Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nyasehingga makalahBelajar dan Pembelajaranini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita
selaku umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah Belajar dan Pembelajaranini. Dan kami juga
menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah Belajar dan Pembelajaranini sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah Belajar
dan Pembelajaranini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 1
C. Tujuan...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Tindakan Pidana Korupsi Perundang Undangan..................................... 2
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 9
B. Saran........................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tipikor tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa, tetapi
telah menjadi kejahatan luar biasa. Metode konvensional yang selama ini
digunakan terbukti tidak bisa menyelesaikan persoalan korupsi yang ada di
masyarakat, maka penanganannya pun juga harus menggunakan cara-cara luar
biasa. Mengingat bahwa salah satu unsur Tipikor di dalam Pasal 2 dan Pasal 3
Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang No. 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor) adalah adanya
unsur kerugian keuangan negara, unsur tersebut memberi konsekuensi bahwa
pemberantasan Tipikor tidak hanya bertujuan untuk membuat jera para
Koruptor melalui penjatuhan pidana penjara yang berat, melainkan juga
memulihkan keuangan negara akibat korupsi sebagaimana ditegaskan dalam
konsideran dan penjelasan umum UU Tipikor.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah tentang Belajar dan Pembelajaran ini adalah sebagai
berikut:
1. Jelaskan tindakan pidana korupsi perundang undangan?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Belajar dan
Pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tindakan pidana korupsi perundang undangan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tindak Pidana Korupsi Perundang Undangan
Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) yang merajalela di tanah air selama ini
tidak saja merugikan Keuangan Negara atau Perekonomian Negara, tetapi juga
telah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat,
menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Tipikor tidak lagi dapat digolongkan
sebagai kejahatan biasa, tetapi telah menjadi kejahatan luar biasa. Metode
konvensional yang selama ini digunakan terbukti tidak bisa menyelesaikan
persoalan korupsi yang ada di masyarakat, maka penanganannya pun juga harus
menggunakan cara-cara luar biasa. Mengingat bahwa salah satu unsur Tipikor di
dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo Undang-
Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU
Tipikor) adalah adanya unsur kerugian keuangan negara, unsur tersebut memberi
konsekuensi bahwa pemberantasan Tipikor tidak hanya bertujuan untuk membuat
jera para Koruptor melalui penjatuhan pidana penjara yang berat, melainkan juga
memulihkan keuangan negara akibat korupsi sebagaimana ditegaskan dalam
konsideran dan penjelasan umum UU Tipikor. Kegagalan pengembalian aset hasil
korupsi dapat mengurangi ‗makna‘ penghukuman terhadap para koruptor.
2
3
pengembalian aset dapat dilakukan melalui jalur pidana (aset recovery secara
tidak langsung melalui criminal recovery) dan jalur perdata (aset recovery secara
langsung melalui civil recovery). Secara teknis, UNCAC mengatur pengembalian
aset pelaku tindak pidana korupsi dapat melalui pengembalian secara langsung
dari proses pengadilan yang dilandaskan kepada sistem ―negotiation plea” atau
―plea bargaining system” dan melalui pengembalian secara tidak langsung yaitu
dengan proses penyitaan berdasarkan keputusan pengadilan.
Pengajuan gugatan perdata dinilai seperti senjata yang sangat ampuh untuk
langsung menyerang para pelaku tindak pidana dalam upaya pengembalian
asetaset hasil tindak pidana korupsi selain mendapatkan hukuman pidana. Hal
tersebut harus dilaksanakan apabila aset yang disebutkan dalam putusan
sebelumnya ditemukan lagi adanya aset lain yang belum teridentifikasi sebagai
hasil tindak pidana korupsi.7 Gugatan perdata dalam rangka perampasan aset hasil
tipikor, memiliki karakter yang spesifik, yaitu hanya dapat dilakukan ketika upaya
pidana tidak lagi memungkinkan untuk digunakan dalam upaya pengembalian
4
kerugian negara pada kas negara. Keadaan dimana pidana tidak dapat digunakan
lagi antara lain tidak ditemukan cukup bukti; meninggal dunianya tersangka,
terdakwa, terpidana; terdakwa diputus bebas; adanya dugaan bahwa terdapat hasil
korupsi yang belum dirampas untuk negara walaupun putusan pengadilan telah
berkekuatan hukum tetap. Dengan adanya pengaturan gugatan perdata untuk
perampasan aset dalam Undang-Undang Tipikor dalam Pasal 32, 33, 34, 38C,
Undang-Undang Tipikor dapat disimpulkan bahwa tanpa adanya pengaturan
tersebut maka perampasan aset hasil tipikor dengan menggunakan mekanisme
perdata tidak dapat dilakukan.
A. Kesimpulan
Setiap orang, baik disadari maupun tidak, selalu melaksanakan
kegiatan belajar. Kegiatan harian yang dimulai dari bangun tidur sampai
dengan tidur kembali akan selalu diwarnai oleh kegiatan belajar. Seseorang
yang tiba-tiba melihat petani sedang mencangkul di sawah, misalnya,
kemudian di dalam otaknya terlintas pikiran betapa beratnya kehidupan petani
dalam menghasilkan bahan makanan, sehingga muncul perasaan menghargai
hasil jerih payah petani. ilustrasi ini telah menunjukkan adanya pengalaman
belajar dan telah menghasilkan perubahan perilaku berupa tindakan
menghargai karya petani pada diri orang tersebut.
B. Saran
Para mahasiswa diharapkan agar mengetahui proses belajar mengajar
pada mata kuliah belajar dan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari dan
untuk lebih memahami dan mampu menjelaskan dalam dunia pendidikan.
6
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/win%207/Downloads/
01__Buku_Laplit_2017__Urgensi_&_Mekanisme_Pengembalian_Aset_Ha
sil_Tindak_Pidana_Korupsi__ISI__TSu_&_TSa_(1)%20(1).pdf