Manfaat Menulis

Manfaat menulis menurut Abbas (dalam Hasanah, 2021)

adalah sebagai berikut:

1) Untuk menghilangkan stress. Dengan menulis kita bisa

mencurahkan perasaan sehingga tekanan batin yang kita

rasakan berkurang sedikit demi sedikit sejalan dengan tulisan.

Tulisan yang kita buat bisa tentang apa yang sedang kita

rasakan ataupun menuliskan hal lain yang bisa mengalihkan

kita dari rasa tertekan tersebut (stress). Dengan demikian

kesehatan fisik dan mental kita akan lebih terjaga.

2) Alat untuk menyimpan memori. Karena kapasitas ingatan kita

terbatas maka dengan menuliskannya, kita bisa menyimpan

memori lebih lama. Sehingga ketika kita membutuhkannya,

kita akan lebih mudah menemukannya kembali. Misalnya


30

menulis peristiwa-peristiwa berkesan di diari, menuliskan

setiap pendapatan dan pengeluaran keuangan, menulis ilmu

pengetahuan atau pelajaran, menulis ide atau gagasan,

menuliskan rencana-rencana, target-target dan komitmen.

3) Membantu memecahkan masalah. Ketika kita ingin

memecahkan suatu permasalahan maka kita bisa membuat

daftar dengan menuliskan halhal apa saja yang menyebabkan

masalah itu terjadi dan hal-hal apa saja yang bisa membantu

untuk memecahkan masalah tersebut.

4) Melatih berfikir tertib dan teratur. Ketika kita membuat tulisan

khususnya tulisan ilmiah atau untuk dipublikasikan, maka kita

dituntut untuk membuat tulisan yang sistematis sehingga

pembaca bisa mengerti apa yang sebenarnya ingin kita

sampaikan

d. Tahapan-tahapan Menulis

Ada beberapa tahapan-tahapan yang dilakukan seseorang

dalam menulis. Berikut adalah tahapan menurut Ernawati (2017)

yaitu:

1) Tahap Pratulis

Tahap pratulis merupakan tahap paling awal dalam kegiatan

menulis. Tahap ini terletak pada sebelum melakukan

penulisan. Di dalam tahap pratulis terdapat berbagai kegiatan

yang dilakukan oleh penulis. Mulai dari menentukan topik


31

yang akan ditulis. Penulis mempertimbangkan pemilihan topik

dari segi menarik atau tidaknya terhadap pembaca.

2) Tahap Pembuatan

Draf yang dimaksud adalah tulisan yang disusun secara kasar.

Pada kegiatan ini penulis lebih mengutamakan isi tulisan dari

pada tata tulisnya sehingga semua pikiran, gagasan, dan

perasaan dapat dituangkan ke dalam tulisan.

3) Tahap Revisi

Merevisi berarti memperbaiki, dapat berupa menambah yang

kurang atau mengurangi yang lebih, menambah informasi yang

mendukung, mempertajam perumusan penulisan, mengubah

urutan penulisan pokok-pokok pikiran, menghilangkan

informasi yang kurang relevan, dan lain sebagainya. penulis

berusaha untuk menyempurnakan draf yang telah selesai agar

tulisan tetap fokus pada tujuan

4) Tahap Penyuntingan

Pada tahap penyuntingan penulis mengulang kembali kegiatan

membaca draf. Tulisan pada draf kasar masih memerlukan

beberapa perubahan. Kegiatan selama tahap penyuntingan

adalah meneliti kembali kesalahan dan kelemahan pada draf

kasar dengan melihat kembali ketepatannya dengan gagasan

utama, tujuan penulisan, calon pembaca, dan kriteria

penerbitan.
32

5) Tahap Publikasi

Tahap publikasi merupakan tahap paling akhir dalam proses

menulis. Dalam tahap ini yang dilakukan adalah

mempublikasikan tulisannya melalui berbagai kemungkinan

misalnya mengirimkan kepada penerbit, redaksi majalah, dan

sebagainya. Dapat pula dengan berbagi tulisan dengan

berbagai pembaca.

