Anda di halaman 1dari 31

TINDAK PIDANA EKONOMI

DALAM SITEM HUKUM DI INDONESIA

Dosen Pembimbing :

Gios Adhiyakhsa Sh, M.H

Disusun Oleh :

Aan Triwijayanto

(20191410035)

UNIVERSITAS KUNINGAN

FAKULTAS HUKUM

2022
KATA PENGANTAR

Dengan Menyebut Nama Allah Swt Yang Maha Pengasih Lagi Maha Panyayang,
Kami Panjatkan Puja Dan Puji Syukur Atas Kehadirat-Nya, Yang Telah
Melimpahkan Rahmat, Hidayah, Dan Inayah-Nya Kepada Kami, Sehingga Kami
Dapat Menyelesaikan Penulisan Artikel Tentang Tindak Pidana Ekonomi Dalam
Sistem Hukum Di Indonesia.

Pemulisan Ini Telah Kami Susun Dengan Maksimal Dan Mendapatkan Bantuan
Dari Berbagai Pihak Sehingga Dapat Memperlancar Pembuatan Makalah Ini.
Untuk Itu Kami Menyampaikan Banyak Terima Kasih Kepada Semua Pihak Yang
Telah Berkontribusi Dalam Penulisan Artikel Ini

Terlepas Dari Semua Itu, Kami Menyadari Sepenuhnya Bahwa Masih Ada
Kekurangan Baik Dari Segi Susunan Kalimat Maupun Tata Bahasanya. Oleh
Karena Itu Dengan Tangan Terbuka Kami Menerima Segala Saran Dan Kritik
Dari Pembaca Agar Kami Dapat Memperbaiki Penulisan Artikel Ini Ini.

Akhir Kata Kami Berharap Semoga Penulisan Tentang Tindak Pidana Ekonomi
Dalam Sitem Hukum Diindonesia

Ini Dapat Memberikan Manfaat Maupun Inspirasi Terhadap Pembaca.

Kuningan, November 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. LATAR BELAKANG; ............................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................... 2

C. MAKSUD DAN TUJUAN ....................................................................................... 2

II. PEMBAHSAN ............................................................................................... 4

A. RUANG LINGKUP ................................................................................................. 4

B. PENGATURAN TINDAK PIDANA EKONOMI DAN KEDUDUKAN DALAM SISTEM


HUKUM INDONESIA .................................................................................................... 9

C. RAGAM DAN JENIS TINDAK PIDANA EKONOMI BERIKUT KETENTUAN YANG


MENGATURNYA ........................................................................................................ 14

III. PENUTUP .................................................................................................. 25

A. KESIMPULAN ..................................................................................................... 25

B. SARAN ............................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG;

Negara Republik Indonesia dalah negara yang beradasarkan hukum yang


mana dengan adanya hukum tersebut sudah barang tentu negara
berkewajiban untuk memberikan jaminan kepastian serta perlindungan
hukum terhadap seluruh warga negaranya demi tercapainya kehidupan
yang sejahtera adil dan makmur baik secara materiail dan sprituil, 1

tercapainya suatu kehidupan masyarakat yang sejahtera adil dan makmur


serta pembangunanya maju dapat dilihat bagaimana bagaimana situasi dan
kondisi perekonomian suatu bangsa dan negara itu sendiri, bilamana suatu
bangsa dan negara situasi dan kondisi perekonomianya dalam keadaan
sehat, kondusif dan stabil tentunya kehidupan masyarakat yang sejahtera
adil dan makmur lebih mudah tercapai dan terwujud, namun sebaliknya
akan sangat sulit terwujud dan tercapai suatu kehidupan masayarakat yang
sejahtera adil dan makmur bilamana bangsa dan negara tersebut situasi
kondisi perekonomianya dalam keadaan tidak sehat dan tidak kondusif
sehingga terganggu stabilitasnya .

salah satu faktor yang menyebabkan situasi kondisi perekonomian suatu


bangsa dan negara menjadi tidak sehat dan tiidak kondusif sehingga
terganggu stabilitasnya dan tidak majunya pembangunan salah satu
diantaranya adalah banyak terjadinya tindak pidana ekonomi seperti
tindak pidana korupsi (corruption), tindak pidana pencucian uang (money
laundering), tindak pidana Perbankan, tindak pidana penyelundupan
(smuggling) pencurian ikan (illegal fishing), pencurian tambanh ( Ilegal
Minning) yang mana tindak pidana ekonomi sebagaimana tersebut telah
merusak sendi sendi perekonomian bangsa dan negara 2

1
pengantar hukum indonesia – abdoel djamali · penulis: r. abdoel djamali · isbn: 978-979-421-
257-8 · halaman: 260 ·
2
https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/rj1-20160108-112705-3009.pdf

1
Ketika hal ini terjadi, pada diperlukan sebuah sistem yang diharapkan
dapat menjawab berbagai persoalan yang akan terjadi, selain itu setiap
tindakan yang dilakukan dimana perbuatan itu keluar dari aturan yang
telah disepakati, maka akan diajukan dalam bentuk sanksi. Karena itulah
maka dibutuhkan hukum ekonomi dalam aspek pemidanaan1.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba merumuskan permasalahan


sekaligus merupakan pembahasan permasalahan yang akan diteliti sebagai
berikut:

1) Apa saja yang menjadi ruang lingkup dari tindak pidana ekonomi?

2) Benarkah dengan banyak terjadinya tindak pidana ekonomi tersebut


merusak sendi sendi perekonomian bangsa dan negara

3) Sudah tepat dan sesuaikah peraturan yang ada berkaitan dengan tindak
pidana ekonomi sekarang ini dengan sistem hukum yang ada

C. MAKSUD DAN TUJUAN

1) Dari uraian latar belakang, rumusan masalah diatas maka pada


dasarnya penulisan artikel ini mempunyai maksud tujuan untuk:

2) Tujuan Objektif

 Mengetahui apa yang saja ruang lingkup tindak pidana ekonomi.

 Mengetahui dan memahami tindak pidana yang berkaitan dengan


perekonomian secara umum dan bersifat merugikan negara.

