Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

EKONOMI & PERBANGKAN SYARI’AH

RIBA & BUNGA BANK


Dosen Pengajar: Mustafa Kamal, S.E.Sy., M.S.I

Disusun Oleh:
Mhd Aidil Fikri S

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN A


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BANGKINANG
TP 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan Makalah dengan judul ”Riba & Bunga
Bank”.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Mustafa Kamal,


S.E.Sy., M.S.I selaku dosen Mata Kuliah Ekonomi dan Perbankan Syari’ah yang
telah bertindak sebagai pembimbing dan pengawas dalam mata kuliah ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah


berkontribusi dalam pembuatan makalah ini baik secara langsung maupun tidak.
Diharapkan makalah ini bisa menjadi tambahan wawasan pembaca agar lebih
mengerti perihal riba dan bunga bank yang akan dibahas pada makalah ini.

Penulis menyadari banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran
dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan makalah ini.

Bangkinang, 3 Maret 2023

Mhd Aidil Fikri S

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................iii

BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Riba............................................................................................2
2.2 Hukum & Dalil Pelarangan Riba.................................................................5
2.3 Jenis-Jenis Riba............................................................................................10
2.4 Bunga Bank Sama Dengan Riba?................................................................11
2.5 Bahaya Riba.................................................................................................12

BAB III
PENUTUP..............................................................................................................15
3.1 Kesimpulan..................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sebagai seorang muslim, sudah menjadi tugas kita untuk menjalankan
segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena
Allah mencipta jin dan manusia hanya untuk menyembah-Nya dan Allah
tidak akan men-zolimi makhluknya sebab Ia adalah zat yang Maha
Sempurna lagi pengasih dan penyayang.
Oleh karena itu, Allah telah mengatur aturan-aturan serta rambu-
rambu agar manusia tidak sesat di dalam hidupnya. Diantara aturan-aturan
tersebut, ada aturan yang mengatur bagaimana manusia dalam melakukan
muamalah (Hubungan manusia dengan manusia lainnya). Salah satu bagian
dari muamalah adalah larangan melakukan riba.
Dizaman yang penuh dengan metode dan cara-cara baru dalam
melakukan kegaiatan ekonomi. Alangkah baiknya kita mengetahui batasan-
batasan agar apa yang kita konsumsi serta kegiatan kita sehari-hari
dirahmati dan diberkati oleh Allah SWT.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah,


sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan Riba?


2. Hukum dan dalil pelarangan Riba.
3. Apa saja jenis jenis Riba?
4. Apakan bunga bank sama dengan Riba?
5. Bahaya Riba.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan awal dari penulisan makalah ini adalah untuk


menyelesaikan tugas yang diberikan dalam mata kuliah Ekonomi &
Perbankan Syari’ah. Namun seiring penulisan makalah, penulis ingin
menambah pengetahuan penulis tentang ekonomi syari’ah terutama dibagian
riba.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi Lintas Budaya

A. Pengertian Riba

Sebelum berbicara soal riba, maka kita harus melihat dulu beberapa
defenisi riba yang dikutip dari beberapa situs diantaranya :

https://www.syariahpedia.com/2016/10/pendapat-para-ahli-
fiqh-tentang-bunga.html

 Imam Nawawi dalam Al-Majmu’


Al-Nawawi
berkata, al-
Mawardi
berkata:
Sahabat-sahabat
kami (ulama
mazhab Syafi’i)
berbeda
pendapat
tentang
pengharaman
riba yang
ditegaskan oleh
Al-Qur’an, atas
dua pandangan.
Pertama, pengharaman tersebut bersifat mujmal (global) yang
dijelaskan oleh sunnah. Setiap hukum tentang riba yang
ditemulan oleh sunnah adalah merupakan penjelasan (bayan)
terhadap kemujmal-an Al-Qur’an, baik riba naqd maupun riba
nasi’ah.
Kedua, bahwa pengharaman riba dalam Al-Qur’an sesungguhnya
hanya mencakup riba nasa’ yang dikenal oleh masyarakat Jahiliah
dan permintaan tambahan atas harta (piutang) disebabkan
penambahan masa (pelunasan). Salah seorang di antara mereka
apabila jatuh tempo pembayaran piutangnya dan pihak berutang
tidak membayaarnya, ia menambahkan piutangnya dan
menambah pula masa pembayarannya. Hal seperti ini dilakukan
lagi pada saat jatuh tempo berikutnya.

