Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

RIBA DALAM PINJAMAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Fiqh Muamalah II

Dosen Pengempu : Iwan Setiawan, S.Sy, MH

Disusun Oleh :

Abdul Razak Askar ( 11521.0010 )

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SABILI BANDUNG

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Riba Dalam
Pinjaman ”.

Tak lupa shalawat beserta salam semoga disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW ,
menjadikan suri tauladan dalam setiap sikap dan tindakan kita sebagai seorang intelektual
muslim.

Penulisan Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Muamalah II.
Selain itu, penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah
wawasan bagi pembaca.Ucapan terima kasih saya tujukan kepada bapak Iwan Setiawan, S.Sy,
MH, M.Ag sebagai dosen pengampu mata kuliah, yang telah memberikan pengarahan dan
bimbingan serta masukan-masukan yang bermanfaat dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
isi maupun dari segi penggunaan bahasa yang jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat diharapkan agar memperbaiki kekurangan dan kelemahan
dalam makalah ini.

Bandung, 16 Februari 2023

2
DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR.......................................................................................................................................

..............................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................................3

BAB I

PENDAHULUAN ..........................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................5

1.3 Tujuan........................................................................................................................................5

BAB II

PEMBAHASAN..............................................................................................................................6

2.1 Pengertian Qardh.......................................................................................................................5

2.2 Substansi Qardh.........................................................................................................................7

2.3 Bahaya Riba Qardh Dan Maqashid(Tujuan) Pelarangan Riba..................................................5

BAB III

PENUTUPAN................................................................................................................................17

3.1 Simpulan..................................................................................................................................17

3
DAFTAR

PUSTAKA.............................................................................................................................................

......................................18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dasarnya Ilmu merupakan waktu akhirat lebih anda cintai daripada dunia. dari pondasi itulah
lalu ilmu Islam di bangun, dari pondasi itulah lalu kita memahami ma’rifatuLLAH, kita tahu cara
ibadah kepada Allah, kita tahu akhlak, dan juga muamalah. Sedangkan puncaknya ilmu adalah
takut kepada Allah. pada ajaran kepercayaan Islam praktik di aktivitas ekonomi mempunyai
hukum-hukum, kaidah-kaidah, beberapa larangan, serta mempunyai etika yg baik. Allah
memberi rezeki pada setiap insan buat digunakan pada hal-hal yg baik serta bermanfaat, yaitu yg
higienis dari riba dan hal-hal yang diharamkan. Ironisnya pada Indonesia yang padahal mayoritas
penduduk beragama Islam akan tetapi justru menjadi negara yg masyarakatnya poly yang
melakukan riba. dan tak sedikit yang melakukan kegiatan riba di Indonesia adalah orang Islam
yg sudah mengetahui bahwa riba pada larang atau diharamkan dalam syariat Islam (the rules of
syariah). sungguh intinya manusia memang di ciptakan mempunyai hawa nafsu. Bila hawa nafsu
dituruti dan selalu diberi makan maka dia akan semakin menjadi, akan tetapi Bila hawa nafsu
dibiarkan kelaparan maka hawa nafsu akan melemah.

“Wahai Daud! Sesungguhnya Kami mengakibatkan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi,
maka berilah keputusan (kasus) di antara manusia dengan adil serta janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu, karena beliau akan menyesatkan kamu berasal jalan Allah…” (QS. Shad: 26).