 Sebagai media untuk menanbah wawasan

 Sebagai referensi actual dan bahan bacaan serta pengetahuan

3) Tujuan Subjektif

1
sadino, bella nurul hidayati, perkembangan hukum tindak pidana ekonomi ,vol. ii no. 1 januari
tahun 2017 , hal:13

2
untuk memperoleh data sebagai bahan utama dalam penyusunan
skiripsi guna memperoleh gelar sarjana pada program studi ilmu
hukum universitas kuningan

3
BAB II

PEMBAHSAN

A. RUANG LINGKUP

Hukum Pidana Ekonomi merumuskan tindak pidana ekonomi yang diatur


dalam UU Drt. No. 7 Tahun 1955 adalah tindak pidana sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 1 sub 1e, sub 2e, dan sub 3e.3 Tindak pidana Pasal 1
sub 2e adalah tindak pidana dalam Pasal 26, 32 dan 33 UU Drt. No. 7 Tahun
1955. Sedangkan tindak pidana Pasal 1 sub 3e adalah pelaksanaan suatu
ketentuan dalam atau berdasar undang-undang lain, sekedar undang-undang
itu menyebutkan pelanggaran itu sebagai pelanggaran tindak pidana
ekonomi. 1

1. PENGERTIAN HUKUM PIDANA EKONOMI DAN TINDAK


PIDANA EKONOMI

Pengertian Hukum Pidana ekonomi;

hukum pidana ekonomi diartikan sebagai sekumpulan peraturan


bidang ekonomi yang memuat ketentuan-ketentuan tentang keharusan/
kewajiban dan/ atau larangan yang diancam dengan hukuman.
Peraturan tersebut dapat berupa peraturan administratif dengan
sanksi pidana atau peraturan pidana. 2

Pengertian tindak pidana ekonomi

Secara umum tindak pidana ekonomi adalah suatu tindak pidana yang
mempunyai motif ekonomi dan lazimnya dilakukan oleh orang-orang
yang mempunyai kemampuan intelektual dan mempunyai posisi
penting Dalam Masyarakat Atau Pekerjaannya. 3

 Tindak pidana ekonomi dalam arti sempit

1
undang-undang darurat republik indonesia nomor 7 tahun 1955 tentang pengusutan, penuntutan
dan peradilan tindak pidana ekonomi
2
https://www.google.co.id/search?q=hukum+pidana+ekonomi
3
https://eprints.uai.ac.id/1587/2/ils0040-21_isi-artikel.pdf

4
dalam arti sempit Tindak pidana di bidang perekonomian adalah
seluruh tindakan yang tercantum Undang-undang Darurat No. 7
Tahun 1955 tentang Pengusutan, Penuntutan dan Peradilan Tindak
Pidana Ekonomi. Tindak pidana jenis ini disebut sempit karena
secara substansial memuat sebagian kecil dari kegiatan ekonomi
secara menyeluruh. 1

 Tindak pidana ekonomi dalam arti luas

adalah perbuatan pelanggaran terhadap ketentuan - ketentuan dari


peraturan - perbuatan di bidang ekonomi. pelanggaran diancam dgn
hukuman yang tidak termuat dalam undang - undang darurat No. 7
Tahun 19553[4]. Dalam arti luas, TPE didefinisikan sebagai semua
tindak pidana diluar UU darurat no 7 tahun 1955 yang bercorak
atau bermotif ekonomi atau yang dapat berpengaruh negatif
terhadap kegiatan perekonomian dan keuangan negara yang sehat.2

Melihat pengertian dari Tindak pidana ekonomi dalam arti luas


tersebut diatas berarti yang termasuk tindak pidana ekoomi juga
mencakup pelbagai tindak pidana di bidang perekonomian yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan lainnya seperti
Undang-undang tentang Korupsi, Undang-undang tentang
Perbankan Undang-undang Persaingan Perusahaan, Undang-
undang tentang Asuransi, Undang-undang tentang Merek, Undang-
undang tentang Paten, Undang-undang tentang Lingkungan Hidup
dan lain-lain. Banyak diantara itu undang-undang tersebut bersifat
administratif artinya mengatur hal-hal yang bersifat administratif
tetapi disertai dengan sanksi pidana. Namun, ada juga undang-
undang yang khusus mengatur tindak pidana tertentu seperti
Undang-undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

1
http://icjr.or.id/wp-content/uploads/2016/07/6.-tindak-pidana-di-bidang-perekonomian-dalam-r-
kuhpfinale-supi-21-juni-ok.pdf
2
ibid.

5
2. SIFAT TINDAK PIDANA EKONOMI

berdasarkan penjelasan resmi undang - undang nomor 7/drt/1955 sifat-


sifat tindak pidana ekonomi yakni :

a. Praktik Jahat Kalangan perdagangan, penjelasan resmi undang-


undangnomor 7/Drt/1955, antara lain memuat “dapat dipahami
dengan pengetahuan bahwa kalangan perdagangan berupaya secara
maksimal untuk memperolehkeuntungan(laba) sebesar-besarnya,
kadang-kadang mereka lupa akanetika bahkan berupaya melanggar
peraturan. Tanpa memperdulkankepentingan umum. Hal yang
demikian wajar jika dikategorikan sebagai praktik yang jahat.

b. Mengancam/Merugikan aspek, kepentingan umum, Pejelasan


umum undang- undang nomor 7/Drt/1955 antara lain memuat :
“mengancam dan merugikan kepentingan-kepentingan yang sangat
gecomplceerd” Dalam kamus, gecompliceer adalah ruwet, kalut,
rumit.

c. Anggapan Bahwa mencari untung sebesarnya-besarnya merupakan


kalkulasi perhitungan usaha, bukan suatu kejahatan.

3. UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA EKONOMI.

Unsur-Unsur tindak pidana ekonomi tidak bebeda dengan unsur unsur


tindak pidana pada umumnya yakni1:

a. Unsur subyektif,

 Jika dilakukan dengan sengaja maka tindak pidana ekonomi


tersebut dinyatakan sebagai kejahatan.

