Disusun Oleh:
Syafaat : 1807015013
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Puji syukur kami panjatkan
atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kami kemudahan dalam
menyelasaikan makalah mata kuliah Pendidikan Inklusi ini. Shalawat dan salam kami
haturkan kepada Rasulullah Saw. semoga kita senantiasa menjadi umatnya yang setia
hingga akhir zaman.
Makalah yang berjudul “Meningkatkan Interaksi Positif Di Dalam Kelas/ Sekolah
Inklusi” ini tentunya akan membahas tentang strategi guru dalam membangun interaksi di
dalam kelas inklusi. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan
juga para pembaca khususnya baik dikalangan umum, mahasiswa, dan dosen.
Tak lepas dari fitrah kami sebagai manusia tentunya banyak kekeliruan yang ada
dalam makalah ini. Untuk itu kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan atau
kekeliruan di dalamnya. Kami juga mengharapkan kritik serta sarannya kepada pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................4
A. Pengertian....................................................................................................................................4
E. Strategi guru dalam membangun interaksi positif di dalam kelas/ sekolah inklusi......................4
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana proses
pembelajaran agar peserta secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Depdikbud, 2005:5). Pendidikan
merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan sumber daya manusia karena pendidikan
diyakini mampu meningkatkan kompetensi sumber daya manusia sehingga dapat menciptakan
manusia produktif yang mampu memajukan bangsanya.
Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat berperan dalam pembentukan
sumber daya manusia yang pontensial dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu,
meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran sebagian besar terletak pada kegiatan guru dalam
mendorong siswa kearah tercapainya tujuan pendidikan. Dalam pendidikan seorang guru
memiliki peran penting sebagai perencana, pelaksana, penilai, dan pembimbing. Maka salah satu
tugas utama dari seorang guru adalah berusaha untuk membantu dan membimbing siswa dalam
proses belajar.
Pada dasarnya manusia berbeda-beda tidak hanya dalam umur, melainkan juga dalam
warna kulit, karakteristik, kesenangan, kebiasaan, kemampuan, minat, dan lain-lain. Bagi dunia
pendidikan kenyataan ini mengharuskan perlunya pendidik mempertimbangkan perbedaan-
perbedaan peserta didik ketika merencanakan, melaksanakan, dan menilai pendidikan. Khusus
untuk peserta didik berkebutuhan khusus (ABK) terdapat perbedaan karakteristik dan
kemampuan yang tampak menyolok pada hampir semua bidang akademik maupun
nonakademik. Implikasi dari perbedaan yang bervariasi pada ABK tersebut menyebabkan bentuk
layanan pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak. Snell (dalam
Sunardi, 2005) mengemukakan beberapa hal yang mendasari perlunya layanan pendidikan ABK
yang disesuaikan dengan kebutuhan individualnya, yaitu: a) ABK dalam belajar berbeda dengan
3
anak normal, makin berat tingkat kecacatannya semakin kompleks pula cara belajarnya. ABK
memerlukan modifikasi dan rentang waktu yang berbeda dibandingkan dengan peserta didik
4
4
yang normal; b) Sekolah bertanggung jawab memberikan keterampilan fungsional agar siswa
dapat mandiri. Dengan demikian, diharapkan sekolah dapat mengajarkan keterampilan
fungsional yang dibutuhkan siswa dalam menjalankan kehidupannya baik di sekolah, di rumah,
dan di masyarakat; c) Guru harus berhubungan dengan orangtua peserta didik di dalam
menjalankan program maupun evaluasi programnya; d) Guru sangat berperan dalam pencapaian
tujuan pembelajaran. Guru juga harus dapat meyakinkan masyarakat bahwa tujuan materi dalam
program pembelajaran individual dapat diterima: praktis, efektif, dan manusiawi; e) ABK
membutuhkan pelayanan pendidikan dengan prinsip-prinsip modifikasi perilaku.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang memiliki kelainan fisik, mental,
emosional, sosial dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa sehingga perlu
mendapatkan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan hak asasinya
(Permendiknas,70: 2009). nAnak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kelainan fisik,
mental, emosional, sosial dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa sehingga perlu
mendapatkan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan hak asasinya
(Permendiknas,70:2009).
Prinsip dari pendidikan inklusi adalah semua anak bisa belajar bersama-sama tanpa
memandang kesulitan ataupun perbedaan yang ada. Sekolah inklusi ini adalah perkembangan
terkini dari model Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus yang dahulu hanya bisa belajar di
Sekolah Luar Biasa (SLB) kemudian dikolaborasikan dengan teman sebaya yang lain.