E. Konsep tentang ADHD

1. Pengertian ADHD

ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity

Disorder atau sering disebut gangguan pemusatan perhatian/

hiperaktif. Menurut Martin (dalam Gunawan, 2021) ADHD

merupakan suatu gangguan pada perkembangan yang menyebabkan

individu tidak mampu mengatur perilakunya sendiri, tidak mampu

mengantisipasi tindakannya, tidak mampu mengambil keputusan serta

sulit menahan diri untuk tidak segera memberikan responterhadap

situasi dan kejadian yang sedang berlangsung.

Baihaqi dan Sugiarmin (dalam Mirnawati dan Amka, 2019)

mendefinisikan ADHD sebagai:

a. Gangguan perilaku neurobiologisyang ditandai dengan tingkat

intensi yang berkembang tidak sesuai dan bersifat kronis dan dalam

beberapa kasus disertai hiperaktivitas.


33

b. Gangguan biokimia kronis dan perkembangan neurologis yang

mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengatur dan

mencegah perilaku serta mempertahankan perhatian pada suatu

tugas.

c. Inefisiensi neurologis pada area otak yang mengontrol impuls dan

pada pusat pengambilan keputusan (regulasi dan manajemen diri).

2. Penyebab Anak ADHD

Penyebab pasti gangguan ADHD masih belum dketahui secara

pasti, dan belum terungkap dengan jelas. Tapi ada beberapa faktor

yang menjadi penyebab gangguan ADHD menurut Patternotte dan

Buitelaar (dalam Yasri, 2014), diantaranya adalah:

a. Faktor Genetik (keturunan)

Dari penelitian faktor keturunan pada anak kembar dan anak

adopsi, tampak pada faktor keturunan membawa peran 80%.

Dengan kata lain bahwa sekitar 80% dari perbedaan antara anak-

anak yang mempunyai gejala ADHD di kehidupan bermasyarakat

akan ditentukan oleh faktor genetik. Anak dengan orang tua yang

menyandang ADHD mempunyai delapan kali kemungkinan

mempunyai resiko mendapatkan anak ADHD. Namun belum

diketahui gen mana yang menyebabkan ADHD.

b. Faktor Fungsi Otak

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa secara biologis ada

dua mekanisme di dalam otak yaitu pengaktifan sel-sel saraf


34

(Eksitasi) dan penghambat sel-sel saraf (Inhibisi). Pada reksi

eksitasi sel-sel saraf terhadap adanya rangsangan dari luar adalah

melalui panca indra. Dengan reaksi inhibisi, sel-sel saraf akan

mengatur bila terlalu banyak eksitasi. Pada perkembangan seorang

anak pada dasarnya mengaktifkan sistem-sistem ini adalah

perkembngan terbanyak. Pada anak kecil, sistem pengereman atau

sistem hambatan belumlah cukup berkembang. Setiap anak balita

bereaksi impulsif, sulit menahan diri, dan menganggap dirinya

pusat dari dunia. Umumnya sistem inhibisi akan mulai pada usia 2

tahun, dan pada usia 4 tahun akan berkembang secara kuat.

Tampaknya pada anak ADHD perkembangan sistem ini lebih

lambat, dan juga dengan kapasitas yang lebih kecil. Sistem

penghambat atau pengereman di otak bekerja kurang kuat atau

kurang mencukupi. Dari penelitian juga disebutkan bahwa adanya

neuroanatomi atau neurokimiawi yang berbeda antara anak yang

menyandang ADHD atau tidak.

c. Faktor Lingkungan

Saat ini tidak lagi diperdebatkan apakah ADHD disebabkan

oleh lingkungan ataukah gen, namun sekarang lebih mengarah pada

bagaimana hubungan atau interaksi yang terjadi antara faktor

genetik dan lingkungan. Dengan kata lain, ADHD juga bergantung

pada kondisi gen tersebut dan efek negatif lingkungan, bila hal ini

terjadi secara bersamaan maka dapat dikatakan bahwa lingkungan


35

penuh resiko. Lingungan yang dimaksud adalah lingkungan secara

luas, termasuk lingkungan psikologis (relasi dengan orang lain,

berbagai kejadian dan penanganan yang telah diberikan),

lingkungan fisik (makanan, obat-obatan, penyinaran), lingkungan

biologis (cidera otak, radang otak, komplikasi saat melahirkan).

