Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PERUNDANG – UNDANGAN


DI INDONESIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Anti Korupsi
Dosen Mata Ajar : Ns. Margiyati, M.Kep

Pungky Pipit Sukma Perdana


20101440120070
Kelas 1A

PROGRAM STUDI STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO


SEMARANG
2021
Kata Pengantar
Puji Syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunianya.
Sehingga makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah ini merupakan syarat untuk
melengkapi nilai tugas Mata Kuliah “Pendidikan Anti Korupsi”

Keberhasilan makalah ini tidak lain juga disertai referensi-referensi serta


bantuan dari pihak-pihak yang bersangkutan. Makalah ini juga masih memiliki
kekurangan dan kesalahan baik dalam penyampaian materi atau dalam penyusunan
makalah ini. Penyusunan makalah ini juga dimaksudkan untuk menambah wawasan
mahasiswa mengenai materi ini.

Sehingga kritik dan saran yang membangun yang sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Daftar Isi

Kata Pengantar ..................................................................................... i

Daftar Isi.............................................................................................. ii

Bab I Pendahuluan ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3

1.3 Tujuan ........................................................................................... 3

Bab II Pembahasan .............................................................................. 4

2.1 Pengertian Korupsi ......................................................................... 4

2.2 Sejarah Pemberantasan Tindak Korupsi.......................................... 5

2.3 Jenis-jenis Korupsi ........................................................................ 6

2.4 Peraturan Perundang-Undangan Terkait Korupsi ........................... 7

2.5 Gambaran Korupsi di Indonesia ..................................................... 8

2.6 Dampak Akibat Tindak Pidana Korupsi ......................................... 8

2.7 Upaya yang Dapat di Tempuh dalam Pemberantasan Korupsi ........ 9

Bab III Penutup .................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan .................................................................................... 12

3.2 Saran .............................................................................................. 12

Daftar Pustaka...................................................................................... 13
Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Perkembangan peradaban dunia semakin sehari seakan-akan berlari menuju


modernisasi. Perkembangan yang selalu membawa perubahan dalam setiap sendi
kehidupan tampak lebih nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan
juga senantiasa mengikuti perkembangan jaman dan bertransformasi dalam bentuk-
bentuk yang semakin canggih dan beranekaragam. Kejahatan dalam bidang
teknologi dan ilmu pengetahuan senantiasa turut mengikutinya. Kejahatan masa
kini memang tidak lagi selalu menggunakan cara-cara lama yang telah terjadi
selama bertahun-tahun seiring dengan perjalanan usia bumi ini. Bisa kita lihat
contohnya seperti, kejahatan dunia maya (cybercrime), tindak pidana pencucian
uang (money laundering), tindak pidana korupsi dan tindak pidana lainnya.
Sesungguhnya fenomena korupsi sudah ada di masyarakat sejak lama, tetapi
baru menarik perhatian dunia sejak perang dunia kedua berakhir. Di Indonesia
sendiri fenomena korupsi ini sudah ada sejak Indonesia belum merdeka. Salah satu
bukti yang menunjukkan bahwa korupsi sudah ada dalam masyarakat Indonesia
jaman penjajahan yaitu dengan adanya tradisi memberikan upeti oleh beberapa
golongan masyarakat kepada penguasa setempat.
Kemudian setelah perang dunia kedua, muncul era baru, gejolak korupsi ini
meningkat di Negara yang sedang berkembang, Negara yang baru memperoleh
kemerdekaan. Masalah korupsi ini sangat berbahaya karena dapat menghancurkan
jaringan sosial, yang secara tidak langsung memperlemah ketahanan nasional serta
eksistensi suatu bangsa. Reimon Aron seorang sosiolog berpendapat bahwa korupsi
dapat mengundang gejolak revolusi, alat yang ampuh untuk mengkreditkan suatu
bangsa. Bukanlah tidak mungkin penyaluran akan timbul apabila penguasa tidak
secepatnya menyelesaikan masalah korupsi. (B. Simanjuntak, S.H., 1981:310)
Di Indonesia sendiri praktik korupsi sudah sedemikian parah dan akut.
Telah banyak gambaran tentang praktik korupsi yang terekspos ke permukaan. Di
negeri ini sendiri, korupsi sudah seperti sebuah penyakit kanker ganas yang
menjalar ke sel-sel organ publik, menjangkit ke lembaga-lembaga tinggi Negara
seperti legislatif, eksekutif dan yudikatif hingga ke BUMN. Apalagi mengingat di
akhir masa orde baru, korupsi hampir kita temui dimana-mana. Mulai dari pejabat
kecil hingga pejabat tinggi.
Walaupun demikian, peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur
tentang tindak pidana korupsi sudah ada. Di Indonesia sendiri, undang-undang
tentang tindak pidana korupsi sudah 4 (empat) kali mengalami perubahan. Adapun
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang korupsi, yakni :
1. Undang-undang nomor 24 Tahun 1960 tentang pemberantasan tindak
pidana korupsi,
2. Undang-undang nomor 3 Tahun 1971 tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi,
3. Undang-undang nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak
pidana korupsi,
4. Undang-undang nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-
undang pemberantasan tindak pidana korupsi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian korupsi dari berbagai ahli dan sumber?
2. Bagaimana Sejarah Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ?
3. Apakah jenis-jenis korupsi ?
4. Bagaimana tindak pidana korupsi dalam peraturan perundang-undangan di
Indonesia?
5. Bagaimana gambaran umum korupsi di Indonesia?
6. Apa dampak yang diakibatkan oleh tindak pidana korupsi?
7. Bagaimana upaya memberantas tindak pidana korupsi di Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian korupsi dari berbagai ahli dan sumber.


