Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

RIBA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

Tafsir Ayat dan Hadist Ekonomi

Dosen Pegampu: Febrian Nafisa Nurul Afida, M.Pd

Disusun Oleh :

Alfaini Sabata

PROGRAM EKONOMI SYARI’AH DAN

PERBANKAN SYARI’AH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SENORI TUBAN

2024
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang: “RIBA”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran dan masukan bahkan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga makalah tentang “riba” ini dapat


memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca makalah ini.

Senori, 02 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Pengertian Riba....................................................................................................3
B. Hukum Riba.........................................................................................................4
C. Sanksi Riba...........................................................................................................5
D. Tafsir Ayat dan Hadist Riba...............................................................................7
BAB III.............................................................................................................................9
PENUTUP.........................................................................................................................9
A. Kesimpulan...........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melakukan kegiatan ekonomi merupakan tabiat manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kegiatan ini memperoleh rezeki, dan
dengan rezeki itu dia dapat melangsungkan kehidupannya. Bagi orang Islam,
Al-Qur’an adalah petunjuk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang
absolut. Sunnah Rasulullah saw berfungsi menjelaskan kandungan Al-
Qur’an.1 Terdapat banyak ayat Al-Qur’an dan Hadist nabi yang merangsang
manusia untuk rajin bekerja dan mencela orang menjadi pemalas. Tetapi tidak
setiap kegiatan ekonomi dibenarkan oleh Al-Qur’an. Apabila kegiatan itu
memiliki watak yang merugikan banyak orang dan menguntungkan sebagian
kecil orang, seperti monopoli, perjudian, dan riba, pasti akan ditolak.
Riba sebagai persoalan pokok makalah ini, disebutkan dalam Al-Qur’an
dibeberapa tempat secara berkelompok. Dari ayat-ayat tersebut para ulama’
membuat rumusan riba, dan dari rumusan itu kegiatan ekonomi diidentifikasi
dapat dimasukkan kedalam kategori riba atau tidak. Dalam menetapkan
hukum, para ulama’ biasanya mengambil langkah yang dalam Ushul Fiqh
dikenal dengan ta’lil (mencari “illat). Hukum suatu peristiwa atau keadaan itu
sama dengan hukum peristiwa atau keaadaan lain yang disebut oleh nash
apabila sama ‘illat-nya.2
Kendati riba dalam Al-Qur’an dan Hadist secara tegas dihukumi haram,
tetapi karena tidak diberikan batasan yang jelas, sementara masalah ini sangat
dekat dengan aktivitas ekonomi masyarakat sejak dulu hingga kini, hal ini
menimbulkan beragam interpretasi terhadapnya. Sejak masa awal, persoalan
riba telah dipandang sebagai salah satu permasalahan agama yang paling
pelik.

1
Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits wa Mustalahuh (Bairut: Dar al-
Fikr,1980), hal. 46- 50
2
Fathi al-Daraini, al Fiqh al-Islam al-Muqarin ma’a al-Mazahib (Dimasyqa; Jami’ah
Dimasyqa,1979). Hal.49-54

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian riba?
2. Bagaimana hukum riba?
3. Apa sanksi riba?
4. Jelaskan tafsir ayat dan hadist riba!

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian riba
2. Mengetahui hukum riba
3. Mengetahui sanksi riba
4. Mengetahui tafsir ayat dan hadist riba

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Riba
Riba secara bahasa berarti penambahan, pertumbuhan, kenaikan, dan
ketinggian. Adapun secara istilah riba berarti pengambilan tambahan dari
harta pokok atau mudal secara batil.3
Menurut pandangan para ahli tafsir al-Qur’an dan para fuqaha Islam
tentang riba yang dikutip oleh Muhammad Sharif Chadhry, diantaranya
adalah menurut:
a. Muhammad Asad
Di dalam terminologi al-Qur’an, istilah riba itu menunjukkan
tambahan haram apapun, melalui bunga, terhadap sejumlah uang atau
barang yang dipinjamkan oleh seseorang atau lembaga kepada orang atau
lembaga lain.
b. Syed Abul A’la al-Maududi
Riba digunakan untuk menyebut sejumlah tambahan yang
dikenakan oleh kreditur kepada debitur secara tetap pada pokok utang
yang ia pinjamkan, yakni bunga.
c. Afzalur Rahman
Afzalur Rahman menjelaskan riba secara rinci berdasarkan
pendapat beberapa fuqaha Islam klasik sebagai berikut;
1) Menurut Allamah al-Hasan Taunki, riba berarti kelebihan atau
kenaikan, dan didalam kontrak barter (pertukaran barang dengan
barang), kelebihan suatu barang diminta untuk ditukar dengan
barang yang persis sama, maka itu riba
2) Menurut Shah Waliyullah dari Delhi, unsur riba terletak di dalam
utang yang diberikan dengan syarat si pengutang akan membayar
lebih banyak atau lebih baik daripada apa yang ia terima dari
pemberi utang.

