Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“RIBA / BUNGA BANK”

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Masailul Fiqhiyah


Dosen Pengampu : Arditiya Prayogi, M.Hum

Disusun oleh :

1. Muhammad Fadlan Ramadan (20123185)


2. Muhammad Irfani Falah (20123148)

KELAS E
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI K.H.ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN
2024/2025

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat meyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Riba / Bunga
Bank” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Masailul
Fiqhiyah.

Kedua kalinya sholawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan nabi kita,
nabi agung Muhammad SAW. Semoga kelak kita mendapat syafaatnya di yaumil kiyamah. Amin
ya Rabbal alamin.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Arditiya Prayogi, M.Hum. selaku dosen
pengampuh mata kuliah Masailul Fiqhiyah, yang telah membimbing dan memberi arahan, serta
tidak ketinggalan pula ucapan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu
menyelesaikan dalam pembuatan makalah ini.

Kami selaku penyusun makalah memohon maaf apabila bayak kesalahan maupun
kekurangan dari penulisan dan materi yang tercantumkan, karena kami hanyalah manusia biasa
yang tak luput dari kesalahan.

Pekalongan, 11 Maret 2024

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................II


DAFTAR ISI ............................................................................................................................III
BAB PENDAHULUAN .............................................................................................................1
A. Latar Belakang 2
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................3
A. Pengertian Riba 3
B. Hukum Riba 4
C. Macam-macam Riba 5
D. Dampak dan Hikmah Riba 8
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................11
A. Kesimpulan 11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Praktek peminjaman uang dengan bunga bunga telah ada diberbagai masyarakat mesir kuno,
Yunani kuno, dan Romawi. Praktik ini berkembang seiring dengan kebutuhan akan modal dan
pengembangan perdagangan serta keuangan pada masa itu. Meskipun praktik riba telah ada sejak
lama, pemahaman dan penilaian terhadap praktik ini berbeda disetiap agama dan budaya, yang
kemudian membentuk pandangan yang beragam terhadap riba dimasa kini.
Dalam islam, riba dianggap sebagai salah satu dosa besar dan diharamkan secara tegas dalam
Al-Qur’an. Didalam nya dijelaskan riba sebagai praktik yang menghasilkan keuntungan yang
tidak adil dan merugikan. Bunga yang tinggi dan praktik riba dapat menghalangi akses keuangan
bagi mereka yang kurang mampu, memperkuat siklus kemiskinan dan ketidaksetaraan.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Riba
2. Hukum Riba
3. Macam-macam Riba
4. Dampak dan Hikmah Riba

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Riba
2. Mengetahui Hukum Riba
3. Mengetahui Macam-macam Riba
4. Mengetahui Dampak dan Hikmah Riba

