JARIMAH SARIQAH
(PENCURIAN)
DISUSUN OLEH:
KELAS E
DOSEN PENGAMPU:
FERLAN NIKO, S.H.I., M.Sy.
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
bekerja sama untuk menyelesaikan makalah dengan tema “Jarimah Sariqah” tepat
pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Fikih
Jinayat pada Kelas E yang diampu oleh Bapak Ferlan Niko, S.H.I., M.Sy.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
yang ada dalam masyarakat, baik norma hukum nasional maupun norma
hukum agama. Salah satu bentuk tindak pidana adalah pencurian. Dalam
denda, serta pencabutan hak, tergantung pada bentuk atau cara pencurian
dilakukan.
Tindak pidana pencurian dapat dijatuhi hudud (had) atau ta’zir. Hukuman
hudud adalah jenis hukuman yang telah ditentukan nas dan merupakan hak
tangan ini harus memenuhi berbagai rukun dan persyaratan. Apabila tidak
3
pencurian dalam hukum Islam, unsur-unsur pencurian yang dapat dijatuhi
4
BAB II
PEMBAHASAN
Sariqah berasal dari bahasa Arab dari bentuk dasar saraqa-yasriqu-saraqan, dan
secara etimologis yakni ًأ َ َخذَ َمالَهُ ُخ ْفيَةً َو ِحلَة mengambil harta milik seseorang
dikenal dengan larceny, yaitu pengambilan alih properti orang lain tanpa hak
Sariqah dalam syariat Islam yang pelakunya harus diberi hukuman potong
tangan adalah mengambil sejumlah harta senilai sepuluh dirham yang masih
syubhat, sehingga kalau barang itu kurang dari sepuluh dirham yang masih
1
A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwie Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka
Progresif, 1997), h. 628.
2
Ali bin Muhammad Al-Jurjani, Kitab Al-Ta’rifat, (Jakarta: Dar Al-Hikmah, 1988), h. 118.
5
b. Muhammad Al-Khatib Al-Syarbini (ulama mazhab Syafi’i)
syarat.3
c. Wahbah Al-Zuhaili
sembunyi.4
Ada dua macam sariqah menurut Islam, yaitu sariqah yang diancam dengan
had dan sariqah yang diancam dengan ta’zir. Sariqah yang diancam dengan
had dibedakan menjadi dua macam yaitu pencurian kecil dan pencurian
besar. Pencurian kecil yaitu mengambil harta milik orang lain secara diam-
diam. Sementara itu, pencurian besar ialah mengambil harta milik orang lain
dengan kekerasan.5
3
Muhammad Al-Khatib Al-Syarbini, Mughni Al-Muhtaj, (Beirut: Dar Al-Fikr), h. 158.
4
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, (Beirut: Dar Al-Fikr), h. 5422.
5
Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri’ Al-Jina’i Al-Islami, (Beirut: Mu’assanah Al-Rialah,
1992), jilid II, h. 514.
6
Dari beberapa rumusan definisi sariqah di atas, dapat disimpulkan bahwa sariqah
adalah mengambil barang atau harta orang lain secara sembunyi-sembunyi dari
Pencurian kecil diancam dengan had, yakni terhadap pencurian yang hanya
memenuhi dua unsur: (1) tidak disadari oleh korban; dan (2) dilakukan tanpa izin.
Tidak terpenuhinya salah satu dan/atau kedua unsur tersebut, pencurian tidak
dapat digolongkan sebagai pencurian kecil. Jika pencurian dilakukan tanpa izin
dan tanpa kekerasan, namun disaksikan oleh pemiliknya, maka tidak termasuk
pencurian kecil melainkan penjarahan. Demikian pula dengan merebut harta atau
“Tidak dipotong tangan orang yang menipu, dan tidak dipotong tangan
Pencurian besar, juga diancam dengan had, yaitu pengambilan harta atau
Pencurian besar disebut sebagai perampokan. Jadi, jika dilakukan tanpa kekerasan
6
Abdul Qadir Audah, Ibid, h. 514.
7
2.2. Unsur-Unsur Pencurian
Sesuai dengan definisinya, unsur pencurian adalah mengambil harta orang lain
secara diam-diam, yang diambil berupa harta, harta yang diambil merupakan
seperti mengambil barang dari rumah orang lain ketika penghuninya sedang
Bila salah satu syarat di atas tidak terpenuhi, maka pengambilan tersebut
ta’zir.
7
Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Penerbit Amzah, 2013), h.114.
8
• harta atau benda berharga, maksudnya adalah bahwa barang tersebut
dinar dan jangan dipotong pada pencurian yang kurang dari itu.”
(H.R. Ahmad)
ulama Hijaz lain. Kedua, nisabnya sepuluh dirham oleh ulama Irak. Adapun
merupakan milik orang lain. Yang dimaksud dengan milik orang lain adalah
bahwa harta itu ketika terjadinya pencurian adalah milik orang lain dan yang
8
Abu Al-Thayyib Muhammad Syamsul Haq Al-Azhim Abadi, ‘Aun Al-Ma’bud Syarh
Sunan Abi Dawud, (Kairo: Dar Al-Hadits, 2001), h. 459.