3
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah: Dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema
Insani,2001), Hal 37

3
3) Menurut pandangan Imam ar-Razi, adalah kebiasan di masa pra-
Islam bahwa mereka meminjamkan uang kepada seseorang selama
suatu jangka waktu tertentu lalu menerima darinya suatu jumlah
uang tertentu sebagai bunga; jika waktu jatuh tempo tiba, maka
pengutang akan diminta melunasi utangnya; jika ia tidak dapat
membayar, maka ia diberi perpanjangan waktu dan bunganya pun
dinaikkan pula.4
Dengan demikian, riba meurut istilah ahli fiqh adalah penambahan
pada salah satu dari dua ganti yang sejenis tampa ada ganti dari
tambahan ini. Namun tidak semua tambahan dianggap dengan riba,
karena tambahan terkadang dihasilkan dalam sebuah perdagangan
dan tidak ada riba didalamnya hanya saja tambahan yang
diistilahkan dengan nama ʺribaʺ Al-Qur’an datang menerangkan
pengharamnya adalah tambahan yang diambil sebagai ganti dari
tempo.5

B. Hukum Riba
Riba itu haram. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan riba,
demikian pula hadist-hadist yang menerangkan larangan riba dan yang
menerangkan siksa bagi para pelaku riba.
Al-Abbas dan Khalid bin Walid adalah dua orang yag berkongsi di
zaman Jahiliyah dengan memberikan pinjaman secara riba kepada beberapa
orang bani Tsaqif. Setelah islam datang, kedua orang itu masih mempunyai
sisa riba dalam jumlah besar. Lalu turunlah ayat,
‫َيا َأُّيَها اَّلِذ ْيَن َاَم ُنْو ا اَّتُقوا اَهللا َو َذ ُروا َم ا َبِقَي ِم َن الّر َبا ِإْن ُكْنُتْم ُم ْؤ ِمِنْيَن‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman.” [Al-Baqarah: 278]

4
Muhammad Syarif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam : Prinsip Dasar (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2012 ), Hal 224-228
5
Abdul Aziz Muhammad Azam, Fiqhi Muamalat : Sistem Tranksaksi dalam Fiqh
Islam.Hal.217

4
Secara utuh dalil tentang pengharaman riba terdapat dalam surat Al-
Baqarah ayat 275-281.Dalam hadist, tentang larangan riba dinyatakan : Nabi
Muhammad SAW, bersabda yang artinya:
Dari Jabir R.A ia berkata : Rasulullah SAW telah melaknati orang-
orang yang suka makan riba, orang yang jadi wakilnya, juru tulisnya, orang
yang menyaksikan riba. Rasulullah selanjut bersabda : “mereka semuanya
sama”, (dalam berlaku maksiat dan dosa).6

C. Sanksi Riba
Mengetahui bahaya yang ditimbulkan dari perbuatan riba, Allah SWT
akan memberikan sanksi atau hukuman bagi pelaku riba, baik di dunia
maupun di akhirat kelak. Dilansir dari buku Riba di Sakumu karya Ammi Nur
Baits, berikut sanksi atau hukuman bagi pelaku riba.
1. Hukuman ketika di Dunia
Ketika di dunia, Allah SWT akan memberikan ancaman dan
membinasakan pelaku riba. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam
firman-Nya:
‫َيْمَح ُق ٱُهَّلل ٱلِّر َبٰو ۟ا َو ُيْر ِبى ٱلَّصَد َٰق ِتۗ َو ٱُهَّلل اَل ُيِح ُّب ُك َّل َك َّفاٍر َأِثيٍم‬
Artinya: "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah
tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu
berbuat dosa." (QS Al-Baqarah: 276).
Ibnu Katsir menerangkan ayat tersebut bahwa Allah SWT akan
menghilangkan keseluruhan harta dari tangan pemiliknya (pelaku riba)
atau mengharamkan pemiliknya untuk mendapatkan keberkahan dari
hartanya sehingga ia tidak bisa menikmatinya.
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, Rasulullah SAW
bersabda:
‫َم ا َأَح ٌد َأْكَثَر ِم َن الِّر َبا ِإاَّل َك اَن َعاِقَبُة َأْم ِر ِه ِإَلى ِقَّلٍة‬
Artinya: "Siapapun yang memperbanyak hartanya dengan cara riba, maka
akhir urusannya akan menjadi miskin. "(HR. Ibnu Majah).