2. Mengetahui sejarah pemberantasan tindak pidana korupsi.
3. Mengetahui jenis-jenis korupsi.
4. Mengetahui tindak pidana korupsi dalam peraturan perundang-undangan di
Indonesia.
5. Mengetahui gambaran umum korupsi di Indonesia
6. Mengetahui dampak yang diakibatkan oleh tindak pidana korupsi.
7. Mengetahui upaya memberantas tindak pidana korupsi di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi


Korupsi dan koruptor berasal dari bahasa latin corruptus, yakni berubah dari
kondisi yang adil, benar dan jujur menjadi kondisi yang sebaliknya (Azhar,
2003:28). Sedangkan kata corruptio berasal dari kata kerja corrumpere, yang berarti
busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok, orang yang dirusak,
dipikat, atau disuap (Nasir, 2006:281-282).
Korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi (Anwar,
2006:10). Masyarakat pada umumnya menggunakan istilah korupsi untuk merujuk
kepada serangkaian tindakan-tindakan terlarang atau melawan hukum dalam
rangka mendapatkan keuntungan dengan merugikan orang lain. Hal yang paling
mengidentikkan perilaku korupsi bagi masyarakat umum adalah penekanan pada
penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan publik untuk keuntungan pribadi.
Dalam Kamus Lengkap Oxford (The Oxford Unabridged Dictionary)
korupsi didefinisikan sebagai penyimpangan atau perusakan integritas dalam
pelaksanaan tugas-tugas publik dengan penyuapan atau balas jasa. Sedangkan
pengertian ringkas yang dipergunakan World Bank, korupsi adalah penyalahgunaan
jabatan publik untuk keuntungan pribadi (the abuse of public office for private
gain).
Definisi lengkap korupsi menurut Asian Development Bank (ADB) adalah
korupsi melibatkan perilaku oleh sebagian pegawai sektor publik dan swasta,
dimana mereka dengan tidak pantas dan melawan hukum memperkaya diri mereka
sendiri dan atau orang-orang yang dekat dengan mereka, atau membujuk orang lain
untuk melakukan hal-hal tersebut, dengan menyalahgunakan jabatan dimana
mereka ditempatkan.
Dengan melihat beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa korupsi
secara implisit adalah menyalahgunakan kewenangan jabatan atau amanah,
melawan hukum untuk memperoleh keuntungan atau manfaat pribadi atau
kelompok tertentu yang dapat merugikan kepentingan umum.
2.2 Sejarah Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Berbagai upaya pemberantasan korupsi dilakukan oleh pemerintah


sejak kemerdekaan, baik dengan menggunakan peraturan perundang-
undangan yang ada maupun dengan membentuk peraturan perundang-undangan
baru yang secara
khusus mengatur mengenai pemberantasan tindak pidana korupsi. Di
antara peraturan perundang-undangan yang pernah digunakan untuk memberantas
tindak pidana korupsi adalah

1. Delik korupsi dalam KUHP.

2. Peraturan Pemberantasan Korupsi Penguasa Perang Pusat nomor Prt/Peperpu/

013/1950.