4
BAB II
PEMBAHASAN

1) Pengertian Riba
Secara etimologis, kata “ar-riba” bermakna zada wa nama’, yang berarti bertambah dan
tumbuh. Didalam Al-Qur’an, kata ar-riba disebut sebanyak dua puluh kali, delapan
diantaranya berbentuk kata riba itu sendiri. Kata ini sering digunakan dalam Al-Qur’an
dengan bermacam-macam arti, seperti tumbuh, tambah, menyuburkan, mengembang, dan
menjadi besar dan banyak. Meskipun berbeda-beda arti, namun secara umum riba berarti
bertambah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Sedangkan secara terminologis, riba secara umum didefinisikan sebagai melebihkan
keuntungan (harta) dari salah satu pihak terhadap pihak lain dalam hal jual beli atau
pertukaran barang yang sejenis dengan tanpa memberikan imbalan terhadapa kelebihan
tersebut. Dalam ungkapan lain, riba dipahami sebagai pembayaran hutang yang harus dilunasi
oleh orang yang berhutang lebih besar nominalnya daripada jumlah pinjamanya sebagai
imbalan terhadap tenggang waktu yang telah lewat waktu.1
2) Hukum Riba
a. Larangan Riba dalam Al-Qur’an
Riba dalam islam hukumnya haram. Menurut Antonio menyebutkan, larangan riba yang
terdapat dalam Al-Quran melalui beberapa tahap, yaitu:
Tahap pertama, melalui QS. Ar-Rum ayat 39, yang berisi menolak anggapan
bahwa pinjaman riba yang pada zahirnya untuk menolong mereka yang memerlukan
sebagai sesuatu perbuatan yang mendekati atau taqarrub kepada Allah SWT.
Tahap kedua, melalui QS. An-Nisa’ ayat 160-161, yang berisi pengharaman riba
melalui kecaman Allah SWT terhadap praktik riba yang dilakukan oleh kaum Yahudi.
Tahap ketiga, melaluih QS. Ali-Imran ayat 130, yang berisi bahwa riba yang
diharamkan adalah bersifat berlipat ganda, dengan praktik pengambilan bunga
(tambahan) dengan tingkat yang lebih tinggi. Kriteria berlipat ganda dalam ayat ini bukan
merupakan syarat terjadinya riba, hal ini dikarenakan sifat karakteristik dari praktik
pembuangan uang pada saat itu.
Tahap terakhir, melalui QS. Al-Baqarah ayat 278-279, yang berisi bahwa Allah
SWT mengharamkan dengan jelas segala sesuatu bentuk tambahan yang diambil dalam
pinjaman.
1
Dudi Badruzman, “Riba Dalam Perspektif keuangan islam”, Vol. 1, No. 2 (Februari, 2019), 53.

5
b. Larangan Riba dalam Al-Hadis
Seperti kita pahami, kegunaan dari hadis adalah menjelaskan secara lebih terperinci dan
mendalam atas ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Al-Qur’an. Dalam khutbah
terakhir Rasulullah dalam haji wada’ menegaskan bahwa islam melarang keras praktik riba 2.
Rasulullah bersabda:
“Inggatlah bahwa semua riba yang diamalkan pada zaman jahiliyyah dihapuskan dari
amalan kalian semua. Kamu berhak mengambil modal (uang pokok) yang kamu berikan,
niscaya kamu tidak menzalimi dan dizalimi.” (H.R Muslim).
Selain itu masih banyak hadis Rasulullah SAW yang berkaitan dengan larangan riba
diantaranya:
1. “Jubir berkata bahwa Rasulullah SAW mengutuk orang yang menerima riba, orang
yang membayarnya, orang yang mencatatnya dan dua orang saksinya, kemudian
beliau bersabda “mereka itu semuanya sama” (H.R Muslim)
2. Dari Abu Hurairah r.a, Nabi bersabda pada malam mi’raj saya beretmu dengan
orang yang perutnya besar seperti rumah, didalamnya dipenuhi ular-ular yang
kelihatan dari luar, lalu saya bertanya kepada Jibril, siapakah mereka? Jibril
menjawab, merekalah orang-orang yang memakan riba.” (H.R Ibnu Majah)
c. Larangan Riba dalam Ijma’ Ulama
Para ulama juga bersepakat (ijma’) bahwa riba adalah haram, baik sedikit maupun
banyak. Riba merupakan salah satu dari tujuh dosa besar yang harus dihindari. Dalam
kehidupan wujud riba sering dikaburkan atau disamarkan sehingga pemahaman ulama yang
berbeda-beda dalam memahami maksud nash dalam memberikan hukum khususnya yang
terjadi dalam perbankan, asuransi dan Lembaga kovensional lainnya. Sehingga kaitannya
dengan hal tersebut, fatwa ulama yang digunakan:
1. Fatwa MUI
Pada tanggal 16 Desember 2013, ulama komisi fatwa MUI se-Indonesia
menetapkan bahwa bank, asuransi, pengadaian, koperasi, dan Lembaga keuangan
lainya maupun individu yang melakukan praktik bunga adalah haram. Ini berarti
umat islam tidak boleh melakukan transaksi pada Lembaga keuangan tersebut.
Pada awalnya fatwa larangan riba ini tidak berlaku untuk seluruh wilayah di
Indonesia. Untuk wilayah tertentu yang belum terdapat kantor atau jaringan
Lembaga keuangan syariah diperbolehkan untuk melakukan kegiatan transaksi
berdasarkan prinsip atau hajat (keperluan). Namun ketika sudah terdapat akses
didalam Lembaga keuangan syariah maka secara mutlak transaksi pada Lembaga
keuangan konvesional diharamkan.
2. Sidang Organisasi Konferensi Islam (OKI)
Pada Desember 1970 sidang OKI yang kedua yang dilaksanakan di Karachi
Pakistan, telah menyetujui dua agenda yaitu:
a) Praktek bank dengan sistem bunga tidak sesuai dengan syariat islam.
2
Risnanda Alirastra Budiantoro, Riesanda Najmi Sasmita, Tika Widiastuti, “Sistem Ekonomi (Islam) dan pelarangan Riba
dalam Perspektif Historis”, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, (4(01), 2018), 9.