9
penyimpanannya. Atas dasar ini, maka tidak ada hukuman had dalam
akan tetapi jika sudah ada dalam penguasaan seseorang atau Ulul Amri
ditinggalkan atau dibuang pemiliknya adalah sama dengan harta yang tidak
ada pemiliknya.
Adanya itikad tidak baik seorang pencuri terbukti bila ia mengetahui bahwa
hukum mencuri itu adalah haram dan dengan perbuatannya itu ia bermaksud
pemiliknya.
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai
siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
10
Ancaman hukum potong tangan terhadap jarimah pencurian sudah ada sejak
memberlakukan hukuman ini dalam Islam. Pada ayat di atas, seakan setiap
pencuri harus dihukum potong tangan karena secara sepintas bersifat umum.
Akan tetapi ternyata tidak demikian, sebab terdapat syarat-syarat yang harus
kebutuhan hidup.
9
Shahih Sa’id Al-Haidan, Hal Al-Muttaham fi Majlis Al-Qada’, (Riyadh: Masafi, 1984), h.
81.
11
Pelaksanaan hukuman potong tangan dilaksanakan dengan teknis sebagai berikut:
1) Imam Malik dan Imam Syafi’i berpendapat pada pencurian pertama yang
dipotong adalah tangan kanan, pada pencurian kedua yang dipotong adalah
kaki kiri, pada pencurian yang ketiga yang dipotong adalah tangan kiri, pada
pencurian ke empat yang dipotong adalah kaki kanan. Jika pencuri masih
mencuri yang kelima kalinya maka dipenjara seumur hidup atau sampai dia
bertaubat.
Salah satu hal yang disepakati oleh para ulama adalah bahwa kewajiban
potong tangan itu dihapus, jika tangan yang akan dipotong itu telah hilang
sesudah pencurian terjadi. Batas pemotongan menurut Imam Abu Hanifah, Imam
Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad dan Zahiri adalah dari pergelangan tangan ke
bawah, begitupula bila yang dipotong kakinya. Alasannya adalah batas minimal
anggota yang disebut tangan dan kaki adalah telapak tangan atau kaki dengan jari-
tangan pencuri.
Apabila syarat dan rukun hukuman potong tangan (had) terhadap pencurian
kecil atau pencurian besar tidak terpenuhi, maka berlaku hukum ta’zir, berupa
12
ta’zīr dalam syari’at Islam adalah tidak membinasakan, akan tetapi hanya sebagai
Menurut Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, hukuman had dan ta’zir
dua hak, yakni hak Allah berupa keharaman mencuri dan hak hamba berupa
pengambilan atas harta orang lain. Oleh karena itu, pencuri harus
harta yang dicurinya bila masih ada dan harus membayar ganti rugi bila hartanya
sudah tidak ada. Selain itu, ia tetap harus menanggung sanksi atas perbuatannya.
Menurut Imam Abu Hanifah, had dan ta’zir itu tidak dapat digabungkan,
artinya bila pencuri sudah dikenal sanksi hukuman potong tangan, maka baginya
tidak ada keharusan untuk membayar ganti rugi. Alasanya, al-Qur’an hanya
menyebutkan hukuman had saja. Selain itu, jika pencuri harus membayar ganti
rugi, maka seakan-akan harta itu adalah miliknya. Akan tetapi, mazhab Hanafi
dikembalikannya harta itu setelah pencurinya dikenai had bila harta itu masih ada,
baik masih berada di tangan pencuri maupun telah berpindah ke tangan orang
lain.10
yang dicuri itu masih ada di tangan pencuri, maka ia harus mengembalikannya.
10
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1993), h.
7—8.
13
Perbedaan pendapat hanya terjadi apabila harta yang dicuri masih ada atau tidak
Pidana (KUHP) pada hukum positif di Indonesia lebih menitikberatkan pada suatu
perasaan tidak enak (sengsara) yang dijatuhkan oleh hakim dengan vonis kepada
pencuri. Sementara, dalam hukum pidana Islam, hukuman diartikan sebagai suatu
membersihkan jiwa manusia dengan akhlak yang luhur, agar setiap individu atau
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
potong tangan dilaksanakan hanya dengan cara yang dibenarkan syari’at dan
pencurian ada empat, yakni: (1) pencurian dilakukan secara diam-diam; (2)
barang yang dicuri berupa harta; (3) harta yang dicuri milik orang lain; dan
(4) ada itikad tidak baik. Serta, syarat seorang pencuri dapat dijatuhi
hukuman had ialah: baligh dan berakal, melakukan pencurian atas kehendak
sendiri, tidak terdapat hubungan kerabat antara pihak korban dan pencuri,
kepemilikan harta tidak syubhat, dan pencurian tidak terjadi pada saat
peperangan di jalan Allah. Apabila salah satu syarat dan rukun tidak
3.2. Saran
syukur atas segala nikmat yang telah Allah SWT berikan agar kita selalu
15
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Jurnal
Ahmad Syarbaini. “Teori Ta’zir dalam Hukum Pidana Islam.” Jurnal Ius Civile
(2020).
Hukum Pidana dan Hukum Pidana Islam.” Syiah Kuala Law Journal
16