Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN INKLUSI
“PERAN TENAGA PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN
INKLUSI”
Dosen Pengampu : Misnawati, M.Pd

Disusun oleh kelompok 6:

1. Elvi Novaria : NIM.PM.02.221.1025


2. Lailatul Okta Fransiska : NIM.PM.02.221.1049
3. Mira Indriani : NIM.PM.02.221.1063
4. Nevia Ariani : NIM.PM.02.221.1072

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM YASNI BUNGO
TAHUN AJARAN
2022/3A2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu


Wa Ta’ala Tuhan seluruh alam yang maha rahman dan rahim karena atas berkat
rahmat dan kasih sayang-Nya makalah yang berjudul “Peran Pendidik Dalam
Pendidikan Inklusi“ terselesaikan. Dan terimakasih penulis sampaikan kepada
dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Inklusi, ibuk Misnawati, M.Pd yang
telah mengarahkan dan membimbing pembuatan makalah yang baik dan benar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan, walaupun penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik
bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah
ini dengan senang hati penulis terima. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca. Aamiin.

Muara Bungo, 08 Desember 2022

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ii


DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Peran Guru Dalam Pendidikan Inklusi.........................................................3
B. Peran Guru Dalam Menanamkan Sikap Sosial Antara Siswa ABK
dan Siswa Normal........................................................................................6
C. Modifikasi dan Pelaksanaan Pembelajaran Oleh Guru
Pembimbing Khusus....................................................................................8
BAB III PENUTUP.............................................................................................11
A. Kesimpulan .................................................................................................11
B. Saran............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.


Di negara kita Indonesia pendidikan merupakan hak dan kewajiban bagi
setiap warga negaranya. Karena pendidikan sendiri dipandang sebagai suatu
pokok esensial dan factor yang dapat menentukan mutu sumber daya manusia di
Indonesia. Pentingnya pendidikan didukung oleh adanya perundangan-undangan
yang memuat tentang sistem pendidikan dan hal yang bersangkutan lainnya. Hal
ini tentu saja membuktikan bahwa negara Indonesia tidak memandang sebelah
mata peran pendidikan. Disebtkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32
ayat (2) menegaskan bahwa “setiap warga anak wajib mengikuti pendidikan dasar
dan pemerintah wajib membiayainya”. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 5 ayat (1) yang menegaskan “setiap
warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu”. Itu berarti bahwa setiap warga negara berhak menerima pendidikan
yang sama dan merata tanpa memandang fisik, mental, ras ataupun perbedaan
lainnya.1
Mengacu pada undang-undang tentang hak mendapat pendidikan yang
merata, tentunya kita tidak bisa mengesampingkan adanya para anak
berkebutuhan khusus yang berhak mendapat hal yang setimpal. Karena mereka
adalah bagian dari kita dan tidak terlepas dari lingkungan Masyarakat. Kehadiran
Anak berkebutuhan khusus dalam sistem pendidikan seakan menjadi bukti bahwa
kebutuhan mereka terhadap pendidikan bisa tercapai dengan sistem yang adaptif
dengan kondisi mereka. Untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak
berkebutuhan khusus, salah satu upaya pemerintah dalam sistem pendidikan
adalah dengan adanya Pendidikan Inklusi. Pendidikan inklusif menyediakan hal-
hal yang disesuaikan dengan kebutuhan para abk, terlepas dari apapun kondisi
mereka.

1
Sa’da Kamalia, Pentingnya Peran Tenaga Pendidik Khusus Untuk Tercapainya Implementasi
Pendidikan Inklusi Yang Sukses Bagi Anak, Banjarmasin : academia.edu 2020, hlm 2.