4
Walaupun memang manusia diciptakan mempunyai hawa nafsu, tapi alangkah baiknya insan
tidak menuruti hawa nafsunya tadi. Tujuan peneliti menulis ini artinya buat membantu
menyadarkan orang-orang yang masih tak jarang melakukan akad riba qardh supaya berhenti,
terkhusus untuk ummat Muslim di Indonesia. Dan mengarahkan kepada penjelasan akad qardh
dan solusi akad qardh dalam lembaga keuangan syariah. Majelis Ulama Indonesia pada tanggal
16 Desember 2003 mengeluarkan fatwa yang mengatakan bahwa bunga bank adalah termasuk
kepada riba. Aturan fatwa MUI juga menetapkan bahwa bunga bank hukumnya adalah haram.
Dasar pelarangan riba ini juga terdapat pada kitab suci ummat Islam yaitu Al-Qur’an, pada surah
Al-Baqarah (2) ayat 275- 279, surah An-Nisaa’ (4) ayat 160-161, surah Ali-Imran (3) ayat 130.
Contoh riba qardh adalah jika ada seseorang yang telat membayar hutang dan mendapat
pengenaan bunga. Dan dalam LKS terdapat yang namanya akad Qardh yang menjadi alternatif
dan solusi agar terhindar dari riba qardh.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian bahaya riba qardh dan maqashid (tujuan) pelarangan riba, dan
bagaimana penjelasan Alternatif akad qardh sebagai solusi dalam lembaga keuangan syariah?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian bahaya riba qardh dan maqashid (tujuan) pelarangan riba, dan
Memaparkan tentang penjelasan Alternatif akad qardh sebagai solusi dalam lembaga keuangan
syariah

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Qardh

Dalam islam pinjam peminjam/ utang piutang dikenal dengan Al qardh. Qardh secara luas
memiliki keseragaman makna dengan akad bay’ (jual beli) keduanya mempunyai arti bermakna
‫( بمال مال تملیك‬memindahkan kepemilikan harta menggunakan melalui harta). Qardh secara bahasa
alqath’ (memotong). dari kata: “Sebuah pihak memberi sejumlah harta kepada yang lain, buat
dikembalikan dalam bentuk yang serupa atau mempunyai nilai yg sepadan dengannya serta
menjadi tanggungannya, dengan maksud memberi manfaat pada pihak yg diberi pinjaman.”
Qardh hukumnya boleh menurut Sunnah dan Ijma’ Ulama. di antara dalil berasal Sunnah: “Ibnu
mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi Saw bersabda, “tiada seseorang Muslim memiminjamkan
Muslim lainnya 2 kali pinjaman (qardh) melainkan mirip sedekah satu kali.” asal Anas
mengatakan: bersabda Rasulullah SAW: “saya melihat di malam aku diisrakan pada atas pintu
nirwana tertulis: pahala sedekah setara menggunakan 10 kali, qardh (memberi pinjaman) setara
menggunakan 18 kalinya, lalu aku bertanya: wahai Jibril, mengapa qardh lebih primer berasal
sedekah?, ia menjawab: orang yg meminta sedekah, meminta (terkadang) beliau masih
mempunyai harta, ad interim orang yg meminjam (berhutang) tidak lah beliau melakukannya
melainkan sebab kebutuhan.”

Ijma Ulama menyatakan kebolehan qardh: Qardh ialah mandub (sunnah) bagi muqridh (yg
meminjamkan) serta mubah (boleh) bagi yg berhutang. Ibnu Mas’ud serta Ibnu Abbad

6
berkata:”memberikan pinjaman (qardh) 2 kali lebih baik dibanding menyampaikan sedekah satu
kali”. Hanabilah berpendapat bahwa sedekah lebih utama dari qardh, dan Bila seorang diminta
meminjamkan uang lalu dia tidak memberi, maka beliau tidak berdosa.

2.2 Substansi Qardh

A. -Riba Qard lh adalah


-Riba Jahiliyyah ada 2 bentuk menurut syekh Al-Mutrik:
-Riba Qardh, yaitu: tambahan yang disyaratkan ketika meminjamkan sejumlah harta, atau
meminjamkan harta hingga saat eksklusif dengan tambahan menjadi kompensasi atas tempo yg
disepakati.
-Riba Dain: menjual barang dengan hutang, lalu mengenakan bunga ketika pembeli tidak bisa
membayar saat jatuh tempo
B. hukum, DALIL larangan RIBA QARDH
Riba Qardh termasuk riba jahiliyyah yang diharamkan dalam Al-Quran. Sebagian Ulama
menganggapnya bagian tersendiri asal bentuk riba. Sebagian lagi menganggapnya bagian dari
riba fadhl serta riba nasi’ah.

