Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena
limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan
makalah kami dengan topik “Fenomena dan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia”
ini.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan Nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari
pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena
kami sangat menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki
banyak kekurangan.
Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak
yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah
ini hingga rampungnya makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah
yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Malang, 30 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I – PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3 Rumusan Tujuan.............................................................................. 2

BAB II – TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian dan bentuk dari korupsi.............................................. 3


2.2 Bentuk-bentuk korupsI.................................................................... 4
2.3 Sebab-sebab terjadinya korupsi...................................................... 5
2.4 Pelaku tindak pidana korupsi......................................................... 5

BAB III – PEMBAHASAN

3.1 Fenomena korupsi yang terjadi di Indonesia ............................... 7


3.2 Dampak terjadinya korupsi bagi masyarakat di Indonesia......... 9
3.3 Peran pemerintah memberantas kasus korupsi di Indonesia...... 11

BAB IV – PENUTUP

4.1 Kesimpulan........................................................................................ 14
4.2 Saran.................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tindak pidana korupsi di Indonesia hingga saat ini menjadi salah satu
penyebab terpuruknya sistem perekonomian bangsa yang dibuktikan dengan
semakin meluasnya tindak pidana korupsi dalam masyarakat dengan melihat
perkembangannya yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya
tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa sisi negatif, tidak
hanya terhadap kehidupan perekonomian nasional dengan merugikan kondisi
keuangan negara, namun juga melanggar hak-hak sosial dan ekonomipada
kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. Hal ini disebabkan karena
korupsi di Indonesia terjadi secara sistematik dan meluas dengan kurangnya
pertanggung jawaban pidana yang seharusnya dilakukan oleh pelaku tindak
pidana terkait. Tindak pidana korupsi dalam jumlah besar berpotensi merugikan
keuangan negara sehingga dapat mengganggu sumber daya pembangunan dan
membahayakan stabilitas politik suatu negara. Korupsi juga dapat diindikasikan
sebagai alasan timbulnya bahaya terhadap keamanan umat manusia, karena telah
merambah ke dunia pendidikan, kesehatan, penyediaan sandang pangan rakyat,
keagamaan, dan fungsi-fungsi pelayanan sosial lain.1

Dalam penyuapan di dunia perdagangan, baik yang bersifat domestik


maupun transnasional, korupsi jelas- jelas telah merusak mental pejabat.Demi
mengejar kekayaan, para pejabat negara tidak takut melanggar hukum
negara.Kasus-kasus tindak pidana korupsi sulit diungkap karena para pelakunya
terkait dengan wewenang atau kekuasaannya yang dimiliki . Tindak pidana korupsi
tidak hanya dilakukan oleh Para Pejabat, Pegawai Negeri Sipil (PNS), orang-
orang yang memiliki kewenanganan yang lebih serta peluang untuk melalukan
tindak pidana korupsi. Akan tetapi, Wiraswasta pun dapat melakukan tindak

https://www.academia.edu/16148804/MAKALAH_KORUPSI Diunduh pada 24


1

April 2019. Pada pukul 23.19 WIB

1
pidana korupsi tersebut. Mereka melakukan baik sebagai yang memiliki
kewenangan ataupun hanya sebagai penerima kewenangan untuk melakukan
korupsi tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun berdasarkan
rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana fenomena korupsi yang terjadi di Indonesia?


b. Apa dampak terjadinya korupsi bagi masyarakat di Indonesia?
c. Bagaimana peran dari pemerintah dalam memberantas kasus korupsi di
Indonesia?

1.3 Rumusan Tujuan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun berdasarkan
rumusan tujuan sebagai berikut:
a. Ingin menjelaskan kasus korupsi yang terjadi di Indonesia dan
penyebabnya.
b. Ingin menjabarkan dan menjelaskan dampak terjadinya korupsi bagi
masyarakat di Indonesia.
c. Ingin menjelaskan peran dari pemerintah dalam memberantas kasus
korupsi di Indonesia.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian dan bentuk dari korupsi


Menurut ensiklopedia “korupsi” (dari bahasa Latin : corruption = penyuapan;
corruptore = merusak) gejala dimana para pejabat, badan-badan Negara
menyalahgunakan wewenang dengan terjadinya penyuapan, pemalsuan serta
ketidakberesan lainnya. Adapun arti lain dari korupsi dapat berupa :