1
Suksesnya penyelenggaraan sekolah inklusi bagi abk tentunya tidak terlepas
dari peran guru. Guru sebagai fasilitator disekolah khususnya bagi siswa bk di
sekolah inklusi dapat menjadi refleksi bagaimana penerapan sistem pendidikan
bagi mereka yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Untuk itu, dalam
penyelenggaraan sekolah inklusi perlunya guru pembimbing khusus sangatlah
penting bagi siswa abk untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka, melalui
modifikasi-modifikasi serta strategi yang sesuai yang dilakukan oleh guru
pembimbing khusus.
B. Rumusan masalah.
Dari latar belakang masalah di atas dapat kita ketahui bahwa rumusan
masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa saja peran guru dalam pendidikan inklusif?
2. Apa saja peran guru dalam menanamkan sikap sosial antara siswa ABK
dan siswa normal?
3. Apa saja modifikasi dan pelaksanaan pembelajaran oleh guru
pembimbing khusus?
C. Tujuan.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Agar kita dapat mengetahui apa saja peran guru dalam pendidikan
inklusif.
2. Agar kita dapat mengetahui apa saja peran guru dalam menanamkan
sikap sosial antara siswa ABK dan siswa normal
3. Agar kita dapat mengetahui apa saja modifikasi dan pelaksanaan
pembelajaran oleh guru pembimbing khusus.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN INKLUSIF.


Beberapa guru disekolah inklusif menyatkan bahwa hal-hal yang
telah membantunya dalam melaksanakan pendidikan inklusif adalah rasa
humor, fleksibilitas dan dukungan dari pimpinan, guru pendamping,
dukungan lembaga, administrasi yang mudah/aksesibel buat semua anak,
dukungan dari orang tua dan sikap empati dari siswa dikelas.
Guru seringkali memandang hanya anak berkebutuhan khusus saja
yang membutuhkan pendidikan berkebutuhan khusus, sedangkan siswa
yang lainnya tidak membutuhkan, sehingga ketika mengembangkan
sebuah program pembelajaran hanya siswa yang berkesulitan
belajar/berkebutuhan khusus saja yang diperhatikan kebutuhan belajarnya
secara individual, sedangkan anak-anak yang tidak memiliki kebutuhan
khusus kurang diperhatikan.Anak-anak yang tidak memiliki masalah
dalam belajar dikelas akan merasakan dampak dari kehadiran temannya
yang berkebutuhan khusus/berkesultan dalam belajar.
Anak berkesulitan belajar memerlukan dukungan dan empati dari
teman-temannya dikelas, sehingga guru harus membangun sistem
dukungan dari siswa untuk anak berkebutuhan khusus dikelasnya.Sebagai
ilustrasi ketika seorang guru akan mengajar berhitung (matematika) guru
telah melakukan adaptasi kurikulum yang akan menguntungkan semua
siswa.2
Program pendidikan inklusi, dilaksanakan secara inklusif dengan
program pendidikan di sekolah/lembaga pendidikan umum bersangkutan,
oleh karena itu kehadiran anak – anak berkelainan di sekolah/lembaga
pendidikan tersebut seharusnya tidak mengganggu pelaksanaan program

2
Peran Guru Dalam Pendidikan Inklusi, id.scribd.com 2017, hlm 1.

3
pendidikan. Untuk menjamin hal tersebut maka di dalam sistem
pendidikan inklusi perlu ditugaskan Guru Pembimbing Khusus.3