Dalil pengharaman riba qardh bersumber dari:


-Al-Quran
-AS-Sunnah

-Atsar sahabat
-Ijma’
C. DALIL asal AL-QURAN
“ Hai orang-orang yg beriman, bertakwalah pada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum
dipungut) Bila kamu orang-orang yang beriman,”(QS. Al-Baqarah: 278).

7
“…dan Bila engkau bertaubat (berasal pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; engkau
tidak Menganiaya dan tak (pula) dianiaya,”(QS. Al-Baqarah: 279).

Wajhul Istidlal: ayat ke 2 membatasi hak pemilik piutang, yaitu pokok harta yg dipinjamkan,
serta tidak boleh meminta tambahan karena adalah kedzaliman, ayat ini jelas mengharamkan
qardh (utang piutang) disertai tambahan (bunga) walaupun sedikit, karena termasuk memakan
harta menggunakan cara yang haram. Alif lam di kata

‫ الربا‬membagikan ma ’rifah merupakan bahwa riba yg dihentika yg biasa terjadi pada zaman
jahiliyyah, yaitu pada dua bentuk, riba dain serta riba qardh.

D. DALIL asal SUNNAH

“Setiap pinjaman yg mengandung manfaat maka dia termasuk riba,”(AlHarits ibn Abi Usamah).
Sabda Rasulullah SAW waktu haji wada’

‫ظلمون ال أموالكم رؤوس لكم موضوع الجاھلیة ربا من ربا كل إن أال‬

)‫و‬gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg‫ون وال (داود أب‬gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg‫تظلم‬


Wajhul istidalal: utang piutang menggunakan bunga merupakan bentuk
riba jahiliyyah, hal ini didukung oleh sabda Nabi Saw ‫أموالكم رؤوس لكم‬

‫ون ال‬gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg‫ون وال تظلم‬gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg‫تظلم‬


artinya bahwa tambahan berasal harta pokok artinya riba, serta pastinya tambahan pada qardh
adalah tambahan pada harta pokok. “Bahwa Nabi SAW melarang hutang dan jual beli
(mengambil untung) secara bersamaan,” (At-Tirmidzi).
Ibnu Taymiyyah mencatat: “ waktu seseorang menjual barang lalu meminjamkan pada pembeli
sejumlah uang, maka ia masukkan harga sebab utang yg diberi, maka ini artinya riba, termasuk
setiap transaksi yg tujuan utamanya artinya memberikan qardh dengan merogoh keuntungan
mirip membeli asal pengutang sebuah barang harga 100 kontan, kemudian menjualnya balik
kepadanya dengan harga 120 kredit..”

8
E. DALIL dari ATSAR sahabat

Abdullah bin Umar berkata: “utang ada 3 macam: utang yg engkau berikan menggunakan tujuan
ridha Allah maka bagimu ridha Allah. Utang yang kamu berikan dengan tujuan ridha temanmu
maka bagimu ridha temanmu. dan utang yang kamu berikan dengan tujuan meminta yg jelek
(tambahan) berasal yang baik (utang) maka itu adalah riba, (Muwatta Malik). “Barang siapa
yang memberi utang maka tidak boleh memberi syarat apapun kecuali pengembalian (pokoknya)
saja”, (dan asal Imam Malik berasal ibnu Umar).