Diharapkan Anak Berkebutuhan khusus dapat sama-sama mendapatkan pengalaman belajar yang
sama seperti anak pada umumnya.
Interaksi sosial adalah hubungan antara individu denga individu lain atau kelompok.
Hubungan ini dapat berpengaruh terhadap orang lain. Interaksi sosial pertama kali terjadi di
dalam keluarga, kemudian interaksi yang terjadi di dalam keluarga dapat berpengaruh terhadap
perkembangan bagi seorang siswa. Selanjutnya, interaksi sosial antara siswa dengan guru
sekolah. Hal ini tidak kalah penting untuk perkembangan seorang siswa dalam membekali masa
depan mereka. Maka dari itu, menjaga interaksi positif serta meningkatkannya akan berdampak
baik untuk peserta didik kedepannya. Dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa konsep dalam
meningkatkan interaksi positif kepada siswa khususnya Anak Berkebutuhan Khusus agar masa
depan generasi penerus semakin berkembang dari masa ke masa.
5
B. Rumusan Masalah.
1. Pengertian Interaksi.
2. Syarat terjadinya interaksi.
3. Bentuk-bentuk interaksi sosial.
4. Strategi guru dalam menghadapi situasi tersebut.
C. Tujuan.
1. Mengetahui arti, syarat dan bentuk-bentuk terjadinya interaksi.
2. Strategi guru dalam membangun interaksi sosial yang positif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian.
Interaksi sosial adalah hubungan antara individu dengan individu lain atau kelompok.
Hubungan ini dapat berpengaruh terhadap orang lain. Interaksi sosial pertama kali terjadi di
dalam keluarga, kemudian interaksi yang terjadi di dalam keluarga dapat berpengaruh terhadap
perkembangan bagi seorang siswa. Selanjutnya, interaksi sosial antara siswa dengan guru
sekolah. Hal ini tidak kalah penting untuk perkembangan seorang siswa dalam membekali masa
depan mereka. Maka dari itu, menjaga interaksi positif serta meningkatkannya akan berdampak
baik untuk peserta didik kedepannya. Dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa konsep dalam
meningkatkan interaksi positif kepada siswa khususnya Anak Berkebutuhan Khusus agar masa
depan generasi penerus semakin berkembang dari masa ke masa.
Pada dasarnya manusia berbeda-beda tidak hanya dalam umur, melainkan juga dalam
warna kulit, karakteristik, kesenangan, kebiasaan, kemampuan, minat, dan lain-lain. Bagi dunia
pendidikan kenyataan ini mengharuskan perlunya pendidik mempertimbangkan perbedaan-
perbedaan peserta didik ketika merencanakan, melaksanakan, dan menilai pendidikan. Khusus
untuk peserta didik berkebutuhan khusus (ABK) terdapat perbedaan karakteristik dan
kemampuan yang tampak menyolok pada hampir semua bidang akademik maupun
nonakademik. Implikasi dari perbedaan yang bervariasi pada ABK tersebut menyebabkan bentuk
layanan pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak. Snell (dalam
Sunardi, 2005) mengemukakan beberapa hal yang mendasari perlunya layanan pendidikan ABK
yang disesuaikan dengan kebutuhan individualnya, yaitu: a) ABK dalam belajar berbeda dengan
anak normal, makin berat tingkat kecacatannya semakin kompleks pula cara belajarnya. ABK
memerlukan modifikasi dan rentang waktu yang berbeda dibandingkan dengan peserta didik
yang normal; b) Sekolah bertanggung jawab memberikan keterampilan fungsional agar siswa
dapat mandiri. Dengan demikian, diharapkan sekolah dapat mengajarkan keterampilan
fungsional yang dibutuhkan siswa dalam menjalankan kehidupannya baik di sekolah, di rumah,
dan di masyarakat; c) Guru harus berhubungan dengan orangtua peserta didik di dalam
menjalankan program maupun evaluasi programnya; d) Guru sangat berperan dalam pencapaian
6
7
tujuan pembelajaran. Guru juga harus dapat meyakinkan masyarakat bahwa tujuan materi dalam
program pembelajaran individual dapat diterima: praktis, efektif, dan manusiawi; e) ABK
membutuhkan pelayanan pendidikan dengan prinsip-prinsip modifikasi perilaku.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang memiliki kelainan fisik, mental,
emosional, sosial dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa sehingga perlu
mendapatkan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan hak asasinya
(Permendiknas,70: 2009). nAnak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kelainan fisik,
mental, emosional, sosial dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa sehingga perlu
mendapatkan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan hak asasinya
(Permendiknas,70:2009).
