PERLINDUNGAN KONSUMEN
MAKALAH
Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Hukum Dagang dengan Dosen
Anggi Pebrianti, S.H., M.Kn.
Disusun Oleh :
Nisa Paujiah
1111141990
111114
111114
111114
111114
111114
111114
Kelas / Semester : G / III
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT., karena berkat nikmat
dan
hidayah-Nya,
penulis
dapat
menyelesaikan
makalah
Perlindungan
Konsumen.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Hukum
Dagang. Adapun isi dari makalah ini yaitu menjelaskan tentang pengertian
pengertian perlindungan konsumen, dasar perlindungan konsumen, tujuan dari
perlindungan konsumen, prinsip-prinsip perlindungan konsumen, hak dan kewajiban
konsumen dan pelaku usaha dan perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha.
Penulis berterima kasih kepada Ibu Anggi Pebrianti, S.H., M.Kn. selaku
dosen mata kuliah Hukum Dagang yang telah memberikan bimbingan kepada
kami, dan kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari makalah
ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih
baik dan bermanfaat.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penelitian 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Perlindungan Konsumen
10
14
DAFTAR PUSTAKA
ii
ii
11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kegiatan bisnis terdapat hubungan yang saling membutuhkan
antara pelaku usaha dan komsumen. Kepentingan pelaku usaha adalah
memperoleh laba (profit) dari transaksi dengan konsumen, sedangkan
kepentingan konsumen adalah memperoleh kepuasan melalui pemenuhan
kebutuhannya terhadap produk tertentu.
Dalam hubungan yang demikian sering kali terdapat ketidaksetaraan
antara keduanya. Konsumen biasanya berada dalam posisi yang lemah dan
karenanya dapat menjadi sasaran eksploitasi dari pelaku usaha yang secara
sosial dan ekonomi mempunyai posisi yang kuat. Dengan perkataan lain,
konsumen adalah pihak yang rentan di eksploitasi oleh pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan bisnisnya.
Untuk melindungi atau memberdayakan konsumen diperlukan
seperangkat aturan hukum. Oleh karena itu, diperlukan adanya campur tangan
negara melalui penetapan sistem perlindungan hukum terhadap konsumen.
Berkaitan dengan itu telah disahkan beberapa Undang-Undang Tentang
Perlindungan Konsumen.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari perlindungan konsumen.
2. Untuk mengetahui yang menjadi dasar dari perlindungan konsumen.
1i
3. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam asas dan tujuan
perlindungan konsumen.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip perlindungan konsumen.
5. Untuk mengetahui bagaimana hak dan kewajiban konsumen dan pelaku
usaha..
Untuk mengetahui perbuatan apasaja yang dilarang bagi pelaku usaha
BAB II
PEMBAHASAN
baik
sendiri
maupun bersama
sama
melalui
perjanjian
pemerintah setelah selama 20 tahun diperjuangkan. RUU ini sendiri baru disahkan
oleh pemerintah pada tanggal 20 april 1999. Undang-Undang tentang
perlindungan konsumen ini mengacu pada filosofi pembangunan nasional bahwa
pembangunan nasional termasuk pembangunan hukum yang memberikan
perlindungan terhadap konsumen adalah dalam rangka membangun manusia
Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada falsafat kenegaraan Republik
3 konstitusi negara UUD 1945.
Indonesia, yaitu dasar Negara pancasila dan
Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat
mengajukan perlindungan adalah:
1. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21
ayat (1), Pasal 27 , dan Pasal 33.
2. Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821
3. Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.
4. Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif
Penyelesian Sengketa
5. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan
dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen
6. Surat
Edaran
Dirjen
Perdagangan
Dalam
Negeri
No.
konsumen
di
selenggarakan
sebagai
usaha
bersama
dan
keselamatan
konsumen,
dimaksudkan
untuk
pelaku
usaha
mengenai
pentinnya
atau
jasa
yang
menjamin
4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan atau jasa
yang digunakan.
5) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan konsumen, dan upaya
menyelesaikan sengketa perlindungan konsumen secar patut.
6) Hak untuk mendapatkan perlindungan dan pendidikan konsumen.
7) Hak untuk diperlukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
8) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian
jika barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
dan tidak sebagaimana mestinya.
9) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan lain.