6
b) Perlu segera didirikan bank alternatif yang menjalankan operasinya
berdasarkan prinsip syariah. Hasil inilah yang mendasari didirikanya
Islamic Development Bank (IDB).3
3) Macam-macam Riba
Secara garis besar, riba diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu riba yang terjadi akibat
hutang-piutang dan riba yang terjadi akibat jual-beli.
1. Riba dalam hutang-piutang disebut Riba Qardh
Riba qardh adalah suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang
disyaratkan terhadap yang berhutang (muqtaridh). Dalam arti lain, bahwa beban bunga
(tambahan) dibebankan kepada yang berhutang. Riba qardh atau bunga atas pinjaman,
membebankan atas pinjaman karena berlalunya waktu (pinjaman berbunga). Dan hal ini
riba qardh sering disebut sebagai riba nasi’ah dan riba duyun.
Riba nasi’ah adalah penangguhan, penyerahan, atau penerimaan jenis barang
ribawi yang dipertukarkan dengan barang jenis ribawi lainnya.
Contoh riba nasi’ah: 100 gram emas (kalung) ditukar dengan 105 gram emas
(cincin); 100 gram emas kalung diserahkan pada saat akad, sedangkan 105 gram emas
cincin diserahkan dikemudian hari (non tunai/mu’ajjal). Praktek ini termasuk riba nasi’ah
karena didalamnya terdapat riba fadhl (100 gram emas ditukar 105 gram emas) sekaligus
riba yad (kalung diserahkan tunai, sedangkan cincin diserahkan non tunai).
Riba qardh atau riba duyun bisa disebut juga riba jahiliyyah, yaitu hutang yang
dibayar melebihi pinjaman karena tidak mampu mengembalikan dana pinjaman pada
waktu yang telah ditentukan. Riba jenis ini dilarang, para ulama tanpa terkecuali
bersepakat bahwa riba ini hukumnya haram dalam agama islam.
Riba qardh sering terjadi pada produk keuangan yang mengunakan sistem
transaksi pinjem kredit berbunga, baik individu maupun Lembaga keuangan. Contoh
praktik riba qardh kontemporer yaitu:
1. Produk perbankan konvensional seperti pembayaran bunga kredit dan
pembayaran bunga deposit.
2. Produk-produk Lembaga finance konvensional, seperti kredit pembayaran
kendaraan bermotor.
3. Dalam asuransi konvensional, dimana dana premie dikelola dilembaga keuangan
konvensional dengan fasilitas pinjaman berbunga.

2. Riba dalam jual beli disebut riba buyu’


Riba buyu’ atau jual beli adalah riba yang muncul akibat pertukaran barang
sejenis (harta ribawi) yang berbeda kualitas, kuwantitas, atau 4 waktu penyerahannya yang

3
Risnanda Alirastra Budiantoro, Riesanda Najmi Sasmita, Tika Widiastuti, “Sistem Ekonomi (Islam) dan pelarangan Riba
dalam Perspektif Historis”, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, (4(01), 2018), 10.