3. Karakteristik Anak ADHD

American Psychiatric Association (dalam Mirnawati dan Amka,

2019) terdapat tiga karakteristik utama gangguan ADHD, yakni:

a. Inatensi (kesulitan memusatkan perhatian)

b. Impulsivitas (kesulitan menahan keinginan)

c. Hiperaktivitas (kesulitan mengendalikan gerakan)

Untuk lebih jelas berikut diuraikan perilaku-perilaku yang

mencerminkan ketiga karakteristik ADHD menurut Mirnawati dan

Amka (2019), yaitu:

a. Inatensi

1) Seringkali gagal memperhatikan baik-baik terhadap

sesuatuyang detail atau membuat kesalahan yang sembrono

dalam pekerjaan sekolah dan kegiatan-kegiatan lainnya.

2) Seringkali mengalami kesulitan memusatkan perhatian

terhadap tugas-tugas atau kegiatan bermain

3) Seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara

langsung
36

4) Seringkali tidak mengikuti instruksi dan gagal dalam

menyelesaikan pekerjaan sekolah (bukan disebabkan karena

perilaku melawan atau kegagalan untuk mengerti instruksi)

5) Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas

dan kegiatan

6) Seringkali kehilangan barang/benda penting untuk tugas-

tugas dan kegiatan, misalnya kehilangan permanan;

kehilangan tugas sekolah; kehilangan pensil, buku, dan alat

tulis lain.

7) Sering menghindari, tidak menyukai atau enggan untuk

melaksanakan tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental

yang didukung, seperti menyelesaikan pekerjaan sekolah

8) Seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan dari luar

9) Seringkali lekas lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-

hari

b. Impulsivitas

1) Mereka sering memberi jawaban sebelum pertanyaan

selesai.

2) Mereka sering mengalami kesulitan menanti giliran.

3) mereka sering menginterupsi atau mengganggu orang lain

c. Hiperaktivitas

1) Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka, dan

sering menggeliat di kursi.


37

2) Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau

dalam situasi lainnya di mana diharapkan agar anak tetap

duduk.

3) Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam

situasi dimana hal ini tidak tepat.

4) Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat

dalam kegiatan senggang secara tenang.

5) Sering 'bergerak' atau bertindak seolah-olah dikendalikan

oleh motor.

6) sering berbicara berlebihan

F. Materi Pelajaran

Pada penelitian ini materi pembelajaran yang digunakan yaitu

pembelajaran tematik pada kurikulum 2013. Pembelajaran tematik adalah

menggabungkan semua mata pelajaran dalam satu tema. Materi

pembelajaran untuk anak ADHD kelas II yaitu Tema 6 (Merawat Hewan

dan Tumbuhan) Subtema 1 (Hewan di Sekitarku) Pembelajaran 2. Kajian

pokok materi yang dibahas adalah muatan Bahasa Indonesia dan PPkn

yang terdapat dalam buku siswa kurikulum 2013 revisi Tema 6 Subtema 1

Pembelajaran 2.

1. Bahasa Indonesia

Pada muatan pelajaran Bahasa Indonesia menjelaskan tentang

penulisan huruf kapital dalam sebuah bacaan. Huruf kapital biasa


38

disebut juga huruf besar. Huruf kapital yang biasa digunakan dalam

penulisan sebagai berikut:

a. Sebagai huruf pertama dalam sebuah kata atau kalimat

b. Penulisan huruf pertama nama orang atau julukan

c. Penulisan huruf pertama nama bulan, dan juga hari.