 Culpa/ kelalaian, jika dilakukan dengan tidak sengaja, maka


tindak pidana ekonomi tersebut termasuk pelanggaran

b. Unsur obyektif,

1
undang-undang darurat republik indonesia nomor 7 tahun 1955 tentang pengusutan, penuntutan
dan peradilan tindak pidana ekonomi

6
Yang terdiri dari perbuatan manusia, akibat perbuatan,melawan
hukum, dan keadaan-keadaan.

 Membantu dan percobaan Berdasakan pasal 4 undang- undang


nomor 7/Drt/1955, membantu dan percobaan melakukan
tindak pidana ekonomi dapat dihukum sedang hal tersebut
pada tindak pidana umum tidak dapat dihukum.

 Wilayah tindak pidana ekonomi Tindak pidana ekonomi yang


dilakukan di indonesia atau dilakukan di luar negeri, di
berlakukan undang-undang nomor 7/Drt/1955. Penjelasan
resmi pasal 3 dimuat pada penjelasan resmi pasal 3 dimuat
pada penjelasan umum sebagai berikut : “Sebagai perluasan
pasal 2 kitab undang undang hukum pidana maka perbuatan
ikut serta yang dilakukan diluar negeri dapat dihukum pidana
juga.”.

4. SUBYEK TINDAK PIDANA EKONOMI.

a. Orang/ manusia (person). Berdasarkan pasal 3 undang- undang


nomor 7/Drt/1955 yang antara lain berbunyi sebagai berikut:

“Barang-siapa turut melakukan suatu tindak-pidana ekonomi,


yang dilakukan di dalam daerah-hukum Republik Indonesia, dapat
dihukum pidana; begitu pula jika ia turut-melakukan tindak-pidana
ekonomi itu di luar Negeri.

b. Badan hukum (legal person). Berdasarkan pasal 15 ayat (1) yang


berbunyi antara lain sebagi berikut :

“ Jika suatu tindak-pidana ekonomi dilakukan oleh atau atas nama


suatu badan hukum, suatu perseroan, suatu perserikatan orang
yang lainnya atau suatu yayasan, maka tuntutan-pidana dilakukan
dan hukuman-pidana serta tindakan tata-tertib dijatuhkan, baik
terhadap badan hukum, perseroan, perserikatan atau yayasan itu,
baik terhadap mereka yang memberi perintah melakukan tindak-

7
pidana ekonomi itu atau yang bertindak sebagai pemimpin dalam
perbuatan atau kelalaian itu, maupun terhadap kedua-duanya.

5. SANKSI (ANCAMAN HUKUMAN) TINDAK PIDANA EKONOMI.

a. Hukuman Pokok

Hukuman pokok sama dengan hukuman pokok yang disebut dalam


KUHP (ps. 10 KUHP) akan tetapi maksimum pokok itu adalah
lebih berat”. Bunyi hukuman pokok ini terdapat dalam pasal 6
UUno 7/Drt/1955, hukuman pokok ini terus mengalami perubahan
sesuai dengan perkembangan zaman perubahan ini antara lain
adalah berdasarkan pasal 11, pasal 6 ayat i sub a kata-kata lima
ratus ribu diubah menjadi satu juta dan pada (b) berdasarkan UU
No 21/Prp/1959 yang meuat sanksi antara lain sebagai berikut:
denda 30 kali (30 juta), jika menimbulkan kekacuan ekonomi
dalam masyrakat, sanksi : hukuman mati atau 20 tahun penjara.
Dalam hal ini penjelasan resmi UU No 21/Prp/1959, antara lain
memuat: “menurut UU darurat nomor 7 tahun 1955 ada
kemungkinan untuk hakim memilih antara hukuman badan atau
denda atau menjatuhkan kedua-dua sanksi tersebut, menerut
peraturan pemerintah pengganti UU ini hakim harus menjatuhkan
keduadua sanksi tersebut.

b. Hukuman Tambahan

Hukuman tambahan yang dimuat dalam pasal 7 UU 7/DRT/1955,


yaitu :Pencabutan hak-hak tersebut dalam pasal 35 Kitab Undang
undang Hukum Pidana untuk waktu sekurang-kurangnya enam
bulan dan selama-lamanya enam tahun lebih lama dari hukuman
kawalan atau dalam hal dijatuhkan hukuman denda sekurang-
kurangnya enam bulan dan selama-lamanya enam tahun;

c. Penutupan seluruhnya atau sebagian perusahaan siterhukum, di


mana tindak pidana ekonomi dilakukan, untuk waktu selama-
lamanya satu tahun. Perampasan barang-barang tak tetap yang

8
berwujud dan yang tak berwujud, dengan mana atau mengenai
mana tindak pidana ekonomi itu dilakukan, atau yang seluruhnya
atau sebagian diperolehnya dengan tindak-pidana ekonomi itu,
begitu pula harga lawan barang- barang itu yang menggantikan
barang-barang itu, tak perduli apakah barang-barang atau harga
lawan itu kepunyaan si terhukum atau bukan.

d. Perampasan barang-barang tak tetap yang berwujud dan yang tak


berwujud, yang termasuk perusahaan si terhukum, di mana tindak-
pidana ekonomi itu dilakukan, begitu pula harga lawan barang-
barangitu yang menggantikan barang-barang itu, tak perduli apakah
barang atau harga lawan itu kepunyaan si terhukum atau bukan,
akan tetapihanya sekadar barangbarang itu sejenis dan, mengenai
tindak- pidananya, bersangkutan dengan barang-barang yang dapat
dirampas menurut ketentuan tersebut sub c di atas.

e. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau


penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah
atau dapat diberikan kepada si terhukum oleh Pemerintah
berhubung dengan perusahaannya, untuk waktu selama-lamanya
dua tahun.

B. PENGATURAN TINDAK PIDANA EKONOMI DAN KEDUDUKAN


DALAM SISTEM HUKUM INDONESIA

Pengaturan Tindak Pidana Ekonomi

Kejahatan ekonomi merupakan kejahatan berdimensi baru yang pelakunya


terdiri dari golongan mampu, intelek, dan terorganisasi. Kejahatan ekonomi
lazim juga disebut dengan kejahatan kerah putih atau white collar crime.

Ciri-ciri lain dari kejahatan ini adalah dapat dilihat dari aspek mobilitasnya
yang tinggi dan dilakukan tidak hanya pada satu wilayah saja, tetapi
menerobos batas-batas Negara. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui
pengertian dan ruang lingkup tindak pidana ekonomi, untuk mengetahui

9
karakteristik tindak pidana ekonomi, serta untuk mengetahui pengaturan
tindak pidana ekonomi dalam system hukum Indonesia.

Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa hukum pidana ekonomi merupakan


bagian dari hukum pidana yang memiliki corak tersendiri, yaitu corak
ekonomi yang ruang lingkupnya sangat luas, diantaranya: penyelundupan
(smuggling), tindak pidana di bidang perbankan (banking crimes), tindak
pidana di bidang perniagaan (commercial crimes), cyber crimes, tindak
pidana lingkungan hidup (environment crime), tindak pidana di bidang Hak
atas Kekayaan Intelektual, tindak pidana korupsi, tindak pidana di bidang
ketenagakerjaan dan lain-lain.

Kejahatan terhadap ekonomi memiliki karakteristik sebagai white collar


crimes sehingga memerlukan sarana-sarana khusus dalam penanggulangan
serta pemberantasannya. Dengan demikian, sebagai hukum pidana khusus
tentunya hukum pidana ekonomi memiliki dasar pembenaran teoretis yang
kuat. Hukum pidana ekonomi memiliki sarana-sarana khusus, di antara
cakupannya adalah bidang hukum pidana materiil dan juga hukum acara
pidana.

Tindak pidana ekonomi diatur dalam UU Darurat No. 7 tahun 1955 tentang
Pengusutan, Penuntutan dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi. Selain itu,
pengaturan terhadap hukum pidana ekonomi juga termuat dalam UU No. 1
Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana (KUHP) secara limitatif, dan
beberapa peraturan perundangan lainnya di luar KUHP. 1

Kedududukan Tindak Pidana Ekonomi

Merujuk ketentuan Pasal 103 KUHP yang berbunyi:

“ Ketentuan-ketentuan dalam Bab I sampai Bab VIII buku ini juga berlaku
bagi perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan perundang-undangan
lainnya diancam dengan pidana, kecuali jika oleh undang-undang
ditentukan lain.

1
f iswari · 2022 — tindak pidana ekonomi serta pengaturannya dalam sistem hukum indonesia

10
maka dari itu tindak pidana ekonomi dalam kedudukanya itu merupakan
hukum pidana khusus, yang mana dalam hal seperti ini sejajar dengan
adagium lex specialis derogate legi generali (ketentuan khusus
menyingkirkan ketentuan umum). 1

Dengan demikian tindak Pidana ekonomi mempunyai kereakteristik


tersendiri atau dengan kata lain dan memiliki ketentuan -ketentuan yang
dapat dikatakan menyimpang dari hukum pidana biasa. Hal ini dapat dilihat
dalam hal:

penangananya dan penyelesaian mulai dari Penyelidikan, penyidikan,


penuntutan dan peradilan ( Pengadilan Khusus Tipikor ) disamping itu pula
dan penempatan Terpidananya setelahnya mendapatkan Putusan (Inkrah)
yaitu pada Lembaga Pemasyarakatan Khusus ( Lapas Sukamiskin Bandung
Lapas Bagi Narapidana Tindak pidana Korupsi),

Kompetensi khusus Penyelenggara dan atau Perangkat Penghubung lainya


yang tentunya memiliki keahlian dalam bidangnya seperti Penyidik Tipiter
atau Penyidik Tipikor, Jaksa Tipikor, Hakim Tipikor,

Dapatnya dipidana dari badan hukum (Korporasi), perampasan barang-


barang bukti (maksudnya termasuk barang-barang kepunyaan pihak ketiga)
dan barang tidak berwujud).

Dalam Peradilan Tindak Pidana ekonomi terdapat perbedaan dengan


peradilan tindak pidana lainnya baik peradilan tindak pidana khusus maupun
pada tindak pidana umum. 2

Yang mana Perbedaan perbedaan tersebut dapat kita lihat pada :

a. Pasal 35 ayat (1) yang berbunyi:

“ bahwa pada tiap-tiap Pengadilan Negeri ditempatkan seorang hakim


atau lebih dibantu oleh seorang panitera atau lebih dan seorang jaksa

1
kuhp mulyatno
2
uu darurat no. 7 tahun 1955 tentang pengusutan, penuntutan dan peradilan tindak pidana
ekonomi

11
atau lebih yang semata-mata diberi tugas untuk memeriksa dan
mengadili perkara tindak pidana ekonomi.”

b. Pasal tersebut diatas memberikan arti Pengadilan Ekonomi ada di


Pengadilan Negeri. Pengadilan Ekonomi itu timbul ketika pada saat
memeriksa dan mengadili perkara pidana ekonomi. Fisiknya tidak
Nampak akan tetapi fungsinya ada. 1

c. Pasal. 35 ayat (2) berbunyi :

“ bahwa pengadilan pada tingkat pertama tindak pidana ekonomi


adalah pengadilan ekonomi. “

Berdasarkan kedua ketentuan ini berarti bahwa dengan adanya hakim,


panitera dan jaksa adalah tugas khusus atau pengkhususan dari
peradilan umum. Pengadilannya khusus hanya pengadilan ekonomi saja
yang dapat memeriksa dan mengadili perkara pidana ekonomi bukan
pengadilan negeri. hanya lokasinya saja ada di Pengadilan Negeri. 2

d. Pasal. 36, berbunyi :

“ seorang hakim atau jaksa pada pengadilan ekonomi itu dapat


dipekerjakan lebih dari satu pengadilan ekonomi”.