Prinsip dari pendidikan inklusi adalah semua anak bisa belajar bersama-sama tanpa
memandang kesulitan ataupun perbedaan yang ada. Sekolah inklusi ini adalah perkembangan
terkini dari model Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus yang dahulu hanya bisa belajar di
Sekolah Luar Biasa (SLB) kemudian dikolaborasikan dengan teman sebaya yang lain.
Diharapkan Anak Berkebutuhan khusus dapat sama-sama mendapatkan pengalaman belajar yang
sama seperti anak pada umumnya.
jauh di luar jangkauannya. Dengan demikian peran guru pendamping sangat penting
untuk memberikan motivasi serta bantuan untuk memecahkan permasalahan-
permasalahan yang dialami anak berkebutuhan khusus tersebut.
2. Komunikasi Sosial. Merupakan aksi antara dua pihak atau lebih yang melakukan
hubungan dalam bentuk saling memberikan penafsiran atas pesan yang disampaikan oleh
masing-masing pihak. Kemudian pihak lainnya memberikan respon sebagai reaksi atas
maksud yang disampaikan oleh pihak lain melalui penafsiran yang diberikan pada
perilaku pihak lain. Komunikasi dapat diartikan sebagai proses saling memberikan
tafsiran antar pihak yang sedang melakukan hubungan dan masing-masing pihak saling
memberikan reaksi atas maksud atau pesan yang disampaikan oleh pihak lain tersebut.
C. Ciri-ciri komunikasi :
1. Keterbukaan. Adanya kesediaan kedua belah pihak untuk membuka diri, memberikan
reaksi terhadap orang lain, merasakan pikiran dan perasaan orang lain.
2. Empati. Dapat diartika sebagai menghayati perasaan orang lain atau ikut meraskan
apa yang orang lain rasakan. Hal ini dapat menumbuhkan hubungan yang saling
mengerti, menerima dan memahami.
3. Dukungan. Komunikasi yang terbangun atas dasar keterbukaan dan empati akan
memberikan efek positif dalam hubungan sosial.
4. Rasa positif. Hal ini dilakukan untuk memberikan sikap baik kepada masing-masing
pihak.
5. Kesetaraan. Komunikator memposisikan sederajat dengan komunikan agar
komunikasi berjalan dengan baik, nyaman dan lancer.
1. Pola interaksi asosiatif mengarah pada bentuk asosiasi (hubungan/ gabungan) terbagi
dalam 3 bagian, diantaranya:
a. Kerja sama (cooperation). Sebagai sebuah usaha bersama antara orang perorangan
atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan bersama.
9
E. Strategi guru dalam membangun interaksi positif di dalam kelas/ sekolah inklusi
Di sekolah inklusi terdapat anak normal dan anak berkebutuhan khusus, tentunya
interaksi sosial anak sosial anak berkebutuhan khusus berbeda dengan anak normal. Salah satu
anak berkebutuhan khusus adalah anak autis, anak autis di sekolah inklusi akan berinteraksi
secara langsung dengan anak normal. Sekolah inklusi pada dasarnya tentu akan lebih sering
melakukan komunikasi secra verbal dengan tambahan pendukung dengan tambahan pendukung
komunikasi secara non verbal. Penjelasan tersebut tentunya mengacu dengan kemampuan
komunikasi anak autis dalam berinteraksi dengan anak normal lainnya di sekolah.
Suatu usaha dalam pengembangan interaksi sosial anak autis dapat dilakukan melalui
beberapa langkah, yaitu:
1. Strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
yang termasuk juga penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/
kekuatan dalam pembelajaran. Strategi ini disusun untuk mencapai tujuan tertentu,
berarti arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan,
sehingga penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas
10
Begitu pula ABK yang memerlukan guru yang professional dalam membimbingnya.
Karena pada dasarnya, ABK adalah anak yang memiliki gangguan atau
ketidakmampuan yang perlu mendapatkan bantuan khusus.
Ada banyak berbagai jenis/ macam-macam dari ABK. Mulai dari kategori
berkebutuhan khusus sementara sampai kepada permanen. Dari banyaknya jenis
ABK, maka berbeda-beda pula cara berinteaksi dan strategi yang harus diterapkan.
Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yang kemudian dapat dijadikan
dasar upaya mendidik anak berkelainan sebagai untuk pengembangan prinsip-prinsip
pendekatan diantaranya:
a. Prinsip kasih sayang. Maksudnya dengan menerima mereka sebagaimana adanya.
Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu dilakukan diantaranya jangan terlalu
memanjakan, tidak bersikap acuh tak acuh terhadap kebutuhannya dan
memberikan tugas sesuai dengan kemampuannya.
b. Prinsip layanan individual. Dalam rangka mendidik anak berkelainan, mereka
perlu mendapatkan porsi yang lebih besar, oleh karena itu upaya yang dilakukan
untuk mereka selama menempuh dunia pendidikan yaitu; jumlah siswa tidak lebih
dari 4-6 orang. Kurikulum dan jadwal bersifat fleksibel, penataan kelas dirancang
yang dapat memungkinkan guru menjangkau semua siswanya
c. Prinsip kesiapan. Untuk menerima suatu pelajaran diperlukan kesiapan,
khususnya kesiapan anak mendapatkan pelajaran yang akan diajarkan.
d. Prinsip keperagaan. Alat yang digunakan sebagai media sebaiknya diupayakan
menggunakan benda atau situasi aslinya, apabila sulit dapat menggunakan tiruan
atau visual.
e. Prinsip motivasi. Prinsip ini lebih menitik beratkan pada cara mengajar dan
pemberian evaluasi yang disesuaikan dengan kondisi ABK. Contohnya bagi anak
tunanetra. Mempelajari orientasi dan mobilitas yang ditekankan pada pengenalan
suara binatang akan lebih mengesankan jika mereka diajak ke kebun binatang.
f. Prinsip belajar dan kerja kelompok. Arah penekanan prinsip ini ditujukan agar
anggota masyarakat dapat bergaul dengan masyarakat lingkungannya, tanpa harus
ada perasaan minder dengan orang yang normal.
12
Faktor yang menghambat interaksi sosial ABK yaitu anak lebih suka menyendiri dan
asyik dengan dunianya sendiri sehingga anak kurang memperhatikan lingkungan sekitar dan
kurang berkomunikasi. Dalam hal mengerjakan tugas juga ABK memiliki keterlambatan dalam
mengerjakannya daripada anak normal lainnya. Upaya yang harus dilakukan oleh guru dapat
dengan menggunakan beberapa terapi/ mengajarkan untuk pembiasaan diri kepada lingkungan
sekitar. Salah satu terapi yang dapat digunakan salah satunya adalah TEACHC (Treatment And
Education Of Autistic And Related Communication Handdicspped Children) yang bertujuan
untuk mengenalkan lingkungan sekitarnya. Terapi ini dapat dilakukan didalam maupu diluar
sekolah seperti melaksanakan outing class dan pemberian tugas kelompok. Hal ini akan
berdampak positif terhadap teman dan lingkungan sekitar. Kegiatan tersebut akan membuat anak
lebih berbaur dengan dunia luar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya manusia berbeda-beda tidak hanya dalam umur, melainkan juga
dalam warna kulit, karakteristik, kesenangan, kebiasaan, kemampuan, minat, dan lain-
lain. Bagi dunia pendidikan kenyataan ini mengharuskan perlunya pendidik
mempertimbangkan perbedaan-perbedaan peserta didik ketika merencanakan,
melaksanakan, dan menilai pendidikan. Khusus untuk peserta didik berkebutuhan khusus
(ABK) terdapat perbedaan karakteristik dan kemampuan yang tampak menyolok pada
hampir semua bidang akademik maupun nonakademik. Implikasi dari perbedaan yang
bervariasi pada ABK tersebut menyebabkan bentuk layanan pendidikan harus
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak.
Faktor yang menghambat interaksi sosial ABK yaitu anak lebih suka menyendiri
dan asyik dengan dunianya sendiri sehingga anak kurang memperhatikan lingkungan
sekitar dan kurang berkomunikasi. Dalam hal mengerjakan tugas juga ABK memiliki
keterlambatan dalam mengerjakannya daripada anak normal lainnya. Upaya yang harus
dilakukan oleh guru dapat dengan menggunakan beberapa terapi/ mengajarkan untuk
pembiasaan diri kepada lingkungan sekitar.
13
DAFTAR PUSTAKA
Machrus, M. A. (2019). Strategi guru Dalam Meningkatkan Interaksi Sosial Anak Bekerbutuhan Khusus
Di Sekolah Dasar Inklusi. http://etheses.uin-malang.ac.id/ , 21-47.
Rahayu, R. (2017). Peran Guru Dalam Mengembangkan Interaksi Sosial Anak Autis Di SD Al Firdaus.
eprints.ums.ac.id , 1-7.
14