Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HUKUM PIDANA TENTANG MACAM-MACAM DELIK


( TINDAK PIDANA )

Disusun
Oleh :
MUHAMMAD RIZKI
21150004

Dosen Pengampu:
Putra Aguswandi, S.H.I.M.H

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini. Dalam makalah ini saya menjelaskan mengenai Tindak Pidana atau
Delik. Makalah ini saya buat dalam rangka memperdalam matakuliah Hukum
Pidana. Saya menyadari, dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan
pengalaman yang saya miliki. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan
saran. Demi perbaikan dan kesempurnaan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Aceh Besar, 25 Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Pengertian Delik........................................................................................2
B. Unsur – Unsur Delik..................................................................................3
C. Jenis-jenis Delik........................................................................................6
D. Asas – asas delik........................................................................................8
BAB III PENUTUP.................................................................................................9
A. Kesimpulan................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap Negara tentunya mempunyai hukum masing-masing untuk menangani
kasus-kasus kejahatan yang terjadi di negaranya. Setiap kasus kejahatan tentunya
berbeda-beda hukum yang akan berlaku, contohnya di Indonesia tindak kejahatan
terbagai-bagi ada kejahatan yang dipandang ringan seperti mencuri ada kejahatan
yang di pandang berat seperti mutilasi atau pembunuhan. oleh sebab itu, untuk
mengetahui hukum yang berlaku bagi setiap tindakan kejahatan itu, harus
mempelajari tentang hukum pidana yang membahas mengenai tindak pidana atau
sering disebut dengan Delik.
Dalam delik (tindak pidana ) akan berlaku hukuman yang telah dinilainya,
dalam hal ini, KUHP yang terdiri dari pasal-perpasal, dalam pasal-pasal tersebut
terdapat hukuman yang berlaku bagi siapapun yang melanggarnya atau
bertentangan dengan aturan itu. Jika perbuatan yang dilakukan tidak diatur atau
tidak terdapat dalam KUHP dan Undang-undang maka perbuatan itu dinilai bukan
merupakan tindak pidana.
Untuk mempelajari mengenai Delik, kiranya akan lebih mudah memperoleh
kejelasannya apabila terlebih dahulu dipelajari Hukum Pidana yang membahas
tentang Delik secara luas maupun khusus. Tentunya sebagai warga Negara
Indonesia kita di harapkan untuk mengetahui bagaimana hukum di Indonesia
sehingga dapat membangun hukum yang ada dinegara ini.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Delik

Kata delik berasal dari bahasa Latin, yaitu dellictum, yang didalam
Wetboek Van Strafbaar feit Netherland dinamakan Strafbaar feit. Dalam Bahasa
Jerman disebut delict, dalam Bahasa Perancis disebut delit, dan dalam Bahasa
Belanda disebut delict. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, arti delik diberi batasan
sebagai berikut : “perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan
pelanggaran terhadap undang-undang; tindak pidana.” Sedangkan pengertian delik
menurut para ahli yaitu :
1. Menurut Prof Simons
Kelakuaan yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum,
yang berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang mampu
bertanggung jawab.
2. Menurut Meoljatno
Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai
ancaman (sanksi) berupa pidana tertentu bagi barangsiapa yang melanggar
larangan tersebut.
3. Menurut Teguh Prasetyo
Perbuatan yang melanggar hukum dilakukan dengan kesalahan oleh orang
yang mampu bertanggung jawab dan pelukanya diancaman dengan pidana.