Perlu diketahui ketentuan ini, dikehendaki pada tahun 1955 untuk


mempercepat dan memberantas tindak pidana ekonomi, ketika itu
Hakim di Indonesia tidak sebanding dengan tindak pidana yang
ada.Oleh karena pada Pasal 36 itu tidak disebut Panitera berarti Panitera
3
tidak dapat dipekerjakan lebih dari satu Pengadilan Ekonomi.

e. Pasal. 37 berbunyi

“ Pengadilan Ekonomi dapat bersidang di luar tempat kedudukan


Pengadilan Ekonomi. “

1
uu darurat no. 7 tahun 1955 tentang pengusutan, penuntutan dan peradilan tindak pidana
ekonomi
2
ibid

12
Berarti dapat bersidang diluar wilayah hokum Pengadilan Negeri
apabila pada Pengadilan Negeri dalam lingkungan Pengadilan Tinggi
itu tidak terdapat Hakim atau Jaksa yang khusus diberi tugas memeriksa
dan mengadili perkara tindak pidana ekonomi. 1

f. Badan-Badan Pegawai Penghubung

Sifat dari tindak pidana ekonomi mengancam dan merugikan


kepentingan yang sangat gecompliceerd, sehingga orang biasa dan
kadang-kadang Hakim dan Jaksa sering tidak mempunyai gambaran
yang sebenarnya, sehingga menyebabkan timbul perbedaan pendapat
antara Jaksa dan Hakim. Untuk mengatasi masalah yang berhubungan
dengan penyidikan, penuntutan dan peradilan terhadap perkara tindak
pidana ekonomi, diperlukan badan-badan pegawai penghubung. Badan
ini diangkat oleh menteri yang bersangkutan (terkait) berdasarkan
persetujuan Menteri Kehakiman. 2

Badan ini diwajibkan memberikan bantuan kepada Penyidik, Jaksa dan


Hakim baik diluar maupun didalam pengadilan. Menteri yang
bersagkutan maksudnya adalah menteri yang ada hubungannya dengan
materi perkara tindak pidana ekonomi itu, apakah yang diperlukan
bantuan terhadap badan pegawai penghubung. Jika yang diperlukan itu
mengenal lalu-lintas devisa, berarti yang dimintakan itu dari Bank
Indonesia, maka menteri yang bersangkutan adalah Menteri Keuangan.
Pegawai Bank Indonesia dapat diangkat menjadi pegawai penghubung
oleh Menteri Keuangan atas dasar persetujuan Menteri Kehakiman.
Orang yang dapat diangkat adalah orang yang ahli dibidang
perekonomian. Oleh karena sifatnya memberi bantuan saja, bantuan ini
tidak mengikat terhadap penyelesaian perkara tindak pidana ekonomi.
Badan pegawai penghubung ini bukanlah sebagai saksi ahli
sebagaimana dalam Ps. 120 jo. Ps. 180 KUHAP. 3

1
uu darurat no. 7 tahun 1955 tentang pengusutan, penuntutan dan peradilan tindak pidana
ekonomi
2
perkembangan hukum tindak pidana ekonomi sadino, bella nurul hidayati hal 20
3
perkembangan hukum tindak pidana ekonomi sadino, bella nurul hidayati hal 20

13
C. RAGAM DAN JENIS TINDAK PIDANA EKONOMI BERIKUT
KETENTUAN YANG MENGATURNYA

Seperti yang telah penulis kemukakan sebelumnya bahwa hukum pidana


ekonomi merupakan bagian dari hukum pidana yang memiliki corak
tersendiri, yaitu corak ekonomi yang ruang lingkupnya sangat luas, dan hal
ini terisarat sehingga ragam dan jenis dari tindak pidana tersebut juga
banyak sekali diantaranya:

1) Penyelundupan (Smuggling),

penyelundupan adalah perbuatan membawa barang atau manusia secara


tersembunyi dengan sifat melanggar hukum. bentuk penyelundupan
dapat dilakukan melalui perbatasan wilayah suatu negara. suatu kegiatan
dianggap sebagai penyelundupan jika bertentangan dengan undang-
undang atau peraturan lain yang berlaku di suatu negara. penyelundupan
barang umumnya bertujuan untuk menghindari cukai, sebagai upaya
penghapusan dokumen rahasia dari pejabat negara atau pemerintah.1

Pada umumnya perbuatan penyelundupan dapat berbentuk fisik atau


administratif.

a. Perbuatan penyelendupan berbentuk fisik seperti, tidak


mempergunakan dokumen yang meliputi barangnya, dalam bidang
impor dan ekspor perbuatannya dilakukan diluar pelabuhan dimana
tidak ada Petugas Bea Cukai.

b. Perbuatan penyelundupan berbentuk administratif seperti perbuatan


yang dilakukan seakan–akan barang dilindungi dokumen, namun
ternyata dokumen tersebut tidak sesuai dengan barangnya. 2

Ketentuan tentang Tindak pidana Penyelundupan diataur dalam :

 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan,

1
https://id.wikipedia.org/wiki/penyelundupan
2
court review: jurnal penelitian hukum vol. 1, no. 1, mei (2021)

14
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2006 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang
Kepabeanan,

2) Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Secara sederhana orang memberi pengertian monopoli sebagai suatu


kondisi dimana hanya ada satu penjual yang menawarkan (supply) suatu
barang atau jasa tertentu. (Arie Siswanto:2002).

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah penguasaan atas


produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau atas penggunaan jasa
tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok usaha. 1

Pengertian monopoli sebagaimana tersebut diatas masih merupakan


pengertian menurut istilah atau bahasa. Pengertian menurut istilah atau
bahasa tersebut apabila dijalankan, maka disebut dengan praktek
monopoli.

praktik monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau


lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan/atau
pemasaran atas barang dan/atau jasa tertentu sehingga menimbulkan
persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum 2

pemusatan kekuatan ekonomi adalah penguasaan yang nyata atas suatu


pasar bersangkutan oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat
menentukan harga barang dan pasar 3

Tindak pidana ini diatur dalam UU No. 5 Tahun 1999 tentang larangan
praktek monopoli dan persaingan tidak sehat. Dalam pasal 3 huruf (a)
disebutkan bahwa tujuan diadakannya undang -undang tesebut guna
menjaga kepentingan umum dan meningkatkan ekonomi nasional
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Olehnya pelanggaran atas Undang-Undang ini dapat menjadikan efisiensi

1
https://rendratopan.com/2019/09/19/praktik-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehat/
2
https://rendratopan.com/2019/09/19/praktik-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehat/
3
ibid

15
perekonomian nasional menurun dan hal itu berimbas pada tidak dapat
terlaksananya program peningkatan kesejahteraan masyarakat oleh
negara1

3) Tindak Pidana Di Bidang Perbankan (Banking Crimes),

Tindak pidana di bidang perbankan adalah setiap perbuatan yang


melanggar ketentuan yang diatur dalam UU Perbankan maupun yang
terdapat dalam ketentuan pidana umum ataupun dalam tindak
pidana khusus lainnya yang terkait dengan tindak pidana di
bidang perbankan.2