4
Dewi Mudawamah, Jamaludin Achmad Kholik, “Exsplorasi Hukum Riba ditinjau dari Fiqih Muamalah Maliyyah”, Jurnal
Ilmiah Ekonomi dan Manajemen, Vol. 1, No. 4 (Desember 2023), 6.

7
tidak secara langsung. Secara prinsip jual beli diperbolehkan, akan tetapi tidak semua
jenis perniagaan diperbolehkan. Riba buyu’ terbagi menjadi yaitu: riba fadhl, riba yad,
riba nasi’ah.
a. Riba fadhl
Bentuk riba yang berkaitan dengan jual beli, yakni kelebihan yang diperoleh
dalam tukar-menukar barang sejeis, misalnya emas dengan emas, perak dengan perak,
beras dengan beras dan sebagainya. Riba fadhl (tunai) disebut juga riba buyu’ yaitu
riba yang timbul akibat pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama
jenisnya ‫مثال بمثل‬, sama kualitasnya ‫سواءبسواء‬, dan sama waktu penyerahanya ‫بيدابيد‬
Adapun hadis yang menerangkan tentang riba fadhl yaitu:
‫ذهب إال مثاًل‬Z‫ذهب بال‬Z‫َع ْن َأِبي َسِع يٍد اْلُخْد ِر ي َر ِض َي ُهللا َع ْنُه َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َق اَل اَل َتِبيُع وا ال‬
‫الورق إال مثال ِبِم ْث ِل َو اَل ُتِش ُفوا َبْع َض َها على َبْع ٍض َو ال‬ZZ‫ورق ب‬ZZ‫ِبِم ْثٍل َو اَل ُتِش ُفوا َبْع َض َها َع َلى َبْع ٍض َو اَل َتِبيُع وا ال‬
‫َتِبيُعوا ِم ْنَها َغاِئًبا بناجز (رواه المسلم‬
Artinya: Dari Abu Sa’id al-khudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah
kamu jual beli emas dengan emas kecuali sebanding, dan jangan kalian lebihkan
Sebagian atas Sebagian yang lain. Janganlah jual beli perak dengan perak kecuali
sebanding, dan janganlah kalian lebihkan Sebagian atas Sebagian yang lain. Dan
janganlah kalian menjual sesuatu dengan tunai sementara yang lain dengan tempo.
(HR.Muslim).
Pertukaran seperti ini mengandung ketidakjelasan bagi kedua belah pihak akan
nilai masing-masing barang yang dipertukarkan. Ketidakjelasan ini dapat
menimbulkan Tindakan zalim pada salah satu pihak, kedua pihak ataupun pihak-
pihak yang lain.
Contohnya seperti: pertukaran 100 gram emas (kalung) dengan 105 gram emas
(cincin) yang dilakukan secara tunai maka 5 gram emas tersebut merupakan riba fadhl
karena melanggar prinsip sama kualitas dan sama kuantitasnya.
b. Riba al-yad
Riba al-yad adalah pertukaran benda ribawi sejenis yang
nilai/jumlah/takaran/timbangan sama, sedangkan salah satu objek pertukaran
diserahkan non-tunai (Tangguh), atau serah terima kedua objek pertukaran dilakukan
secara Tangguh. Riba ini merupakan pelanggaran terhadap keharusan tunai dalam
pembayaran harga.
Contohnya seperti: pertukaran 100 gram emas (cincin) dengan 100 gram emas
(kalung) diserahkan pada saat akad (tunai), sedangkan 100 gram cincin
diserahterimakan dikemudian hari (tangguhh).5
Hukum dari riba buyu’ berbeda dengan riba qardh. Dimana riba qardh diharamkan
dengan dalil yang qath’i, sedangkan riba buyu’ para ulama berbeda pendapat tentang
riba buyu’, Adapun perbedaanya tentang illat harta ribawi. Dalam hadis yang

5
Dewi Mudawamah, Jamaludin Achmad Kholik, “Exsplorasi Hukum Riba ditinjau dari Fiqih Muamalah Maliyyah”, Jurnal
Ilmiah Ekonomi dan Manajemen, Vol. 1, No. 4 (Desember 2023), 7.