1. Kejahatan kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan, dan


ketidakjujuran.
2. Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan sogok dan
sebagainya.
Memperhatikan UU No 31 Tahun 1999 dan UU No 20 Tahun 2001, maka Tindak
Pidana Korupsi dapat dilihat dari dua segi, yaitu :
a. Korupsi Aktif
Secara melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang Korporasi, yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara ( Pasal 2 UU No 31
Tahun 1999 ). Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
korporasi menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara ( Pasal 3 UU No 31 Tahun 1999 ).
b. Korupsi Pasif

3
Pegawai negeri atau penyelenggara Negara yang menerima pemberian atau
janji karena berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannnya yang
bertentangan dengan kewajibannya ( Pasal 5 ayat (2) UU No 20 Tahun 2001 ).
Hakim atau advokat yang menerima pemberian atau janji untuk mempengaruhi
putusan perkara yang di serahan kepadanya untuk diadili atau untuk
mempengaruhi nasehat atau pendapat yang diberikan berhubungan dengan
perkaranya yang di serahkan kepada pengadilan untuk diaili ( Pasal 6 ayat (2) UU
No 20 Tahun 2001 ).

Berdasarkan undang-undang bahwa korupsi diartikan:


1. Barang siapa dengan melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu badan yang secara langsung merugikan
keuangan Negara dan atau perekonomian Negara dan atau perekonomian
Negara atau diketahui patut disangka olehnya bahwa perbuatan tersebut
merugikan keuangan Negara ( Pasal 2 UU No 20 Tahun 2001 )
2. Barang siapa dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
suatu badan menyalah gunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan secara langsung dapat merugikan
Negara atau perekonomian Negara ( Pasal 3 UU No 20 Tahun 2001 ).
3. Barang siapa melakukan kejahatan yang tercantum dalam pasal 209, 210, 387,
388, 415, 416, 417, 418, 419, 420, 425, 435 KUHP.
Adapun pengertian korupsi menurut para Ahli :

1. S Hornby istilah korupsi diartikan suatu pemberian atau penawaran dan


penerimaah hadian berupa suap, serta kebusukan atau keburukan.
2. Robert Klitgaard suatu tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas
resmi jabatannya dalam negara, dimana untuk memperoleh keuntungan status
atau uang yang menyangkut diri pribadi atau perorangan, keluarga dekat,
kelompok sendiri, atau dengan melanggar aturan pelaksanaan yang
menyangkut tingkah laku pribadi.

4
2.2 Bentuk-bentuk Korupsi
Menurut perspektif hukum, definisi korupsi telah dijelaskan dalam Pasal
dalam UU No. 31 Tahun 1999, UU No. 20 Tahun 2001. Berdasarkan pasal-pasal
tersebut, menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan
pidana penjara karena korupsi :
1. Kerugian keuangan negara
2. Suap menyuap
3. Pengelapan dalam jabatan 
4. Pemerasan 
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan, dan 
7. Gratifikasi 

2.3 Sebab-sebab terjadinya korupsi


Banyak faktor penyebab korupsi terjadi. Akan tetapi, secara umum
dapatlah dirumuskan, sesuai dengan pengertian korupsi diatas yaitu bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan pribadi,kelompok,keluarga atau golongannya
sendiri atau faktor – faktor lain, seperti:
a) Tidak adanya tindakan hukum yang tegas.
b) Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika.
c) Kurangnya pendidikan.
d) Adanya banyak kemiskinan.
e) Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku anti korupsi.
f) Struktur pemerintahan.
g) Keadaan masyarakat yang semakin majemuk2

2.4 Pelaku Tindak Pidana Korupsi


Pelaku tindak pidana (Dader) menurut doktrin adalah barang siapa yang
melaksanakan semua unsur-unsur tindak pidana sebagai mana unsurunsur
tersebut dirumuskan di dalam undang-undang menurut KUHP.

2
http://kampus0111.blogspot.com/2016/06/makalah-tindak-pidana-korupsi.html
Diakses pada tanggal 25 April 2019. Pada pukul 19.25 WIB

5
a) Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta
melakukan perbuatan.
b) Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau
penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan,
sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.