2
B. Unsur – Unsur Delik
Unsur-unsur tindak pidana dapat dibedakan setidak-tidaknya dari dua sudut
pandang, yakni: a. dari sudut teoritis, dan dua dari sudut undang-undang. Teoritis
artinya berdasarkan pendapat ahli hukum, yang tercermin dalam bunyi
rumusannya. Sementara itu, sudut undang-undang adalah bagaimana kenyataan
tindak pidana itu dirumuskan menjadi tindak pidana tertentu dalam pasal-pasal
peraturan perundang-undangan yang ada.
a. Unsur Tindak Pidana Menurut Beberapa Teoritis
Unsur-Unsur yang ada dalam tindak pidana yaitu melihat bagaimana
bunyi rumusan yang dibuatnya. Beberapa contoh, diambilkan dari batasan
tindak pidana oleh teoritis yang telah dibicarakan di muka, yakni Moeljatno,
R.Tresna, dan Vos.
Menurut Moejatno, unsur tindak pidana ialah:
1) Perbuatan
2) Yang dilarang (oleh aturan hukum)
3) Ancaman pidana (bagi yang melanggar larangan)
Perbuatan manusia saja yang boleh dilarang, oleh aturan
hukum.Berdasarkan kata majemuk perbuatan pidana, maka pokok pengertian
ada pada perbuatan itu , tapi tidak di pisahkan dengan orangnya. Ancaman
(diancam) dengan pidana menggambarkan bahwa tidak mesti perbuatan itu
dalam kenyataannya benar-benar dipidana. Pengertian diancam merupakan
pengertian umum, yang artinya pada umumnya dijatuhi pidana. Apakah
inconcerto orang yang melakukan perbuatanitu dijatuhi pidana ataukah tidak
merupakan hal yang lain dari pengertian perbuatan pidana.
Dari rumusan R. Tresna di muka, tindak pidana terdiri dari unsur-unsur,
yakni:
1) Perbuatan/rangkaian perbuaatan (manusia)
2) Yang bertentangan dengan peraturan perundang-undagan
3) Diadakan tindakan penghukuman.
Dari unsur yang ketiga, kalimat diadakan penghukuman, terdapat
pengertin bahwa seolah-olah setiap perbuatan yang dilarang itu selalu diikuti

3
oleh penghukuman (pemidanaan), berbeda dengan Moejatno, karena kalimat
diancam pidana berarti perbuatan itu tidak selalu dan tidak dengan demikian
dijatuhi pidana. Walaupun mempunyai kesan bahwa setiap perbuatan yang
bertentangan dengan undang-undang selalu diikuti dengan pidana, namun
dalam unsur-unsur itu tidak terdapat kesan perihal syarat-syarat (subjektif)
yang melekat pada orangnya untuk dapat dijatuhkan pidana.
Menurut batasan yang dibuat oleh Vos, maka unsur-unsur tindak pidana,
yakni:
1) Kelakuan manusia
2) Diancam dengan pidana
3) Dalam peraturan perundang-undangan
Dapat dilihat bahwa pada unsure-unsur dari tiga batasan penganut
paham dualisme tersebut, tidak ada perbedaan, yakni bahwa tindak pidana
itu adalah perbuatan manusia yang dilarang, dimuat dalam undang-undang,
dan diancam pidana bagi yang melakukannya. Dari unsur-unsur yang ada
jelas terlihat bahwa unsur-unsur tersebut tidak menyangkut diri si pembuat
atau dipidannya pembuat, semata-mata mengenai perbuatannya.
b. Unsur Rumusan Tindak Pidana dalam Undang-Undang
Buku 11 KUHP memuat rumusan-rumusan perihal tindak pidana
tertentu yang masuk dalam kelompok kejahatan, dan buku 111 memuat
pelanggaran. Ternyata ada unsur yang selalu disebutkan dalam setiap
rumusan. Yakni mengenai tingkah laku atau perbuatan walaupun ada
perkecualian seperti Pasal 351 (penganiayaan). Unsur kesalahan dan
melawan hukum kadang-kadang dicantumkan, dan sering kali juga tidak
dicantumkan. Sama sekali tidak dicantumkan mengenai unsur kemampuan
bertanggung jawab. Di samping itu, banyak mencantumkan unsur-unsur yang
lain baik sekitar atau mengenai objek kejahatan maupun perbuatan secara
khusus untuk rumusan tertentu.
Dari rumusan-rumusan tindak pidana tertentu dalam KUHP itu dapat
diketahui adanya 11 unsur tindak pidana yakni:

4
1) Unsur tingkah laku
2) Unsur melawan hukum
3) Unsur kesalahan
4) Unsur akibat konstitutif
5) Unsur keadaan yang menyertai
6) Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dituntut pidana
7) Unsur syarat tambahan untuk memperberat pidana
8) Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dipidana
9) Unsur objek hukum tindak pidana
10) Unsur kualitas subjek hukum tindak pidana
11) Unsur syarat tambahan untuk memperingan pidana.