8
diriwayatkan dari sahabat ‘ubaidah bin shamit bahwasannya Rasulullah SAW
bersabda yang artinya:
“pertukarkanlah” emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan
gandum, kurma dengan kurma, garam dengan garam sesama jumlahnya dan secara
tunai. Apabila berbeda jenisnya maka penjual belikanlah sesuai kehendakmu, asalkan
secara tunai. (HR. Jamaah ahli hadist dengan lafadz dari muslim No. 1587)”
Jika ditelaah dari hadis barusan dapat dilihat bahwasannya ada 2 jenis barang riba.
Yang pertama uang dan yang kedua makanan. Menurut karim dan sahroni maksud
dari illat jenis uang adalah keberadaanya sebagai mata uang. Karena pada zaman
dahulu emas dan perak dijadikan sebagai mata uang, maka saat ini mata uang yang
sekarang seperti rupiah juga termasuk barang ribawi. Sedangkan untuk jenis illat
makanan adalah setiap jenis makanan walaupun jenis makanan tersebut bukan
makanan pokok. Hal ini sejalan dengan pendapat jumhur ulama (imam Maliki, imam
Hanafi, imam Syafi’i, dan imam Hambali).
4) Dampak Riba
1. Riba tidak akan menambah harta
Dampak riba menurut Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah SAW
tentang riba ini, yaitu bahwa riba tidak akan menambah harta sebagaimana dalam Al-
Qur’an surat Al-Rum ayat 39:
‫ وما آتيتم من زكاة ُتِر يُدون وجه هللا فأولئك هم الُم ْض ِع ُفوَن‬،‫وما آتيتم من رنا ليرنو في أموال الناس فال يربو عند هللا‬
Artinya: dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia bertambah,
maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat
yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridaan Allah, maka itulah orang-orang yang
melipatgandakan (pahalanya). (Ar-Rum: 39)
2. Riba menjerumuskan orang kedalam azab yang pedih sebagaimana yang ditimpakan
kepada orang-orang yahudi
Dampak riba selanjutnya adalah dalam surat An-Nisa ayat 160-161, ayat ini diturunkan di
Madinah, sebagai tahapan selanjutnya dari dampak riba sebagaimana sudah dimulai dalam
tahapan pertama diatas, Allah SWT berfirman:
‫َفِبُظْلٍم َم َن اَّلِذ يَن َهاُدوا َح َّر ْم َنا َع َلْيِهْم َطِّيَبِت ُأِح َّلْت َلُهْم َو ِبَص َد ِهْم َع ْن َس ِبيِل ِهَّللا َك ِثيًرا‬
١٦٠
١٦١ ‫ وأعتدنا للكاِفريَن ِم ْنُهْم َع َذ اًبا َأِليًم ا‬،‫وأحدهم الربا وقد نهوا عنه وأكلهم أموال الناس بالباطل‬
Artinya: 160. Maka disebabkan kezaliman orang-orang yahudi, kami haramkan atas
mereka (memakan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena
mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah. 161. Dan disebabkan mereka
memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena
mereka memakan harta orang dengan jalan yang bathil. Kami telah menyediakan untuk
orang-orang kafir diantara mereka itu siksa yang pedih (An-Nisa: 160-161).
3. Riba berdampak pada kegagalan atau kejatuhan