Pelaku adalah orang yang melakukan tindak pidana yang bersangkutan, dalam
arti orang yang dengan suatu kesengajaan atau suatu tidak sengajaan seperti
yang diisyaratkan oleh Undang-Undang telah menimbulkan suatu akibat yang
tidak dikehendaki oleh Undang-Undang, baik itu merupakan unsur subjektif
maupun 3obyektif, tanpa memandang apakah keputusan untuk melakukan
tindak pidana tersebut timbul dari dirinya sendiri atau tidak karena gerakkan
oleh pihak ketiga. Melihat batasan dan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa
orang yang dapat dinyatakan sebagai pelaku tindak pidana dapat
dikelompokkan kedalam beberapa macam antara lain :
a) Orang yang melakukan (dader plagen) orang ini bertindak sendiri untuk
mewujudkan segala maksud suatu tindak pidana.
b) Orang yang menyuruh melakukan (doen plagen) dalam tindak pidana ini
perlu paling sedikit dua orang, yakni orang yang menyuruh melakukan dan
yang menyuruh melakukan, jadi bukan pelaku utama yang melakukan
tindak pidana, tetapi dengan bantuan orang lain yang hanya merupakan
alat saja.
c) Orang yang turut melakukan (mede plagen) turut melakukan artinya disini
ialah melakukan bersama-sama. Dalam tindak pidana ini pelakunya paling
sedikit harus ada dua orang yaitu yang melakukan (dader plagen) dan
orang yang turut melakukan (mede plagen).

3
http://repository.unpas.ac.id/14711/3/BAB%20II.pdf Diakses pada tanggal 25
April 2019. Pada pukul 19.43 WIB

6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Fenomena korupsi yang terjadi di Indonesia
Untuk memahami masalah korupsi yang begitu meluas di berbagai negara
khususnya pada negara berkembang, harus dikaitkan bahwa korupsi seolah-olah
sebagai satu keharusan dan tidak terpisahkan dengan negara-negara berkembang.
Korupsi sesungguhnya merupakan suatu proses yang berhubungan dengan latar
belakang sejarah bangsa atau negara yang bersangkutan. Tanpa memahami latar
belakang budaya dan sejarahnya, diagnosis dan terapi yang dilakukan untuk
pemberantasan atau penanggulangan korupsi bisa saja keliru, yang akan berakibat
besar dan merupakan masalah tersendiri karena tindakan-tindakan
penanggulangan yang diterapkan tidak akan efektif.
Penyebab atau pendorong seseorang untuk melakukan tindakan korupsi
sebenarnya bervariasi dan beranekaragam. Akan tetapi, secara umum dapat
dirumuskan, bahwa tindakan korupsi dilakukan dengan tujuan mendapat
keuntungan pribadi, keluarga, kelompok, golongannya sendiri. Dengan
mendasarkan pada motif keuntungan pribadi atau golongan ini, dapatlah
dipahami jika korupsi terdapat dimana-mana dan terjadi kapan saja karena
masalah korupsi selalu terkait dengan motif yang ada pada tiap insan manusia
untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau golongannya.
Cara yang ditempuh menurut norma-norma yang berlaku merupakan usaha
yang bersifat halal dan ridha. Cara korupsi yang dilakukan untuk mendapatkan
keuntungan tidak mengikuti dan didasari norma-norma yang berlaku, jelas bahwa
hal ini tidak halal dan tidak diridhai. Apabila tindakan atau usaha ini dilakukan

7
dengan penggunaan dan atau penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang atau
kesempatan kerja dengan persyaratan seperti dirumuskan dalam pengertian kerja,
usaha ini dikategorikan tindakan korupsi.
Banyak faktor yang mempengaruhi motif untuk melakukan tindakan
korupsi yang menginginkan keuntungan pribadi atau golongan.