2. PPkn

Pada muatan pembelajaran PPkn menjelaskan tentang aturan dan

tata tertib yang berlaku di sekolah. Tata tertib merupakan peraturan

yang dibuat, yang berlaku dan harus dipatuhi oleh semua siswa. Contoh

dari aturan dan tata tertib sekolah yaitu:

a. Mengumpulkan tugas tepat waktu

b. Mengerjakan tugas sekolah

c. Datang sekolah tepat waktu


BAB III

METODE PENGEMBANGAN

A. Model Penelitian dan Pengembangan

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan

pengembangan (Research and Development). Alasan pemilihan metode

Research and Development karena metode penelitian yang digunakan

untuk menghasilkan produk dan menguji produk tersebut, sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai. Penelitian dan pengembangan bertujuan untuk

menghasilkan sebuah produk yang mana produk ini akhirnya bisa

bermanfaat untuk digunakan dalam proses pembelajaran. menurut

Sugiyono (dalam Farendra, 2018) mengatakan bahwa penelitian dan

pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.

Dalam penelitian ini, model pengembangan yang digunakan oleh

peneliti adalah model ADDIE. Model ADDIE merupakan salah satu model

pengembangan dari metode Research and Development. ADDIE sendiri

mepupakan singkatan dari Analysis, Design, Development,

Implementation, Evaluation. Model pengembangan ADDIE ini biasa

digunakan untuk mengembangkan media, bahan ajar, model maupun

strategi pembelajaran. Model pengembangan ADDIE memiliki perosedur

kerja yang mengacu pada tahapan Research and Development namun lebih

sitematik dan sederhana sehingga mampu menghasilkan produk yang lebih

efektif (Setiawan, 2020). Sedangkan menurut Andriani (dalam

39
40

Nurmalasari, dkk., 2022) mengembangkan media pembelajaran dengan

menggunakan model ADDIE dapat menjadikan media pembelajaran yang

praktis sehingga dapat mempermudah peserta didik dalam mengikuti

kegiatan belajar mengajar, karena model pengembangan ADDIE

merupakan suatu kerangka yang digunakan untuk mengembangkan produk

peneltian.

Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa media buku

bergambar CALIS yang berbasis karakter untuk digunakan anak ADHD

dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan baca-tulis. Alasan peneliti

menggunakan model pengembangan ADDIE karena memiliki tahapan

atau langkah-langkah yang sederhana dan berurutan, sehingga dapat

mudah dalam memahami dan mengaplikasikannya.

Sugiyono (2017) menyatakan bahwa tahapan ADDIE merupakan

perpanjangan dari (Analysis, Design, Development, Impementation, dan

Evaluation). Berikut tahapan model pengembangan yang digunakan dalam

model ADDIE:
41

Gambar 3.1 Tahap pengembangan model ADDIE menurut

Sugiyono (dalam A’yun, dkk., 2020)

B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan

Prosedur dari penelitian dan pengembangan ini adalah melakukan

pengembangan media buku bergambar CALIS berbasis karakter untuk

meningkatkan kemampuan baca-tulis siswa ADHD di SDN Sidorejo II

Tuban. Model yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model

ADDIE, dengan beberapa tahapan berikut:

1. Analisis (analysis)

Pada tahap ini kegiatan utama yang dilakukan oleh peneliti adalah

melakukan analisis. Analisis merupakan identifikasi masalah pada

suatu tempat yang akan dijadikan sampel penelitian. Dalam tahap

analisis ini peneliti melakukan tahapan pengumpulan data terkait

permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran di kelas II SDN

Sidorejo II. Pada tahap ini peneliti menganalisis beberapa hal

diantaranya:
42

a. Menganalisis kebutuhan, berupa media apa yang cocok untuk

membantu proses pembelajaran dengan tetap berpacu pada buku

guru dan buku siswa kelas II.

b. Melakukan analisis karakteristik siswa, dengan mengetahui

karakter siswa maka, dalam pembuatan media harus disesuaikan

dengan kondisi siswa.

c. Analisis kurikulum, untuk dapat merumuskan indikator dan

tujuan pembelajaran, sesuai dengan Kompetensi Inti (KI) dan

Kompetensi Dasar (KD) yang disesuaikan dengan tingkat

kemampuan dan pemahaman siswa.

