Anda di halaman 1dari 22

HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA

Makalah

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Hukum
Perikatan Islam Program Studi Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas Syariah dan Hukum Islam

Oleh :
Kelompok 9
NUR AMELIA SARI
NIM. 742342021085

AKMAL
NIM. 742342021079

NURSAIFUL
NIM. 742342021088

Dosen Pengajar :
ANDI SULTAN SULFIAH, MH.

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan menyebut nama Allah Yang MahaPengasih lagi MahaPenyayang,


segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa pula
shalawat dan salam kami junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan hingga zaman terang benderang dan diridhoi
Allah SWT.

Alhamdulillah atas izin Allah yang Maha dari segala Maha, kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
dosen kami ANDI SULTAN SULFIAH, MH. yangg kami dalam pembuatan
makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Hukum
Perlindungan Konsumen di Indonesia.

Tak ada gading yang tak retak, dalam pembuatan makalah ini kami
sebagai penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi
pembahasan maupun dari segi penulisan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
saran maupun kritiknya sehingga dapat lebih baik lagi dalam pembuatan makalah
berikutnya.

Akhir kata, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami


khususnya dan bagi pihak-pihak yang bersangkutan pada umumnya. Sebelum dan
sesudahnya kami ucapkan terima kasih.

Watampone, 20 November 2023

Kelompok 9

ii
iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Makalah 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Pengertian Konsumen , Pelaku Usaha dan Perlindungan Konsumen 2
B. Hukum perlindungan konsumen 2
C. Asas dan Tujuan Perlindungan Hukum Konsumen 3-7
D. Hak dan Kewajiban Konsumen serta Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha 8
E. Perbuatan Yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha Dalam Kegiatan Bisnis 8
BAB III PENUTUP 8
A. Kesimpulan 9
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perlindungan konsumen pada saat ini tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
perdagangan. Dalam kegiatan perdagangan ini diharapkan menimbulkan
keseimbangan hak dan kewajiban antara pelaku usaha dan konsumen. Di
indonesia saat ini perlindungan konsumen mendapat perhatian yang cukup baik
karena menyangkut aturan untuk menciptakan kesejahteraan. Dengan adanya
keseimbangan antara pelaku usahan dan konsumen dapat meciptakan rakyat yang
sejahtera dan makmur.1

Sebagaimana diketahui dengan adanya globalisasi dan perkembangan


perekonomian modern telah menghasilkan berbagai jenis dan variasi barang dan
atau jasa yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Secara umum dan mendasar
hubungan antara produsen (perusahaan penghasil barang dan jasa) dan konsumen
( pemakai akhir dari barang dan atau jasa untuk diri sendiri atau keluarganya)
merupakan hubungan yang terus menerus atau berkesinambungan. Hubungan
tersebut terjadi karena keduanya memang saling menghendaki dan mempunyai
tingkat ketergantungan yang cukup tinggi antara yang satu dengan yang lainnya.
Produsen sangat membutuhkan dan sangat bergantung atas dukungan konsumen
sebagai pelanggan. Tanpa dukungan konsumen, tidak mungkin produsen dapat
terjamin kelangsungan usahanya.2

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Konsumen , Pelaku Usaha dan Perlindungan Konsumen
2. Hukum perlindungan konsumen
3. Asas dan Tujuan Perlindungan Hukum Konsumen
4. Hak dan Kewajiban Konsumen serta Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
1
Pricilla Natalia Atom, Perlindungan Terhadap Konsumen Bahan Makanan Dan
Minuman Kadaluwarsa Di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Ilmiah
Ilmu Hukum, September 2014,h.1
2
Pricilla Natalia Atom, Perlindungan Terhadap Konsumen Bahan Makanan Dan
Minuman Kadaluwarsa Di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur,h.2

1
5. Perbuatan Yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha Dalam Kegiatan Bisnis
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Konsumen , Pelaku Usaha dan Perlindungan
Konsumen
2. Mengetahui Hukum perlindungan konsumen
3. Mengetahui Asas dan Tujuan Perlindungan Hukum Konsumen
4. Mengetahui Hak dan Kewajiban Konsumen serta Hak dan Kewajiban
Pelaku Usaha
5. Mengetahui Perbuatan Yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha Dalam
Kegiatan Bisnis
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsumen , Pelaku Usaha dan Perlindungan Konsumen