Ketentuan tentang Tindak pidana Perbankan diataur dalam :

 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang


Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan

4) Tindak Pidana Pencucian Uang

Tindak Pidana Pencucian Uang. Perbuatan pencucian uang pada


umumnya diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan untuk
mengubah uang hasil kejahatan sehingga hasil kejahatan tersebut
menjadi nampak seperti hasil dari kegiatan yang sah karena asal-usulnya
sudah disamarkan atau disembunyikan yang maksud dan tujuanya adalah
hasil kejahatan sehingga tidak tercium oleh para aparat, dan hasil
kejahatan tersebut dapat digunakan dengan aman yang seakanakan
bersumber dari jenis kegiatan yang sah. 3

Para ahli menggolongkan proses money laundering ke dalam tiga tahap:4

1
pasal 1 angka 3 undang-undang nomor 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat.
2
pasal 51 undang-undang republik indonesia nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan
atas undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan
3
perkembangan hukum tindak pidana ekonomi sadino, bella nurul hidayati hal 20
4
jurnal ekonomi dan kewirausahaan vol. 7, no. 1, april 2007 : 42 – 52

16
 tahap placement yaitu menempatkan dana yang dihasilkan dari
suatu aktivitas kriminal, misalnya dengan mendepositokan uang
kotor tersebut ke dalamsistem keuangan, menggabungkan uang tunai
yang bersifat illegal dan uang yang diperoleh secara legal. Bisa juga
dalam bentuk mengkonversi dan mentransfer kedalam valuta asing.

 tahap layering dengan cara pelapisan (layering). Tujuannya adalah


untuk menghilangkan jejak, baik ciri-ciri aslinya atau asal-usul dari
uang tersebut.Misalnya melakukan transfer dana dari beberapa
rekening ke lokasi lainnya atau dari suatu negara ke negara lain,
memecah-mecah jumlah dananya di bank dengan maksud
mengaburkan asal-usulnya, mentransfer dalam bentuk valuta asing,
membeli saham dan sebagainya.

 Tahap Integrasi, tahap ini merupakan tahap menyatukan kembali


uang kotor tersebut setelah melalui tahap-tahap placement atau
layering di atas yang untuk selanjutnya uang tersebut digunakan
untuk berbagai kegiatan yang legal. Dengan cara ini maka nampak
bahwa kegiatan yangdilakukan kemudian seolah tidak berkaitan
dengan kegiatan-kegiatan illegal sebelumnya, dan dalam tahap inilah
kemudian uang kotor itu telah tercuci.

perbuatan pencucian uang ini termasuk kedalam tindak pidana yang


berkaitan dengan perekonomian secara umum dan bersifat merugikan
negara adalah oleh sebab pencucian uang ini mempunyai pengaruh buruk
yang amat besar, seperti instabilitas sistem keuangan, dan instabilitas
sistem perekonomian negara 1

Ketentuan tentang Tindak pidana Pidana Pencucian Uang diataur dalam

a. UU. No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang

b. UU No. 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Undang-Undang


Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang

1
http://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/stabilitas-sistem-keuangan/pages/ikhtisar.aspx

17
c. Undang-undang (UU) No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

5) Penangkapan Ikan Secara Ilegal Atau Illegal Fishing

Ilegal Fishing adalah kegiatan perikanan yang tidak sah atau kegiatan
perikanan yang dilaksanakan bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perikanan tindak pidana ini juga
termasuk dalam tindak pidana ekonomi yang berdampak sangat
merugikan keuangan negara 1

Secara umum, illegal fishing yang sering terjadi di Indonesia dapat


diidentifikasi menjadi empat jenis atau modus 2, yakni:

a. Penangkapan ikan tanpa izin,

b. Penangkapan ikan dengan menggunakan izin palsu,

c. Penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap terlarang,

d. Penangkapan terhadap jenis atau spesies yang tidak sesuai izin.

peraturan terkait illegal fishing di antaranya:

 UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan,

 UU Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas UU Nomor 31


Tahun 2004 tentang Perikanan,

 UU Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia,

 UU Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran,

 UU Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia,

 Peraturan Presiden Nomor 115 Tahun 2015 tentang Satuan Tugas


Pemberantasan Penangkapan Ikan secara Ilegal (Illegal Fishing),

6) Tidak Pidana Perpajakan

1
illegal fishing: pengertian, bentuk dan aturan hukumnya kompas.com - 18/05/2022, 00:30 wib
2
ibid

18
Tindak pidana dalam bidang perpajakan adalah tindakan memberikan
informasi yang isinya tidak sesuai dengan kebenaran kewajiban
perpajakannya. Misal, memyampaikan SPT yang isinya tidak sesuai
dengan kondisi beban Pajak yang harus dibayarkan oleh Wajib Pajak. 1

Tindak pidana pajak juga merupakan suatu perbuatan yang melanggar


Undang-undang dan peraturan perpajakan di negara kita. Sebagai sebuah
tindakan yang melanggar peraturan dan perundangan tentunya dapat
membawa konsekuensi hukum kepada pelakunya yang mana
konsekuensi tersebut bisa membuat Wajib Pajak terkena sanksi
administratif, denda bahkan sengketa pajak di pengadilan.

Tindak pidana Perpajakan mempunyai delik sendiri yang merupakan lex


specialis dari aturan yang bersifat umum yakni seperti tindak pidana
korupsi, tindak pidana perpajakan di bidang perpajakan meliputi
perbuatan:

 Yang dilakukan oleh seseorang atau oleh Badan yang diwakili orang
tertentu (pengurus);

 Tidak memenuhi rumusan undang-undang;

 Diancam dengan sanksi pidana;

 Melawan hukum

 Dilakukan di bidang perpajakan;

 Dapat menimbulkan kerugian bagi pendapatan Negara.