F. DALIL berasal IJMA’ ULAMA

Ulama setuju mengaharamkan riba qardh (utang menggunakan bunga) serta tidak ada seorang
pun Ulama mu’tabar (yg dilihat pendapatnya) menyalahi kesepakatan /ijma’ ini. contoh ijma’
artinya menjadi barikut:

rAl-Qurthubi saat menafsirkan firman Allah

“ ‫ نا ح‬Ijma kaum Muslimin bahwa mensyaratkan tambahan pada utang adalah riba walaupun
tambahan itu sedikit ” . Ibnul Mudzir: umat berijma bahwa pemberi piutang Bila beliau
mensyaratkan kepada penghutang tambahan atau pemberian , kemudian berakad atas kondisi itu
maka ini ialah riba.

Ibnu Qudamah: “dan setiap utang yang disyaratkan ada tambahannya maka beliau artinya haram
tanpa khilaf/disparitas pendapat”. Ibnu Hajar Al-Haitami, selesainya menjelaskan macam-macam
riba pada antaranya adalah riba qardh, ia menulis: semua bentuk riba yang empat ini merupakan
haram menurut Ijma.

Ibnu Hazm: “ tak ada khilaf wacana kebatilan kondisi-kondisi (tambahan)yg diberlakukan pada
qardh”

Ibnu Taymiyyah: “serta Ulama bersepakat bahwa pemberi piutang Bila mensyaratkan tambahan
atas piutangnya maka itu ialah haram”.

9
Al-’Aini: “kaum muslimin berijma sesuai naql dari Nabi SAW bahwa mensyaratkan tambahan
pada utang adalah riba yg diharamkan”.

Al-Baji: “Adapun syarat (tambahan) maka tidak ada khilad wacana pelarangannya”.
Alaihi Salam-Syaukani: “Adapun Bila tambahan dalam qardh disyaratkan dalam akad, maka
semuanya putusan bulat mengaharamkan”.

2.3. BAHAYA RIBA QARDH dan MAQASHID (TUJUAN) PELARANGAN RIBA

Riba pada sebut bahaya sebab banyak hal negatif yang akan terjadi membahayakan serta
merugikan ke dua belah pihak serta poly pihak lainnya. Hal negatif yang pertama ialah siapapun
orang yg melakukan riba berarti beliau melakukan dosa, itulah alasan kenapa riba pada sebut
merugikan. lalu hal negatif berikutnya artinya riba mendzolimi orang yang pada beri pinjaman,
karena wajib membayar bunga, atau merugikan orang yang kredit barang serta wajib membayar
bunga. serta Bila poly orang yg melakukan riba maka bisa mendatangkan bencana murka Allah
Swt. pula bisa terjadi ketimpangan social di masyarakat/ummat, karena pihak-pihak yg memberi
pinjaman akan dapat laba lebih sedangkan pihak-pihak yg di beri pinjaman wajib membayar
bunga. Maka pihak-pihak pemberi pinjaman sebagai semakin kaya sedangkan pihak-pihak yang
di beri pinjaman mampu menjadi miskin.
Maqashid pelarangan riba pada surat Ali Imran: 130:

“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah engkau memakan riba dengan berlipat ganda serta
bertakwalah engkau kepada Allah agar engkau mendapat keberuntungan. ” Makna ayat ini
memberikan haramnya riba dalam Islam, maka setiap pemanfaatan, konsumsi dan penggunaan
riba yg berlipat ganda dilarang dalam Islam. Maqashid yg ingin dicapai pada larangan riba
tersebut artinya mengajak insan buat berempati dan memiliki kepedulian sosial serta menjauhkan
diri dari praktik ribawi yg mengambil hak orang lain dengan cara batil. Maqashid pelarangan
riba pada surat Al-Baqarah 275

“keadaan mereka yang demikian itu, merupakan disebabkan mereka mengatakan, sesunggunya
jual beli itu sama menggunakan riba, padahal Allah swt telah menghalalkan jual beli serta
mengharamkan riba”.

