Disusun oleh:
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( STKIP ) TAMAN SISWA BIMA TAHU
N AJARAN 2024/2025
ATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan h
idayah-nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang "Menganalisis Dasar Hukum
Pemberantasan Korupsi”. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pih
ak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
i
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari pen
yusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami denga
n rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makala
h ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga i
nspirasi untuk pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belaakang............................................................................................. 1
B. Rumus Masalah............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
A. Pengertian Tindakan Pidana Korupsi.............................................................3
B. Dasar-Dasar Hukum Pemberantasan Pidana Korupsi Di Indonesia..............3
C. Priodesasi Pemberantasan Korupsi Diindonesia...........................................6
BAB III PENUTUP.................................................................................................9
A. Kesimpulan dan Saran...................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindak Pidana Korupa (Tipikor) yang merajalela di tanah air selama ini tidak saja mer
ugikan Keuangan Negara atau Perekonomian Negara, tetapi juga telah merupakan pelang
garan terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat, menghambat pertumbuhan dan
kelangsungan pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. T
ipikor tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa, tetapi telah menjadi kejahata
n luar biasa. Metode konvensional yang selama ini digunakan terbukti tidak bisa menyele
saikan persoalan korupsi yang ada di masyarakat, maka penanganannya pun juga harus
menggunakan cara-cara luar biasa.
Mengingat bahwa salah satu unsur Tipikor di dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Unda
ng No. 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tin
dak Pidana Korupsi (UU Tipikor) adalah adanya unsur kerugian keuangan negara, unsur t
ersebut memberi konsekuensi bahwa pemberantasan Tipikor tidak hanya bertujuan untu
k membuat jera para Koruptor melalui penjatuhan pidana penjara yang berat, melainkan
juga memulihkan keuangan negara akibat korupsi sebagaimana ditegaskan dalam konsid
eran dan penjelasan umum UU Tipikor. Kegagalan pengembalian aset hasil korupsi dapat
mengurangi 'makna penghukuman terhadap para koruptor.
Pada dasarnya pengembalian aset adalah sistem penegakan hukum yang dilakukan ol
eh negara korban Tipikor untuk mencabut, merampas, menghilangkan hak atas aset hasil
Tipikor dari pelaku Tipikor melalui rangkaian proses dan mekanisme baik secara pidana d
an perdata. Aset hasil Tipikor baik yang ada di dalam maupun di Luar Negeri dilacak, dibe
kukan, dirampas, disita, diserahkan dan dikembalikan kepada negara yang diakibatkan ol
eh Tipikor dan untuk mencegah pelaku Tipikor menggunakan aset hasil Tipikor sebagai al
at atau sarana tindak pidana lainnya dan memberikan efek jera bagi pelaku/calon pelaku.
UU Tipikor mengatur mekanisme atau prosedur yang dapat diterapkan dapat berupa
pengembalian aset melalui jalur pidana, dan pengembalian aset melalui jalur perdata. Di
samping UU Tipikor, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Ratifikasi Konvensi An
ti Korupsi (UNCAC) 2003 yang mengatur juga bahwa pengembalian aset dapat dilakukan
melalui jalur pidana (aset recovery secara tidak langsung melalui criminal recovery) dan j
alur perdata (asert recovery secara langsung melalui civil recovery). Secara teknis, UNCA
C mengatur pengembalian aset pelaku tindak pidana korupsi dapat melalui pengembalia
n secara langsung dari proses pengadilan yang dilandaskan kepada sistem "negotiation pl
ea" atau "plea bargaining system" dan melalui pengembalian secara tidak langsung yaitu
dengan proses penyitaan berdasarkan keputusan pengadilan."
B. Rumus Masalah
1. Bagaimana dasar hukum pemberantasan korupsi
1
2. Jelaskan pengertian korupsi
BAB II
PEMBAHASAN
2
Undang-undang ini dikeluarkan di masa Orde Baru pada kepem
impinan Presiden Soeharto. UU No. 3 tahun 1971 mengatur pidana pe
njara maksimum seumur hidup serta denda maksimal Rp 30 juta bagi
semua delik yang dikategorikan korupsi. Walau UU telah menjabarkan
dengan jelas tentang definisi korupsi, yaitu perbuatan merugikan keua
ngan negara dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lai
n, namun kenyataannya korupsi, kolusi, dan nepotisme masih marak t
erjadi di masa itu. Sehingga pada pemerintahan-pemerintahan berikut
nya, undang-undang antikorupsi bermunculan dengan berbagai maca
m perbaikan di sana-sini. UU No. 3 tahun 1971 ini dinyatakan tidak ber
laku lagi setelah digantikan oleh Undang-undang Nomor 31 Tahun 199
9 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
3
gelapan dalam jabatan, pemerasan, gratifikasi, suap menyuap, bentur
an kepentingan dalam pengadaan, perbuatan curang, dan kerugian ke
uangan negara.
