Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena
limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan
makalah kami dengan topik “Fenomena dan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia”
ini.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan Nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari
pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena
kami sangat menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki
banyak kekurangan.
Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak
yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah
ini hingga rampungnya makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah
yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
BAB I – PENDAHULUAN
BAB IV – PENUTUP
4.1 Kesimpulan........................................................................................ 14
4.2 Saran.................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Tindak pidana korupsi di Indonesia hingga saat ini menjadi salah satu
penyebab terpuruknya sistem perekonomian bangsa yang dibuktikan dengan
semakin meluasnya tindak pidana korupsi dalam masyarakat dengan melihat
perkembangannya yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya
tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa sisi negatif, tidak
hanya terhadap kehidupan perekonomian nasional dengan merugikan kondisi
keuangan negara, namun juga melanggar hak-hak sosial dan ekonomipada
kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. Hal ini disebabkan karena
korupsi di Indonesia terjadi secara sistematik dan meluas dengan kurangnya
pertanggung jawaban pidana yang seharusnya dilakukan oleh pelaku tindak
pidana terkait. Tindak pidana korupsi dalam jumlah besar berpotensi merugikan
keuangan negara sehingga dapat mengganggu sumber daya pembangunan dan
membahayakan stabilitas politik suatu negara. Korupsi juga dapat diindikasikan
sebagai alasan timbulnya bahaya terhadap keamanan umat manusia, karena telah
merambah ke dunia pendidikan, kesehatan, penyediaan sandang pangan rakyat,
keagamaan, dan fungsi-fungsi pelayanan sosial lain.1
1
pidana korupsi tersebut. Mereka melakukan baik sebagai yang memiliki
kewenangan ataupun hanya sebagai penerima kewenangan untuk melakukan
korupsi tersebut.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
Pegawai negeri atau penyelenggara Negara yang menerima pemberian atau
janji karena berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannnya yang
bertentangan dengan kewajibannya ( Pasal 5 ayat (2) UU No 20 Tahun 2001 ).
Hakim atau advokat yang menerima pemberian atau janji untuk mempengaruhi
putusan perkara yang di serahan kepadanya untuk diadili atau untuk
mempengaruhi nasehat atau pendapat yang diberikan berhubungan dengan
perkaranya yang di serahkan kepada pengadilan untuk diaili ( Pasal 6 ayat (2) UU
No 20 Tahun 2001 ).
4
2.2 Bentuk-bentuk Korupsi
Menurut perspektif hukum, definisi korupsi telah dijelaskan dalam Pasal
dalam UU No. 31 Tahun 1999, UU No. 20 Tahun 2001. Berdasarkan pasal-pasal
tersebut, menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan
pidana penjara karena korupsi :
1. Kerugian keuangan negara
2. Suap menyuap
3. Pengelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan, dan
7. Gratifikasi
2
http://kampus0111.blogspot.com/2016/06/makalah-tindak-pidana-korupsi.html
Diakses pada tanggal 25 April 2019. Pada pukul 19.25 WIB
5
a) Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta
melakukan perbuatan.
b) Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau
penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan,
sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.
Pelaku adalah orang yang melakukan tindak pidana yang bersangkutan, dalam
arti orang yang dengan suatu kesengajaan atau suatu tidak sengajaan seperti
yang diisyaratkan oleh Undang-Undang telah menimbulkan suatu akibat yang
tidak dikehendaki oleh Undang-Undang, baik itu merupakan unsur subjektif
maupun 3obyektif, tanpa memandang apakah keputusan untuk melakukan
tindak pidana tersebut timbul dari dirinya sendiri atau tidak karena gerakkan
oleh pihak ketiga. Melihat batasan dan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa
orang yang dapat dinyatakan sebagai pelaku tindak pidana dapat
dikelompokkan kedalam beberapa macam antara lain :
a) Orang yang melakukan (dader plagen) orang ini bertindak sendiri untuk
mewujudkan segala maksud suatu tindak pidana.
b) Orang yang menyuruh melakukan (doen plagen) dalam tindak pidana ini
perlu paling sedikit dua orang, yakni orang yang menyuruh melakukan dan
yang menyuruh melakukan, jadi bukan pelaku utama yang melakukan
tindak pidana, tetapi dengan bantuan orang lain yang hanya merupakan
alat saja.
c) Orang yang turut melakukan (mede plagen) turut melakukan artinya disini
ialah melakukan bersama-sama. Dalam tindak pidana ini pelakunya paling
sedikit harus ada dua orang yaitu yang melakukan (dader plagen) dan
orang yang turut melakukan (mede plagen).
