Disusun Oleh:
Anugrah Septiani
Akmal
Fiqra Khaikal
Ahmad Fathir Maarif
Tim Penulis
(Kelompok 1)
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumus Masalah...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Kesimpulan .....................................................................................................12
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Halal dan haram dala islam adalah dua hukum yang saling bertentangan.
Halal adalah suatu atau kondisi dimana dapat dilakukan menurut hukum syar'i.
Sebaliknya haram adalah sesuatu atau tindakan yang dilarang untuk dilakukan
menurut hukum syar'i. Sesuatu yang halal jika dikonsumsi akan membawa
dampak kebaikan dan keberkahan, kebaikan dan keberkahan ini meliputi kesucian
dalam berfikir, kejernihan hati, kesopanan dan keramahan dalam bertindak.
Semua itu akibat dari halalnya upaya. proses, objek yang dikonsumsi secara halal.
Sebaliknya, makanan atau perbuatan yang telah di hukumi haram maka implikasi
yang timbul adalah sisi negatif yang ditampakkan oleh para pelaku, misalnya: hati
yang keras, pola pikir yang sempit dan tindakan yang terbiasa melanggar norma
dan aturan agama."
B. Rumus Masalah
1. Transaksi yang mengandung unsur Riba
2. Gharar, Transaksi Najasy
3. Talqqi Rukban,Money Laundering
1
BAB II
PEMBAHASAN
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS Al-Baqarah [2]:
275).
1
Muhammad Nashiruddin Al Albani, Mukhtashar Shahih Bhukhari III, (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2012), h. 289
2
Dalam ilmu fiqih dikenal 3 jenis riba yaitu:
1) Riba Fadhl
Riba Fadl disebut juga Riba Belu' atan riba yang timbul akibat
tukar barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya
(mislanbi misilin ), kuantitasnya sawaa-an bi sawaa-
di)danwaktupenyerahannya( yadan duayadin). Pertukaran seperti ini
mengandung gharar atau ketidakjelasan bagi kedua pihak akan nilai
masing-masing barang yang dipertukarkan. Ketidakjelasan ini dapat
menimbulkan tindakan zalim terhadap salah satu pihak. pihak kedua,
dan pihak-pihak lain.
2) Riba Nasi'ah
Riba Nasi'ah disebut juga Riba Duyum atan riba yang timbul
akibatutangpiutang yangtidakmemenuhikriteria al-Ghumubil Gharm
(untung muncul bersama risiko) dan al-Kharay dua Dhamana (hasil
usaha muncul bersama biaya). Transaksi seperti ini mengandung tukar
kewajiban menanggung beban hanya karena berjalannya waktu.
Nasi'ah adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang
ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainya. Riba
Nasi'ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan atan tambahan
antara barang yang diserahkan hari ini dengan barang yang diserahkan
Kemudian
3) Riba Jahiliyah
Riba Jahulyah adalah utang yang dibayar melebihi pokok
pinjaman karena ya pinjaman tidak mampu mengembalikan pinjaman
pada waktu yang telah ditetapkan. Riba Jahiliah dilarang karena terjadi
pelanggaran kaidah “Kullu Qarkeriuhan Jarra Monfa’alan Fahina
Riba” (setiap pinjaman yang ambil manfaat adalah riba). Memberi
2
Idris, Hadis Ekonomi (Ekonomi dalam Persfektif Hadis Nabi), (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2015), h. 190
3
pinjaman adalah transaksi kebaikan (tabarru’), sedangkan meminta
alasan adalah transaksi bisnis (nijrah). Jadi, transaksi yang semula
diniatkan sebagai transaksi kebaikan tidak boleh diubah menjadi
transaksi yang bermotif bisnis. Dari segi tertunda waktu
penyerahannya, riba jahiliyah tergolong riba nasi ah sedangkan dari
segi objek yang dipermkarkan tergolong riba fadhl.
B. Gharah/taghrir (ketidakpastian) , Transaksi Najasy
1. Gharar
secara etimologi adalah keraguan, tipuan, atau tindakan yang bertujuan
untuk merugikan pihak lain. Para Ahli Fiqih mengemukakan beberapa definisi
gharar yang bervariasi dan saling melengkapi. Terdapat beberapa pendapat
ahli ulama.
a. Ibn Taimiyah mengemukakan, “Gharar adalah konsekuensi yang
tidak diketahui (the unknow consequences)”.
b. Ibn Qayyim mengemukakan, "Gharar adalah sesuatu yang tidak
diketahui hasilnya, atau dikenal hakikat dan ukurannya"
4
Secara umum Bentuk Gharar diantaranya:
5
Gharar dalam waktu penyerahan contohnya bila seseorang menjual
mobil X nya yang hilang seharga Rp 100 juta. Harga pasar mobil tersebut
Rp 200 juta. Mobil akan diserahkan kepada pembeli jika barang itu sudah
ditemukan. Dalam transaksi ini terjadi ketidakpastian menyangkut waktu
penyerahan barang. Karena barang yang dijual tidak diketahui
keberadaannya, Mungkin saja barang tersebut akan ditemukan satu bulan
lagi, atau satu tahun bahkan tidak ditemukan.