2. Desain (design)

Desain merupakan tahapan pembuatan rancangan media

pembelajaran yang akan dikembangkan. Desain dalam media

pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan

masalah. Adapun dalam tahapan pembuatannya yang pertama

dilakukan adalah:

a. Memilih beberapa nilai karakter yang akan dimasukkan dalam

buku bergambar CALIS dan salah satu dari nilai karakter ini

berkaitan dengan materi pelajaran PPkn yang ada dalam buku

siswa.

b. Membuat sketsa tampilan yang akan digunakan dalam buku

bergambar CALIS.
43

c. Merancang desain media buku bergambar CALIS dengan

memberikan desain yang menarik dan mudah dipahami oleh

siswa.

d. Membuat instrumen penilaian sebagai bahan evaluasi yang

dibutuhkan dalam kegiatan validasi.

3. Pengembangan (development)

Pada tahapan pengembangan berisi tentang kegiatan realisasi

rancangan produk yaitu melakukan pengembangan produk sesuai

dengan rancangan yang telah dibuat. Setelah produk jadi maka akan

dilakukan validasi untuk mengetahui tingkat kevalidan, kepraktisan

dan kemenarikan media pembelajaran. Proses validasi dilakukan oleh

dosen ahli dan guru. Pada tahap validasi dilakukan sampai produk

layak digunakan dan bisa diimplementasikan sebagai media untuk

digunakan dalam prose pembelajaran.

4. Implementasi (implementation)

Tahap implementasi ini merupakan tahapan yang nyata untuk

menerapkan media pembelajaran yang telah dibuat. Pada tahap ini

peneliti akan melakukan uji coba pada siswa ADHD kelas II di SDN

Sidorejo II yang berjumlah satu siswa dengan menggunakan media

buku bergambar CALIS. Setelah melakukan uji coba produk, dapat


44

diketahui sejauh mana pengaruh media buku bergambar CALIS dalam

menarik minat siswa dan peningkatan kegiatan membaca dan menulis

siswa. Untuk mengetahui hal tersebut, peneliti dapat memberikan

siswa berupa tes dan angket respon bagi guru dan siswa untuk

mengetahui tingkat keefektifan dan kepraktisan dari media tersebut.

5. Evaluasi (evaluation)

Pada tahap evaluasi dilakukan setelah tahapan implementasi. Pada

tahap ini dilakukan perbaikan atau revisi terhadap produk yang diuji

cobakan jika terdapat catatan atau masukan dalam angket respon. Hal

ini dilakukan dengan tujuam agar produk yang dikembangkan benar-

benar layak digunakan oleh sekolah. Apabila dalam pengisian respon

angket sudah sesuai dengan yang diharapkan yaitu pada tingkat

keefektifan dan kepraktisannya, maka media buku bergambar CALIS

yang dikembagkan bisa langsung digunakan untuk kegiatan

pembelajaran.
45

C. Uji Coba Produk

Uji coba produk dilakukan untuk mengetahui kelayakan suatu produk

untuk dapat menetapkan kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan dari

produk yang dihasilkan. Uji coba produk dilakukan dengan beberapa

langkah yaitu:

1. Desain Uji Coba

Desain Uji Coba

Media: Alat Pengembangan:


Buku Bergambar CALIS Instrumen Validasi

Uji coba tahap 1

tidak
Valid Revisi

Produk akhir Ya

Valid tidak Revisi

Gambar 3.2 Bagan Desain Uji Coba

2. Subjek Coba

Subjek penelitian pengembangan media buku bergambar CALIS

pada tema 6 (Merawat Hewan dan Tumbuhan) Subtema 1 (Hewan di


46

Sekitarku) Pembelajaran 2 materi pelajaran Bahasa Indonesia dan

PPkn kelas 2 ditujukan kepada:

a. Siswa

Subjek yang digunakan untuk melakukan uji coba produk adalah

satu siswa ADHD kelas II di SDN Sidorejo II Tuban.

b. Guru

Subjek yang digunakan untuk melakukan uji coba produk adalah

guru kelas II SDN Sidorejo II Tuban.

3. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kualitatif dan kuantitatif.

a. Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi lapangan dan

wawancara.

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh melalui angket respon guru dan siswa,

tes yang diberikan pada siswa dan hasil validasi dari para ahli.

4. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data digunakan untuk mengukur variabel

yang akan diteliti. Instrumen yang digunakan terdiri dari lembar

observasi, lembar wawancara, lembar validasi para ahli, lembar

angket respon siswa dan guru, lembar tes siswa.


47

a. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan peneliti untuk mengetahui kondisi

awal di sekolah sebelum melakukan penelitian, dengan

melakukan pengamatan pada saat proses pembelajaran di SDN

Sidorejo II, Khususnya pada siswa ADHD kelas II.

b. Lembar Wawancara

Lembar wawancara digunakan peneliti untuk mendapatkan data

mengenai permasalahan yang harus diteliti terkait dengan kondisi

saat proses pembelajaran siswa ADHD dengan melakukan tanya

jawab langsung kepada guru kelas II di SDN Sidorejo II.

c. Lembar Validasi Para Ahli

Lembar validasi digunakan untuk memperoleh data yang valid

dari produk yang telah dikembangkan. Validasi dilakukan oleh

tiga validator yaitu ahli materi, ahli media dan ahli bahasa.

1) Lembar Validasi Ahli Materi digunakan untuk mengetahui

tingkat kesesuaian materi yang akan dikembangkan dari

media tersebut.

2) Lembar Validasi Ahli Media digunakan untuk mengetahui

tingkat kelayakan media yang digunakan dalam pembelajaran

tersebut.

3) Lembar Validasi Ahli Bahasa digunakan untuk mengetahui

tingkat keefektifan bahasa yang digunakan di media

pembelajaran tersebut.
48

d. Lembar Angket Respon Siswa dan Guru

Lembar angket respon siswa dan guru digunakan untuk

memperoleh data kepraktisan dengan tujuan mengetahui respon

guru dan siswa terhadap media yang dikembangkan yaitu berupa

media buku bergambar CALIS. Lembar angket respon siswa dan

guru ini diberikan pada saat melakukan uji coba lapangan.

e. Lembar Tes Siswa

Lembar tes digunakan untuk mengetahui hasil keefektifan dan

pemahaman siswa setelah menggunakan media buku bergambar

CALIS yang dikembangkan. Lembar tes ini diberikan kepada

siswa ADHD kelas II di SDN Sidorejo II yang berjumlah satu

anak setelah melakukan pengaplikasian media dalam

pembelajaran.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan proses mencari data secara

sistematis. Teknik analisis data digunakan oleh peneliti untuk dapat

memahami data dan menarik kesimpulan dari media yang telah dibuat.

Kegiatan dalam teknik analisis data meliputi:

a. Analisis Data Kualitatif

Analisis data kualitatif adalah analisis data yang diperoleh

melalui hasil observasi, dan hasil wawancara dengan guru

mengenai proses pembelajaran.


49

b. Analisis Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif diperoleh dari hasil penilaian

validasi oleh para ahli, angket respon guru dan siswa, serta hasil

tes siswa ADHD setelah menggunakan media yang

dikembangkan. Berikut adalah teknik analisis data kuantitatif:

1) Analisis Data Tingkat Kevalidan

Teknik analisis data digunakan untuk menguji kevalidan

yang diperoleh dari hasil penilaian validasi para ahli untuk

digunakan sebagai acuan dalam melakukan revisi perbaikan

pengembangan media buku bergambar CALIS. berikut

adalah cara mengetahui tingkat kevalidan produk:

Rumus: f
P= X 100%
N
Keterangan :

P = Angka persentase

F = Skor yang diperoleh

N = Skor maksimal

Kriteria penilaian yang menunjukkan kevalidan media buku

bergambar CALIS ada pada tabel berikut:


50

Tabel 3.1 kriteria kevalidan suatu produk

Presentase Kriteria
80% - 100% Sangat Efektif
60% - 80% Efektif
40% - 60% Cukup Efektif
20% - 40% Kurang efektif
0% - 20% Tidak Efektif
Sumber: (Riduwan, 2015)

2) Analisis Data Tingkat Keefektifan

Analisis data untuk mengetahui tingkat keefektifan

diperoleh dari nilai hasil tes siwa yang dihitung dengan

Skor hasil penilaian


rumus: x 100%
Skor maksimal

Kriteria tingkat keefektifan media buku bergambar CALIS

ada pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Tingkat keefektifan produk

Presentase Kriteria
80% - 100% Sangat Efektif
60% - 80% Efektif
40% - 60% Cukup Efektif
20% - 40% Kurang efektif
0% - 20% Tidak Efektif
Sumber: (Riduwan, 2015)

3) Analisis Data Tingkat Kepraktisan

Analisis tingkat kepraktisan diperoleh dari angket respon

guru dan siswa. berikut adalah cara mengetahui tingkat

kevalidan produk:

Rumus:
f
P= X 100%
N
51

Keterangan :

P = Angka persentase

F = Skor yang diperoleh

N = Skor maksimal

Kriteria penilaian yang menunjukkan kepraktisan media

buku bergambar CALIS ada pada tabel berikut:

Tabel 3.3 kriteria kepraktisan suatu produk

Presentase Kriteria
80% - 100% Sangat Efektif
60% - 80% Efektif
40% - 60% Cukup Efektif
20% - 40% Kurang efektif
0% - 20% Tidak Efektif
Sumber: (Riduwan, 2015)
DAFTAR PUSTAKA

A’yun, U. Q., Muharrami, L. K., Qomaria, N., & Wulandari, A. Y. R. (2020).


Pengembangan Media Scrapbook Pada Materi Pencemaran Lingkungan.
Natural Science Education Research, Volume 2(3), 230-238.
Aghni, R. I. (2018). Fungsi dan Jenis Media Pembelajaran Dalam Pembelajaran
Akuntansi. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Volume 16(1), 98-107.
Ayu, Y. P., & Lepiyanto, A. (2019). Pengembangan Modul Berbasis POE Terintegrasi
Nilai Keislaman Materi Jaringan Tumbuhan. Jurnal Bioterdidik, Volume
7(4), 53-63.
Ernawati, Y. (2017). Perbedaan Pengaruh Penggunaan Metode Inquiry Dengan
Problem Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Menulis Teks Berita
Siswa Kelas VIII di MTs Maarif NU I Purwokerto Barat. Tesis. FKIP.
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Fadilah, N. U. (2020) Media Pembelajaran.
Farendra, M. F. (2018). Pengembangan Buku Cerita Bergambar Untuk Literasi
Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Skripsi. FKIP. Universitas Jambi.
Gunawan, L. (2021). Komunikasi Interpersonal Pada Anak Gangguan ADHD. Jurnal
Pendidikan, Psikologi, dan Konseling, Vol 19 (1), 49-68.
Hasan, M., dkk. (2021). Media Pembelajaran. Tahta Media Group.
Hasanah, U. (2021). Pembelajaran Menulis Kalimat Sederhana Pada Pembelajaran
Tematik Tema I Kelas II SDN 1 Pajaresuk Pada Masa Pandemi Covid-19.
Skripsi. FKIP. Universitas Muhammadiyah Pringsewu.
Imruna, N. K. (2019). Upaya Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan Melalui
Metode Kata Lembaga Pada Anak Kelompok A TK Diponegoro I Wonosari
Malang Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. FKIP. Universitas
Muhammadiyah Surabaya.
Julliana, A. (2021). Proses Kreatif Menuls Cerita Anak Siswa Kelas IV di SD Negeri 4
Gedong Tataan. UMPRI.
Mirnawati, & Amka. (2019). Pendidikan Anak ADHD. Deepublish Publisher.
Yogyakarta.
Nisa, H. (2017). Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan
Kartu Kata Geometri Pada Anak Kelompok B RA Nurul Maghfirah Kec
Baruga. Skripsi. FKIP. IAIN Kendari.