3
http://repository.unpas.ac.id/14711/3/BAB%20II.pdf Diakses pada tanggal 25
April 2019. Pada pukul 19.43 WIB
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Fenomena korupsi yang terjadi di Indonesia
Untuk memahami masalah korupsi yang begitu meluas di berbagai negara
khususnya pada negara berkembang, harus dikaitkan bahwa korupsi seolah-olah
sebagai satu keharusan dan tidak terpisahkan dengan negara-negara berkembang.
Korupsi sesungguhnya merupakan suatu proses yang berhubungan dengan latar
belakang sejarah bangsa atau negara yang bersangkutan. Tanpa memahami latar
belakang budaya dan sejarahnya, diagnosis dan terapi yang dilakukan untuk
pemberantasan atau penanggulangan korupsi bisa saja keliru, yang akan berakibat
besar dan merupakan masalah tersendiri karena tindakan-tindakan
penanggulangan yang diterapkan tidak akan efektif.
Penyebab atau pendorong seseorang untuk melakukan tindakan korupsi
sebenarnya bervariasi dan beranekaragam. Akan tetapi, secara umum dapat
dirumuskan, bahwa tindakan korupsi dilakukan dengan tujuan mendapat
keuntungan pribadi, keluarga, kelompok, golongannya sendiri. Dengan
mendasarkan pada motif keuntungan pribadi atau golongan ini, dapatlah
dipahami jika korupsi terdapat dimana-mana dan terjadi kapan saja karena
masalah korupsi selalu terkait dengan motif yang ada pada tiap insan manusia
untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau golongannya.
Cara yang ditempuh menurut norma-norma yang berlaku merupakan usaha
yang bersifat halal dan ridha. Cara korupsi yang dilakukan untuk mendapatkan
keuntungan tidak mengikuti dan didasari norma-norma yang berlaku, jelas bahwa
hal ini tidak halal dan tidak diridhai. Apabila tindakan atau usaha ini dilakukan
7
dengan penggunaan dan atau penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang atau
kesempatan kerja dengan persyaratan seperti dirumuskan dalam pengertian kerja,
usaha ini dikategorikan tindakan korupsi.
Banyak faktor yang mempengaruhi motif untuk melakukan tindakan
korupsi yang menginginkan keuntungan pribadi atau golongan.
8
menciptakan iklim korupsi,” katanya. “Rakyat akan berpendapat bahwa mereka
hidup dalam iklim korupsi dan karena itu akan melakukan korupsi pula”.
Dengan mempertimbangkan pandangan Nehru mengenai dongeng rakyat
tentang korupsi tersebut, mungkin perlu pula dipertimbangkan tentang strategi
atau taktik untuk penanggulangan dan pemberantasan korupsi, apakah perlu
dilaksanakan secara sensional ataukah secara tenang-tenang atau diam-diam tetapi
dengan langkah-langkah yang pasti, terencana, operasional, dan efektif. Di
samping itu, mungkin terdapat pula aspek lain yang perlu dipertimbangkan dalam
masalah ini, yakni tentang kemungkinan adanya golongan tertentu (politik
misalnya) memang dengan sengaja mengobarkan api desas-desus dongeng rakyat
tentang korupsi ini.
Apabila diinventarisasikan, banyak sekali faktor-faktor yang dapat disebut
sebagai penyebab timbul, lahir, tumbuh, serta perkembangan korupsi, khususnya
di negara-negara yang sedang berkembang. Diantara sekian banyak faktor ini,
James C. Scot mengemukakan beberapa hal yang secara khusus memiliki
hubungan dengan aspek politik dan pemerintahan, yakni:
1. Sistem politik resmi belum sepenuhnya diterima dan masih lemah
landasan hukumnya dibandingkan dengan ikatan keluarga dan suku yang
masih kukuh.