Menurut komisi IV, terdapat tiga indikasi yang menyebabkan meluasnya


korupsi di Indonesia, yakni:
1. Pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi
2. Penyalahgunaan kesempatan untuk memperkaya diri, dan
3. Penyalahgunaan kekuasaan untuk memperkaya diri.
Komisi IV juga menyatakan, kemungkinan meluasnya perbuatan korupsi
berhubungan dengan meningkatnya kegiatan dalam bidang ekonomi
pembangunan, seperti perluasan perkreditan, bantuan luar negeri dan penanaman
modal asing.
Menurut Dr. Sarlito W, tidak ada jawaban yang persis untuk menjawab
alasan apa yang mendorong terjadinya korupsi, tetapi ada dua hal yang jelas, yaitu
faktor rangsangan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak dan
sebagainya) dan faktor rangsangan dari luar (misal dorongan dari teman-teman,
adanya kesempatan, dan kurang kontrol dan sebagainya.
A.S. Harris Sumidiria menjawab bahwa korupsi lahir karena ambruknya
nilai-nilai sosial, korupsi kambuh karena adanya penyalahgunaan tujuan
wewenang dan kekuasaan, dan korupsi hidup karena sikap dan mental pejabat
yang bobrok, baik pejabat tinggi maupun pejabat rendahan.
Dr. Andi Hamzah dalam disertasinya menginventariskan beberapa
penyebab korupsi, yakni kesan yang berlebih-lebihan, seolah-olah telah tersebar
luas, terutama di kalangan pejabat tinggi. Rasa khawatir akan membesarnya kesan
inilah yang menyebabkan Nehru secara terus-menerus menolak tuntutan-tuntutan
agar dia membersihkan pemerintahannya dan birokrasi negara dari korupsi.
“Berteriak keras-keras bahwa setiap orang berbuat korupsi hanya akan

8
menciptakan iklim korupsi,” katanya. “Rakyat akan berpendapat bahwa mereka
hidup dalam iklim korupsi dan karena itu akan melakukan korupsi pula”.
Dengan mempertimbangkan pandangan Nehru mengenai dongeng rakyat
tentang korupsi tersebut, mungkin perlu pula dipertimbangkan tentang strategi
atau taktik untuk penanggulangan dan pemberantasan korupsi, apakah perlu
dilaksanakan secara sensional ataukah secara tenang-tenang atau diam-diam tetapi
dengan langkah-langkah yang pasti, terencana, operasional, dan efektif. Di
samping itu, mungkin terdapat pula aspek lain yang perlu dipertimbangkan dalam
masalah ini, yakni tentang kemungkinan adanya golongan tertentu (politik
misalnya) memang dengan sengaja mengobarkan api desas-desus dongeng rakyat
tentang korupsi ini.
Apabila diinventarisasikan, banyak sekali faktor-faktor yang dapat disebut
sebagai penyebab timbul, lahir, tumbuh, serta perkembangan korupsi, khususnya
di negara-negara yang sedang berkembang. Diantara sekian banyak faktor ini,
James C. Scot mengemukakan beberapa hal yang secara khusus memiliki
hubungan dengan aspek politik dan pemerintahan, yakni:
1. Sistem politik resmi belum sepenuhnya diterima dan masih lemah
landasan hukumnya dibandingkan dengan ikatan keluarga dan suku yang
masih kukuh.
2. Pemerintah penting sebagai sumber pekerjaan dan mobilits sosial.
3. Ada golongan-golongan elite yang kaya raya yang tidak diberi kesempatan
mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah secara langsung dan terbuka.
4. Tidak ada kemauan yang sungguh-sungguh untuk hidup berlandaskan
hukum yang berlaku di pihak golongan-golongan elite maupun dipihak
rakyat banyak.4

3.2 Dampak terjadinya korupsi bagi masyarakat di Indonesia


Korupsi sangat berdampak negatif pada kehidupan masyarakat sekitar. Adapun
dampak korupsi yang terlihat secara langsung dan tidak langsung adalah
sebagai berikut :

4
http://kampus0111.blogspot.com/2016/06/makalah-tindak-pidana-korupsi.html
Diakses pada tanggal 25 April 2019. Pada pukul 20.23 WIB