6
Moh Rifai, Mutiara Fiqih, (Semarang : CV . Wicaksana,1998) Hal 772-773

5
2. Hukuman di Alam Kubur
Orang yang memakan harta riba akan mendapatkan ancaman hukuman di
alam kubur, yaitu ia akan berenang di sungai yang penuh darah. Rasulullah
SAW pernah menceritakan mimpinya ketika melihat orang-orang yang
berenang di sungai darah.
Beliau mengatakan, "Kami mendatangi sungai dari darah, di sana ada
orang yang berdiri di tepi sungai sambil membawa bebatuan dan satu
orang lagi berenang di tengah sungai. Ketika orang yang berenang dalam
sungai darah hendak keluar, lelaki yang berada di pinggir sungai segera
melemparkan batu ke dalam mulutnya, sehingga dia terdorong kembali ke
tengah sungai, dan demikian itu seterusnya."
Ketika Nabi bertanya kepada malaikat, mereka menjawab,
‫َو اَّلِذ ي َر َأْيَتُه ِفي الَّنَهِر آِكُلو الَّر َبا‬
Artinya: "Orang yang kamu lihat berenang di sungai darah adalah
pemakan riba. "(HR. Bukhari).
3. Hukuman ketika Dibangkitkan dari Alam Kubur
Pemakan harta riba akan dibangkitkan dari kuburnya seperti orang yang
sakit ayan karena kerasukan setan. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam
Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 275, Allah SWT berfirman:
‫ْأ‬
‫اَّلِذ يَن َي ُك ُلوَن الِّر َبا اَل َيُقوُم وَن ِإاَّل َك َم ا َيُقوُم اَّلِذ ي َيَتَخَّبُطُه الَّشْيَطاُن ِم َن اْلَمِش‬
Artinya: "Orang-orang yang makan riba tidak dibangkitkan melainkan
seperti berdirinya orang yang kerasukan setan lantaran (tekanan) penyakit
gila." (QS Al-Baqarah: 275).
4. Hukuman Setelah Mendapat Hisab
Hukuman setelah mendapat hisab bagi pemakan riba, yaitu ancaman
masuk neraka sebab telah melakukan dosa besar. Allah SWT telah
menegaskan dalam firman-Nya:
‫ٱَّلِذ يَن َيْأُك ُلوَن ٱلِّر َبٰو ۟ا اَل َيُقوُم وَن اَّل َك ا َيُقوُم ٱَّلِذ ى َيَتَخَّبُطُه ٱلَّش ْيَٰط ُن ِم َن ٱْل ِّس ۚ َٰذ ِلَك َأَّنُهْم َقاُلٓو ۟ا‬
‫ِب‬ ‫َم‬ ‫ِإ َم‬
‫ِإَّنَم ا ٱْلَبْيُع ِم ْثُل ٱلِّر َبٰو ۟ا ۗ َو َأَح َّل ٱُهَّلل ٱْلَبْيَع َو َح َّر َم ٱلِّر َبٰو ۟ا ۚ َفَم ن َج ٓاَء ۥُه َم ْو ِع َظٌة ِّم ن َّرِّبِهۦ َفٱنَتَهٰى َفَل ۥُه َم ا‬
‫َٰٓل‬
‫َس َلَف َو َأْم ُر ٓۥُه ِإَلى ٱِهَّللۖ َو َم ْن َعاَد َفُأ۟و ِئَك َأْص َٰح ُب ٱلَّناِر ۖ ُهْم ِفيَها َٰخ ِلُد وَن‬

6
Artinya: "Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya
apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya."

D. Tafsir Ayat dan Hadist Riba


1. Tafsir Ayat tentang Riba
‫) َف ِإْن َلْم َتْفَع ُل ْو ا‬278( ‫َيا َأُّيَها اَّلِذ ْيَن َاَم ُن ْو ا اَّتُق وا اَهللا َو َذ ُروا َم ا َبِقَي ِم َن الّر َب ا ِإْن ُكْنُتْم ُم ْؤ ِمِنْين‬
)279( ‫َفْأَذُنْو ا ِبَح ْر ِب ِم َن ِهللا َو َر ُسْو ِلِه َو ِإْن ُتْبُتْم َفَلَك ْم ُرُءْو ُس َأْم َو اِلُك ْم اَل َتْظْلُم ْو َن َو اَل ُتْظَلُم ْو َن‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba),
Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan
jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok
hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. (Q. S.
alBaqarah [2]: 278-279)
Sejarah larangan riba dalam pandangan Islam, telah jelas dinyatakan
dalam al-Qur’an (2:278). Larangan tersebut dilatarbelakangi suatu
peristiwa atau asbabun-nuzul. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa
turunya ayat (Q.S.[2]:278-279) berkenaan dengan pengaduan Bani
Mungirah kepada Gubernur Mekkah setelah Fathu Makkah, yaitu ‘Attab
bin As-yad tentang hutang-hutangnya yang ber-riba sebelum ada hukum
pengharaman riba, kepada banu ‘Amr bin ‘Auf dari suku Tsaqif. Bani
Mughirah berkata kepada ‘Attab bin As-yad: ʺKami adalah manusia yang
paling menderita akibat dihapusnya riba. Kami ditagih membayar riba oleh