3. Undang-undang No.24 (PRP) tahun 1960 tentang Tindak Pidana Korupsi.

4. Undang-undang No.3 tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana


Korupsi.

5. TAP MPR No. XI/MPR/1988 tentang Penyelenggara Negara yang bersih dan
bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

6. Undang-undang No.28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara bersih dan


bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

7. Undang-undang No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana


Korupsi.

8. Undang-undang No.20 tahun 2001 tentang Perubahan atas undang-undang


No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

9. Undang-undang No.30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan


Tindak Pidana Korupsi.
10. Undang-undang No.7 tahun 2006 tentang Pengesahan united Nation
convention Against corruption (UNCAC) 2003.

11. Peraturan Pemerintah No.71 tahun 2001 tentang Peran serta Masyarakat dan
Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan PemberantasanTindak Pidana
Korupsi

12. Instruksi Presiden No.15 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan

2.3 Jenis-Jenis korupsi


Sedangkan dalam prakteknya kita kenal ada beberapa jenis korupsi yaitu :
 Adminstrative Coruption
Yaitu dimana segala sesuatu yang dijalankan adalah sesuai dengan
hukum/peraturan yang berlaku. Akan tetapi individu-individu tetentu
memperkaya dirinya sendiri. Misalnya proses rekruitmen pegawai negeri,
dimana dilakukan dalam negeri, dimana dilakukan ujian seleksi mulai dari
seleksi administratif sampai ujian pengetahuan atau kemampuan,akan tetapi
yang harus diluluskan sudah tertentu orangnya.
 Against The Rule Corruption
Artinya korupsi yang dilakukan adalah sepenuhnya bertentangan dengan
hukum, misalnya penyuapan, penyalahgunaan jabatan untuk memperkaya
diri sendiri atau orang lain atau korporasi.
 Korupsi transaktif, yaitu korupsi yang terjadi atas kesepakatan dua pihak
dalam bentuk suap, dimana yang memberi dan yang diberi sama-sama
mendapatkan keuntungan.
 Korupsi ekstortif, yaitu korupsi yang dilakukan dengan pemaksaan oleh
pejabat, sebagai pembayaran jasa yang diberikan kepada pihak luar, si
pemberi tidak ada alternatif lain.
 Korupsi investif, yaitu korupsi yang dilakukan seorang pejabat karena
adanya iming-iming tentang sesuatu yang akan menghasilkan dimasa
mendatang.
 Korupsi nepotistik, yaitu korupsi yang terjadi karena adanya perlakuan
khusus bagi keluarganya atau teman dekat atas sesuatu kesempatan
mendapatkan fasilitas.
 Korupsi otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat
mendapat keuntungan, dengan jalan memberikan informasi kepada pihak
luar yang sebenarnya harus dirahasiakan.
 Korupsi suportif, yaitu korupsi yang dilakukan secara berkelompok dalam
satu bagian atau divisi dengan tujuan untuk melindungi tindak korupsi yang
mereka lakukan secara kolektif.

2.4 Gambaran umum Korupsi di Indonesia


Korupsi di Indonesia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an
bahkan sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melalui
Undang-Undang Nomor 24 Prp 1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya
“Operasi Budhi” dan Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967 yang dipimpin langsung oleh Jaksa
Agung, belum membuahkan hasil nyata.
Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 dengan
“Operasi Tertib” yang dilakukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan
Ketertiban (Kopkamtib), namun dengan kemajuan iptek modus operasi korupsi
semakin canggih dan rumit sehingga Undang-Undang tersebut gagal dilaksanakan.
Selanjutnya dikeluarkan kembali Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999.
Menurut UU. No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, ada tiga puluh jenis tindakan yang bisa dikategorikan sebagai tindak
korupsi. Namun secara ringkas tindakan-tindakan itu bisa dikelompokkan menjadi:
1. Kerugian keuntungan Negara
2. Suap-menyuap (istilah lain : sogokan atau pelicin)
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi (istilah lain : pemberian hadiah)