Dikarenakan pajak adalah berkaitan dengan pendapatan dan pengeluaran,


yang dampaknya akan memengaruhi perekonomian secara umum,
terutama sektor publik, sehingga memengaruhi setiap aspek kehidupan
ekonomi. Bidang pajak lebih ditekankan kepada pengeluaran

1
https://www.pajak.com/pajak/mengenal-tindak-pidana-dalam-bidang-perpajakan

19
pembiayaan oleh negara, dan pemenuhannya dikaitkan dengan kebijakan
fiskal pemerintah1

Penerimaan dari perpajakan memiliki dua tujuan. Pertama untuk


menyeimbangkan antara pengeluaran dan pendapatan, dan yang kedua
adalah untuk membentuk adanya surplus anggaran dan penggunaannya
untuk melunasi utang-utang negara yang terjadi sebelumnya atau defisit
anggaran karena pinjaman. Dengan demikian peran pajak sangat strategis
sehingga dalam perkembangannya

terakait tentang ketentuan peraturan pajak banyak mengalami perubahan


perubahan berikut adalah ketentuan terkait pajak

 Undang-Undang Perpajakan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983


Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan .

 Undang-Undang Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 6


Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan

 Uu Nomor 16 Tahun 2000 Tanggal 02 Agustus 2000, Tentang


Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan

 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang


Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan

 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang


Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
Tentang Pajak Penghasilan

 Undang-undang (UU) No. 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga


Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah

1
tindak pidana ekonomi sebagai upaya pembangunan di bidang ekonomianas lutfi, rusmin
nuriadin vol. i no. 1 januari tahun 2016

20
7) Tindak Pidana Korupsi

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia menyatakan ”Korupsi ialah


perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok
dan sebagainya”. Korupsi dalam bahasa Latin disebut Corruptio –
corruptus, dalam Bahasa Indonesia disebut corruptie, dalam Bahasa
Inggris disebut corruption, dan dalam Bahasa Sansekerta yang tertuang
dalam Naskah Kuno Negara Kertagama arti harfiah corrupt menunjukkan
kepada perbuatan yang rusak, busuk, bejad, tidak jujur yang disangkut
pautkan dengan keuangan. 1

Pengertian korupsi secara yuridis, baik arti maupun jenisnya telah


dirumuskan, di dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi dan undang-undang sebelumnya, yaitu Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1971. Dalam pengertian yuridis, pengertian korupsi
tidak hanya terbatas kepada perbuatan yang memenuhi rumusan delik
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negaara, tetapi
meliputi juga perbuatan-perbuatan yang memenuhi rumusan delik, yang
merugikan masyarakat atau orang perseorangan. 2

Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah


dijelaskan dalam 13 buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 yang telah
diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan
kedalam 30 bentuk/jenis tindak pidana korupsi. Pasal pasal tersebut
menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan
sanksi pidana karena korupsi. 3

Yang mana dari ketigapuluh bentuk/ jenis tindak pidana korupsi tersebut
pada dasarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1
pengertian korupsi definisi korupsi serta faktor penyebab korupsi om.makplus at 2/27/2016
11:24:00 am
2
ibid
3
seminar nasional upaya perbaikan sistem penyelenggaraan pengadaan barang/jasa pemerintah
jakarta, 23 agustus 2006

21
 Kerugian keuangan negara

 Suap-menyuap

 Penggelapan dalam jabatan

 Pemerasan

 Perbuatan curang

 Benturan kepentingan dalam pengadaan

 Gratifikasi

Selain bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang sudah dijelaskan diatas,


masih ada tindak pidana lain yang yang berkaitan dengan tindak pidana
korupsi yang tertuang pada UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun
2001. Jenis tindak pidana yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi
tersebut diantaranya :

 Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi

 Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak


benar

 Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka

 Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi


keterangan palsu.

 Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan


atau

 memberikan keterangan palsu

 Saksi yang membuka identitas pelapor

Faktor-Faktor Penyebab Korupsi

Penyebab adanya tindakan korupsi bervariasi. Dalam teori yang


dikemukanan oleh Jack Bologne atau sering disebut GONE Theory,
bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi meliputi:

22
 Greeds (keserakahan), berkaitan dengan adanya perilaku serakah
yang secara potensial ada di dalam diri setiap orang.

 Opportunities (kesempatan), berkaitan dengan keadaan organisasi


atau instansi atau masyarakat yang sedemekian rupa, sehingga
terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kecurangan.

 Needs (kebutuhan), berkaitan dengan faktor-faktor yang dibutuhkan


oleh individu-individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.

 Exposures (pengungkapan), berkaitan dengan tindakan atau


konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku
diketemukan melakukan kecurangan.

Selain penyebab yang telah disebutkan diatas, masih banyak lagi


penyebab derasnya korupsi yang terjadi di Indonesia, antara lain sebagai
berikut korupsi yang terjadi di Indonesia, antara lain sebagai berikut:

 Tanggung jawab profesi, moral, dan sosial yang rendah

 Sanksi yang lemah dan penerapan hukum yang tidak konsisten dari
institusi penegak hukum, institusi pemeriksa./ pengawas yang tidak
bersih/ independen

 Rendahnya disiplin/ kepatuhan terhasdap Undang-Undang dan


Peraturan

 Kehidupan yang konsumtif, boros, dan serakah (untuk memperkaya


diri sendiri)

 Lemahnya pengawasan berjenjang (internal) dalam pelaksanaan


tugas

Dampak dari Tindak Pidan Korupsi bagi perkonomian

a) Korupsi dianggap sebuah kejahatan luar biasa karena memiliki


dampak yang masif dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Tidak hanya merugikan negara, korupsi menyengsarakan rakyat di

23
dalamnya. Berbagai dampak korupsi di berbagai bidang bisa
dirasakan sendiri oleh kita semua. 1

b) Cerminan dampak korupsi bisa dilihat dari mahalnya harga jasa dan
pelayanan publik, masyarakat yang semakin miskin, atau terbatasnya
fasilitas pendidikan dan kesehatan. Perkembangan ekonomi mandek
dan berbagai rencana pembangunan terhambat akibat korupsi. Belum
lagi dari sisi budaya, korupsi semakin menggerus kearifan lokal dan
menggantinya dengan tabiat yang buruk.

c) korupsi juga menambah beban dalan transaksi ekonomi dan


menciptakan sistem kelembagaan yang buruk. Adanya suap dan
pungli dalam sebuah perekonomian menyebabkan biaya transaksi
ekonomi menjadi semakin tinggi. Hal ini menyebabkan inefisiensi
dalam perekonomian.

d) Melambatnya perekonomian membuat kesenjangan sosial semakin


lebar. Orang kaya dengan kekuasaan, mampu melakukan suap, akan
semakin kaya. Sementara orang miskin akan semakin terpuruk dalam
kemelaratan.