10
Para Ulama tidak selaras pendapat perihal maksud riba pada ayat pada atas, Sebagian
berpendapat bahwa maksud riba pada ayat tadi artinya riba jahiliyyah/riba qardh (Ibnu Abbas,
Ibnu Umar, Mu’ awiyah). dari Jumhur Ulama, maksud riba pada ayat pada atas artinya riba jual
beli, pendapat ini senada dengan pendapat Aisyah dan Abu Said AlKhudri. Ibnu Asyur mentarjih
pendapat pertama, bahwa riba di ayat itu ialah riba jahiliyyah. Dalil Ibnu ‘ Asyur: Maqashid pada
ayat 275 surat al-Baqarah, yang dimaksud menggunakan riba pada ayat di atas artinya riba
jahiliyyah, sedangkan riba jual beli ada pada dalil yg lain. Maqshad Hadits Nabi
SAW:“sesungguhnya riba terjadi pada riba nasiah (penangguhan pembayaran),” (HR Muslim).
Maqashid atsar Umar bin Khattab: “Ayat terakhir yg diturunkan Allah kepada Rasul-Nya adalah
ayat riba, kemudian dia wafat serta belum mengungkapkan maksudnya”. berdasarkan Ibnu
‘Asyur yg dimaksud Umar bin Khattab bukan berarti makna riba masih mujmal (umum ) namun
maksudnya penerapan ketentuan hukum riba pada praktik-praktik bisnis itu masih belum kentara
karena Rasulallah belum menjelaskan hukumnya.
Atsar Aisyah:

“ waktu ayat ayat riba pada akhir surat al-Baqarah turun, Nabi membacanya kemudian dia
mengharamkan jual beli khamr.” sebab masa Rasulullah dekat menggunakan masa jahiliyyah
dan kebiasannya, termasuk riba jahiliyah serta sebab dikhawatirkan beberapa praktik jual beli
sebagai riba Jahiliyah, maka beberapa bentuk jual beli tersebut diharamkan.
A. MAQASHID embargo RIBA QARDH

Riba qardh merupakan riba yang terjadi di transaksi utang piutang yg tidak memenuhi kriteria:
Al-ghunmu bil ghurmi: bersama keuntungan ada risiko. serta al-kharaaj biddhaman: akibat
perjuangan timbul bersama porto.
di antara maqashid embargo Riba Qardh adalah:
a. Menghindarkan praktik kedzaliman terhadap pelaku usaha,

b. karena pada riba qardh laba timbul tanpa adanya risiko dan yang akan terjadi usaha timbul
tanpa adanya porto.
c. Al-ghunmu bilaa ghurmin dan al-kharraj bilaa dhoman bertentangan dengan teori finance

11
d. dalam bisnis selalu ada untung serta rugi, maka memakai bunga ialah suatu tindakan
memastikan yang tak pasti, karena itu diharamkan

e. Riba jahiliyyah dilarang karena terjadi pelanggaran kaidah:“kullu qardhin jarro manfa’atan
fahuwa riba”
f. Mencegah para rentenir berbuat dzolim pada penerima pinjaman, sebab pemberi pinjaman
mengeksploitasi penerima pinjaman dengan meminta bunga pinjaman.