Dari 11 unsur itu, dianataranya dua unsur, yakni kesalahan dan


melawan hukum yang termasuk unsur subjektif, sedangkan selebihnya
berupa unsur objektif. Unsur melawan hukum ada kalanya bersifat objektif,
misalnya melawan hukum perbuatan mengambil pada pencurian (362)
terletak bahwa dalam mengambil itu di luar persetujuan atau kehendak
pemilik (melawan hukum objektif), atau pada Pasal 251 pada kalimat tanpa
izim pemerintah, juga pada pasal 253 pada kalimat menggunakan cap asli
secara melawan hukum adalah berupa melawan hukum objektif. Akan tetapi,
ada juga melawan hukum subjektif misalnya melawan hukum dalam
penipuan (oplichting, 378), pemerasatan (afpersing, 368), pengancaman
(afdereiging, 369 di mana disebutkan maksud untuk menguntungkan diri atau
orang lain secara melawan hukum. Begitu juga unsur melawan hukum pada
perbuatan memiliki dalam penggelapan (372) yang bersifat subjektif, artinya
terdapat kesadaran bahwa memiliki benda orang lain yang ada dalam
kekuasaann yaitu merupakan celaan masyarakat. Sedangkan menurut
rumusan Delik yang terdapat dalam KUHP, maka dapat diketahui ada dua
unsur delik yaitu:

5
1) Unsur perbuatan (unsur obyektif), yaitu
a) Mencocokan rumusan delik
b) Melawan hukum (tidak ada alasan pembenar)
2) Unsur pembuat (unsur subyektif), yaitu:
a) Adanya kesalahan (terdiri dari dolus atau culpa);
b) Dapat dipertanggungjawabkan )tidak ada alasan pemaaf).
Terhadap perbuatan Delik dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu
kejahatan dan pelanggaran. Kejahatan (misdrijven) menunjuk kepada suatu
perbuatan yang menurut nilai-nilai kemasyarakatan dianggap sebagai
perbuatan tercela, meskipun tidak diatur dalam ketentuan undang-undang
Sedangkan pelanggaran menunjuk pada perbuatan yang oleh masyarakat
dianggap bukan sebagai perbuatan tercela, tetapi dianggapnya sebagai
perbuatan Delik karena ditentukan oleh undang-undang.

C. Jenis-jenis Delik
1. Delik Kejahatan adalah delik yang tercantum dalam buku II KUHP. Kasus
pembunuhan berencana tersebut diatur dalam pasal 340 KUHP yang
berada dalam buku II KUHP tentang kejahatan, sehingga kasus tersebut
digolongkan dalam delik kejahatan.
2. Delik Materil adalah tindak pidana yang rumusannya melarang suatu
perbuatan/tindakan dengan mempersoalkan akibatnya. Kasus tersebut
merupakan kasus pembunuhan, dimana selesainya tindak pidana setelah
sudah dilakukannya pembunuhan tersebut dengan mempersoalkan
akibatnya yaitu hilangnya nyawa seseorang.
3. Delik Komisionis adalah tindakan aktif (active handeling) yang dilarang
untuk pelanggarannya diancam pidana. Kasus tersebut merupakan delik
yang dilarang dilakukan, sebagaimana tertera dalam Pasal 340 KUHP
tentang pembunuhan dengan dipikirkan lebih dulu. Pembunuhan
berencana ini merupakan perbuatan yang dilarang dilakukan.
4. Delik dolus (sengaja) adalah suatu kehendak atau keinginan untuk
melaksanakan suatu tindakan yang didorong oleh pemenuhan nafsu