2.5 Peraturan Perundang-Undangan Terkait Korupsi


Undang-Undang mengenai tindak pindana korupsi, yaitu:
1. UU nomor 20 tahun 2001 Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
2. UU 30/2002 Komisi Anti Korupsi
3. UU 31/1999 Pemberantasan Korupsi. Telah diperbaharui menjadi UU No
20 Tahun 2001
4. UU 11/1980 tentang Anti suap
5. UU 15/2002 tentang tindak pidana anti pencucian uang. UU ini telah
dirubah menjadi UU No 25 tahun 2003
6. UU 25/2003 tentang perubahan UU No 15/2002 tentang tindak pidana anti
pencucian uang
7. UU No 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih Bebas
dari KKN
8. UU No 7 Tahun 2006 Tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa-
Bangsa Anti Korupsi, 2003
9. UU No 1 Tahun 2006 Tentang Bantuan Timbal Balik Masalah pidana
10. UU No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban (termasuk
versi bahasa Inggrisnya)

2.6 Dampak Tindak Pidana Korupsi


 Hukum
a) Sistem hukum tidak lagi berdasarkan pada prinsip-prinsip keadailan
hukum
b) Besarnya peluang eksekutif mencampuri badan peradilan.
c) Hilangnya kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat.
d) Sistem hukum dan peradilan dapat dikendalikan dengan uang.
e) Hilangnya perlindungan hukum terhadap rakyat terutama rakyat miskin.
 Politik
a) Terpusatnya kekuasaan pada pejabat negara tertentu (pemeritah pusat)
b) Daerah dan pemerintah daerah sangat bergantung pada pemerintah
pusat.
c) Lemahnya sikap dan moralitas para penyelenggara negara.
d) Terhambatnya kaderisasi dan pengembangan sumber daya manusia
Indonesia.
e) Terjadinya ketidakstabilan politik karenarakyat tidak percaya terhadap
pemerintah.

 Ekonomi
a) Pembangunan dan sumber-sumber ekonomi dikuasai orang yang berada
di lingkaran kekuasaan.
b) Munculnya para pengusaha yang mengandalkan kebijakan pemerintah
bukan berdasarkan kemandirian.
c) Rapuhnya dasa ekonomi nasional karena pertumbuhan ekonomi bukan
didasarkan pada kondisi sebenarnya.
d) Munculnya para konglomerat yang tidak memiliki basis ekonomi
kerakyatan.
e) Munculnya spekulan ekonomi yang menjatuhkan ekonomi secara
keseluruhan.
 Sosial Budaya
a) Hilangnya nilai-nilai moral sosial.
b) Hilangnya figur pemimpin dan contoh teladan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
c) Berkurangnya tindakan menjunjung tinggi hukum, berkurangnya
kepedulian dan kesetiakawanan.

2.7 Upaya yang Dapat Ditempuh dalam Pemberantasan Korupsi


Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di
Indonesia, antara lain sebagai berikut :
 Upaya pencegahan (preventif).
 Upaya penindakan (kuratif).
 Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.
 Upaya edukasi LSM (LembagaSwadayaMasyarakat).

Upaya Pencegahan (Preventif)


a) Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan
pengabdian pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal,
informal dan agama.
b) Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan
teknis.
c) Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan
memiliki tanggung jawab yang tinggi.
d) Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada
jaminan masa tua.
e) Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang
tinggi.
f) Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung
jawab etis tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.
g) Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.
h) Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi
pemerintahan melalui penyederhanaan jumlah departemen beserta
jawatan di bawahnya.