7
orang lain, sedang kami tidak mau menerima riba karna mentaati hukum
penghapusan ribaʺ. Maka berkata Banu ‘Amr; ʺKami minta penyelesaian
atau tagihan riba kamiʺ. Maka Gubernur ‘Attab menulis surat kepada
Rasulullah SAW. Yang dijawab oleh Nabi sesuai dengan ayat 278-279:
ʺHai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan
sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang berimanʺ;
ʺMaka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka
ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika
kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu;
kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
Dari peristiwa tersebut, jelas bahwa setelah datangnya hukum yang
tidak memperbolehkan praktik riba, baik dalam bentuk besar maupun
kecil, maka praktek tersebut harus sudah berakhir.
2. Tafsir Hadist tentang Riba
Hadits Riwayat Abu Hurairah :
‫َح َّد َثَنا َأُبْو ُك َر ْيٍب َو َو اِس ُل ْبُن َع ْب ُد اَاْلْعَلى َق اَل َح َّد َثَنا اْبُن ُفَض ْيٍل َع ْن َأِبْي ِه َع ْن اْبِن َأِبْي ُنْع ٍم َع ْن‬
‫ َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا َص لَّى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم الَّذ َهُب َو ْز ًن ا ِب َو ْز ٍن ِم ْثاًل ِ ِبمْث ٍل َو اْلَفَّض ُة‬, ‫َأِبْي ُهَر ْيَر َة َقاَل‬
) ‫ ( رواه مسلم‬. ‫ِباْلِفَّض ِة َو ْز ًنا ِبَو ْز ٍن ِم ْثاًل ِبِم ْثٍل َفَم ْن َز اَد َأْو اْسَتَز اَد َفُهَو ِرًبا‬
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Wawasil bin Abdul
‘Abul A’la, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Ibn Fudail, dari
bapaknya, dari Ibn Abi Nu’man, dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah
saw., bersabda: “Emas dengan emas sama timbangan dan ukurannya,
perak dengan perak sama timbangan dan ukurannya. Barang siapa
meminta tambah maka termasuk riba.” (HR. Muslim).
Dari hadis tersebut dapat dipahami bahwa apabila tukar menukar
emas atau perak maka harus sama ukuran dan timbangannya, jika tidak
sama maka teramasuk riba. Dari sini dapat dipahami bahwa riba adalah
ziyadah atau tambahan. Akan tetapi tidak semua tambahan adalah riba.

8
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Riba secara bahasa berarti penambahan, pertumbuhan, kenaikan, dan
ketinggian. Adapun secara istilah riba berarti pengambilan tambahan dari
harta pokok atau mudal secara batil. Riba itu haram. Banyak ayat-ayat Al-
Qur’an yang menerangkan riba, demikian pula hadist-hadist yang
menerangkan larangan riba dan yang menerangkan siksa bagi para pelaku
riba.
Sanksi riba di dunia yaitu Allah SWT akan menghilangkan keseluruhan
harta dari tangan pemiliknya (pelaku riba) atau mengharamkan pemiliknya
untuk mendapatkan keberkahan dari hartanya sehingga ia tidak bisa
menikmatinya, sanksi riba di alam kubur yaitu ia akan berenang di sungai
yang penuh darah, sanksi riba ketika di bangkitkan di alam kubur yaitu
Orang-orang yang makan riba tidak dibangkitkan melainkan seperti
berdirinya orang yang kerasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Sanksi riba setelah mendapat hisab yaitu ancaman masuk neraka sebab telah
melakukan dosa besar.

9
DAFTAR PUSTAKA

Syarif, Muhammad, Chaudhry, 2012. Sistem Ekonomi Islam : Prinsip


Dasar (Jakarta: Prenadamedia Group)
Aziz, Abdul, Muhammad Azam, 2010. Fiqhi Muamalat : Sistem
Transaksi dalam Fiqh Islam (Jakarta: Amzah)
Syafei Rachmat, Fiqh Muamalah, Bandung : CV Pustaka setia, 2001. Rifai
Moh, Mutiara Fiqih, Semarang : CV Wicaksana,1998.
Nurdiana, Lifi, 2012. Hadis-hadis Ekonomi: Malang:UIN-Maliki Press.
Rianto, M. Nur, al-Arif, 2011. Dasar-dasar Ekonomi Islam (Solo: PT.Era
Adicitra intermedia

10

Anda mungkin juga menyukai