Menurut Az. Nasution, pengertian konsumen adalah “ setiap orang yang
mendapatkan secara sah dan menggunakan barang atau jasa untuk suatu kegunaan
tertentu.3

Istilah lain dari konsumen terdapat dalam kitab undang-undang hukum


perdata. Menurut pasal 1 angka 2 UUPK menyebutkan bahwa “ Konsumen
adalah setiap orang pemakai barang dan/jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga. Orang lain, maupun makhluk hidup
lain yang tidak di perdagangkan”. 4

Di dalam penjelasan pasal 1 angka (2), disebutkan bahwa di dalam


kepustakaan ekonomi dikenal dengan istilah konsumen akhir dan konsumen
antara. Konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir dari suatu produk,
sedangkan konsumen antara adalah konsumen yang menggunakan suatu produk
sebagai bagian dari proses produksi suatu produk lainnya. Pengertian konsumen
dalam undang-undang ini adalah konsumen akhir.5

Sedangkan batasan –batasan tentang konsumen akhir menurut Az. Nasution


adalah sebagai berikut “ setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadi,
keluarga atau rumah tangganya, dan tidak untuk kepentingan komersial.6

3
Az. Nasution, 1995, Konsumen Dan Hukum, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,h.69
4
Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
5
Bagus Hanindyo Mantri,SH. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam
Transaksi E-COMMERCE, Disertasi Konsentrasi Hukum Ekonomi Dan Teknologi, Universitas
Diponegoro Semarang,2007,h.44
6
Bagus Hanindyo Mantri,SH. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen …,h.3
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian konsumen adalah
pemakaian barang dan jasa yang terakhir untuk keperluan diri sendiri dan tidak
untuk diperdagangkan kembali.

Pelaku usaha adalah orang atau badan hukum yang menghasilkan barang-
barang dan/atau jasa dengan meproduksi barang dan/atau jasa tersebut untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat atau konsumen dengan mencari keuntungan dari
barang-barang dan/atau jasa tersebut.7

Menurut pasal 1 angka (3) UUPK, yang dimaksud pelaku usaha adalah “
Setiap orang perseorangan atay badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
kegiatan dalam wilayah hukum Negara repiblik indonesia, baik sendiri maupun
bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam
berbagai bidang ekonomi “. 8

Sedangkan menurut penjelasan pasal 1 angka (3) UUPK yang dimaksud


pelaku usaha adalah seperti yang termasuk dalam pelaku usaha adalah “
perusahaan, koperasi, BUMN,korporasim importer, pedagang, distributor, dan
lain-lain.9

Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan yang dimaksud dengan pelaku


usaha adalah seperti yang dimaksud dalam pasal 1 angka (3) UUPK, yaitu setiap
orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbebtyj badan hukum maupun
bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan
dalam wilayah hukum Negara republik indonesia, baik sendiri maupun bersama-
sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang
ekonomi.10

7
Bagus Hanindyo Mantri,SH. Perlindungan Hukum Terhadap …,h. 45
8
Bagus Hanindyo Mantri,SH. Perlindungan Hukum Terhadap ….h.46
9
Bagus Hanindyo Mantri,SH. Perlindungan Hukum Terhadap ….,h.48
10
Bagus Hanindyo Mantri,SH. Perlindungan Hukum Terhadap …,h. 49
Menurut penjelasan pasal 1 angka (1) UUPK yang dimaksud dengan
perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.11

Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen


yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan melindungi
kepentingan konsumen dari pelaku usaha yang bertindak sewenang-wenang dan
tidak bertanngung jawab yang menepatkan posisi konsumen diatur oleh hukum
perlindungan konsumen yang terdapat dalam UU perlindungan konsumen.

B. Dasar hukum perlindungan konsumen


Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia memiliki dasar
hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan adanya dasar hukum yang
pasti, perlindungan terhadap hak-hak konsumen bisa dilakukan dengan penuh
optimisme. Hukum Perlindungan Konsumen merupakan cabang dari Hukum
Ekonomi. Alasannya, permasalahan yang diatur dalam hukum konsumen
berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan barang / jasa. Pada tanggal 30 Maret
1999, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menyepakati Rancangan Undang-
Undang (RUU) tentang perlindungan konsumen untuk disahkan oleh pemerintah.
setelah selama 20 tahun diperjuangkan. RUU ini sendiri baru disahkan oleh
pemerintah. pada tanggal 20 april 1999.

Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat


mengajukan perlindungan adalah:

1. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21
ayat (1), Pasal 27, dan Pasal 33.
2. Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821
3. Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.

11
Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
4. Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif
Penyelesian
5. Sengketa Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan
Pengawasan dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen
6. Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No.
235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penangan pengaduan konsumen yang
ditujukan kepada Seluruh dinas Indag Prop/Kab/Kota
7. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No.
795/DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan
Konsumen.
Dengan diundang-undangkannya masalah perlindungan konsumen,
dimungkinkan dilakukannya pembuktian terbalik jika terjadi sengketa antara
konsumen dan pelaku usaha. Konsumen yang merasa haknya dilanggar bisa
mengadukan dan memproses perkaranya secara hukum di badan penyelesaian
sengketa konsumen (BPSK).

Dasar hukum tersebut bisa menjadi landasan hukum yang sah dalam
soal pengaturan perlindungan konsumen. Di samping UU Perlindungan
Konsumen, masih terdapat sejumlah perangkat hukum lain yang juga bisa
dijadikan sebagai sumber atau dasar hukum sebagai berikut:

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001 Tanggal


21 Juli 2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tanggal
21 Juli 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Perlindungan Konsumen.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001 Tanggal
21 Juli 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
Masyarakat.
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001 Tanggal
21 Juli 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen Pemerintah Kota Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat,
Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta Kota
Surabaya, Kota Malang, dan Kota Makassar.
5. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia
Nomor 302/MPP/KEP/10/2001 tentang Pendaftaran Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
6. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia
Nomor 605/MPP/KEP/8/2002 tentang Pengangkatan Anggota Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen Pada Pemerintah Kota Makassar, Kota
Palembang, Kota Surabaya, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota
Yogyakarta, dan Kota Medan.
C. Asas dan Tujuan Perlindungan Hukum Konsumen
Berdasarkan ketentuan yang termuat dalam pasal 2 UU perlindungan
konsumen, yang merupakan asas-asas dari perlindungan konsumen adalah:12

1. Asas manfaat
Yaitu segala upaya yang dilakukan dalam penyelenggaraan
perlindungan konsumen harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. Dengan
kata lain, tidak boleh hanya satu pihak saja yang mendapatkan manfaat
sedangkan pihak yang lain mendapatkan kerugian yang dikenal dengan
istilah tidak boleh memperoleh manfaat di atas kerugian orang lain.
2. Asas keadilan
Hukum perlindungan konsumen harus adil bagi konsumen maupun
pelaku usaha, jadi tidak hanya membebani pelaku usaha dengan tanggung
jawab, tetapi juga melindungi hak dan kepentingannya. Tidak hanya pro
kepada konsumen. Hal ini dikarenakan tidak selamanya engketa konsumen
itu diakibatkan atas kesalahan pelaku usaha saja, tetapi dapat juga
diakibatkan oleh kesalahan konsumen yang terkadang tidak tahu akan
kewajibannya atau terburu-buru menyetujui ketentuan-ketentuan yang
terdapat klausula baku, contohnya tanpa membaca terlebih dahulu

12
Ice Trisnawati, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli
Dengan Menggunakan Klausula Baku,h.28
sehingga ketika terjadi sengketa langsung menuduh pelaku usaha yang
berbuat jahat padanya.
3. Asas keseimbangan
Asas keseimbangan ini dimaksudkan untuk memberikan
keseimbangan antara hak dan kewajiban para pelaku usaha, konsumen
maupun pemerintah sbagai pengawas dari hubungan hukum yang terjadi dalam
transaksi perdagangan antara pelaku usaha dan konsumen.
4. Asas keamanan dan keselamatan
Asas ini bertujuan untuk memberikan jaminan dan kepastian keselamatan
kepada konsumen dalam menggunakan produk yang diproduksi oleh pelaku
usaha yang beredar di pasaran untuk dikonsumsi ataupun digunakan.
5. Asas kepastian hukum
Asas ini bertujuan untuk memberikan jaminan dan kepastian hukum agar
baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum dan menjalankan apa yang
menjadi hak dan kewajibannya. Tanpa harus membebankan tanggung jawab
kepada salah satu pihak. Dengan adanya asas kepastian hukum ini, jika salah satu
pihak melakukan tindkan hukum yang bersifat merugikan pihak yang lain maka
terhadap pihak tersebut dapat dimintakan pertanggung jawaban dan ganti
kerugian.
Berdasarkan rumusan pasal 1338 KUHP dapat kita ketahui bahwa suatu
perjanjian itu hendaklah dibuat dengan suatu iktikad yang baik. Dengan kata lain
perjanjian itu tidak berlaku sah apabila dilakukan dengan iktikad buruk yang
bertujuan untuk merugikan poihak lain atupun pihak ketiga yang terkait, yang
diperoleh dari pemaksaan, penipuan ataupun kekeliruan. Pelaku usaha tidak boleh
mendapat keuntungan dari konsumen yang mendesak tersebut.13