2
Itulah masud firman Allah: ”… janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda…”. Kemudian sunnah menambahkan riba
dalam pertukaran mata uang (naqd) terhadap bentuk riba yang
terdapat dalam Al-Qur’an.

3
 Ibn al-‘Araby dalam Ahkam al-Qur’an

Riba dalam arti Bahasa adalah kelebihan (Tambahan). Sedangkan


yang dimaksud dengan riba dalam Al-Qur’an adalah setiap
kelebihan (tambahan) yang tidak ada imbalannya

 Al-‘Aini dalam ‘Umdah al-Qari’


Arti dasar riba adalah kelebihan (tambahan). Sedangkan arti riba
dalam Islam (syara’) adalah setiap kelebihan (tambahan) pada
harta pokok tanpa melalui akad jual beli.

 Ar-Raghib al-Isfahani dalam AlMufradat fi Garib al-Qur’an


Riba adalah kelebihan (tambahan) pada harta pokok.

https://umma.id/article/share/id/1002/393407

 Qodhi Abu Syuja’

Riba itu berlaku pada emas, perak dan makanan. Tidak boleh
menjual emas dengan emas, begitu juga perak dengan perak
kecuali dengan sepadan berat timbangannya serta dibayar tunai.
Seseorang tidak boleh menjual benda yang telah dibelinya
sehingga dia menerimanya. Tidak boleh menjual (menukar)
daging dengan hewan. Boleh menjual (menukar) emas dengan
perak tidak sebanding beratnya asalkan dengan tunai. Begitu juga
makanan, tidak boleh menjual (menukar) satu jenis yang
semacam kecuali sebanding (ukuran atau takarannya) dan tunai.
Boleh menjual (menukar) satu jenis daripada makanan itu dengan
(jenis makanan) lainnya yang tidak sebanding asal tunai. Tidak
boleh menjual barang yang tidak terang (gharar).

4
 Dr.Musthofa Dib Al-Bugho
Riba secara Bahasa adalah tambahan. Sedangkan riba menurut
syariat adalah jenis muamalah yang mengandung tambahan dalam
bentuk khusus yang saling kontradiksi dengan dasar-dasar Islam.

https://www.youtube.com/watch?v=diu78N38U4c

 Dr. Khalid Zeed Abdullah Basalamah, Lc., MA.


Riba adalah penambahan sejumlah harta yang bersifat khusus
tanpa ada sebab-sebab yang berhubungan dengan hal-hal yang
dibolehkan secara agama.

https://ejournal.iainbengkulu.ac.id
[Riba Dalam Pandangan Al-Qur’an dan Hadist oleh Fitri
Setyawati Pascasarjana IAIN IB Padang]

Kata riba berasal dari bahasa Arab, secara etimologis berarti


tambahan (azziyadah), berkembang (an-numuw), membesar (al-irtifa).
Sehubung dengan arti riba dari segi bahas, ada ungkapan orang Arab
kuno menyatakan sebagai berikut :
Arba fulan ‘ala fulan idza azada ‘alaihi liyarbu ma a’thaythum
min syai’inn lata’khuzu aktsara minhu
”Seorang melakukan riba terhadap orang lain jika di dalamnya
terdapat unsur tambahan atau mengambil dari sesuatu yang kamu
berikan dengan cara melebihi dari apa yang diberikan.”
Menurut Wasilul Chair mengutip Abd al-Rahman al-Jaziri
mengatakan para ulama’ sependapat bahwa tambahan atas sejumlah
pinjaman ketika pinjaman itu dibayar dalam tenggang waktu tertentu
’iwadh (imbalan) tersebut adalah riba. Yang dimaksud dengan
tambahan adalah tambahan kuantitas dalam menjualkan asset yang
tidak boleh dilakukan dengan perbedaan kuantitas (tafadhul), yaitu
menjual barang-barang riba fadhal: emas, perak, gandum, serta segala
macam komoditas yang disetarakan dengan komoditas tersebut.
Dalam pengertian lain secara linguistic riba juga berarti tumbuh
dan membesar. Secara istilah syar’i menurut A.Hassan, riba adalah
suatu tambahan yang diharamkan didalam urusan pinjam meminjam.
Menurut Jumhur ulama prinsip utama dalam riba adalah penambahan,
penambahan atas harta pokok tanpa adanya transaksi bisnis riil. Ada
beberapa pendapat lain yang menjelaskan riba, namun secara umum
terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah
pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-
meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat
dalam Islam.