Ketentuan terkait tindak pidana Korupsi

 Undang - Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Tindak Pidana


Korupsi

 Uu Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang


Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.

 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 Tentang


Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

1
https://aclc.kpk.go.id/ kenali-bahayanya-dampak-korupsi-di-berbagai-bidang-ini

24
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kejahatan ekonomi (economic crimes) secara umum dirumuskan sebagai


kejahatan yang dilakukan karena atau untuk motif-motif ekonomi (crime
undertaken for economic motives). Kejahatan ekonomi bisa dilihat secara
sempit maupun dalam arti luas. Secara yuridis kejahatan ekonomi dapat
dilihat secara sempit sebagai tindak pidana ekonomi yang diatur dalam
Undang-undang No. 7 /Drt./ 1955 tentang Pengusutan, Penuntutan, dan
Peradilan Tindak Pidana Ekonomi.

Di samping itu kejahatan ekonomi juga dapat dilihat secara luas yaitu semua
tindakpidana di luar Undang-undang TPE (UU No. 7 drt. 1955) yang
bercorak atau bermotif ekonomi atau yang dapat mempunyai pengaruh
negatif terhadap kegiatan perekonomian dan keuangan negara yang sehat
(Barda Nawawi Arief, 1992 :152). Yang kemudian seiring dengan
perkembangan dan kebutuhan akan hukum dalam mencegah dan mengatasi
akan dampak adanya Tindak pidana ekonomi lahirlah aturan-aturan yang
berkaitan dengan perekonomian negara seperti:

1. UU No. 3 Tahun 1971 yang telah diganti dengan UU no 31 Tahun 1999


dan dirubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
indak Pidana Korupsi

2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan


Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 16 tahun 2000,

3. Undang-undang Nomor 10 tahun 1995 dan Undang-undang Nomor 11


Tahun 1995 tentang Kepabeanan

4. UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan


Persaingan Tidak Sehat

25
5. UU. No. 15 Tahun 2002 yang telah diubah dengan UU No. 25 Tahun
2003 tentang TindakPidana Pencucian

6. Uang Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang


Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan

8. UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan,

9. UU Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas UU Nomor 31 Tahun


2004 tentang Perikanan,

B. SARAN

Aturan-aturan tersebut dirasakan perlu diadakan dan dijalankan serta


ditegakan sebagai jawaban atas perkembangan zaman dan untuk menjaga
stabilitas perekonomian nasional yang senantiasaakan memengaruhi
perekonomian umum.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Pengantar Hukum Indonesia – Abdoel Djamali · Penulis: R. Abdoel


Djamali · Isbn: 978-979-421-257-8 · Halaman: 260 ·
2. Https://Www.Dpr.Go.Id/Dokakd/Dokumen/Rj1-20160108-112705 3009.
Pdf
3. Sadino, Bella Nurul Hidayati, Perkembangan Hukum Tindak Pidana
Ekonomi ,Vol. Ii No. 1 Januari Tahun 2017 , Hal:13
4. Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1955
Tentang Pengusutan, Penuntutan Dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi
5. Undang Undang No. 3 Tahun 1971 Yang Telah Diganti Dengan Uu No 31
Tahun 1999 Dan Dirubah Dengan Undang Undng No. 20 Tahun 2001
Tentang Pemberantasan Indak Pidana Korupsi
6. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan
Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2000,
7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Dan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1995 Tentang Kepabeanan
8. Undang –undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli
Dan Persaingan Tidak Sehat
9. Uu. No. 15 Tahun 2002 Yang Telah Diubah Dengan Uu No. 25 Tahun
2003 Tentang Tindak Pidana Pencucian
10. Uang Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan
12. Uu Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan,
13. Uu Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Uu Nomor 31 Tahun
2004 Tentang Perikanan,
14. Https://Www.Google.Co.Id/Search?Q=Hukum+Pidana+Ekonomi
15. Https://Eprints.Uai.Ac.Id/1587/2/Ils0040-21_Isi-Artikel.Pdf

27
Http://Icjr.Or.Id/Wp-Content/Uploads/2016/07/6.-Tindak-Pidana-Di-Bidang-
Perekonomian-Dalam-R-Kuhpfinale-Supi-21-Juni-Ok.Pdf

F Iswari · 2022 — Tindak Pidana Ekonomi Serta Pengaturannya Dalam Sistem


Hukum Indonesia

Kuhp Mulyatno

Perkembangan Hukum Tindak Pidana Ekonomi Sadino, Bella Nurul Hidayati


Hal 20

Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Penyelundupan

Court Review: Jurnal Penelitian Hukum Vol. 1, No. 1, Mei (2021)

Https://Rendratopan.Com/2019/09/19/Praktik-Monopoli-Dan-PersainganUsaha-
Tidak-Sehat/

Jurnal Ekonomi Dan Kewirausahaan Vol. 7, No. 1, April 2007 : 42 – 52

Http://Www.Ojk.Go.Id/Id/Kanal/Perbankan/Stabilitas-Sistem
Keuangan/Pages/Ikhtisar.Aspx

Illegal Fishing: Pengertian, Bentuk Dan Aturan Hukumnya Kompas.Com -


18/05/2022, 00:30 Wib

Https://Www.Pajak.Com/Pajak/Mengenal-Tindak-Pidana-Dalam-Bidang-
Perpajakan

Tindak Pidana Ekonomi Sebagai Upaya Pembangunan Di Bidang Ekonomi Anas


Lutfi, Rusmin Nuriadin Vol. I No. 1 Januari Tahun 2016

Pengertian Korupsi Definisi Korupsi Serta Faktor Penyebab Korupsi


Om.Makplus At 2/27/2016 11:24:00 Am

Seminar Nasional Upaya Perbaikan Sistem Penyelenggaraan Pengadaan


Barang/Jasa Pemerintah Jakarta, 23 Agustus 2006

Https://Aclc.Kpk.Go.Id/ Kenali-Bahayanya-Dampak-Korupsi-Di-Berbagai-
Bidang-Ini

28

Anda mungkin juga menyukai