Adapun yang menjadi tujuan dari diadakannya perlindungan terhadap


konsumen tercantum dalam pasal 3 UU perlindungan konsumen, yaitu:

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk


melindungi diri.

13
Ice Trisnawati, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli
Dengan Menggunakan Klausula Baku,h. 30
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari akses negative pemakaian barang dan/atau jasa.
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
4. Menciptakan system perlindungan konsumen Yng mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha.
6. Meningkatkan kualitas barang dan atau jasa, kesehatan,
kenyamanan,keamanan, dan keselamatan konsumen.14
Guna mewujudkan tujuan UU perlindungan konsumen ini, pemerintah
mempunyai peranan yang besar, hal ini dikarenakan dalam UUD 1945 dinyatakan
bahwa Negara bertujuan untuk mensejahterakan rakyatnya. Dalam hal tanggung
jawab pemerintah atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen
dimaksudkan untuk memberdayakan konsumen untuk mempertahankan apa yang
telah menjadi haknya dan melakukan apa yang menjadi kewajibannya.15

D. Hak dan Kewajiban Konsumen serta Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
1. Hak dan Kewajiban Konsumen
Hak-hak konsumen yang di atur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8
tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen meliputi:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi


barang dan atau jasa.
b. Hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan
atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan.

14
Ice Trisnawati, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli
Dengan Menggunakan Klausula Baku,h. 31
15
Ice Trisnawati, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen …,h. 32
c. Hak atas informasi yang benar,jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan jasa.
d. Hak untuk di dengar pendapat dan keluhanannya atas barang dan atau jasa
yang digunakan.
e. Hak untuk mendapatkan advokasi,perlindungan, dan upaya penyelesaiaan
sengketa perlindungan konsumen secara patut.
f. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar serta tidak
diskriminasi.
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti kerugian, dan atau atau
penggantian apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai
dengan perjanjian atau tidak dengan sebagaimana mestinya.
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perarturan perundang-undangan
yang lain.16
Hak-hak konsumen diatas merupakan hal yang mendasar dalam perlindungan
konsumen. Hak-hak yang dimiliki konsumen di harapkan dapat mewujudkan
keseimbangan dan kesetaraan antara pelaku usaha dan konsumen sehingga dapat
menimbulkan suatu perekonomian yang sehat. Setelah dijabarkan mengenai hak-
hak dari konsumen, maka diharapkan konsumen bisa memahami dan menyadari
hak-hak tersebut. Dengan demikian konsumen bisa menuntut haknya kepada
pelaku usaha yang tidak menghormati hak-hak tersebut.17

2. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha


Berdasarkan undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen, pelaku usaha dalam melakukan kegiatan usahanya mempunyai hak
dan kewajiban, hak dan kewajiban pelaku usaha tersebut diatur dalam pasal 6 dan
pasal 7 undang-undang perlindungan konsumen.18

16
Pricilla Natalia Atom, Perlindungan Terhadap Konsumen Bahan Makanan Dan
Minuman Kadaluwarsa Di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur,h. 8
17
Pricilla Natalia Atom, Perlindungan Terhadap Konsumen …,h. 9
18
Pricilla Natalia Atom, Perlindungan Terhadap Konsumen ….,h. 10
Hak-hak pelaku usaha yang diatur dalam pasal 6 dan pasal 7 undang-undang
perlindungan konsumen meliputi:

a. Hak menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai


kondisi dan nilai tukar barang dan atau jasa yang diperdagangkan.
b. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen
yang beritikad baik.
c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaiian
hukum sengketa konsumen.
d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti secara hukum
bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan atau jasa
yang diperdagangkan.
e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan.
Demgan memperhatikan kewajiban-kewajiban diatas diharapkan pelaku
usaha tidak berbuat sewenang-wenang terhadapa konsumen demi mendapatkan
keuntungan.19

E. Perbuatan Yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha Dalam Kegiatan Bisnis


Terdapat 10 larangan bagi pelaku usaha berdasarkan ketentuan Pasal 8 ayat
(1) UU PK yaitu pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan
barang dan/atau jasa yang :20

1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam
hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang
tersebut.
3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam
hitungan menurut ukuran yang sebenarnya.