2. Pemerintah penting sebagai sumber pekerjaan dan mobilits sosial.
3. Ada golongan-golongan elite yang kaya raya yang tidak diberi kesempatan
mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah secara langsung dan terbuka.
4. Tidak ada kemauan yang sungguh-sungguh untuk hidup berlandaskan
hukum yang berlaku di pihak golongan-golongan elite maupun dipihak
rakyat banyak.4
4
http://kampus0111.blogspot.com/2016/06/makalah-tindak-pidana-korupsi.html
Diakses pada tanggal 25 April 2019. Pada pukul 20.23 WIB
9
1. Kenaikan harga barang akibat anggaran APBN yang di korupsi
2. Bertambahnya rakyat miskin dikarenakan uang tunjangan bagi rakyat
miskin yang seharusnya disalurkan ternyata di korupsi.
3. Mahalnya biaya yang harus rakyat keluarkan untuk mendapatkan
layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan yang seharusnya
bersubsidi.
4. Kesenjangan pendapatan semakin tinggi.
5. Banyaknya rakyat yang di PHK akibat perusahaan kecil tempat mereka
kerja gulung tikar akibat dana investasinya dikorupsi.
6. Dampak Korupsi Dalam Bidang Pendidikan
Kurangnya fasilitas yang tersedia menjadi faktor utama terhadap baik atau
buruknya kualitas pendidikan di Indonesia. Bisa kita lihat banyak fasilitas yang
sudah tidak layak dipakai masih digunakan sebagai sarana pendidikan,
contohnya pada lingkungan pedesaan banyak fasilitas yang sudah tidak layak
dipakai masih digunakan untuk sarana belajar mengajar sesuai fungsinya.
Fasilitas yang rusak ini mengakibatkan banyak anak- anak pedesaan tidak bisa
menggunakan fasilitas dengan baik. Fasilitas yang kurang dan rusak
disebabkan karena kurangnya dana yang diberikan oleh pemerintah. Menurut
pasal 31 ayat 4 dengan bunyi “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang- kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta
dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelengaraan pendidikan nasional”.
Sesuai dengan apa yang termuat di dalam UUD 1945 sebanyak 20% keuangan
negara itu digunakan sebagai dana pendidikan. Namun saat ini sesuai dengan
apa yang telah kita ketahui kualitas pendidikan di indonesia begiu rendah, lalu
dimana uang yang seharusnya dipakai sebagai dana pendidikan?. Korupsi
itulah jawaban yang tepat. Meski Indonesia menganut sistem pemerintahan
presidensil, dan pembagian tugas pemeritahan sudah terlihat sangat jelas.
Korupsi tetap saja menjadi masalah yang sangat besar bagi keuangan negara.
Hal inilah yang berdampak negatif terhadap kualitas pendidikan di Indonesia.
Banyak pendidikan yang terkorbankan karena tidak adanya fasilitas dan dana
yang cukup .
10
Dampak negatif dari korupsi ini tentu sangatlah banyak salah satunya adalah
uang negara yang seharusnya di pakai untuk memenuhi fasilitas pendidikan
tapi menjadi bubur hangat bagi para koruptor di Indonesia dan hal ini juga
yang telah menyebabkan negara indonesia tidak maju- maju dan tetap pada
posisi sebagai negara berkembang dengan kualitas pendidikan yang rendah.
Dari kasus korupsi yang terjadi perhatian pemerintah menjadi sangat berkurang
terhadap kualitas pendidikan di Indonesia. Tidak heran jika kualitas
penddidikan di indonesia menjadi rendah dan tidak dapat berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman saat ini. Perlu adanya tindak lanjut yang lebih
agar pendidikan di Indonesia bisa seperti negara yang maju saat ini, tidak
cukup hanya dengan pemberian hukuman kepada koruptor tapi perlu adanya
inovasi baru yang dapat memberikan hukuman yang sebanding dengan apa
yang telah dilaksanakan oleh para koruptor. Berantas korupsi dan segala
tindakan menyimpang lainnya yang akan berdampak negative pada kualitas
pendidikan di indonesia.