5
2.2 Hukum & Dalil Pelarangan Riba

Kata riba tidak hanya berhenti kepada arti “kelebihan”.


Pengharaman riba dan penghalalan jual beli tentunya tidak dilakukan
tanpa adanya ”sesuatu” yang membedakannya, dan ”sesuatu” itulah
yang menjadi penyebab keharamannya. Sebagai mana dalam firman
Allah

Al-Baqarah Ayat 275-281

6
Ar-Rum Ayat 39

7
An-Nisa’ Ayat 160-161

Ali’Imran Ayat 130-138

8
9
Hadist Rasullullah SAW
 Diriwayatkan oleh Abu said Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW
bersabda: Janganlah kalian menjual emas dengan emas kecuali
yang sama beratnya, janganlah kalian melebihkan sebahagian
diatas bagian yang lain, janganlah kalian menjual perak dengan
perak kecuali yang sama beratnya dan janganlah kalian
melebihkan sebahagian diatas bagian yang lain, dan janganlah
menjual yang tidak ada diantara barang-barang itu dengan yang
ada. (H.R Bukhari Muslim).
 Dari Utsman bin Affan bahwasannya Rasulullah SAW bersabda:
janganlah kalian berjual beli satu dinar dengan dua dinar dan satu
dirham dengan dua dirham. (H.R Muslim).
 Abu Hurairah telah mengatakan bahwa pesuruh ALLh bersabda:
”Riba terdiri dari 70 jenis yang berbeda dan yang paling kurang
bahayanya adalah setara dengan seorang pria menikahi (Yaitu
melakukan hubungan jenis) dengan ibunya sendiri.” (Ibn Majah,
Baihaqi).
 Abdullah Ibn Hanzala telah melaporkan bahwa pesuruh Allah
bersabda: ”Satu dirham (koin perak) riba, yang mana diterima oleh
seseorang sedangkan dia mengetahui (itu adalah riba), adalah lebih
buruk dari melakukan zina sebanya 36 kali” (Ahmad) Baihaqi
menyampaikannya, dari Ibn Abbas, dengan tambahan bahwa Nabi
berikutnya bersabda: Neraka adalah lebih sesuai dari mereka yang
dagingnya dibesarkan dengan apa yang haram. (Ahmad, Ibn
Majah).
 Abu Hurairah telah melaporkan bahwa pesuruh Allah bersabda:
”Pada malam aku diangkat ke langit, aku bertemu dengan manusia
yang perutnya seperti rumah yang dipenuhi dengan ular-ular yang
mana dapat dilihat dari luar perutnya. Aku bertanya kepada

10
malaikat Jibril, siapakah mereka dan Jibril memberitahu bahwa
mereka adalah manusia yang telah memakan riba”. (Ahmad, Ibn
Majah).
 Abu Hurairah telah melaporkan bahwa Nabi bersabda: “Allah
berlaku adil untuk tidak mengizinkan 4 manusia (yaitu empat jenis
manusia) memasuki surga atau untuk merasakan nikmatnya: dia
yang sifatnya meminum arak, dia yang mengambil riba, dia yang
mengambil harta anak yatim tanpa hak, dan dia yang tidak
memperdulikan orang tuanya”. (Mustadrak al-Hakim, Kitab Al-
Buyu’)
 Jabin bin Abdullah telah berkata: “Aku mendengar rasul Allah
bersabda: jika siapapun dari kamu tidak meninggalkan muhabarah,
ketahuilah dia akan peperangan dari Allah dan pesuruh-Nya. Zaid
bin Tsabit berkata: aku kemudian bertanya” apakah mukhabarah?
Beliau menjawab” ini adalah yang mana kamu memiliki tanah
untuk budidaya dengan setengah, sepertiga atau seperempat
(hasilnya untuk kamu)(bahayanya adalah ia akan membawa,
secara muslihatnya, seorang bekerja sebagai hamba). (Abu Daud).