19
Pricilla Natalia Atom, Perlindungan Terhadap Konsumen …,h. 11
20
Ni Putri Ria Dewi Marheni, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Berkaitan
Dengan Pencantuman Disclaimer Oleh Pelaku Usaha Dalam Situs Internet (Website),Disertasi
Ilmu Hukum, Universitas Udayana Denpasar, 2013,h. 83
4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran
sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang
dan/atau jasa tersebut.
5. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya,
mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau
keterangan barang dan/atau jasa tersebut.
6. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,
iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut.
7. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu
penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu.
8. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana
pernyataan “halal” yang dicantumkan dalam label.
9. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat
nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai,
tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta
keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus di
pasang/dibuat.
10. Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang
dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. 21

21
Ni Putri Ria Dewi Marheni, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Berkaitan
Dengan Pencantuman Disclaimer Oleh Pelaku Usaha Dalam Situs Internet (Website),h. 84
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian konsumen adalah pemakaian barang dan jasa yang terakhir untuk
keperluan diri sendiri dan tidak untuk diperdagangkan kembali. Sedangkan pelaku
usaha adalah orang atau badan hukum yang menghasilkan barang-barang dan/atau
jasa dengan meproduksi barang dan/atau jasa tersebut untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat atau konsumen dengan mencari keuntungan dari barang-barang
dan/atau jasa tersebut.

Menurut penjelasan pasal 1 angka (1) UUPK yang dimaksud dengan


perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.

Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen


yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan melindungi
kepentingan konsumen dari pelaku usaha yang bertindak sewenang-wenang dan
tidak bertanngung jawab yang menepatkan posisi konsumen diatur oleh hukum
perlindungan konsumen yang terdapat dalam UU perlindungan konsumen.

Berdasarkan ketentuan yang termuat dalam pasal 2 UU perlindungan


konsumen, yang merupakan asas-asas dari perlindungan konsumen adalah: Asas
Manfaat, asas keadilan, asas keseimbangan, asas keamanan dan keselamatan, asas
kepastian hukum.

Hak-hak yang dimiliki konsumen di harapkan dapat mewujudkan


keseimbangan dan kesetaraan antara pelaku usaha dan konsumen sehingga dapat
menimbulkan suatu perekonomian yang sehat. Setelah dijabarkan mengenai hak-
hak dari konsumen, maka diharapkan konsumen bisa memahami dan menyadari
hak-hak tersebut. Dengan demikian konsumen bisa menuntut haknya kepada
pelaku usaha yang tidak menghormati hak-hak tersebut. Dan diharapkan pelaku
usaha tidak berbuat sewenang-wenang terhadapa konsumen demi mendapatkan
keuntungan.

Dan larangan bagi pelaku usaha berdasarkan ketentuan Pasal 8 ayat (1) UU
PK yaitu pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang
dan/atau jasa yang melanggar aturan hukum.
DAFTAR PUSTAKA

Atom Natalia Pricilla,2014, Perlindungan Terhadap Konsumen Bahan Makanan


Dan Minuman Kadaluwarsa Di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum,h.1-32

Nasution Az., 1995, Konsumen Dan Hukum, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,hl.69

Mantri Hanindyo Bagus,SH, 2007,Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen


Dalam Transaksi E-COMMERCE,Disertasi Konsentrasi Hukum Ekonomi
Dan Teknologi, Universitas Diponegoro Semarang,h.44-46

Trisnawati Ice, 2009,Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam


Perjanjian Jual Beli Dengan Menggunakan Klausula Baku. Jurnal Ilmiah
Hukum Perdata BW,h.27-32

Marheni Ria Putri Ni Dewi, 2013, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen


Berkaitan Dengan Pencantuman Disclaimer Oleh Pelaku Usaha Dalam
Situs Internet (Website),Disertasi Ilmu Hukum, Universitas Udayana
Denpasar,h. 83

Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Anda mungkin juga menyukai