9
1. Kenaikan harga barang akibat anggaran APBN yang di korupsi
2. Bertambahnya rakyat miskin dikarenakan uang tunjangan bagi rakyat
miskin yang seharusnya disalurkan ternyata di korupsi.
3. Mahalnya biaya yang harus rakyat keluarkan untuk mendapatkan
layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan yang seharusnya
bersubsidi.
4. Kesenjangan pendapatan semakin tinggi.
5. Banyaknya rakyat yang di PHK akibat perusahaan kecil tempat mereka
kerja gulung tikar akibat dana investasinya dikorupsi.
6. Dampak Korupsi Dalam Bidang Pendidikan
Kurangnya fasilitas yang tersedia menjadi faktor utama terhadap baik atau
buruknya kualitas pendidikan di Indonesia. Bisa kita lihat banyak fasilitas yang
sudah tidak layak dipakai masih digunakan sebagai sarana pendidikan,
contohnya pada lingkungan pedesaan banyak fasilitas yang sudah tidak layak
dipakai masih digunakan untuk sarana belajar mengajar sesuai fungsinya.
Fasilitas yang rusak ini mengakibatkan banyak anak- anak pedesaan tidak bisa
menggunakan fasilitas dengan baik. Fasilitas yang kurang dan rusak
disebabkan karena kurangnya dana yang diberikan oleh pemerintah. Menurut
pasal 31 ayat 4 dengan bunyi “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang- kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta
dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelengaraan pendidikan nasional”.
Sesuai dengan apa yang termuat di dalam UUD 1945 sebanyak 20% keuangan
negara itu digunakan sebagai dana pendidikan. Namun saat ini sesuai dengan
apa yang telah kita ketahui kualitas pendidikan di indonesia begiu rendah, lalu
dimana uang yang seharusnya dipakai sebagai dana pendidikan?. Korupsi
itulah jawaban yang tepat. Meski Indonesia menganut sistem pemerintahan
presidensil, dan pembagian tugas pemeritahan sudah terlihat sangat jelas.
Korupsi tetap saja menjadi masalah yang sangat besar bagi keuangan negara.
Hal inilah yang berdampak negatif terhadap kualitas pendidikan di Indonesia.
Banyak pendidikan yang terkorbankan karena tidak adanya fasilitas dan dana
yang cukup .

10
Dampak negatif dari korupsi ini tentu sangatlah banyak salah satunya adalah
uang negara yang seharusnya di pakai untuk memenuhi fasilitas pendidikan
tapi menjadi bubur hangat bagi para koruptor di Indonesia dan hal ini juga
yang telah menyebabkan negara indonesia tidak maju- maju dan tetap pada
posisi sebagai negara berkembang dengan kualitas pendidikan yang rendah.
Dari kasus korupsi yang terjadi perhatian pemerintah menjadi sangat berkurang
terhadap kualitas pendidikan di Indonesia. Tidak heran jika kualitas
penddidikan di indonesia menjadi rendah dan tidak dapat berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman saat ini. Perlu adanya tindak lanjut yang lebih
agar pendidikan di Indonesia bisa seperti negara yang maju saat ini, tidak
cukup hanya dengan pemberian hukuman kepada koruptor tapi perlu adanya
inovasi baru yang dapat memberikan hukuman yang sebanding dengan apa
yang telah dilaksanakan oleh para koruptor. Berantas korupsi dan segala
tindakan menyimpang lainnya yang akan berdampak negative pada kualitas
pendidikan di indonesia.
Seperti yang kita lihat, Indonesia menyandang sebagai negara yang memiliki
begitu banyak sumber daya yang tentunya dapat di manfaatkan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Jika pemanfaatan dan
penggunaannya dilakukan secara efesien serta terhindar dari tangan- tanagn
yang tak bertanggung jawab maka akan tercipta indonesia yang maju. Kita
sebagai genrasi penerus bangsa dan negara, perlu pemahaman yang luas akan
dunia pendidikan agar kualitas pendidikan di indonesia bisa berkembang dan
maju seperti halnya sama dengan tujuan dan cita- cita bangsa kita. Indonesia
yang aman, maju dan sejahtera adalah harapan utama kita semua sebagai rakyat
republik Indonesia. Tingkatkan terus kualitas penndidikan di Indonesia agar
indonesia dapat kembali lagi menjadi indonesia yang memiliki kualitas
pendidikan yang tinggi5