Upaya Penindakan (Kuratif)


Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar
dengan diberikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan
dihukum pidana. Beberapa contoh penindakan yang dilakukan oleh KPK:
a) Dugaan korupsi dalam Pengadaan dan penanganan bantuan sosial untuk
dampak Covid 19 di Kementrian Sosial oleh Juliari Batubara tahun
anggaran 2020.
b) Dugaan Suap perijinan ekspor bibit lobster di lingkungan Kementrian
kelautan dan perikanan yang menjerat mantan Menteri KKP Edhy
Prabowo tahun 2020
c) Dugaan korupsi di tubuh salah satu BUMN, PT Asabri (Persero) pada
tahun 2020 yang saat ini masih di selidiki oleh KPK.
d) Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Ajun Komisaris Polisi
(AKP) Stepanus Robin Pattuju, disebut menerima suap dari Wali Kota
Tanjung balai M.Syahrial agar menghentikan perkara yang menjeratnya
di tahun 2020.
e) Dugaan korupsi pada Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan
Kota Depok terkait pengadaan sepatu PDL dan pemotongan insentif di
tahun 2020 yang saat ini masih di selidiki KPK.

Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa


a) Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan
kontrol sosial terkait dengan kepentingan publik.
b) Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
c) Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari
pemerintahan desa hingga ke tingkat pusat/nasional.
d) Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang
penyelenggaraan pemerintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.
e) Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan
berperan aktif dalam setiap pengambilan keputusan untuk
kepentingan masyarakat luas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari teori yang telah kami sajikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
korupsi merupakan tindakan buruk yang dilakukan oleh aparatur birokrasi serta
orang-orang yang berkompeten dengan birokrasi. Korupsi adalah menyalah
gunakan kewenangan jabatan atau amanah, melawan hukum untuk memperoleh
keuntungan atau manfaat pribadi atau kelompok tertentu yang dapat merugikan
kepentingan umum.
Kita Memperhatikan Undang-undang nomor 31 tahun 1999 Undang-undang
Nomor 20 tahun 2001, maka tindak Pidana Korupsi itu dapat dilihat dari dua segi
yaitu korupsi Aktif dan Korupsi Pasif, secara umum korupsi jenis-jenis korupsi
yaitu: korupsi transaktif, yaitu korupsi yang terjadi atas kesepakatan dua pihak
dalam bentuk suap, korupsi ekstortif, yaitu korupsi yang dilakukan dengan
pemaksaan oleh pejabat, korupsi investif, yaitu korupsi yang dilakukan seorang
pejabat karena adanya iming-iming tentang sesuatu yang akan didapatkannya,
korupsi nepotistik, yaitu korupsi yang terjadi karena adanya perlakuan khusus bagi
keluarganya atau teman dekat, korupsi otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika
seorang pejabat mendapat keuntungan dengan memberikan informasi kepada pihak
luar, korupsi suportif, yaitu korupsi yang dilakukan secara berkelompok.
Udang-undang yang mengatur tindak pidana korupsi yaitu: UU No 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, UU No 20 Tahun 2001
tentang Perubahan Atas UU No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi dan UU No 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

3.2 Saran
a) Perlu dikaji lebih dalam lagi tentang teori upaya pemberantasan korupsi di
Indo-nesia agar mendapat informasi yang lebih akurat.
b) Diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu
mengaplikasi-kannya di dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

http://andsbarcaboy.blogspot.com/2016/013/sejarah-korupsi-di-indonesia.html.

http://sarfaraazyusuf.blogspot.co.id/2016/03/tindak-pidana-korupsi-dalam-
peraturan.html

http://dimasraditya08.blogspot.co.id/2013/05/korupsi-di-indonesia.html

http://mahalipan.blogspot.co.id/2013/04/peraturan-dan-perundangan-
tentang_17.html

https://www.jpnn.com/tag/kasus-korupsi

https://nasional.kompas.com/read/2021/03/16/08235741/berita-foto-kpk-sita-rp-
523-miliar-terkait-korupsi-ekspor-benih-lobster

https://www.viva.co.id/berita/nasional/1367164-awal-mula-nbsp-penyidik-kpk-
stepanus-kenal-azis-syamsuddin

https://www.liputan6.com/news/read/4536671/mohammad-idris-janji-usut-tuntas-
dugaan-korupsi-di-dinas-kebakaran-depok

Undang – Undang :

Undang – Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana


Korupsi.

Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang – Undang
Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi.

Anda mungkin juga menyukai