RUKUN serta kondisi QARDH

Rukun harus terdapat pada setiap akad buat terjadinya akad, sebab rukun adalah sesuatu yang
menjadi tegaknya dan adanya sesuatu, serta rukun bersifat internal (dakhiliy) dari sesuatu yang
ditegakkanya. Rukun Qardh terdapat empat yakni ;
a. Muqridh; orang yg memiliki barang-barang buat diutangkan.
b. Muqtaridh, orang yg memiliki utang.
c. Muqtaridh, obyek yg memiliki utang
d. Shigat akad, ijab kabul.
Macam-macam syarat:
a. SyaratgAqidainj (muqridhkdanlmuqtaridh)
1) Ahliyatu al-tabarru (layak bersosial); merupakan orang yang mampu mendistribusikan
hartanya sendiri secara mutlak dan bertanggung jawab. di pengertian ini mengungkapkan bahwa
anak anak belum memiliki1 kewenangan buat mengelolah harta, orang kurang tepat mental serta
budak tidak boleh melakukan akad qardh.
2) a. Tanpa terdapat paksaan; bahwa muqridh dalam menyampaikan hutangnya tak pada tekanan
serta paksaan orang lain, demikian pula kebalikannya. Keduanya melakukan secara suka rela.
b. ketentuan Muqtaridh (barang yang menjadi obyek qardh), ialah barang yg bermanfaat serta
mampu dipergunakan. Barang yang tidak berguna secara syar’i tidak mampu ditransaksikan.
c. kondisi Shighat; Ijab qabul menyampaikan kesepakatan kedua bela pihak, serta qardh tidak
boleh mendatangkan manfaat bagi muqridh. Demikian jua shighat tidak mensyarakatkan qardh
bagi akad lainnya. Sebagaimana pada al-Qur’an surat an-Nisaa: 29 yg ialah: “Hai orang-orang yg
beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yg batil, kecuali
menggunakan jalan perniagaan yg berlaku memakai suka sama-suka pada antara engkau .”

12
alternatif AKAD QARDH menjadi SOLUSI pada forum KEUANGAN SYARIAH (LKS)
A. QARDH pada forum KEUANGAN SYARIAH

Qardh dalam Lembaga Keuangan Syariah satu-satunya akad, memiliki bentuk pinjaman yang
diterapkan pada perbankan syariah adalah Qardh dan turunanya Qardhul Hasan. Karena bunga
dilarang dalam Islam, pinjaman Qardh maupun Qardhul Hasan merupakan pinjaman tanpa
bunga. Lebih khusus lagi, pinjaman Qardhul Hasan merupakan pinjaman kebajikan yang tidak
bersifat komersial. Sehingga disebut akad Ta’awuni (akad saling tolong menolong).
B. PRAKTIK dalam usaha, FATWA DSN dan alternatif yang HALAL

Tabungan dan Deposito menggunakan Prinsip Mudharabah versus Tabungan dan Deposito
sesuai Perhitungan Bunga.
1. Tabungan dan deposito berdasarkan prinsip mudharabah:
a. Nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, serta bank bertindak sebagai
mudharib atau pengelola dana.
b. Mudharib (bank) bisa melakukan berbagai macam perjuangan yang tak bertentangan
menggunakan prinsip syari’ah serta mengembangkannya.
c. kapital harus dinyatakan pada bentuk tunai dan bukan piutang.
d. Pembagian laba wajib dinyatakan pada bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad.
2. Tabungan dan Deposito berdasarkan perhitungan bunga.
a. Nasabah menyimpan uangnya pada bank bukan dengan akad mudharabah (bagi hasil) tetapi
qardh (utang) sesuai perhitungan bunga yang sifatnya pasti.
b. Nasabah menjadi muqridh (yg memberi piutang) dan bank menjadi muqtaridh (yang
menerima utang).
c. Nasabah mendapat bunga yang sempurna berasal tabungan/deposito yang beliau simpan.

d. Praktik ini tidak sesuai dengan kaidah ‫الغرم الغنم‬gggggg‫ ب‬serta ‫مان‬gggggg‫راج بالض‬gggggg‫الخ‬
C. BAI’ AT-TAQSITH serta AL-QARDH WAL IQTIRADH (ANTARA JUAL BELI KREDIT
serta UTANG PIUTANG)

Jual beli secara kredit merupakan pertukaran antara uang (tsaman) dan barang (sil’ah) utang
piutang (al-qard wal iqtiradh) itu transaksi antara uang dan uang, pinjam uang yang dibayar
menggunakan uang jua jual beli secara kredit bukan riba. karena, riba terjadi pada 2 hal. Kredit