3.3 Peran pemerintah memberantas kasus korupsi di Indonesia


Dalam kaitan arah pemberantasan korupsi ke depan maka peraturan
perundangan mengenai aparatur penegak hukum haruslah dilakukan harmonisasi,
5
http://kampus0111.blogspot.com/2016/06/makalah-tindak-pidana-korupsi.html
Diakses pada tanggal 25 April 2019. Pada pukul 20.26 WIB

11
terutama berkaitan dengan 2 (dua) hal. Pertama, tugas dan fungsi penyelidikan
atau penyidikan. Semakin banyak penyelidik atau penyidik tindak pidana korupsi
adalah semakin baik dalam tugas pemberantasan korupsi, karena satu lembaga
saja tidak akan mampu untuk melakukan penyelidikan atau penyidikan korupsi
mengingat areanya yang teramat luas bahkan dapat dikatakan tak terbatas,
sebagaimana Pasal 31 ayat (2) RUU PPTPK.
Permasalahan yang sering muncul terkait adanya beberapa instansi
penyelidik/penyidik tindak pidana korupsi yakni Kepolisian, Kejaksaan dan KPK
adalah banyak adanya tumpang tindih dalam pelaksanaan
penyelidikan/penyidikan, masih adanya arogansi dan sikap saling curiga antar
instansi penyidik, adanya persepsi yang berbeda terhadap beberapa ketentuan
peraturan perundangan, adanya perbedaan kewenangan yang diberikan oleh
undang-undang, adanya perlakuan berbeda oleh negara terkait kesejahteraan
penyidik dan lain-lain, untuk itu diperlukan adanya sinergitas.
Kedua, tugas dan fungsi penuntutan tindak pidana korupsi. Secara praktis
pengendalian penuntutan yang dilakukan oleh dua lembaga yang berbeda akan
memunculkan disparitas tuntutan pidana karena tidak adanya pedoman tuntutan
pidana yang jelas. Patokan yang digunakan selama ini hanyalah ketentuan
minimal khusus dan maksimal khusus dalam setiap rumusan tindak pidana dalam
UU PTPK, misalnya pidana penjara minimal 1 tahun dan maksimal 20 tahun.
Rentang sanksi pidana kemungkinan bisa terjadi, belum lagi terkait dengan
pengenaan pidana denda, kurungan pengganti denda dan pidana tambahan. Selain
itu berlakunya Undang-Undang No. 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi yang menyatakan bahwa Pengadilan Tipikor bukanlah pengadilan
yang secara khusus memeriksa dan memutus perkara-perkara hasil penyidikan
KPK, karena hasil penyidikan dari Kejaksaan dan Kepolisian dilimpahkan untuk
diperiksa dan disidangkan di Pengadilan Tipikor. Hal ini menimbulkan adanya
dualisme pengendalian penuntutan, yaitu penuntutan oleh Penuntut Umum yang
dikendalikan oleh KPK dan penuntutan oleh Penuntut Umum yang berada di
bawah kendali Kejaksaan.6

6
file:///C:/Users/USER/Downloads/5380-10408-1-SM.pdf Diunduh pada tanggal
28 April 2019. Pada pukul 21.58 WIB

12
Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali
upaya-upaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan
aparat hukum lain. KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk
mengatasi, menanggulangi, dan memberan-tas korupsi, merupakan komisi
independent yang diharapkan mampu menjadi “martir” bagi para pelaku tindak
KKN
Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut :
1. Membangunn kultur yang mendukung pemberantasan korupsi
2. Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sector dengan
mewujudkan good governace
3. Membangun kepercayaan masyarakat
4. Mewujudkan keberhasilan terhadap pelaku korupsi besar
5. Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi7
Selain itu, peran lain pemerintah yaitu harus memberikan motivasi yang tinggi
kepada masyarakat, dengan cara memberi penghargaan kepada masyarakat yang
berjasa terhadap upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi
berupa piagam atau premi. Karena dengan peran serta masyarakat tersebut dapat
mewujudkan masyarakat terbebas dari perilaku koruptif. Di samping itu, dengan
peran serta tersebut masyarakat akan lebih bergairah untuk melaksanakan control
social terhadap tindak pidana korupsi.