2. Transaksi Najasy
Secara umum jual beli najasy merupakan suatu taktik yang dilakukan
oleh pedagang untuk melariskan dagangannya melalui "promosi yang
berlebihan atau menipu agar orang menjadi tertarik untuk membeli barangnya,
atau orang membeli barangnya dengan harga yang lebih tinggi dari
sesungguhnya. Singkatnya disebut dengan kerekayasaan permintaan "flase
demand".
Berdasarkan keterangan tersebut maka jual beli najasy memiliki
dua definisi berdasarkan modelnya:
a. Memuji-muji daganganya sendiri secara berlebihan agar laris
3
Abdullah Shonhaji, Sunan Ibnu Majah, Terj. Sunan Ibnu Majah jilid III, (Semarang: CV
Asy Syifa, 1993), h. 31
6
b. Bersekongkol dengan orang lain yang berpura-pura menawar
barang dengan Harga tinggi agar orang lain merasa tidak
kemahalan, lalu terpengaruh untuk Membelinya.4
C. Sistem Jual Beli Talaqqi Rukban,
سو ُل هَّللَا ِ صلى هللا عليه ُ قَا َل َر: قَا َل-ض َي هَّللَا ُ َع ْن ُه َماِ ر-َ سٍ َع ِن اِ ْب ِن َعبَّا,س ٍ َوعَنْ طَا ُو
َواَل يَبِي ُع :ُ َما قَ ْولُه:س ٍ ض ٌر ِلبَا ٍد قُ ْلتُ اِل ْب ِن َعبَّا ُّ َوسلم ( اَل تَلَقَّ ْوا ا
ِ َواَل يَبِي ُع َحا, َلر ْكبَان
يِّ ق َعلَ ْي ِه َواللَّ ْفظُ ِل ْلبُ َخا ِر
ٌ َ ُمتَّف ) سا ًراَ س ْمِ ُ اَل يَ ُكونُ لَه:ض ٌر لِبَا ٍد? قَا َل ِ َحا
Thawus, dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah engkau mengha
dang kafilah di tengah perjalanan (untuk membeli barang dagangannya),
dan janganlah orang kota menjual kepada orang desa." Aku bertanya
kepada Ibnu Abbas: Apa maksud sabda beliau "Janganlah orang kita
menjual kepada orang desa?". Ibnu Abbas menjawab: Janganlah menjadi
makelar (perantara). Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut riwayat
Bukhari.5
Larangan tersebut karena pedagang tidak tahu harga pasar dan tidak
memiliki informasi yang benar tentang harga di pasar. Hal ini dapat
mengakibatkan kerugian bagi para pedagang. Maka sistem jual beli Talaqqi
rukban adalah cara jual beli dengan mencegat pedagang yang hendak menjualkan
barang dagangannya di pasar dan tidak mengetahui informasi harga yang benar
dipasar.6
dengan cara mencegat orang desa (kafilah), yang membawa barang dagangannya
(hasil pertanian, seperti: beras, jagung, dan gula) sebelum sampai di pasar agar ia
5
Dani Hidayat, Terjemahan Bulughul Maram Versi 2.0 (Surabaya: Pustaka Al-hidayah, 2008),
Hadits No. 828
6
Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, Ensiklopedi Larangan Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah. Edisi
II (Surabaya: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2005), hal. 229
7
dapat membeli barang di bawah harga yang berlaku di pasar. Praktik ini dapat
harga yang berlaku di pasar.7 Sebagaimana telah disebutkan dalam hadits yang
“Dari Abdullah bin thawus dari ayahnya dari Ibn Abbas ra berkata,
Nabi SAW pernah bersabda :Janganlah kalian menjemput / menyambut
kafilah dagang dan janganlah orang kota membeli barang dagangan
orang desa. Lalu aku bertanya pada Ibn Abbas apa yang dimaksud tidak
boleh membeli barang dari orang desa? Ia berkata dalam jual-beli tidak
ada simsar”.8
dagangan dari daerah lain, dengan alasan adanya perbedaan harga barang
dagangan di dua daerah tersebut, atau banyaknya permintaan pasar di daerah yang
dengan tujuan untuk membeli barang dagangan tersebut dengan harga yang lebih
rendah dari harga ketika masuk ke pasar, demi memperoleh keuntungan sebanyak-
Praktik transaksi ini secara konkrit adalah seorang penjual datang ke pasar
7
Asyari, Kamus Istilah Ekonomi Syariah, (Padang, PT. Al-Ma’arif, 2003) , h. 100
8
Bukhāri, al-Imam, Abi ‘Abdillah Muhammad bin Isma’īl bin Ibrāhīm ibnu al-Mugīrah
bin Bardizbah, al-Ja’fy, Saḥiḥ Bukhari, Juz 3, Beirut, Dar al-Fikri, 1401 H / 1981 M), h. 27
9
Syihabu al-Din Aḥmad bin ‘Ali bin Ḥajr al-‘Asqalany, Ibanatu al-Ahkam Syarhu Bulugu al-
Maram Qismu al-Mu’amalah, (Juz III) , h. 40
8
pembeli tersebut membeli barang dagangannya dengan harga dibawah standar
pasar karena penjual tidak tahu harga standar yang berlaku di pasar.