2.3 Jenis-Jenis Riba

Secara garis besar riba dibagi menjadi 2 macam yaitu riba akibat
hutang-piutang yang telah dijelaskan keharamannya dalam Al-Qur’an, dan
riba jual-beli yang telah dijelaskan boleh dan tidaknya dalam bertransaksi
dalam Sunnah.
 Riba akiba hutang-piutang yaitu
1. Riba Qardh
Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang
diisyaratakan terhadap yang berhutang (muqtarid).
Contoh: Ahmad meminjam uang sebesar Rp25.000
kepada Adi. Adi mengharuskan dan mensyaratkan agar
Ahmad mengembalikan hutangnya kepada Adi sebesar
Rp30.000 maka tambahan Rp5.000 adalah riba Qardh.
2. Riba Jahiliyah
Yaitu hutang yang dibayar lebih dari pokoknya, karena
si peminjam tidak mampu membayar hutangnya pada
waktu yang ditetapkan. Maka si pemberi hutang
menunda waktu pembayaran hutang tersebut tetapi juga
manaikkan jumlah hutang si peminjam hutang.
Contoh: Ahmad meminjam uang sebesar Rp.25.000
kepada Adi. Saat jatuh tempo Ahmad tidak mampu
membayar hutangnya kepada Adi, Adi memutuskan
untuk menunda pengembalian hutang Ahmad tetapi
menaikkan hutangnya menjadi Rp30.000 maka
tambahan Rp5.000 adalah riba Jahiliyah.

11
 Riba akibat jual beli yaitu pertukaran antara barang sejenis
dengan kadar atau takaran yang berbeda dan barang yang
dipertukan belikan temasuk dalam jenis barang ribawi.
1. Riba Fadhl
Pertukaran dengan barang sejenis dengan kadar atau
tukaran yang berbeda, sedangkan barang yang
ditukarkan itu termasuk barang ribawi (emas, perak,
gandum, tepung, kurma dan garam).
2. Riba Nasi’ah
Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis
barang ribawi yang ditukarkan dengan jenis barang
ribawi lainnya, riba ini muncul karena adanya
perbedaan atau tambahan antara yang diserahkan hari
ini dan yang diserahkan kemudian.
Contoh: Seseorang meminjam sekilo gandum dalam
jangka waktu tertentu. Apabila saat pembayaran tiba,
pihak yang mempunyai hutang tidak dapat
membayarnya makai a menambahnya menjadi 1.5
kilo. Yang maksudnya menambah pembayaran
utangnya sesiau dengan pengunduran waktu
pembayaran.

2.4 Bunga Bank Sama Dengan Riba?

NO RIBA BUNGA BANK


1. Tambahan dihitung atas pokok Biaya dihitung atas pokok
2. Ditentukan diawal Ditetapkan di muka secara pasti
3. Bersifat aniaya (Zulm) Bersifat memaksa
4. Ada denda bila terlambat Dikenakan penalty bila default
pembayarannya.
5. Dapat berlipat ganda Model bisnis
6. Pihak: Debitur dan Kreditur Pihak: Debitur dan Kreditur
7. Objeknya uang dan barang Objeknya uang
8. Hukumnya HARAM Hukumnya diqiaskan dengan riba

12
2.5 Bahaya Riba

Al-Baqarah

13
An Nisa’

Ali ‘Imran

14
 Abu Hurairah telah mengatakan bahwa pesuruh ALLh bersabda:
”Riba terdiri dari 70 jenis yang berbeda dan yang paling kurang
bahayanya adalah setara dengan seorang pria menikahi (Yaitu
melakukan hubungan jenis) dengan ibunya sendiri.” (Ibn Majah,
Baihaqi).
 Abdullah Ibn Hanzala telah melaporkan bahwa pesuruh Allah
bersabda: ”Satu dirham (koin perak) riba, yang mana diterima oleh
seseorang sedangkan dia mengetahui (itu adalah riba), adalah lebih
buruk dari melakukan zina sebanya 36 kali” (Ahmad) Baihaqi
menyampaikannya, dari Ibn Abbas, dengan tambahan bahwa Nabi
berikutnya bersabda: Neraka adalah lebih sesuai dari mereka yang
dagingnya dibesarkan dengan apa yang haram. (Ahmad, Ibn
Majah).
 Abu Hurairah telah melaporkan bahwa pesuruh Allah bersabda:
”Pada malam aku diangkat ke langit, aku bertemu dengan manusia
yang perutnya seperti rumah yang dipenuhi dengan ular-ular yang
mana dapat dilihat dari luar perutnya. Aku bertanya kepada
malaikat Jibril, siapakah mereka dan Jibril memberitahu bahwa
mereka adalah manusia yang telah memakan riba”. (Ahmad, Ibn
Majah).
 Abu Hurairah telah melaporkan bahwa Nabi bersabda: “Allah
berlaku adil untuk tidak mengizinkan 4 manusia (yaitu empat jenis
manusia) memasuki surga atau untuk merasakan nikmatnya: dia
yang sifatnya meminum arak, dia yang mengambil riba, dia yang
mengambil harta anak yatim tanpa hak, dan dia yang tidak
memperdulikan orang tuanya”. (Mustadrak al-Hakim, Kitab Al-
Buyu’)