Seperti yang kita lihat, Indonesia menyandang sebagai negara yang memiliki
begitu banyak sumber daya yang tentunya dapat di manfaatkan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Jika pemanfaatan dan
penggunaannya dilakukan secara efesien serta terhindar dari tangan- tanagn
yang tak bertanggung jawab maka akan tercipta indonesia yang maju. Kita
sebagai genrasi penerus bangsa dan negara, perlu pemahaman yang luas akan
dunia pendidikan agar kualitas pendidikan di indonesia bisa berkembang dan
maju seperti halnya sama dengan tujuan dan cita- cita bangsa kita. Indonesia
yang aman, maju dan sejahtera adalah harapan utama kita semua sebagai rakyat
republik Indonesia. Tingkatkan terus kualitas penndidikan di Indonesia agar
indonesia dapat kembali lagi menjadi indonesia yang memiliki kualitas
pendidikan yang tinggi5
11
terutama berkaitan dengan 2 (dua) hal. Pertama, tugas dan fungsi penyelidikan
atau penyidikan. Semakin banyak penyelidik atau penyidik tindak pidana korupsi
adalah semakin baik dalam tugas pemberantasan korupsi, karena satu lembaga
saja tidak akan mampu untuk melakukan penyelidikan atau penyidikan korupsi
mengingat areanya yang teramat luas bahkan dapat dikatakan tak terbatas,
sebagaimana Pasal 31 ayat (2) RUU PPTPK.
Permasalahan yang sering muncul terkait adanya beberapa instansi
penyelidik/penyidik tindak pidana korupsi yakni Kepolisian, Kejaksaan dan KPK
adalah banyak adanya tumpang tindih dalam pelaksanaan
penyelidikan/penyidikan, masih adanya arogansi dan sikap saling curiga antar
instansi penyidik, adanya persepsi yang berbeda terhadap beberapa ketentuan
peraturan perundangan, adanya perbedaan kewenangan yang diberikan oleh
undang-undang, adanya perlakuan berbeda oleh negara terkait kesejahteraan
penyidik dan lain-lain, untuk itu diperlukan adanya sinergitas.
Kedua, tugas dan fungsi penuntutan tindak pidana korupsi. Secara praktis
pengendalian penuntutan yang dilakukan oleh dua lembaga yang berbeda akan
memunculkan disparitas tuntutan pidana karena tidak adanya pedoman tuntutan
pidana yang jelas. Patokan yang digunakan selama ini hanyalah ketentuan
minimal khusus dan maksimal khusus dalam setiap rumusan tindak pidana dalam
UU PTPK, misalnya pidana penjara minimal 1 tahun dan maksimal 20 tahun.
Rentang sanksi pidana kemungkinan bisa terjadi, belum lagi terkait dengan
pengenaan pidana denda, kurungan pengganti denda dan pidana tambahan. Selain
itu berlakunya Undang-Undang No. 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi yang menyatakan bahwa Pengadilan Tipikor bukanlah pengadilan
yang secara khusus memeriksa dan memutus perkara-perkara hasil penyidikan
KPK, karena hasil penyidikan dari Kejaksaan dan Kepolisian dilimpahkan untuk
diperiksa dan disidangkan di Pengadilan Tipikor. Hal ini menimbulkan adanya
dualisme pengendalian penuntutan, yaitu penuntutan oleh Penuntut Umum yang
dikendalikan oleh KPK dan penuntutan oleh Penuntut Umum yang berada di
bawah kendali Kejaksaan.6
6
file:///C:/Users/USER/Downloads/5380-10408-1-SM.pdf Diunduh pada tanggal
28 April 2019. Pada pukul 21.58 WIB
12
Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali
upaya-upaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan
aparat hukum lain. KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk
mengatasi, menanggulangi, dan memberan-tas korupsi, merupakan komisi
independent yang diharapkan mampu menjadi “martir” bagi para pelaku tindak
KKN
Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut :
1. Membangunn kultur yang mendukung pemberantasan korupsi
2. Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sector dengan
mewujudkan good governace
3. Membangun kepercayaan masyarakat
4. Mewujudkan keberhasilan terhadap pelaku korupsi besar
5. Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi7
Selain itu, peran lain pemerintah yaitu harus memberikan motivasi yang tinggi
kepada masyarakat, dengan cara memberi penghargaan kepada masyarakat yang
berjasa terhadap upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi
berupa piagam atau premi. Karena dengan peran serta masyarakat tersebut dapat
mewujudkan masyarakat terbebas dari perilaku koruptif. Di samping itu, dengan
peran serta tersebut masyarakat akan lebih bergairah untuk melaksanakan control
social terhadap tindak pidana korupsi.