1. Konseling Psikologi dan Konseling Keluarga


Hal yang pertama perlu disiapkan seorang guru adalah melaksanakan
program bimbingan dan konseling terhadap peserta didiknya yang menjadi
tanggung jawabnya. Tugas guru berada dalam kawasan pelayanan
(bimbingan dan konseling) yang bertujuan mengembangkan potensi dan
memandirikan anak berkebutuhan khusus dalam pengambilan keputusan.
Guru dalam menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling
dimotivasi oleh sikap empatik, serta menghargai keragaman anak
berkebutuhan khusus.
Tugas lain dari GPK ada mengadakan konseling keluarga siswa
berkebutuhan khusus. Hasil dari wawancara, bahwa sekolah mengadakan
pertemuan antara kepala sekolah, GPK, guru kelas dan orangtua yang telah
dijadwalkan dua bulan sekali. Dalam forum ini, akan dijelaskan bagaimana
perkembangan GPK mendampingi siswa, kemampuan apa yang sudah
tercapai, sharing orangtua ketika menghadapi anak di rumah dan
mengevaluasi kinerja guru dalam melayani kebutuhan pendidikan siswa
ABK di kelas reguler dan kelas sumber. Adapun, orangtua membuat
pertemuan sendiri yang pelaksanaannya dilaksanakan secara fleksibel.
2. Penyelenggaraan Administrasi Khusus
Terkait penyelenggaraan administrasi khusus, menyatakan
pelaksanaan administrasi yang berkaitan dengan siswa ABK dilakukan
oleh GPK dan diawasi oleh koordinator inklusi berupa pencatatan identitas
siswa ABK, hasil asesmen siswa berupa hasil tes IQ, hasil asesmen
akademik, hasil CBA (Curicculum Basic Assesmen) serta catatan harian
siswa terkait perilaku siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran
dikelas maupun diluar kelas dan kemampuan yang sudah dicapai.
3. Menyusun Instrumen Asesmen Pendidikan Khusus

3
Peran Guru Dalam Pendidikan Inklusi, id.scribd.com 2017, hlm 2.

4
Peningkatan kompetensi guru inklusi dalam proses belajar mengajar
hendaknya seorang guru terlebih dahulu menyusun instrument asesmen
pendidikan khusus. Agar memiliki keahlian untuk mendidik, mengajar dan
melatih, maka guru inklusi dalam mengembangkan diri agar dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Asesmen dilaksanakan saat siswa masuk tahun ajaran baru dan
pertengahan semester oleh GPK yang mendampingi. Sebelum
melaksanakan asesemen, guru akan mengidentifikasi siswa yang termasuk
dalam kategori siswa berkebutuhan khusus, setelah itu siswa didaftarkan
untuk mengikuti tes IQ. Tes IQ bekerja sama dengan tim psikologi UAD
untuk tahun ajaran 2016 dan di tahun-tahun sebelumnya tes IQ juga
dilaksanakan di UNY. Selain itu, dilaksanakan juga asesmen akademik
setelah kegiatan pembelajaran dimulai yaitu diawal semester hingga
pertengahan semester. Selain itu, dilaksanakan juga tes CBA dan tes usia
mental menggunakan instrumen perkembangan anak berdasarkan usia
untuk mengetahui usia mental siswa sehingga GPK mampu memberikan
layanan sesuai usia mentalnya bukan usia sebenarnya.
4. Menyusun PPI
Yang bertugas menyusun PPI adalah tanggung jawab dari masing-
masing GPK. Jika siswa belum memiliki GPK maka tidak dibuatkan PPI.
Setelah PPI selesai dibuat, GPK akan mengadakan case conference
internal bersama dengan semua GPK di ruang sumber dan dilaksanakan
case conference kembali bersama dengan kepala sekolah, guru kelas dan
orang tua ketika jadwal rutin pertemuan inklusi atau membuat jadwal
pertemuan tambahan. Namun tidak semua guru kelas dan orangtua yang
bersangkutan hadir dalam kegiatan tersebut sehingga menjadi kendala
ketika kegiatan pembelajaran di kelas karena guru kelas belum mengetahui
bagaimana kondisi siswa ABK yang ada dikelasnya dan beranggapan
bahwa itu menjadi tanggung jawab GPK semata.
5. Pengajaran Kompensatif

