PENDIDIKAN INKLUSI
“PERAN TENAGA PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN
INKLUSI”
Dosen Pengampu : Misnawati, M.Pd
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sa’da Kamalia, Pentingnya Peran Tenaga Pendidik Khusus Untuk Tercapainya Implementasi
Pendidikan Inklusi Yang Sukses Bagi Anak, Banjarmasin : academia.edu 2020, hlm 2.
1
Suksesnya penyelenggaraan sekolah inklusi bagi abk tentunya tidak terlepas
dari peran guru. Guru sebagai fasilitator disekolah khususnya bagi siswa bk di
sekolah inklusi dapat menjadi refleksi bagaimana penerapan sistem pendidikan
bagi mereka yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Untuk itu, dalam
penyelenggaraan sekolah inklusi perlunya guru pembimbing khusus sangatlah
penting bagi siswa abk untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka, melalui
modifikasi-modifikasi serta strategi yang sesuai yang dilakukan oleh guru
pembimbing khusus.
B. Rumusan masalah.
Dari latar belakang masalah di atas dapat kita ketahui bahwa rumusan
masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa saja peran guru dalam pendidikan inklusif?
2. Apa saja peran guru dalam menanamkan sikap sosial antara siswa ABK
dan siswa normal?
3. Apa saja modifikasi dan pelaksanaan pembelajaran oleh guru
pembimbing khusus?
C. Tujuan.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Agar kita dapat mengetahui apa saja peran guru dalam pendidikan
inklusif.
2. Agar kita dapat mengetahui apa saja peran guru dalam menanamkan
sikap sosial antara siswa ABK dan siswa normal
3. Agar kita dapat mengetahui apa saja modifikasi dan pelaksanaan
pembelajaran oleh guru pembimbing khusus.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Peran Guru Dalam Pendidikan Inklusi, id.scribd.com 2017, hlm 1.
3
pendidikan. Untuk menjamin hal tersebut maka di dalam sistem
pendidikan inklusi perlu ditugaskan Guru Pembimbing Khusus.3
3
Peran Guru Dalam Pendidikan Inklusi, id.scribd.com 2017, hlm 2.
4
Peningkatan kompetensi guru inklusi dalam proses belajar mengajar
hendaknya seorang guru terlebih dahulu menyusun instrument asesmen
pendidikan khusus. Agar memiliki keahlian untuk mendidik, mengajar dan
melatih, maka guru inklusi dalam mengembangkan diri agar dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Asesmen dilaksanakan saat siswa masuk tahun ajaran baru dan
pertengahan semester oleh GPK yang mendampingi. Sebelum
melaksanakan asesemen, guru akan mengidentifikasi siswa yang termasuk
dalam kategori siswa berkebutuhan khusus, setelah itu siswa didaftarkan
untuk mengikuti tes IQ. Tes IQ bekerja sama dengan tim psikologi UAD
untuk tahun ajaran 2016 dan di tahun-tahun sebelumnya tes IQ juga
dilaksanakan di UNY. Selain itu, dilaksanakan juga asesmen akademik
setelah kegiatan pembelajaran dimulai yaitu diawal semester hingga
pertengahan semester. Selain itu, dilaksanakan juga tes CBA dan tes usia
mental menggunakan instrumen perkembangan anak berdasarkan usia
untuk mengetahui usia mental siswa sehingga GPK mampu memberikan
layanan sesuai usia mentalnya bukan usia sebenarnya.
4. Menyusun PPI
Yang bertugas menyusun PPI adalah tanggung jawab dari masing-
masing GPK. Jika siswa belum memiliki GPK maka tidak dibuatkan PPI.
Setelah PPI selesai dibuat, GPK akan mengadakan case conference
internal bersama dengan semua GPK di ruang sumber dan dilaksanakan
case conference kembali bersama dengan kepala sekolah, guru kelas dan
orang tua ketika jadwal rutin pertemuan inklusi atau membuat jadwal
pertemuan tambahan. Namun tidak semua guru kelas dan orangtua yang
bersangkutan hadir dalam kegiatan tersebut sehingga menjadi kendala
ketika kegiatan pembelajaran di kelas karena guru kelas belum mengetahui
bagaimana kondisi siswa ABK yang ada dikelasnya dan beranggapan
bahwa itu menjadi tanggung jawab GPK semata.
5. Pengajaran Kompensatif
5
Pengajaran kompensatif yang dimaksud adalah pengajaran remedial,
karena kondisi dari salah satu siswa ABK mayoritas yang memiliki
kemampuan di bawah rata-rata dan slow learner. GPK sekolah dan wali
yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengajaran remedial.