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kata riba berasal dari bahasa Arab, secara etimologis berarti


tambahan (azziyadah), berkembang (an-numuw), membesar (al-irtifa).
Menurut Wasilul Chair mengutip Abd al-Rahman al-Jaziri mengatakan
para ulama’ sependapat bahwa tambahan atas sejumlah pinjaman ketika
pinjaman itu dibayar dalam tenggang waktu tertentu ’iwadh (imbalan)
tersebut adalah riba. Yang dimaksud dengan tambahan adalah tambahan
kuantitas dalam menjualkan asset yang tidak boleh dilakukan dengan
perbedaan kuantitas (tafadhul), yaitu menjual barang-barang riba
fadhal: emas, perak, gandum, serta segala macam komoditas yang
disetarakan dengan komoditas tersebut.
Dalam pengertian lain secara linguistic riba juga berarti tumbuh
dan membesar. Secara istilah syar’I menurut A.Hassan, riba adalah
suatu tambahan yang diharamkan didalam urusan pinjam meminjam.
Menurut Jumhur ulama prinsip utama dalam riba adalah penambahan,
penambahan atas harta pokok tanpa adanya transaksi bisnis riil. Ada
beberapa pendapat lain yang menjelaskan riba, namun secara umum
terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah
pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-
meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat
dalam Islam.
Ada banyak hukum dan dalil serta hadist yang membahas riba
seperti:
 Surat Al-Baqarah Ayat 275,278-279
 Surat Ar-Rum Ayat 39
 Surat An-Nisa’ Ayat 160-161
 Surat Ali ‘Imran Ayat 130-138
 Abu Hurairah telah melaporkan bahwa Nabi bersabda:
“Allah berlaku adil untuk tidak mengizinkan 4 manusia
(yaitu empat jenis manusia) memasuki surga atau untuk
merasakan nikmatnya: dia yang sifatnya meminum arak, dia
yang mengambil riba, dia yang mengambil harta anak yatim
tanpa hak, dan dia yang tidak memperdulikan orang
tuanya”. (Mustadrak al-Hakim, Kitab Al-Buyu’)

16
Jenis jenis riba terbagi 2 yaitu riba akibat hutang-piutang dan riba
akibat jual-beli. Masing-masing jenis riba ini terbagi kedalam 2
kategori:
 Riba akiba hutang-piutang yaitu
3. Riba Qardh
Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang
diisyaratakan terhadap yang berhutang (muqtarid).
4. Riba Jahiliyah
Yaitu hutang yang dibayar lebih dari pokoknya, karena si
peminjam tidak mampu membayar hutangnya pada
waktu yang ditetapkan. Maka si pemberi hutang
menunda waktu pembayaran hutang tersebut tetapi juga
manaikkan jumlah hutang si peminjam hutang.
 Riba akibat jual beli yaitu pertukaran antara barang sejenis
dengan kadar atau takaran yang berbeda dan barang yang
dipertukan belikan temasuk dalam jenis barang ribawi.
3. Riba Fadhl
Pertukaran dengan barang sejenis dengan kadar atau
tukaran yang berbeda, sedangkan barang yang
ditukarkan itu termasuk barang ribawi (emas, perak,
gandum, tepung, kurma dan garam).
4. Riba Nasi’ah
Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis
barang ribawi yang ditukarkan dengan jenis barang
ribawi lainnya, riba ini muncul karena adanya
perbedaan atau tambahan antara yang diserahkan hari
ini dan yang diserahkan kemudian.

17
Daftar Pustaka

https://ejournal.iainbengkulu.ac.id
[Riba Dalam Pandangan Al-Qur’an dan Hadist oleh Fitri Setyawati Pascasarjana
IAIN IB Padang]

https://www.youtube.com/watch?v=diu78N38U4c

https://umma.id/article/share/id/1002/393407

https://www.syariahpedia.com/2016/10/pendapat-para-ahli-fiqh-tentang-
bunga.html

18

Anda mungkin juga menyukai