4
8. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2018 tentang Strategi Nasional Pe
ncegahan Korupsi (Stranas PK)
Perpres ini merupakan pengganti dari Perpres No 55 Tahun 20
12 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2
014 yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebu
tuhan pencegahan korupsi. Stranas PK yang tercantum dalam Perpres i
ni adalah arah kebijakan nasional yang memuat fokus dan sasaran pen
cegahan korupsi yang digunakan sebagai acuan kementerian, lembaga,
pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam melaks
anakan aksi pencegahan korupsi di Indonesia. Sementara itu, Aksi Pen
cegahan Korupsi (Aksi PK) adalah penjabaran fokus dan sasaran Strana
s PK dalam bentuk program dan kegiatan.
Ada tiga fokus dalam Stranas PK, yaitu Perizinan dan Tata Niaga, Keuan
gan Negara, dan Penegakan Hukum dan Demokrasi Birokrasi.
5
mberantasan korupsi sudah menjadi bagian dari kebijakan politik huku
m di Indonesia sejak fase awal kemerdekaan. Namun disebabkan huku
m yang diberlakukan adalah KUHPidana warisan Hindia Belanda, maka
pemberantasan tindak pidana korupsi dengan menerapkan syari’at nya
ris tidak pernah terjadi. Dengan demikian penulis merumuskan bahwa
dalam konteks hubungan agama dan negara, instrumen hukum yang d
ibuat dan disisipi dengan normanorma hukum Islam hanya dalam pera
turan perundang-undangan perdata dan politik saja, serta tidak diberl
akukan dalam hukum pidana.
6
at diikuti dengan perbaikan sistem dan peningkatan kemampuan aparatur pe
merintahan itu sendiri.
Demikian halnya dengan pemberantasan tindak pidana korupsi menja
di agenda terbesar setiap pemimpin di Indonesia. Karena korupsi dampaknya
lebih besar dalam berbagai bidang kehidupan dan kepentingan, seperti meny
angkut hak asasi, ideologi negara, perekonomian, keuangan negara, moral ba
ngsa dan sebagainya, akhirnya dapat mengancam stabilitas dan keamanan ma
syarakat, pembangunan sosial ekonomi, politik serta dapat merusak nilai-nilai
demokrasi dan moralitas. Ancaman ini patut diwaspadai dan diawasi dengan s
eperangkat aturan yang kokoh dan tegas untuk mengikat koruptor demi rasa k
eadilan, bukan menyalahkan atau mengubah Undang-undang yang ada daripa
da menghukum koruptor seberatberatnya. Perundang-Undangan yang berken
aan dengan etika5kehidupan berbangsa, penyelenggaraan negara yang bersih
dan bebas KKN, reformasi birokrasi, penerapan prinsip-prinsip good governan
cedan clean government, jiwa korps dan kode etik PNS, perlu dicermati denga
n seksama dalam upaya menciptakan tata Pemerintahan yang baik, bersih, da
n berwibawa.
KESIMPULAN
7
Berdasarkan analisis dari hasil penelitian dan pembahasan diatas, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa gagasan mengenai pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pe
rwakilan di daerah merupakan tindak lanjut dari pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, gagasan ini dinilai sudah sangat penting
untuk dilaksanakan menimbang efektifitas kinerja dari Kepolisian dan Kejaksaan di daerah m
elalui banyaknya aduan dari masyarakat yang menumpuk mengenai dugaan adanya tindak pi
dana korupsi di daerah dan jumlah penyidikan kasus dugaan tindak korupsi vang berbanding
jauh lebih banyak dengan jumlah penuntutan yang sudah dilakukan.
SARAN
1. Pemberantasan dan pencegahan korupsi haruslah di lakukan dari atau “stop political
wil” secara konsisten dari para penyelengara negara.
2. Pemberantasan pidana korupsi harus tetap berpegang pada undang-undang korupsi
yang telah berlaku dengan mengedepankan pertangung jawaban pidana terlebidahul
u kemudian pertangung jawaban secara perdata.
3. Peraturan perundang-undangan pemberantasan korupsi yang jelas dengan sangsi yan
g dapat menimbulkan kejeraan secara proses peradilan yang tepat dan trasparan.
Daftar Pustaka
Antikorupsi, P. E. (2022). Kenali Dasar Hukum Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indon
esia. Tersedia pada: https://aclc. kpk. go. id/aksi-informasi/Eksplorasi/20220510-kena
li-dasar-hukum-pemberantasan-tindak-pidana-korupsi-di-indonesia.
Saragih, Yasmirah Mandasari, Teguh Prasetyo, and Jawade Hafidz. "Analisis Yuridis Kewenan
gan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai Penuntut Pelaku Tindak Pidana Kor
upsi." UNIFIKASI: Jurnal Ilmu Hukum 5.1 (2018): 33-44.
WAHYU, Yuyu. Perkembangan Penegakan Hukum Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Di I
ndonesia. ADLIYA: Jurnal Hukum dan Kemanusiaan, 2014, 8.1: 107-126.
Sitohang, Hisar. "Analisis Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Dengan Penyalahgunaan J
abatan Dalam Bentuk Penyuapan Aktif." (2020).
8
9