Remedial dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung yaitu di kelas
reguler atau ruang sumber, sehingga tidak ada waktu khusus bagi siswa
untuk melaksanakan pengajaran kompensatif. Pengajaran remedial yang
dilakukan, bertujuan untuk membantu siswa mengulang kembali pelajaran
yang belum dipahami dan sebagai cara mengasah kemampuan siswa agar
terus bertambah.
6. Pengadaan dan Pengelolaan Alat Bantu Pengajaran
Media yang di maksud terdiri dari media balok, komputer permainan
edukatif namun jarang digunakan, piano, buku-buku mata pelajaran, buku
braille, mesin ketik braille, stilus, reglet dan media konkrit untuk
pembelajaran siswa tunagrahita.
7. Pengembangan Pendidikan Inklusi dan Jalinan Kerjasama
4
Farizka Ayu, Peranan Guru Melalui Pendidikan Inklusi Dalam Menanamkan Sikap Sosial Siswa,
Malang : Academia.edu 2022, hlm 9.
6
Anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki ciri
khas tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan
mereka dari anak-anak normal pada umumnya. Maka dari itu program
pendidikan inklusif merupakan suatu solusi pembelajaran anak
berkebutuhan khusus agar mereka bisa bersosialisasi dengan anak-anak
normal lainnya sehingga mereka tidak terlihat berbeda dan bisa
meningkatkan percaya dirinya.
Anak berkebutuhan khusus sering terlihat berbeda baik secara fisik
maupun mental dan sosial emosional. Mereka memiliki karakteristik
khusus yang mengakibatkan adanya penyesuaian-penyesuaian di berbagai
bidang, agar mereka tetap mendapatkan haknya yang sama dengan anak
lain dan bahkan penyesuaian tersebut harus dapat mengoptimalkan
perkembangannya sebagaimana layaknya anak-anak yang lain.
Penyesuaian yang dimaksud adalah penyesuaian lingkungan yang dapat
mengakomodasi kebutuhan semua anak, penyesuaian kemampuan,
keterampilan dan pengetahuan pendidik penyesuaian kegiatan
pembelajaran, penyesuaian sarana dan prasarana pembelajaran, dan
penyesuaian teman-teman sebaya serta lingkungan masyarakat.
Dalam setting pelaksanaan pendidikan inklusi, sistem pembelajaran
yang diterapkan dalam pendidikan inklusi lebih fleksibel dan
mengutamakan sistem pembelajaran yang kooperatif. Sehingga tingkat
interaksi yang terjalin diantara siswanya lebih sering. Dalam pembelajaran
kooperatif, guru menciptakan suasana belajar yang mendorong anak-anak
untuk saling membutuhkan. Interaksi kooperatif menuntut semua anggota
kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan
dialog tidak hanya dengan guru tetapi juga dengan teman lainnya. interaksi
semacam itu diharapkan dapat memungkinkan anak-anak dapat memahami
satu sama lainnya.
Dalam pembelajaran inklusi seorang guru mengajarkan pendidikan
kepada siswa dengan berbagai jenis inklusi yakni:
a. Diseleksia
7
Diseleksia adalah sebuah gangguan dalam perkembangan baca-tulis
yang umumnya terjadi pada anak menginjak usia 7 hingga 8 tahun.
Ditandai dengan kesulitan belajar membaca dengan lancar dan kesulitan
dalam memahami meskipun normal atau di atas rata-rata. Ini termasuk
kesulitan dalam penerapan disiplin Ilmu Fonologi, kemampuan
bahasa/pemahaman verbal. Diseleksia adalah kesulitan belajar yang paling
umum dan gangguan membaca yang paling dikenal. Ada kesulitan-
kesulitan lain dalam membaca namun tidak berhubungan dengan disleksia.
Beberapa melihat disleksia sebagai sebuah perbedaan akan kesulitan
membaca akibat penyebab lain, seperti kekurangan non-neurologis dalam
penglihatan atau pendengaran atau lemah dalam memahami instruksi
bacaan. Ada 3 aspek kognitif penderita disleksia yaitu Pendengaran,
Penglihatan, dan Perhatian.
a. Down Syndrome
Down Syndrome adalah gangguan genetika paling umum yang
menyebabkan perbedaan kemampuan belajar dan ciri-ciri fisik tertentu.
Down syndrome tidak bisa disembuhkan, namun dengan dukungan dan
perhatian yang maksimal, anak-anak dengan sindrom down bisa tumbuh
dengan bahagia. Gejala down syndrome pada anak-anak adalah memiliki
beberapa ciri fisik yang mirip, namun mereka tidak sama persis karena ada
faktor keturunan dari orang tua dan keluarga masing-masing.
