Anda di halaman 1dari 12

JARIMAH PERAMPOKAN MENURUT MADZHAB MALIKI

Makalah
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH
PERBANDINGAN FIQIH JINAYAH
Yang diampu oleh ENCENG ARIF FAIZAL, M.Ag

Disusun oleh:

NIM 1163040007 AGUS SHOFYAN YAHYA

PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2017
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Alloh SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun
makalah dengan judul jarimah perampokan menurut madzhab Maliki, Untuk memenuhi
salah satu tugas struktur matakuliah perbandingan fiqh jinayah.

Terlepas dari semua itu, penulis haturkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan
ataupun kekurangan baik dari segi kalimat ataupun dari segi bahasa. Oleh karena itu
dengan tangan dan hati yang terbuka lebar penulis menerima dengan segala kritik dan
saran agar penulis dapat memperbaiki dalam penyusunan makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
ataupun menambah wawasan khususnya bagi penulis sendiri umumnya bagi yang
membacanya dalam hal tentang jarimah perampokan menurut madzhab Maliki.

Bandung, 27 September 2017

Penulis

Agus Shofyan Yahya

NIM : 1163040007

i
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ ii
BAB I ........................................................................................................................................... iii
PENDAHULUAN ....................................................................................................................... iii
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................ iii
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................................................. iii
1.3 TUJUAN MASALAH ................................................................................................ iii
BAB II ......................................................................................................................................... iv
2.1 Definisi perampokan .................................................................................................. iv
2.2 Hukum Perampokan .................................................................................................. iv
2.3 Syarat Perampokan.................................................................................................... vi
2.4 Sanksi perampokan .................................................................................................. viii
BAB III.......................................................................................................................................... x
KESIMPULAN ............................................................................................................................. x
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. xi

1
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kata jarimah merupakan berasal dari bahasa arab yaitu dari kata, “Jariimatun”
yang berarti perbuatan dosa atau melakukan tindakkan pidana. Sedangkan dalam
terminologi hukum islam jarimah merupakan perbuatan-perbuatan atau melakukan
sesuatu yang dilarang oeleh hukum syara’ dan hukumannya ditentukan oleh tuhan. Baik
dalam bentuk had maupun dengan hukuman ta’jir.

Dalam hukum islam (fiqh islam) masih banyak ikhtilaf antara para ulama-ulama
madzhab fiqh, baik dalam madzhab sunni ataupun dalam madzhab lainnya. Seperti
halnya dalam masalah jarimah perampokan atau sering disebut jarimah hirabah.
Semua imam madzhab dalam hal ini mempunyai ikhtilaf masing-masing atau pendapat
masing-masing yang sama kuatnya dalam hal penghukuman jarimah hirabah.

Dalam kesempatan kali ini penulis akan menjelaskan sedikit tentang masalah
jarimah hirabah ataupun perampokan menurut imam madzhab Maliki.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Pengertian perampokan ?
2. Hukum perampokan ?
3. Syarat perampokan ?
4. Sanksi perampokan ?

1.3 TUJUAN MASALAH


1. Dapat mengetahui pengertian perampokan.
2. Dapat mengetahui Hukum perampokan.
3. Dapat mengetahui syarat perampokan.
4. Dapat mengetahui sanksi perampokan.

iii
BAB II
2.1 Definisi perampokan
Perampokan atau sering biasa disebut dengan penjegal jalanan adalah sekelompok orang
yang nemiliki tujuan untuk menciptakan kekacauan, perampokan, mengambil barang yang
bukan haknya dengan cara memaksanya.1

Arti dari sekelompok orang tersebut tidak terlepas apakah mereka muslim ataupun non-
muslim selagi hal ini terjadi dinegara muslim atau negara mayoritas muslim.

Selain dengan bergerombol, perampokan juga bisa dilakukan secara individu, dengan
syarat bahwa orang yang melakukan perampokan memiliki kekuatan ataupun kemampuan
melebihi seseorang yang biasa, sehingga pelaku dapat mengalahkan kemampuan orang yang
dijadikan objek kejahatannya, dengan cara menyakitinya, ataupun membunuhnya.

Salah satu conto tindakan yang termasuk dalam kategori perampokan ini adalah sindikat
pembunuhan, pencurian rumah / bank, penculikan anak, penculikan anak perempuan untuk
dijual, pencurian di jalan raya dengan cara memberhentikan terhadap targetnya dan
mengancamnya.