5
Pengajaran kompensatif yang dimaksud adalah pengajaran remedial,
karena kondisi dari salah satu siswa ABK mayoritas yang memiliki
kemampuan di bawah rata-rata dan slow learner. GPK sekolah dan wali
yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengajaran remedial.
Remedial dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung yaitu di kelas
reguler atau ruang sumber, sehingga tidak ada waktu khusus bagi siswa
untuk melaksanakan pengajaran kompensatif. Pengajaran remedial yang
dilakukan, bertujuan untuk membantu siswa mengulang kembali pelajaran
yang belum dipahami dan sebagai cara mengasah kemampuan siswa agar
terus bertambah.
6. Pengadaan dan Pengelolaan Alat Bantu Pengajaran
Media yang di maksud terdiri dari media balok, komputer permainan
edukatif namun jarang digunakan, piano, buku-buku mata pelajaran, buku
braille, mesin ketik braille, stilus, reglet dan media konkrit untuk
pembelajaran siswa tunagrahita.
7. Pengembangan Pendidikan Inklusi dan Jalinan Kerjasama

B. PERANAN GURU DALAM MENANAMKAN SIKAP SOSIAL ANTARA


SISWA ABK DENGAN SISWA NORMAL.
Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak
dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat dan kelembagaan.
Penanaman sikap sosial yang benar secara sengaja diberikan kepada
peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan. Dengan
pendidikan, peserta didik bukan hanya dikenalkan kepada norma-norma
lingkungan dekat, tetapi juga dikenalkan dengan bagaiman cara anak
untuk memahami keadaan di lingkungan sosial disekitarnya. Etik
pergaulan dan pendidikan moral diajarkan secara terprogram dengan
tujuan untuk membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.4

4
Farizka Ayu, Peranan Guru Melalui Pendidikan Inklusi Dalam Menanamkan Sikap Sosial Siswa,
Malang : Academia.edu 2022, hlm 9.

6
Anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki ciri
khas tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan
mereka dari anak-anak normal pada umumnya. Maka dari itu program
pendidikan inklusif merupakan suatu solusi pembelajaran anak
berkebutuhan khusus agar mereka bisa bersosialisasi dengan anak-anak
normal lainnya sehingga mereka tidak terlihat berbeda dan bisa
meningkatkan percaya dirinya.
Anak berkebutuhan khusus sering terlihat berbeda baik secara fisik
maupun mental dan sosial emosional. Mereka memiliki karakteristik
khusus yang mengakibatkan adanya penyesuaian-penyesuaian di berbagai
bidang, agar mereka tetap mendapatkan haknya yang sama dengan anak
lain dan bahkan penyesuaian tersebut harus dapat mengoptimalkan
perkembangannya sebagaimana layaknya anak-anak yang lain.
Penyesuaian yang dimaksud adalah penyesuaian lingkungan yang dapat
mengakomodasi kebutuhan semua anak, penyesuaian kemampuan,
keterampilan dan pengetahuan pendidik penyesuaian kegiatan
pembelajaran, penyesuaian sarana dan prasarana pembelajaran, dan
penyesuaian teman-teman sebaya serta lingkungan masyarakat.
Dalam setting pelaksanaan pendidikan inklusi, sistem pembelajaran
yang diterapkan dalam pendidikan inklusi lebih fleksibel dan
mengutamakan sistem pembelajaran yang kooperatif. Sehingga tingkat
interaksi yang terjalin diantara siswanya lebih sering. Dalam pembelajaran
kooperatif, guru menciptakan suasana belajar yang mendorong anak-anak
untuk saling membutuhkan. Interaksi kooperatif menuntut semua anggota
kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan
dialog tidak hanya dengan guru tetapi juga dengan teman lainnya. interaksi
semacam itu diharapkan dapat memungkinkan anak-anak dapat memahami
satu sama lainnya.
Dalam pembelajaran inklusi seorang guru mengajarkan pendidikan
kepada siswa dengan berbagai jenis inklusi yakni:
a. Diseleksia