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang
rasa, bersikap sopan terhadap teman, mengkritik ide orang lain, dan
berbagai keterampilan yang bermanfaat untuk menjalin hubungan
interpersonal secara sengaja diajarkan dan dilatihkan. Dalam hal ini
pembelajaran yang kooperatif yang diterapkan dalam pendidikan inklusi
dapat menanamkan sikap sosial siswa baik itu siswa ABK maupun siswa
reguler.
8
Pada sisi lain pendidikan inklusi memunculkan peluang bagi anak-
anak reguler untuk berinteraksi dengan anak-anak berkebutuhan khusus.
Dalam interaksi tersebut anak-anak normal diajar untuk peduli dengan
kebutuhan anak lain dan memiliki rasa toleransi pada anak berkebutuhan
khusus. Proses interaksi ini pada akhirnya akan membentuk anak dengan
tingkat empati yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang
tidak pernah berbaur dengan anak berkebutuhan khusus.
5
Sa’da Kamalia, Pentingnya Peran Tenaga Pendidik Khusus Untuk Tercapainya Implementasi
Pendidikan Inklusi Yang Sukses Bagi Anak, Banjarmasin : academia.edu 2020, hlm 4
9
2. Kelas regular dengan Cluster Anak berkebutuhan khusus belajar bersama
anak normal di kelas regular dalam kelompok khusus.
3. Kelas Reguler dengan Pull out Anak berkebutuhan khusus belajar
bersama anak normaldi kelas regular namun dalam waktu-waktu tertentu
ditarik dari kelas regular ke ruang lain untuk belajar dengan guru
pembimbing khusus.
4. Kelas Reguler dengan Cluster dan Pull Out Anak berkebutuhan khusus
belajar bersama anak norma di kelas regular dalam kelompok khusus,
dan dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas regular ke kelas lain
untuk belajar dengan guru pembimbing khusus.
5. Kelas Khusus dengan Berbagai Pengintegrasian Anak berkebutuhan
khusus belajar di dalam kelas khusus pada sekolah regular, namun dalam
bidang-bidang tertentu dapatbelajar bersama anak normal di kelas
regular.
6. Kelas Khusus Penuh Anak berkebutuhan khusus belajar di dalam kelas
khusus pada sekolah regular.
Model-model modifikasi kelas seperti yang terjabarkan adalah sebuah
upaya agar para anak berkebutuhan khusus dapat mendapatkan sesuai
dengan apa yang mereka butuhkan. Dengan demikian, guru khusus
sebagai salah satu fasilisator utama dapat menjalankan perannya dengan
baik sehingga para siswa berkebutuhan khusus juga dapat menermia
pembelajaran dengan maksimal.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN.
Kesimpulan yang dapat saya sampaikan adalah:
Peran GPK dalam pendidikan inklusif adalah sebagai fasilitator dan
pembimbing kesetaraan antara ABK dan anak normal.
Dalam arti yang luas pendidikan inklusif adalah suatu ideologi atau
filosofis penyelenggaraan pendidikan dimana semua anak dari berbagai
latar belakang dan kondisi dapat mengikuti pendidikan dalam suatu
lingkungan pendidikan yang disesuaikan dan dapat mengakomodir
kebutuhan semua siswa. Pendidikan nklusif adalah sebuah sistem layanan
pendidikan yang terbuka bagi semua anak/siswa tanpa membedakan latar
belakang sosial,ekonomi, budaya, agama, bahasa, ras, suku bangsa, jenis
kelamin, kemampuan dan aspekaspek lainnya. Semua anak belajar
bersama-sama, baik dikelas/sekolah formal maupun nonformal yang
berada ditempat tinggalnya yang disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan masing-masing anak.
B. SARAN.
Saran yang dapat pemakalah sampaikan adalah dengan membaca
kesimpulan di atas kita sebagai Guru Pembimbing Khusus harusnya tau
betapa pentingnya nya pendidikan inklusi ini, tidak semua anak sama dan
tidak semua anak ingin di banding-bandingkan. Oleh karena itu
pendidikan inklusi di ciptakan agar tidak terjadinya kecemburuan sosial,
semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang sama.
Demikianlah makalah ini dibuat, tentunya masih banyak kekurangan
dan kesalahan di dalam penulisan maupun pengambilan referensi, oleh
sebab itu selaku penyusun makalah ini menerima kritik dan saran agar
untuk pembuatan makalah kami ke depan menjadi lebih baik. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
11
DAFTAR PUSTAKA
12