9
Tahapan selanjutnya dari dampak riba adalah pelarangan atas sebagian bentuknya yaitu
jika riba diambil dengan berlipat-lipat ganda, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
Ali-Imran ayat 130:
‫بَأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ال َتْأُك ُلوا الربوا َأْض َع اًفا ُم ْص َع َفًة َو اَّتُقوا َهَّللا َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحْو َن‬
Artinya: Hai orang-orang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda
dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan (Ali Imran: 130).6
5) Hikmah Diharamkannya Riba
Setiap muslim wajib meyakini bahwa semua perintah dan larangan Allah SWT. Pasti
mengandung kemaslahatan bagi manusia, termasuk diharamkanya riba. Diantara hikmah
diharamkanya riba selain hikmah-hikmah umum diseluruh perintah syariat yaitu menguji
keimanan seorang hamba dengan taat mengerjakan perintah atau meninggalkannya adalah
sebagai beriku:7
1. Allah SWT tidak melarang apa yang baik dan bermanfaat bagi manusia,
melainkan hanya melarang apa yang dapat merugikan baik individu maupun
masyarakat.
2. Melarang riba dapat menyucikan jiwa manusia dari keserakahan. Hal ini
mengandung pesan moral yang sangat tinggi.
3. Masyarakat yang tergolong golongan menengah kebawah tidak merasa dirugikan
atau terpaksa meminjam dana pada badan usaha syariah atau perorangan yang
tidak melakukan praktik rentenir.8
4. Mempunyai hubungan Kerjasama usaha yang transparan dalam bertransaksi,
tanpa menimbulkan kerugian bagi pihak manapun.
5. Membangun sistem syariah dalam kegiatan perekonomian masyarakat tanpa
khawatir akan melanggar aturan islam.
6. Menjauhkan umat islam dari hal-hal yang menyebabkan kehancurannya.

6
Rachmad Risqy Kurniawan, “Dampak Riba Menurut Al-Qur’an dan Hadits”, Jurnal Ilmu Al-Qura’an dan Tafsir, Vol. 1,
No. 2 (September 2023), 6.
7
Maeliawati, Sonia Indriani, Triana Ayu Wulandari, “Pengaruh Riba Terhadap Perekonomian Masyarakat”, Journal
Islamic Education, Vol. 1, No. 3 (2023), 11.
8

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Riba merupakan praktek ekonomi yang telah ada sejak zaman dahulu dan diharamkan
dalam islam. Praktek riba dapat menjadi salah satu alat identifikasi dari boleh atau tidaknya
suatu transaksi yang dilakukan dalam bisnis dan keuangan islam. Penting bagi umat islam
untuk memahami definisi riba, dalil-dalil tentang riba, dan macam macam riba agar dapat
menghindari praktik riba dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memahami hal-hal tersebut,
diharapkan umat islam dapat mengindari praktik riba dan menjalankan transaksi keuangan
dengan prinsip-prinsip islam.
Adapun riba dibagi menjadi dua, yaitu riba hutang-piutang dan riba jual beli. Hukum dari
riba hutang-piutang haram secara qath’i. Telah dijelaskan dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
Sedangkam untuk riba jual beli ada beberapa perbedaan pendapat ulama, hal ini timbul karena
ada perbedaan dari segi illatnya.
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat sebagai bentuk penyelesaian tugas, tentunya masih
banyak kekeliruan maupun kesalahan dalam penulisan. Kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan agar para pembaca berkenan memberikan
sarannya untuk perbaikan kami kedepan dalam penulisan serta penyusunan makalah.

11
DAFTAR PUSTAKA
Dudi, “Riba Dalam Perspektif keuangan islam”, Vol. 1, No. 2 (Februari, 2019).
Jamaludin, Dewi, “Exsplorasi Hukum Riba ditinjau dari Fiqih Muamalah Maliyyah”, Jurnal Ilmiah
Ekonomi dan Manajemen, Vol. 1, No. 4 (Desember 2023).
Rachmad, “Dampak Riba Menurut Al-Qur’an dan Hadits”, Jurnal Ilmu Al-Qura’an dan Tafsir, Vol. 1,
No. 2 (September 2023).
Tika, Riesanda Najmi, Risnanda Alirastra Budiantoro, Riesanda Najmi, “Sistem Ekonomi (Islam) dan
pelarangan Riba dalam Perspektif Historis”, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, (4(01), 2018).
Triana, Sonia, Maeliawati, “Pengaruh Riba Terhadap Perekonomian Masyarakat”, Journal Islamic
Education, Vol. 1, No. 3 (2023).

12
13
14
15

Anda mungkin juga menyukai