Ada beberapa cara ataupun teknis perampokan ,antara lain :

• Seseorang pergi dengan tujuan untuk menagmbil harta secara terang-terangan


dan melakukan pengancaman terhadap targetnya, tetapi tidak membunuh nya.
• Seseorang pergi dengan berniat mengambil harta dengan cara terang-terangan
dan kemudian mengambilnya tetapi tidak dengan membunuh targetnya.
• Seseorang berniat merampok, kemudian membunuhnya tetapi hartanya tidak
diambil.
• Seseorang berniat merampok, kemudian dia membunuhnya dan hartanya
diambil.

Keempat cara diatas semuanya bisa saja di sebut perampokan selama yang
bersangkutan berniat untuk mengambil harta secara terang-terangan.

2.2 Hukum Perampokan


Dasar hukum perampokan terdapat pada al-qur’an surat al-maidah:33

1
“Fiqh sunnah” Sayyid sabiq, hal 213

1
Yang artinya “sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Alloh
dan Rasul-nya membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalin
atau dipotong tangan dan kaki mereka secara bersilang atau dibuang dari negeri
kediamannya. Yang demikian itu sebagai sesuatubpenghinaan bagi mereka di dunia dan
di akhirat mereka mendapat siksaan besar”.2

Perampokan ataupun penjegalan adalah salah satu dari sekian banyak dosa besar terhapad
Alloh swt. Oleh karena itu, Al-Quran menyebutkan bahwa orang yang terlibat dalam
tindakan perampokan dengan jelas, mengkategorikan mereka adalah pemberontak yang
memerangi Alloh sebagai mana dalam surah yang di tulis diatas tadi.

Alloh swt juuga memberikan sanksi yang sangat berat bagi sipelaku perampokan sebagai
mana dalm qur’an surat al-maidah ayat 33 bahwa hukuman bagi pelaku pembegalan
ataupun perampokan yaitu dengan dipotong tangan dan kakinya secara silang, atau
dibuang dari tempat asalnya pelaku pembegalan tersebut. Sanksi tersebut tidak
diberlakukan terhadap bagi tindak pidana lainnya.

Rasululloh SAW juga jelas mengatakan bahwa pelaku atau seseoang yang melakukan
tindakan kriminal ini atau secara jelas melakukan tindakan perampokan atau sering
disebut hirabah tidak akan mendapatkan kemuliaan sebagai mana muslim lainnya apabila
sipelaku adalah oranng muslim.Sebagai mana dalam hadist nabi, yang artinya “ Barang
siapa yang mengangkat senjata melawan muslimin maka ia tidak termasuk kelompok
kami “3.

Orang yang melakukan tindakan kriminal ni selama hidupnya tidak akan


mendapatkan kemuliaan seperti yang dimiliki oleh kaum muslimin lain nya. Apabila jika
mereka meninggal dunia mereka juga akan mendapatkan hal yang sama yaitu tidak akan
memiliki kemuliaan, tidak seperti muslimin lainnya. Karena orang yang meninggal dunia
akan tetap meninggalkan sejarah hidyup mereka ketika masih hidup di dunia. Sebagai
mana didalam hadist nabi yang artinya “Barangsiapa yang keluar dari ketaatan dan
berpisah dengan jamaah muslimin lalu meninggal, maka ia meninggal dalam keadaan
jahiliah”4.

2
“Fiqh jinayah” Prof A Djajuli, hal 88
3
“Fiqih sunnah” Sayyid sabiq, hal 215
4
“Fiqih sunnah” Sayyid sabiq, hal 215

v
2.3 Syarat Perampokan
Agama islam menetapkan bahwa ada beberapa syarat disebut pelaku perapok sebelum
diindak lanjuti secara hukum. Berikut ini adalah syarat-syarat tersebut menurut madzhab
maliki ;

a) Orang hidup.
b) Bersenjata.
c) dilakukan didalam kota/ maupun tidak dilam kota.
d) Terang terangan.

Tetapi tidak semua poin-poin diatas disepakati oleh para ulama fiqh. Ada
beberapa argumentasi tentng syarat-syarat peampok tersebut adalah sebagai berikut.

a. Orang hidup dalam hal ini banyak sekali perbedaan ataupun ikhtilaf, karena dalam
madzhab-madzhab selain madzhab Maliki, Zhahiri dan lainnya mensyaratkan bahwa
orang yang melakukan perampokan adalah harus mukallaf.

Mukalaf dalam hal ini adalah orang yang baligh dan berakal sehat. Kedua hal ini
merupakan syarat umum dalam madzhab-madzhab lain selain madzhab Maliki untuk
penajtuhan sanksi.

Perbedaan ikhtilaf dalam hal ini adalah “Apakah sanksi perampokan ini gugur bila
dalam kelompok perampokan ada anak kecil dan orang gila melakukan perampokan?.