13
berbunga, mirip si A meminjam uang Rp 10 juta ke si B dengan kondisi dibayar Rp 12 juta,
maka selisih sebanyak Rp dua juta ialah riba (jahiliyah). Jual beli mata uang (sharf), bahwa
penukaran antarmata uang yg sama itu harus tunai serta sama, jual beli mata uang yang tidak
sama itu Dana yg berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial. Pembiayaan Pengurusan
Haji forum Keuangan Syariah (angka: 29/DSNMUI/VI/2002 ) pada pengurusan haji bagi
nasabah, Lomba Kompetensi Siswa dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) dengan
menggunakan prinsip al-Ijarah sinkron Fatwa DSN-MUI angka 9/DSN-MUI/IV/2000 jika perlu,
Lomba Kompetensi Siswa dapat membantu menalangi pembayaran BPIH nasabah dengan
memakai prinsip al- Qardh sinkron Fatwa DSN-MUI nomor 19/DSN-MUI/IV/2001. Jasa
pengurusan haji yang dilakukan LKS tidak boleh dipersyaratkan dengan hadiah talangan haji.
akbar imbalan jasa al-Ijarah tidak boleh didasarkan pada jumlah talangan al-Qardh yang
diberikan LKS pada nasabah
F. Pengalihan Utang (Fatwa DSN-MUI angka 31 )

Pengalihan Utang ialah pemindahan utang nasabah dari bank/forum keuangan konvensional ke
bank/lembaga keuangan syariah; Al-Qardh merupakan akad pinjaman berasal LKS kepada
nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan pokok pinjaman yang
diterimanya kepada Lomba Kompetensi Siswa di saat dan dengan cara pengembalian yg telah
disepakati. Ketentuan akad pengalihan utang, keliru satunya ialah dengan cara: Lomba
Kompetensi Siswa memberikan qardh pada nasabah. menggunakan qardh tadi nasabah melunasi
kredit (utang)-nya; serta dengan demikian, asset yg dibeli menggunakan kredit tersebut menjadi
milik nasabah secara penuh (‫ )التام الملك‬Nasabah menjual aset dimaksud nomor 1 kepada Lomba
Kompetensi Siswa, dan menggunakan yang akan terjadi penjualan itu nasabah melunasi qardh-
nya kepada Lomba Kompetensi Siswa. Lomba Kompetensi Siswa menjual secara murabahah
aset yang sudah menjadi miliknya tadi pada nasabah, dengan pembayaran secara cicilan atau
Lomba Kompetensi Siswa menyewakan aset yg sudah menjadi miliknya tersebut kepada
nasabah, menggunakan akad al-Ijarah al-Muntahiyah bi alTamlik

G.Sharia Card/kartu kredit syariah (NO: 54/DSN-MUI/X/2006)

Syariah Card merupakan kartu yang berfungsi mirip Kartu Kredit yang hubungan hukum (sesuai
sistem yang sudah ada) antara para pihak berdasarkan prinsip Syariah. Para pihak merupakan
pihak penerbit kartu (mushdir al-bithaqah), pemegang kartu (hamil al-bithaqah) serta penerima

14
kartu (merchant, tajir atau qabil al-bithaqah). Membership Fee (rusum al-’udhwiyah) Merchant
Fee menjadi ujrah atas samsarah (perantara), taswiq (pemasaran) dan tahsil ad-dain (penagihan
utang) rusum sahb an-nuqud: Fee Penarikan Uang Tunai Akad yg dipergunakan adalah:
Kafalah:dalam hal ini Penerbit Kartu adalah penjamin (kafil) bagi Pemegang Kartu terhadap
Merchant dan /atau penarikan tunai asal selain bank atau ATM bank Penerbit Kartu Qardh; pada
hal ini Penerbit Kartu ialah pemberi pinjaman (muqridh) kepada Pemegang Kartu (muqtaridh)
melalui penarikan tunai dari bank atau ATM bank Penerbit Kartu Ijarah; pada hal ini Penerbit
Kartu artinya penyedia jasa sistem pembayaran serta pelayanan terhadap Pemegang Kartu. Atas
Ijarah ini, Pemegang Kartu dikenakan membership fee
H.Anjak Piutang (nomor : 67/DSN-MUI/III/2008)