7
https://kastara.id/16/10/2018/upaya-pemerintah-mewujudkan-efektivitas-
pemberantasan-tindak-pidana-korupsi/ Diakses pada tanggal 29 April 2019. Pada
pukul 22.46 WIB
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa korupsi merupakan penyelewengan atau
penggelapan (uang negara atau perusahaaan) dan sebagainya untuk keuntungan
pribadi atau orang lain serta selalu mengandung unsur “penyelewengan” atau
dishonest (ketidakjujuran). Dan korupsi akan berdampak pada masyarakat luas
serta akan merugikan masyarakat umum dan negara. Di Indonesia korupsi
identik dengan tindakan buruk yang dilakukan oleh aparatur birokrasi serta
orang-orang yang berkompeten dengan birokrasi. Korupsi dapat bersumber
dari kelemahan yang terdapat pada sistem politik dan sistem administrasi
negara dengan birokrasi sebagai prangkat pokoknya.
Keburukan hukum merupakan penyebab lain meluasnya korupsi. Seperti
halnya delik-delik hukum yang lain, delik hukum yang menyangkut korupsi di
Indonesia masih begitu rentan terhadap upaya pejabat-pejabat tertentu untuk
membelokkan hukum menurut kepentingannya. Dalam realita di lapangan,
banyak kasus untuk menangani tindak pidana korupsi yang sudah diperkarakan
14
bahkan terdakwapun sudah divonis oleh hakim, tetapi selalu bebas dari
hukuman ataupun mendapat hukuman yang tidak sesuai dengan pelanggaranya.
Itulah sebabnya kalau hukuman yang diterapkan tidak drastis, upaya
pemberantasan korupsi dapat dipastikan gagal.
4.2 Saran
Saran pada makalah ini ditunjukkan kepada seluruh warga negara
Indonesia, terutama lembaga yang menangani korupsi di Indonesia untuk
mempertegas peraturan hukum yang berkaitan dengan korupsi. Banyak hukum
yang mengatur tentang korupsi tetapi dalam penanganan atau penindakan terhadap
para pelaku korupsi masih kurang tegas dan tidak terapkan sesuai peraturan yang
ada. Banyak para pelaku korupsi yang bebas begitu saja padahal sudah terbukti
bersalah, terutama pada orang-orang yang memiliki jabatan tinggi dan mereka
memanfaatkan uang untuk menyogok aparat yang bertanggung jawab.
Lembaga yang bertugas menangani kasus korupsi
15
16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/35508807/PERAN_SINERGITAS_PEMERINTAH_
MASYARAKAT_DAN_MAHASISWA_DALAM_PEMBERANTASAN_KOR
UPSI Diakses pada tanggal 28 April 2019
http://kampus0111.blogspot.com/2016/06/makalah-tindak-pidana-korupsi.html
Diakses pada tanggal 28 April 2019
https://www.bphn.go.id/data/documents/aspek_hukum_pemberantasan_korupsi_d
i_indonesia.pdf Diakses pada tanggal 28 April 2019
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/07/30-pengertian-korupsi-menurut-
para-ahli-bentuk-faktor-penyebab-ciri-ciri-dampak-cara-mengatasi-korupsi.html
Diakases pada tanggal 28 April 2019
http://pencegahankorupsi.blogspot.com/2016/06/7-kelompok-tindak-pidan-korupsi-
menurut.html Diakses pada tanggal 28 April 2019
FENOMENA DAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA
KELOMPOK 3
Disusun Oleh :
2019
2