52
53

Noor, R. F. (2015). Hubungan Antara Membaca Pemahaman Dengan Kemampuan


Menyelesakan Soal Cerita Matematika Pada Siswa Kelas IV SD se-gugus
Karangmojo III Gunungkidul. Universitas Negeri Yogyakarta.
Nurfadhillah, S. (2021). Media Pembelajaran. CV Jejak. Jawa Barat.
Nurmalasari, L., Akhbar, M. T., & Syaflin, S. L. (2022). Pengembangan Media Kartu
Hewan dan Tumbuhan (TUHETU) Pada Pembelajaran IPA Kelas IV SD
Negeri. Jurnal Riset Pendidikan Dasar, Volume 5(1), 1-8.
Omeri, N. (2015). Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan. Jurnal
Manager Pendidikan, Volume 9(3), 464-468.
Pakpahan, A. F., dkk. (2020). Pengembangan Media Pembelajaran. Yayasan Kita
Menulis.
Pane, A., & Dasopang, M. D. (2017). Belajar dan Pembelajaran. Jurnal Kajian Ilmu-
ilmu Keislaman, Vol 3(2), 333-352.
Pratiwi, J. C. (2015) Sekolah Inklusi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus: Tanggapan
Terhadap Tantangan Kedepannya. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
UNS & ISPI. 21 November 2015, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia. Hal
237-242.
Pristiwanti, D., Badariah, B., Hidayat, S., & Dewi, R. S. (2022). Pengertian
Pendidikan. Jurnal Pendidikan dan Konseling, Volume 4(6), 7911-7915.
Purwani, R. (2020). Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Karakter Untuk
Pembelajaran Membaca Siswa SD Kelas IV. Jurnal Pendidikan Bahasa
Indonesia, Vol 8(2), 180-194.
Riduwan. (2015). Pengantar Statistika Untuk Penelitian: Pendidikan, Sosial,
Komunikasi, Ekonomi, dan Bisnis. Alfabeta. Bandung.
Sari, F. S. (2022). Pengembangan Buku Cerita Bergambar Untuk Meningkatkan
Kemampuan Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun di PAUD Hang Tuah Kota
Bengkulu. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Tadris. Universitas Negeri
Fatmawati Sukarno Bengkulu.
Setiawan, H. (2020). Pengembangan Media Audio Visual Dengan Konsep Film
Bimbingan dan Konseling Sebagai Layanan Orientasi di SMK Negeri 1
Metro Tahun Pelajaran 2019/2020. Universitas Muhammadiyah Metro.
Tanuwijaya, R., Waluyanto, H. D., & Zacky, A. (2017). The Greatwhite Ganggaputra
Bhisma Untuk Remaja. Jurnal DKV Adiwarna, Volume 1(10).
Yasri, H. T. (2014). Efektifitas Terapi Sensori integrasi Terhadap Penurunan Perilaku
Hiperaktif Anak ADHD di Pusat Terapi Fajar Mulia Ponorogo. Universitas
Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Yatmiko, F., Banowati, E., & Suhandini, P. (2015). Implementasi Pendidikan Karakter
Anak Berkebutuhan Khusus. Journal Of Primary Education, Vol 4(2), 77-84.
54

Yulianti, D., Supriyadi., Riadi, B., & Munaris. (2018). Pengembangan Media
Pembelajaran Baca Tulis Permulaan Berlandaskan Karakteristik Siswa.
Jurnal Teknologi Pendidikan, Volume 20 (3), 199-217.

Anda mungkin juga menyukai