Akad yg dapat digunakan dalam anjak piutang secara syariah merupakan Wakalah bil Ujrah.
Pihak yg berpiutang mewakilkan kepada pihak lain buat melakukan pengurusan dokumen-
dokumen penjualan kemudian menagih piutang kepada pihak yg berutang atau pihak lain yang
ditunjuk sang pihak yg berutang; Pihak yg ditunjuk menjadi wakil dari yang berpiutang buat
melakukan penagihan (collection) kepada pihak yg berutang atau pihak lain yg ditunjuk oleh
pihak yg berutang buat membayar; Pihak yang ditunjuk menjadi wakil bisa menyampaikan dana
talangan (Qardh) kepada pihak yg berpiutang sebanyak nilai piutang; Atas jasanya buat
melakukan penagihan piutang tadi, pihak yang ditunjuk menjadi wakil bisa memperoleh
ujrah/fee; besar ujrah wajib disepakati di ketika akad serta dinyatakan dalam bentuk nominal,
bukan dalam bentuk prosentase yang dihitung berasal pokok piutang; Pembayaran ujrah dapat
diambil dari

15
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Simpulan

Pengertian Qardh

Dalam islam pinjam peminjam/ utang piutang dikenal dengan Al qardh. Qardh secara luas
memiliki keseragaman makna dengan akad bay’ (jual beli) keduanya mempunyai arti bermakna
‫( بمال مال تملیك‬memindahkan kepemilikan harta menggunakan melalui harta). Qardh secara bahasa
alqath’ (memotong). dari kata: “Sebuah pihak memberi sejumlah harta kepada yang lain, buat
dikembalikan dalam bentuk yang serupa atau mempunyai nilai yg sepadan dengannya serta
menjadi tanggungannya, dengan maksud memberi manfaat pada pihak yg diberi pinjaman.”

16
Substansi Qardh

A. -Riba Qard lh adalah

B. hukum, DALIL larangan RIBA QARDH

C. DALIL asal AL-QURAN

D. DALIL asal SUNNAH

E. DALIL dari ATSAR sahabat

F. DALIL berasal IJMA’ ULAMA

BAHAYA RIBA QARDH dan MAQASHID (TUJUAN) PELARANGAN RIBA

Riba pada sebut bahaya sebab banyak hal negatif yang akan terjadi membahayakan serta
merugikan ke dua belah pihak serta poly pihak lainnya. Hal negatif yang pertama ialah siapapun
orang yg melakukan riba berarti beliau melakukan dosa, itulah alasan kenapa riba pada sebut
merugikan. lalu hal negatif berikutnya artinya riba mendzolimi orang yang pada beri pinjaman,
karena wajib membayar bunga, atau merugikan orang yang kredit barang serta wajib membayar
bunga.

DAFTAR PUSTAKA

Rusman Siregar, Abu Laits As-Samarqandi, Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syaakir Al-
Khaubawiyi Kisah
penciptaan nafsu yang degil : Jurnal Kalam, SINDONEWS.com MNC MEDIA (2020), hlm ke-1
Ahmad Muti, Lc., M.Si. Fiqih Riba Gharar
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah: Studi tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalat
(Jakarta; PT.
Grafindo Persada, 2007), h.96 Ghufron A. Mas‟adi, Fiqhi Muamalah Kontekstual (Jakarta; Raja
Grafindo Persada, 2002), h. 78
Sayid Sabiq, Fikih Sunnah, h.142-143
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h.46
Ahmad Muti, Lc., M.Si. Fiqih Riba Gharar,

17
Syekh Al-Mutrik, Kitab Ar-Riba Wal Muamalat

18

Anda mungkin juga menyukai