Anda di halaman 1dari 11

Cultural Deviance

Theories (Teori
Penyimpangan
Budaya )

Rika Kurniasari
UNPAS
2021
Cultural Deviance Theories
• Memandang kejahatan sebagai seperangkat nilai yang khas pada lower class (kelas bawah).
• Menyesuaikan diri dengan system nilai kelas bawah yang menentukan tingkah laku di daerah
kumuh, menyebabkn benturan dgn hukum-hukum masyarakat
• Menempatkan penyebab kejahatan pada ketidakberuntungan posisi orang-orang di strata bawah
dalam suatu masyarakat yang berbasiskan kelas
• Konsep deviance dapat diterapkan baik pada perbuatan non criminal yang dipandang oleh kelompok iu sebagai aneh
atau tidak biasa, maupun pada perbuatan criminal. Jadi menympang itu tidak selalu berart jahat/buruk, hanya
berbeda.
• Masyarakat kita terdiri atas kelompok dan sub kelompok yang berbeda, masing- masing dengan standar berbeda
mengenai benar atau salahnya. Tingkah laku yang dianggap normal di satu masyarakat mungkin dianggap
menyimpang oleh kelompok lain. Akibatnya orang menyesuaikan diri dengan standar budaya yg dipandang
penyimpang sebenarnya telah berlaku sesuai dengan norma merek sendiri, tetapi dgn melakukan hal tsb mungkin ia
telah melakukan kejahatan (yaitu norma-norma dari kelomok dominan)
Teori utama dari Cultural
Deviance Theories
• Social disorganization
• Differential association
• Culture conflict
Social • Memfokuskan diri pada perkembangan area-area
yang angka kejahatannya tinggi yang berkaitan
disorganization dengan disintegrasi nilai konvensional yang
disebabkan oleh industrialisasi yang cepat,
peningkatan imigrasi, dan urbanisasi.
• Nilai dan tradisi criminal menggantikan nilai dan
tradisi konvensional, ditransmisikan dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
• Berkaitan dengan natural urban areas & cultural
transmission
Angka kejahatan berkaitan dengan zona wilayah, karena seriap zona memiliki
struktur dan organisasinya sendiri, karakteristik budaya dan penghuni yang unik.

Dalam zona transisi, orang miskin kota, tingkat PendAidikan rendah dan zona yang
paling terbuka masuknya bagi golongan imigran dan penduduk lain. Dalam zona ini
yang paling memmungkinkan kejahatan tinggi.

Semakin jauh dari zona kota dan pusat bisnis maka kejahatan smkin menurun
Penggagas dari teori ini adalah Sutherland
Mengemukakan bahwa:
Tingkah laku criminal dipelajari dalam interaksi dengan
Differential orang lain dalam proses komunikasi, seseorang ridak

Association begitu saja menjadi criminal hanya karena hidup dalam


suatu lingkungan criminal, kejahatan dipelajari engan
Theory partisipasi Bersama orang lain baik dalam komunikasi
verbal dan non verbal
Bagian terpenting dalam mempelajari tingkah laku criminal itu terjadi dalam
kelompok orang yang paling dekat. (keluarga dan kawan terdekat)

Ketika tingkah laku criminal dipelajari, pembelajaran termasuk Teknik


melakukan kejahatan, motif, dorongan, dan rasionalisasi dari tingkah laku krimal.
(mentoring).
Seseorang menjad delinquent karena definisi-definisi yang menguntungkan untuk
melanggar hukum daripada mentaatinya.
Meniru untuk
melakukan
Kriminalitas
menyimpang bsa
berkaitan dengan
dilakukan
frekuensi,
sepanjang masa,
intesitas,.
dari anak-anak
hingga dewasa.
Culture conflict theory

• Kelompok yang berlainan belajar conduct norms (aturan yang mengatur tingkah laku) yang berbeda, dan conduct
norm dari satu kelompok mungkin berbenturan dengan kelompok lain
• Sellin membedakan antara konflik primer dan sekunder
• Konflik primer: Ketika 2 norma dari 2 budaya bertentangan.
• Konflik sekunder: Ketika satu budaya berkembang menjadi budaya yang berbeda, konflik ini terjadi jika masyarakat
yang homogen menjadi masyarakat yang kompleks, dimana sejumlah kelompok social berkembang secara konstan
dan norma seringkali tertinggal
• Pengembangan teori culture memunculkan teori
lainnya seperti teori subcultural theories (Albert
Cohen), Differential Opportunity (Richard Cloward
dan Ohlin), Subculture of Violance (Marvin
Wolfgang Dan Franco Ferracuti)

Anda mungkin juga menyukai