Ulama hanafiyah mengatakan bahwa sanksi bagi kelompok perampok akan jatuh
gugur dengan adanya anak kecil maupun orang yang tidak berakal, karena jika sanksi
sebagian anak kecil dan orang tidak berakal gugur,maka sanksi bagi yang lainnya pun
bisa dikatan gugur. Karena hal itu pelaku harus saling bertanggung jawab atas tindakan
yang mereka lakukan5.

Akan tetapi ulama Malikiyah ,khusus nya imam Maliki berpendapat bahwa, sanksi
bagi perampok walaupun didalam kelompok perampok tersebut terdapat anak kecil dan
orang tidak berakal, hukum tetap di tegakkan tidak bisa digugurkan, karena sanksi ini
termasuk hak Alloh yang tidak terpengaruh terhadap individual.

5
“Fiqih sunnah” Sayyid sabiq, hal 216.

1
Dalam syarat ini tidak disebutkan jenis kelamin dan merdeka atau tidaknya, keduanya
sama-sama akan mendapatkan sanksi dari pidana perampokan ini.

b. Bersenjata
Para perampok disyaratkan untuk memiliki atau menggunakan senjata ketika
melakukan peramopkan, karena dalam halini senjata adalah salah satu dari kekuatan
yang mereka miliki. Jika para perampok ini tidak bersenjata, mereka tidak bisa
disebut sebagai perampok, karenamereka tidak menghalangi atau mengancam
dengan niat melukai ketika ada seseorang yang melewati jalan yang terdapat
sekelompok perampok.
Para ulamaberbeda pendapat dalam hal persenjataan ini. Imam Maliki, Syafi’i dan
beberapa madzhab lainnya berpendapat bahwa perampok yang menggunakan senjata
tongkat ataupun batu bisa di kategorikan sebagai perampok, karena barang tersebut
bisa saja melukai orang lain bahkan bisa saja benda tersebut menjadi mematikan.
Dalam hal ini Imam Abu Hanifah berpendapat sebaliknya, bahwa perampok dengan
menggunakan senjata dan batu tidak bisa dikategorikan sebagai perampok.
c. Dilakukan didalam kota/ maupun tidak dilam kota.
Sebagian ulama berpendapat bahwa tempat perampokan iniharus erjadi pada
daerah yang sepi. Jadi jika mereka melakukan perampokan didalam kota, maka
mereka tidak bisa dianggap sebagai perampok.
Sebagian ulama lain tidak membedakan antara perampokan yang dilakukan
didalam kota ataupun di lluar kota. Hal ini berangkat dari keumuman dalam qur’an
ayat 33 surah almaidah.6
Imam Maliki berpendapat bahwa perampokan tidak hanya saja dilakukan diluar
kota, tetapi bisa saja terjadi didalam kota, karena bahaya tindakan perampokan ini
lebih tinggi dan lebih rentan terjadi didalam kota, dan lebih pantas untuk menerima
sanksi yang telah ditetapkan. Termasuk dalam hal ini adalah bermacam-macam
sekelompok perampok yang bersekongkol dengan penjahat lainnya untuk mencuri
merampas dan membunuh.
Pendapat imam Maliki trsebut sangat lah masuk akal, karena dalam hal ini seperti
yang kita ketahui di kehidupan zaman sekarang ini, perampokan sering dan banyak
terjadi didaerah perkotaanataupun dikota-kota besar. Sangat jarang mendengar
berita tentang perampokan di daerah luar kota, karena alam hal ini ekonomi ataupun
sasaran si kelompok perampok sangat banyak di perkotaaan ataupun kota-kota besar.

6
“Fiqh Sunnah” Sayyid Sabiq, hal217

vii
Ulama yang memegng syarat ini, melihat bahwa keadaan biasa terjadi atau meliht
keadaan zamannya yang memang tidak mengalami perampokan dikota-kota,
begitupun mereka yang tidak menjadikan poin ini sebagai syarat7.

d. Terang-terangan.
Salah satu syarat sekelompok orang bisa dikategorikan sebagai perampok ialah
mereka mengambil hartanya secara terabg-terangan. Dan mereka melakukan
intimidasi atau semacam ancaman terhadap korban mereka atau target sasaran
rampok mereka. Jikalau mereka merampas atau mengambil hartanya lalu mereka
berlari mereka tidak bisa dikatan kperampok, lebih tepatnya mereka adalah
perampas. Jika mereka merampas nya secara sembunyi-sembunyi mereka jjuga tidak
bisa dikatan sebagai perampok tetapi lebih tepatnya disebut sebagi maling atau
pencuri.
Apabila ada sekelompok orang yang jumlah nya sedikit kemudian orang itu
mengahdang orang yang melintas kehadapan ya dengan berniat merampoknya, tetapi
korban tersebut bisa mengalahkan semua pelaku perampokan itu, menurut madzhab
Maliki kelompok tersebut tidak bisa dikatan sebagai perampok. Krena dalam syarat
perampokan, perampok harus memiliki kemampuan diatas manusia rata-rata.
Ibnu Arabi dari madzhab Malikiyah bekata”pendapat yang kami pilih bahwa
perampokan dapat terjadi dalam kota ataupun ditempat sepi walaupun perampkan itu
tentu berbeda tingkatan kekerasannya, tetapi mereka sama-sama dikategorikan
sebagai perampok, karena esensi perampokan ada pada aksi keduanya.8.