7
Diseleksia adalah sebuah gangguan dalam perkembangan baca-tulis
yang umumnya terjadi pada anak menginjak usia 7 hingga 8 tahun.
Ditandai dengan kesulitan belajar membaca dengan lancar dan kesulitan
dalam memahami meskipun normal atau di atas rata-rata. Ini termasuk
kesulitan dalam penerapan disiplin Ilmu Fonologi, kemampuan
bahasa/pemahaman verbal. Diseleksia adalah kesulitan belajar yang paling
umum dan gangguan membaca yang paling dikenal. Ada kesulitan-
kesulitan lain dalam membaca namun tidak berhubungan dengan disleksia.
Beberapa melihat disleksia sebagai sebuah perbedaan akan kesulitan
membaca akibat penyebab lain, seperti kekurangan non-neurologis dalam
penglihatan atau pendengaran atau lemah dalam memahami instruksi
bacaan. Ada 3 aspek kognitif penderita disleksia yaitu Pendengaran,
Penglihatan, dan Perhatian.

a. Down Syndrome
Down Syndrome adalah gangguan genetika paling umum yang
menyebabkan perbedaan kemampuan belajar dan ciri-ciri fisik tertentu.
Down syndrome tidak bisa disembuhkan, namun dengan dukungan dan
perhatian yang maksimal, anak-anak dengan sindrom down bisa tumbuh
dengan bahagia. Gejala down syndrome pada anak-anak adalah memiliki
beberapa ciri fisik yang mirip, namun mereka tidak sama persis karena ada
faktor keturunan dari orang tua dan keluarga masing-masing.
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang
rasa, bersikap sopan terhadap teman, mengkritik ide orang lain, dan
berbagai keterampilan yang bermanfaat untuk menjalin hubungan
interpersonal secara sengaja diajarkan dan dilatihkan. Dalam hal ini
pembelajaran yang kooperatif yang diterapkan dalam pendidikan inklusi
dapat menanamkan sikap sosial siswa baik itu siswa ABK maupun siswa
reguler.

8
Pada sisi lain pendidikan inklusi memunculkan peluang bagi anak-
anak reguler untuk berinteraksi dengan anak-anak berkebutuhan khusus.
Dalam interaksi tersebut anak-anak normal diajar untuk peduli dengan
kebutuhan anak lain dan memiliki rasa toleransi pada anak berkebutuhan
khusus. Proses interaksi ini pada akhirnya akan membentuk anak dengan
tingkat empati yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang
tidak pernah berbaur dengan anak berkebutuhan khusus.

C. MODIFIKASI DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN OLEH GURU


PEMBIMBING KHUSUS.
Untuk menyukseskan proses pembelajaran bagi ABK maka proses
modifikasi diperlukan. Indriawati menyatakan “Implementasi tugas Guru
Pembimbing Khusus (GPK) dalam merancang dan melaksanakan program
kekhususan ditujukan untuk memberikan program pelayanan sesuai
dengan karakteristik kekhususan ABK.” Tugas dan apa yang dilakukan
oleh seorang guru pembimbing khusus, menurutnya “Dalam
mengorganisaikan bahan ajar Guru Pembimbing Khusus (GPK) menyusun
dan membuat urutan susunan bahan ajar dengan tata urutan tertentu
berdasarkan kebutuhan ABK. Tata urutan yang dimaksud mencakup
mempertimbangkan kronologis, prosedur, urutan logis, maupun hirarkis.”
Keberadaan sekolah inklusi diharapkan dapat menghadirkan
lingkungan yang ramah terhadap pembelajaran, yang memungkinkan
semua siswa berkebutuhan khusus merasa senang dan nyaman pada saat
belajar.
Adapun model sekolah inklusi yang dapat dilakukan di Indonesia
adalah sebagai berikut :5
1. Kelas Reguler (Inklusi Penuh) Anak berkebutuhan khusus belajar
bersama anak normal sepanjang hari di kelas regular dengan
menggunakan kurikulum yang sama.