Bagaimanapun rumusannya hak-hak konsumen yang telah dikemukakan,
namun secara garis besar dapat dibagi dalam tiga hak yang menjadi prinsip dasar,
yaitu1:
1. Hak yang dimaksudnya untuk mencegah konsumen dari kerugian, baik
kerugian personal, maupun kerugian harta kekayaan;
2. Hak untuk memperoleh barang dan/jasa dengan harga yang wajar; dan
3. Hak untuk memperoleh penyelesaian yang patut terhadap permasalahan
yang dihadapi;
Oleh karena ketiga hak/prinsip dasar tersebut merupakan himpunan
beberapa hak konsumen sebagaiman diatur dalam UUPK, maka hal
tersebut
sangat
esensial
bagi
consume,
sehingga
dapat
Adanya kewajiban konsumen seperti yang dia atur dalam UUPK dianggap
tepat, sebab kewajiban ini adalah untuk mengimbangi hak konsumen untuk
mandapatkan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara
patut.
2. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
a) Hak Pelaku Usaha :
1) Hak menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai
kondisi dan nilai tukar barang dan atau jasa yang diperdagangkan.
2) Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang
beritikat tidak baik.
3) Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam penyelesaian
hukum sengketa konsumen.
4) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan atau jasa yang
diperdagangkan.
5) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
Hak pelaku usaha yang diatur dalam UUPK terdapat juga di perundangundangan lainnya beserta ketentuannya, seperti hak-hak yang diatur dalam
Undang-Undang Perbankan, Undang-Undang Larangan Praktik Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Undang-Undang Pangan, dan undangundang lainnya. Berkenaan dengan berbagai undang-undang tersebut,
maka harus diingat bahwa Undang-Undang Perlindungan Konsumen
adalah payung bagi semua aturan lainnya berkenaan dengan perlindungan
konsumen.
b). Kewajinban Pelaku Usaha :
1) Beritikat baik alam kegiatan usahanya.
2) Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan atau jasa serta memberi penjelasan, penggunaan,
perbaikan, dan pemeliharaan.
3) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta
tidak dikriminatif.
4) Menjamin mutu barang dan atu jasa yang diproduksi dan atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standart mutu barang dan atau
jasa yang berlaku.
5) Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan atau
mencoba
barang
dan
atau
jasa
yang
dibuat
dan atau
yang
diperdagangkan.
6) Memberi kompensasi, ganti rugi, dan atau penggantian atas kerugian
akibat penggunaan, pemakaian, pemanfaatan barang dan atau jasa yang
diperdagangkan.
7) Memberi kompensasi ganti rugi dan atau penggantian apabila barang dan
atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
E. PRINSIP-PRINSIP PERLINDUNGAN KONSUMEN
1. Prinsip bertanggung jawab berdasarkan kelalaian
Tanggung jawab berdasarkan kelalaian adalah suatu prinsip tanggung
jawab yang bersifat subjektif, yaitu suatu tanggung jawabysng ditentuksn oleh
perilaku produsen. Sifat subjektivitas muncul pada kategori bahwa seseorang
yang bersikap hati-hati mencegah timbulnya kerugian pada konsumen.
Berdasarkan teori tersebut, kelalaian produsen yang berakibat pada munculnya
kerugian konsumen merupakan faktor penentu adanya hak konsumen untuk
mengajukan tuntutan kerugian kepada produsen.
2. Prinsip Tanggung jawab Berdasarkan Wanprestasi
Tanggung jawab produsen yang dikenal dengan wanprestasi adalah
tanggung jawab berdasarkan kontrak. Ketika suatu produk rusak dan
mengakibatkan kerugian, konsumen biasanya melihat isi kontrak atau
perjanjian atau jaminan yang merupakan bagian dari kontrak, baik tertulis
maupun lisan. Keuntungan bagi konsumen dalam gugatan berdasarkan teori ini
adalah penerapan kewajiban yang sifatnya mutlak, yaitu suatu kewajiban yang
tidak didasarkan pada upaya yang telah dilakukan penjual untuk memenuhi
janjinya. Itu berati apabila produsen telah berupaya memenuhi janjinya tetapi
konsumen tetap menderita kerugian, maka produsen tetap dibebani tanggung
jawab untuk mengganti kerugian. Akan tetapi, dalam prinsip tanggung jawab
10
maupun vertikal.
3. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak
Asas tanggung jawab ini dikenal dengan nama product liability. Menurut
prinsip ini, produsen wajib bertanggung jawab atas kerugian yang diderita
konsumen atas penggunaan produk yang beredar dipasaran. Tanggung jawab
mutlak strict liability, yakni unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak
penggugat sebagai dasar ganti kerugian, ketentuan ini merupakan lex specialis
dalam gugatan tentang melanggar hukum pada umumnya. Penggugat
(konsumen) hanya perlu membuktikan adanya hubungan klausalitas antara
perbuatan produsen dan kerugian yang dideritanya. Dengan diterapkannya
prinsip tanggung jawab ini, maka setiap konsumen yang merasa dirugikan
akibat produk barang yang cacat atau tidak aman dapat menuntut konpensasi
tanpa harus mempermasalahkan ada atau tidanya unsur kesalahan di pihak
produsen.
Alasan-alasan mengapa prinsip tanggung jawab mutlak diterapkan dalam
hukum tentang product liability adalah :
Diantara korban atau konsumen di satu pihak ada produsen di lain pihak,
beban kerugian seharusnya ditanggung oleh pihak yang memproduksi.
Dengan menempatkan atau mengedarkan barang-barang dipasaran,
berarti produsen menjamin bahwa barang-barang tersebut aman dan pantas
untuk digunakan, bilamana terbukti tidak demikian dia harus bertanggung
jawab.
F. PERBUATAN YANG DILARANG BAGI PELAKU USAHA
Seperti kita ketahui bahwa Undang-Undang Perlindungan Konsumen
menetapkan tujuan perlindungan konsumen antara lain adalah untuk mengangkat
11
harkat kehidupan konsumen, maka untuk maksud tersebut berbagai hal yang
membawa akibat negatif dari pemakaian barang dan/atau jasa harus dihindarkan
dari aktivitas perdangan pelaku usaha. Sebagai upaya untuk menghindarkan akibat
negatif pemakaian barang dan/atau jasa tersebut, maka undang-undang
menentukan berbagai larangan sebagai berikut:
1.
tidak
memenuhi
atau
tidak
sesuai
dengan
standar
yang
tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah
dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang
tersebut;
c.
d.
e.
tidak
sesuai
dengan
mutu,
tingkatan,
komposisi,
proses
g.
h.
i.
12
j.
2. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang, rusak, cacat atau bekas,
dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas
barang dimaksud.
3. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang
rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa rnemberikan informasi
secara lengkap dan benar.
4. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat 1 dan ayat 2 dilarang
memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari
peredaran.
Pada intinya isi dari hal yang disampaikan diatas adalah larangan
memproduksi barang dan/atau jasa, dan larangan memperdagangkan barang
dan/atau jasa yang dimaksud. Larangan-larangan yang dimaksudkan ini,
hakikatnya menurut Nurmadjito yaitu untuk mengupayakan agar barang
dan/atau jasa yang beredar di masyarakat merupakan produk yang layak edar,
antar lain asal-usul, kualitas sesuai dengan informasi pengusaha baik melalui
label, etiket ,iklan, lain sebagainya2.
Larangan-larangan
yang
tertuju
pasda
Produk
sebagaimana
13
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Untuk melindungi atau memberdayakan konsumen diperlukan
seperangkat aturan hukum. Oleh karena itu, diperlukan adanya campur tangan
negara melalui penetapan sistem perlindungan hukum terhadap konsumen.
Menurut Undang-Undang no.8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen, yang dimaksud dengan perlindungan konsumen adalah segala
upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan
kepada konsumen.
Dalam ketentuan pasal 2 UUPK ditentukan bahwa perlindungan
konsumen berasakan manfaat, keadilan, keseimbangan, dan keamanan, dan
14
DAFTAR PUSTAKA
14
26
Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo. 2015. Hukum Perlindungan Konsumen Edisi
Revisi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Miru, Ahmad. 2000. Prinsip-prinsip Perlindungan hukum bagi konsumen di
Indonesia. Surabaya : Disertasi, Program Pascasarjana Universitas
Airlangga.
Syawali, Husni dan Imaniyati, Neni Sri. 2000. Hukum Perlindungan Konsumen.
Bandung : Maju Mandar.
15
15
15
15