2.4 Sanksi perampokan


Dalam hal sanksi hirabah ini banyak sekali perbedaan di antara para ulama madzhab
fiqih. Bila perampok hanyua membunuh tetapi tidak mengambil hartanya, maka
sanksinya hanya dihukum mati.
. Imam malik mempunyai argumen dalam hal penetapan sanksi terhadap
perampok adalah dengan mengembalikan lagi kepada imam/hakim untuk kembali
memilih salah satu hukuman yang telah tercantum di dalam al-qur’an surah al-
maidah ayat 33-34. Yang artinya:

7
“Fiqh Sunnah” Sayyid Sabiq, hal218

8
“Fiqh Sunnah” Sayyid Sabiq, hal218

1
“Hukuman bagi orang-orang yang memerangi Alloh dan Rasulnyaa dan membuat
kerusakan dibumi, hanyalah dibunuh atau disalib, atau diotong tangan dan kaki
mereka secara silang, atau diasingkan dari tempat kediamannya. Yang demikian itu
kehinaan bagi mereka di dunia, dan di akhiratmereka mendapat azab yang besar.
Kecuali orang-orang yang bertaubat sebelum kamu dapat menguasai mereka, maka
ketahuilah bahwa Alloh yang Maha pengampun, dan maha penyayang”(al-maidah
:33-34).9.
Dalam pengartian surat al-quran diatas banyak sekali perbedaan dalam tafsiran
makna (au) dalam ayat tersebut apakah mempunyai makna lilbayan wa tafsil atau
litakhyir. Imam maliki memilih makna dalam menghartikan (au) itu adalah dengan
menggunakan makna yang kedua yaitu littakhyir. Menurut madzhab maliki kata au
yang terdapat didalam al-qur’an tersebut adalah di penjara. Sedangkan menurut
ulama lain kata au adalah dibuang dari tempat asalnya.10
Sanksi perampokan menurut al-quran adalah sebagai berkut,
a. Dibunuh
b. Disalib
c. Dipotong tangan dan kakinya secara silang
d. Dan diasingkan.

Dan menentukan sanksi terhadap kelompok perampok adalah dengan disesuaikan


dengan ukuran aksi kriminalnya.

9
“fiqih sunnah” sayyid sabiq, hal 220
10
“fiqh jinayah” A djajuli, hal 90.

ix
BAB III

KESIMPULAN

Perampokan atau sering biasa disebut dengan penjegal jalanan adalah sekelompok orang
yang nemiliki tujuan untuk menciptakan kekacauan, perampokan, mengambil barang yang bukan
haknya dengan cara memaksanya.

Dasar hukum perampokan terdapat pada al-qur’an surat al-maidah:33.Yang artinya


“sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Alloh dan Rasul-nya
membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalin atau dipotong tangan
dan kaki mereka secara bersilang atau dibuang dari negeri kediamannya. Yang demikian itu
sebagai sesuatubpenghinaan bagi mereka di dunia dan di akhirat mereka mendapat siksaan besar”.

Agama islam menetapkan bahwa ada beberapa syarat disebut pelaku perapok sebelum
diindak lanjuti secara hukum. Berikut ini adalah syarat-syarat tersebut menurut madzhab maliki
adal orang hidup, bersenjata, didalam kota ataupun bukan didalam kota, terang terangan.

Dalam masalah penghukuman terhadap sanksi perampokan, Imam malik mempunyai


argumen dalam hal penetapan sanksi terhadap perampok adalah dengan mengembalikan lagi
kepada imam/hakim untuk kembali memilih salah satu hukuman yang telah tercantum di dalam
al-qur’an surah al-maidah ayat 33-34.

1
DAFTAR PUSTAKA
• Sayyid Sabiq, Fiqi Sunnah Jilid 4, jn Matraman Dalam III No3, PTT
Tinta Abadi gemilang, 2013.
• Jazuli. H. A, Fiqih Jinayah/H.A..Djajuli, jakarta, PT RajaGrapindo
Persada, 2000

xi

Anda mungkin juga menyukai