5
Sa’da Kamalia, Pentingnya Peran Tenaga Pendidik Khusus Untuk Tercapainya Implementasi
Pendidikan Inklusi Yang Sukses Bagi Anak, Banjarmasin : academia.edu 2020, hlm 4

9
2. Kelas regular dengan Cluster Anak berkebutuhan khusus belajar bersama
anak normal di kelas regular dalam kelompok khusus.
3. Kelas Reguler dengan Pull out Anak berkebutuhan khusus belajar
bersama anak normaldi kelas regular namun dalam waktu-waktu tertentu
ditarik dari kelas regular ke ruang lain untuk belajar dengan guru
pembimbing khusus.
4. Kelas Reguler dengan Cluster dan Pull Out Anak berkebutuhan khusus
belajar bersama anak norma di kelas regular dalam kelompok khusus,
dan dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas regular ke kelas lain
untuk belajar dengan guru pembimbing khusus.
5. Kelas Khusus dengan Berbagai Pengintegrasian Anak berkebutuhan
khusus belajar di dalam kelas khusus pada sekolah regular, namun dalam
bidang-bidang tertentu dapatbelajar bersama anak normal di kelas
regular.
6. Kelas Khusus Penuh Anak berkebutuhan khusus belajar di dalam kelas
khusus pada sekolah regular.
Model-model modifikasi kelas seperti yang terjabarkan adalah sebuah
upaya agar para anak berkebutuhan khusus dapat mendapatkan sesuai
dengan apa yang mereka butuhkan. Dengan demikian, guru khusus
sebagai salah satu fasilisator utama dapat menjalankan perannya dengan
baik sehingga para siswa berkebutuhan khusus juga dapat menermia
pembelajaran dengan maksimal.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN.
Kesimpulan yang dapat saya sampaikan adalah:
Peran GPK dalam pendidikan inklusif adalah sebagai fasilitator dan
pembimbing kesetaraan antara ABK dan anak normal.
Dalam arti yang luas pendidikan inklusif adalah suatu ideologi atau
filosofis penyelenggaraan pendidikan dimana semua anak dari berbagai
latar belakang dan kondisi dapat mengikuti pendidikan dalam suatu
lingkungan pendidikan yang disesuaikan dan dapat mengakomodir
kebutuhan semua siswa. Pendidikan nklusif adalah sebuah sistem layanan
pendidikan yang terbuka bagi semua anak/siswa tanpa membedakan latar
belakang sosial,ekonomi, budaya, agama, bahasa, ras, suku bangsa, jenis
kelamin, kemampuan dan aspekaspek lainnya. Semua anak belajar
bersama-sama, baik dikelas/sekolah formal maupun nonformal yang
berada ditempat tinggalnya yang disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan masing-masing anak.
B. SARAN.
Saran yang dapat pemakalah sampaikan adalah dengan membaca
kesimpulan di atas kita sebagai Guru Pembimbing Khusus harusnya tau
betapa pentingnya nya pendidikan inklusi ini, tidak semua anak sama dan
tidak semua anak ingin di banding-bandingkan. Oleh karena itu
pendidikan inklusi di ciptakan agar tidak terjadinya kecemburuan sosial,
semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang sama.
Demikianlah makalah ini dibuat, tentunya masih banyak kekurangan
dan kesalahan di dalam penulisan maupun pengambilan referensi, oleh
sebab itu selaku penyusun makalah ini menerima kritik dan saran agar
untuk pembuatan makalah kami ke depan menjadi lebih baik. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

11
DAFTAR PUSTAKA

Farizka Ayu, 2022, Peranan Guru Melalui Pendidikan Inklusi Dalam


Menanamkan Sikap Sosial Siswa, Malang : Academia.edu
Peran Guru Dalam Pendidikan Inklusi, 2027, id.scribd.com
Sa’da Kamalia, 2020, Pentingnya Peran Tenaga Pendidik Khusus
Untuk Tercapainya Implementasi Pendidikan Inklusi Yang Sukses Bagi
Anak, Banjarmasin : academia.edu

12

Anda mungkin juga menyukai