terjadi di pasar. Transaksi ini dilarang karena mengandung dua hal : pertama,
kedua, mencegah penjual dari luar kota untuk mengetahui harga pasar yang
berlaku.
tindakan yang dilakukan oleh pedagang kota yang tidak menginformasikan harga
yang sesungguhnya terjadi di pasar. Mencari barang dengan harga lebih murah
tidaklah dilarang, namun apabila transaksi jual-beli antara dua pihak dimana yang
satu memiliki informasi yang lengkap sementara pihak lain tidak tahu berapa
harga di pasar yang sesungguhnya, ini sangatlah tidak adil dan merugikan salah
satu pihak.
Mengenai sistem jual beli talaqqi rukban yang terjadi dalam masyarakat
Indonesia, hal ini nampak jelas bahwa sistem jual beli Talaqqi rukban yang biasa
dagangannya ke pasar dan para penjual ini belum mengetahui harga yang ada
9
Substansi dari larangan Talaqqi rukban ini adalah tidak adilnya tindakan
yang dilakukan oleh pedagang kota yang tidak menginformasikan harga yang
sesungguhnya yang terjadi di pasar. Mencari barang dengan harga lebih murah
informasi yang lengkap dan yang satu tidak tahu berapa harga di pasar
yang lebih, maka terjadilah penzaliman oleh pedagang kota terhadap petani yang
dari desa.
3. Money Laundering
10
disifati/dihukumi dengan halal atau haram, yang dapat disifati/dihukumi halal atau
haram adalah perbuatan (perilaku) manusia.
Pencucian uang merupakan perbuatan yang tercela dan dapat merusak,
membahayakan, dan merugikan kepentingan umum. Hal ini jelas bertentangan
dengan tujuan hukum Islam. Para pelaku kejahatan pencucian uang membawa
luka dan mengganggu ketertiban, kedamaian serta ketentraman hajat hidup orang
banyak, hal inilah yang dikatakan sebagai jarimah ta’zir. Di samping itu, money
laundering juga mengakibatkan hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakan
ekonomi, timbulnya distorsi dan ketidakstabilan ekonomi, hilangnya pendapatan
negara, menimbulkan rusaknya reputasi negara, dan menimbulkan biaya sosial
yang tinggi. Akibat yang ditimbulkannya pun sangat besar terhadap kehidupan
manusia.
Dalam kajian sumber penggalian hukum pada al qur’an dan as sunnah
sudah jelas bahwa pencucian uang melanggar syariat islam dan mengandung
kedholiman. Dengan demikian, pemidanaan terhadap perbuatan pencucian
uang yang terkandung di dalam Undang-undang No. 25 di atas dapat dikatakan
telah memenuhi kriteria penalisasi jarimah ta’zir dalam syariat hukum islam.
11
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara lughawi riba berarti tambahan, baik yang terdapat pada sesuatu atau
tambahan tersebut sebagai ganti terhadap sesuatu tersebut, seperti menukar satu
dirham dengan dua dirham. Adapun secara istilahi riba berarti adanya tambahan
dalam suatu barang yang khusus dan istilah ini digunakan pada dua bentuk riba,
yaitu riba fadl dan riba nasi’ah. Secara etimologi adalah keraguan, tipuan, atau
tindakan yang bertujuan untuk merugikan pihak lain. Para Ahli Fiqih
mengemukakan beberapa definisi gharar yang bervariasi dan saling melengkapi.
12
b).Bersekongkol dengan orang lain yang berpura-pura menawar barang dengan
Harga tinggi agar orang lain merasa tidak kemahalan, lalu terpengaruh untuk
Membelinya.
Talaqqi rukban adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pedagang yang
tidak menginformasikan harga yang sesungguhnya yang terjadi di pasar.
Transaksi ini dilarang karena mengandung dua hal : pertama, rekayasa penawaran
yaitu mencegah masuknya barang ke pasar (entry barrier), kedua, mencegah
penjual dari luar kota untuk mengetahui harga pasar yang berlaku. Praktik money
laundering merupakan perbuatan yang nyata sekali unsur mafasid dan dlarar-nya,
sebab tindakan tersebut bersumber dan beroreintasi pada upaya melegalkan serta
mengembangkan berbagai macam kejahatan yang tentu bersifat destruktif secara
sosial baik fisik maupun non-fisik
DAFTAR PUSTAKA
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. Jakarta
Muhammad Syakir Sula dan Hermawan Kertajaya. 2005. Syariah Marketing.
Jakarta. Mizan
Shonhaji, Abdullah. Sunan Ibnu Majah, Terj. Sunan Ibnu Majah jilid III,
Semarang: CV Asy Syifa, 1993
13