7
https://kastara.id/16/10/2018/upaya-pemerintah-mewujudkan-efektivitas-
pemberantasan-tindak-pidana-korupsi/ Diakses pada tanggal 29 April 2019. Pada
pukul 22.46 WIB

13
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa korupsi merupakan penyelewengan atau
penggelapan (uang negara atau perusahaaan) dan sebagainya untuk keuntungan
pribadi atau orang lain serta selalu mengandung unsur “penyelewengan” atau
dishonest (ketidakjujuran). Dan korupsi akan berdampak pada masyarakat luas
serta akan merugikan masyarakat umum dan negara. Di Indonesia korupsi
identik dengan tindakan buruk yang dilakukan oleh aparatur birokrasi serta
orang-orang yang berkompeten dengan birokrasi. Korupsi dapat bersumber
dari kelemahan yang terdapat pada sistem politik dan sistem administrasi
negara dengan birokrasi sebagai prangkat pokoknya.
Keburukan hukum merupakan penyebab lain meluasnya korupsi. Seperti
halnya delik-delik hukum yang lain, delik hukum yang menyangkut korupsi di
Indonesia masih begitu rentan terhadap upaya pejabat-pejabat tertentu untuk
membelokkan hukum menurut kepentingannya. Dalam realita di lapangan,
banyak kasus untuk menangani tindak pidana korupsi yang sudah diperkarakan

14
bahkan terdakwapun sudah divonis oleh hakim, tetapi selalu bebas dari
hukuman ataupun mendapat hukuman yang tidak sesuai dengan pelanggaranya.
Itulah sebabnya kalau hukuman yang diterapkan tidak drastis, upaya
pemberantasan korupsi dapat dipastikan gagal.

4.2 Saran
Saran pada makalah ini ditunjukkan kepada seluruh warga negara
Indonesia, terutama lembaga yang menangani korupsi di Indonesia untuk
mempertegas peraturan hukum yang berkaitan dengan korupsi. Banyak hukum
yang mengatur tentang korupsi tetapi dalam penanganan atau penindakan terhadap
para pelaku korupsi masih kurang tegas dan tidak terapkan sesuai peraturan yang
ada. Banyak para pelaku korupsi yang bebas begitu saja padahal sudah terbukti
bersalah, terutama pada orang-orang yang memiliki jabatan tinggi dan mereka
memanfaatkan uang untuk menyogok aparat yang bertanggung jawab.
Lembaga yang bertugas menangani kasus korupsi

15
16
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unpas.ac.id/14711/3/BAB%20II.pdf Diakses pada tanggal 28


April 2019

https://www.academia.edu/5846366/Tugas_makalah Diakses pada tanggal 28


April 2019

https://www.academia.edu/35508807/PERAN_SINERGITAS_PEMERINTAH_
MASYARAKAT_DAN_MAHASISWA_DALAM_PEMBERANTASAN_KOR
UPSI Diakses pada tanggal 28 April 2019

http://kampus0111.blogspot.com/2016/06/makalah-tindak-pidana-korupsi.html
Diakses pada tanggal 28 April 2019

https://jurnal.usu.ac.id/index.php/jmpk/article/viewFile/17694/7511 Diakses pada


tanggal 28 April 2019

http://repository.unpas.ac.id/28634/3/F.%20BAB%20I.pdf Diakses pada tanggal


28 April 2019

https://www.bphn.go.id/data/documents/aspek_hukum_pemberantasan_korupsi_d
i_indonesia.pdf Diakses pada tanggal 28 April 2019

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/07/30-pengertian-korupsi-menurut-
para-ahli-bentuk-faktor-penyebab-ciri-ciri-dampak-cara-mengatasi-korupsi.html
Diakases pada tanggal 28 April 2019

http://pencegahankorupsi.blogspot.com/2016/06/7-kelompok-tindak-pidan-korupsi-
menurut.html Diakses pada tanggal 28 April 2019
FENOMENA DAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA

KELOMPOK 3

Disusun Oleh :

1. ZUFAR AZMI (1741230073)

2. ISYROQI LUTHFAN AZIZ (1741230097)

3. M.BARNESS INDRAJAYA (1741230082)

4. TIARA INDAH DAMAYANTI (1741230027)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN PERAWATAN

POLITEKNIK NEGERI MALANG

JURUSAN TEKNIK MESIN

2019
2

Anda mungkin juga menyukai