6
(motif). Dalam kasus pembunuhan tersebut, pelaku sudah menyiapkan
martil dan memukulkannya dengan sengaja untuk mengetahui apakah
korban kebal atau tidak dan menyebabkan korban tewas.
5. Delik Biasa adalah suatu tindak pidana yang penuntutannya bisa dilakukan
bila dilaporkan atau karena tertangkap tangan. Kasus pembunuhan tersebut
bisa dilaporkan siapa saja dan laporan tersebut tidak dapat dicabut kembali
dimana bahkan tidak perlu adanya laporan sebab polisi dapat
menyelesaikan delik tersebut, serta delik laporan pembunuhan ini tidak
dapat diselesaikan di luar pengadilan / berdamai.
6. Delik dikualivisir adalah merupakan delik yang dilakukan memiliki unsur
memberatkan pidana. Kasus pembunuhan tersebut dilakukan dengan
perencanaan sehingga termasuk dalam delik yang memberatkan. Selain itu
tindakan yang dilakukan tersangka setelah membunuh adalah memakan
organ dalam tubuh korban, dimana menurut KUHP Federasi Rusia, bahwa
pembunuhan dengan tujuan memperoleh organ atau jaringan tubuh,
termasuk kedalam pemberatan pidana delik pembunuhan, dapat
dinyatakan berlaku di Indonesia, sebab gejala pembunuhan kejam seperti
itu terjadi juga di Indonesia (menurut pendapat Prof.Dr.Andi Hamzah
dalam buku delik-delik tertentu (special delicten) di dalam KUHP).
7. Delik Selesai adalah delik tersebut sudah selesai ketika delik itu terjadi.
Kasus pembunuhan tersebut, dilaksanakan seketika yaitu memukul dengan
martil dan langsung selesai, tidak berlangsung terus menerus.
8. Delik Communa adalah delik yang bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa
terbatas oleh kualifikasi/golongan. Kasus penganiayaan tersebut,
sebagaimana yang tertera pada Pasal 340 KUHP, dapat dilakukan oleh
siapapun (WNI, WNA, atau tidak memiliki kewarganegaraan) tanpa
tersbatas seseorang tersebut berasal dari golongan tertentu (Militer,
Pegawai Negeri, dan lainnya) atau bukan
9. Delik Mandiri adalah delik yang dilakukan hanya satu kali saja. Kasus
tersebut adalah pembunuhan yang hanya dilakukan satu kali selesai tanpa
berlanjut.

7
10. Delik tunggal adalah delik yang tidak dilakukan berulang-ulang sebagai
mata pencaharian (lawan dari delik berangkai).

D. Asas – asas delik


Adapun asas yang diatur dalam KUHP sebagai berikut :
1. Asas menurut waktu.
Dalam pasal 1 KUHP ada tiga asas yang dianut antara lain :
a. Asas bahwa hukum pidana hanya bersumber pada undang-undang atau
hukum tertulis.
b. Asas bahwa undang-undang hukum pidana tidak boleh berlaku surut.
c. Asas bahwa hukum pidana tidak boleh ditafsirkan secara analogi.
2. Asas Menurut Tempat
Asas berlakunya hukum pidana menurut tempat bermanfaat dan berguna
untuk mengetahui sampai dimanakah berlakunya UU hukum pidana dalam
suatu Negara, apakah terhadap seseorang berlaku KUHP atau hukum asing.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hukum pidana adalah aturan/kaedah/norma- norma yang belaku
dalam suatu negara. Sedangkan Delik atau tindak pidana adalah perbuatan
yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap
undang-undang. Unsur-unsur tindak pidana dapat dibedakan setidak-tidaknya
dari dua sudut pandang, yakni: pertama dari sudut teoritis, dan dua dari sudut
undang-undang. Teoritis artinya berdasarkan pendapat ahli hukum, yang
tercermin dalam bunyi rumusannya. Sementara itu, sudut undang-undang
adalah bagaimana kenyataan tindak pidana itu dirumuskan menjadi tindak
pidana tertentu dalam pasal-pasal peraturan perundang-undangan yang ada.
Jenis-jenis delik terbagi menjadi 10 diantaranya yaitu : delik tentang
kejahatan, adapun asas yang diatur dalam KUHP yaitu asas menurut waktu
dan tempat.

9
DAFTAR PUSTAKA

www.wikipedia.com. Delik ( Tindak Pidana)A.Z. Abidin Farid dan A. Hamzah,


Bentuk-Bentuk Khusus Perwujudan Delik (Percobaan,Penyertaan, dan
Gabungan Delik) dan Hukum Penitensier, 2008, PT Raja Grafindo
Persada : Jakarta

Drs. P.A.F. Lamintang, S.H. , Dasar – Dasar Hukum Pidana Indonesia. 1997,
Citra Aditya : Jakarta.

Drs. Adami Chazawi, S.H , Pelajaran Hukum Pidana Bagian 3. 2002, PT Raja
Grafindo : Jakarta.Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,
2008, PT Bumi Aksara : Jakarta

10

Anda mungkin juga menyukai