Anda di halaman 1dari 6

B.

Eksistensi dan Tujuan Hukum Perdagangan Internasional


Dibuktikan dengan adanya beberapa teori ekonomi pada awal
perkembangannya yaitu abad XV dan XVI antara lain :
1. Teori Merkantilisme
Teori merkantilisme berkembang terutama di negara – negara
Eropa abad enam belas dan tujuh belas. Para penganjurnya adalah
Sir Josih Child, Thomas Mun, Jean Bodin. Teori ini menyatakan
bahwa perdagangan internasional sebagai instrumen kebijakan
nasional. Merkantilisme pada prinsipnya merupakan suatu paham
yang menganggap bahwa penimbunan uang, atau logam mulia yang
akan ditempa menjadi uang emas ataupun perak haruslah dijadikan
tujuan utama kebijakan nasional.
Kebijakan perdagangan menurut M.L. Jhingan, dalam bukunya
The Economy of Development and Planing mengatakan, sebagai
suatu kebijakan dapat menolong percepatan laju ekonomi adalah
dengan cara : 1
a. Memungkinkan negara terbelakang memperoleh bagian lebih
besar dari manfaat perdagangan
b. Meningkatkan laju pembentukan modal
c. Meningkatkan industrialisasi
d. Menjaga keseimbangan neraca pembayaran

2. Teori Klasik (Keunggulan Mutlak)


Teori klasik ini berkembang pada abad ke – 18, pelopor teori ini
diantaranya Adam Smith. Pandangan ini berpendapat bahwa logam
mulia tidak mungkin ditumpuk dengan surplus ekspor karena logam
mulia akan mengalir dengan sendirinya melalui perdagangan
internasional. Dalam teori ini, menginginkan tidak adanya campur

1 Yanuar Ikbar . Ekonomi Politik Internasional Implementasi Konsep dan Teori 2.


(Bandung: Refika Aditama, 2009), 133
tangan pemerintah dalam perdagangan bebas, karena perdagangan
bebas akan membuat orang berkerja keras untuk kepentingan
negaranya sendiri dan sekaligus mendorong terciptanya spesialisasi 2
Keunggulan ini berdasarkan spesialisasi produksi dan
mengekspor barang. Jika negara yang mengimpor barang berarti
tidak memiliki keunggulan mutlak.

3. Teori Modern (Teori Keunggulan Komparatif)


Teori keunggulan komparatif menyatakan bahwa Perdagangan
Internasional sebagai salah satu bagian dari keunggulan komparatif.
Berbeda dengan teori keunggulan absolut yang mengutamakan
keunggulan absolut dalam produksi tertentu yang dimiliki oleh suatu
negara dibandingkan dengan negara lain, teori ini berpendapat
bahwa perdagangan internasional dapat terjadi walaupun satu negara
tidak mempunyai keunggulan absolut, asalkan harga komparatif di
kedua negara berbeda. Ricardo berpendapat sebaiknya semua negara
lebih baik berspesialisasi dalam komoditi-komoditi di mana ia
mempunyai keunggulan komparatif dan mengimpor saja komoditi-
komoditi lainnya.
Teori ini menekankan bahwa perdagangan internasional dapat
saling menguntungkan jika salah satu negara tidak usah memiliki
keunggulan absolut atas suatu komoditi seperti yang diungkapkan
oleh Adam Smith, namun cukup memiliki keunggulan komparatif di
mana harga untuk suatu komoditi di negara yang satu dengan yang
lainnya relatif berbeda. 3

4. Teori Keunggulan Kompetitif

2 Apridar. Ekonomi Internasional. Sejarah, Teori, Konsep dan Permasalahan dalam


Aplikasinya. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 88
3 http://nurmaliaandriani95.blogspot.com/2014/12/pengertian-prinsip-dan-
eksistensi.html diakses pada tanggal 21-09-2018 pukul 22.00 WIB
Menurut M. Porter, dalam persaingan global saat ini suatu
bangsa atau negara yang memiliki competitive advantage of nation
dapat bersaing di pasar internasional bila memiliki faktor penentu
yaitu : 4
Factor conditions adalah sumber daya (resources) yang dimiliki
oleh suatu negara atas lima katagori :
1. Human resources (SDM)
2. Physical resources (SDA)
3. Knowledge resources (IPTEK) atau (SDT)
4. Capital resources (Permodalan) atau (SDC)
5. Infrastructure resources (Prasarana) atau (SDI)
Hubungan-hubungan perdagangan internasional antar Negara
sudah ada sejak lama. Hubungan-hubungan ini sudah ada sejak adanya
negara-negara dalam arti negara kebangsaan, yaitu bentuk-bentuk awal
negara dalam arti modern. Perjuangan negara-negara ini untuk
memperoleh kemandirian dan pengawasan (kontrol) terhadap ekonomi
internasional telah memaksa negara-negara ini untuk mengadakan
hubungan-hubungan perdagangan yang mapan dengan Negara-negara
lainnya. Mereka menyadari bahwa perdagangan adalah satu-satunya
cara untuk pembangunan ekonomi mereka. 5
Semakin luasnya aktivitas perdagangan ini yang dewasa ini
dikenal dengan "liberalisasi perdagangan", sistem keuangan atau pasar
internasional yang stabil untuk memberikan modal untuk melaksanakan
perdagangan internasional tersebut. Karena itu, keterkaitan antara
perdagangan internasional dan sistem keuangan atau moneter
internasional menjadi semakin penting. 6

4 Apridar. Ekonomi Internasional. Sejarah, Teori, Konsep dan Permaslahan dalam


Aplikasinya. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 104
5 Rafiqul Islam, op.cit., hlm. 1.
6 Rafiqul Islam, op.cit., hlm. 2.
Tidak terlalu mengherankan apabila masyarakat internasional
kemudian menyelenggarakan konferensi Bretton Woods guna
mendirikan Bank Dunia - IMF untuk maksud ini. Berdirinya ke-2
lembaga keuangan ini semata-mata untuk menjaga agar system moneter
internasional dapat terpelihara (stabil) dan juga memberi pinjaman
jangka pendek guna menanggulangi kesulitan neraca pembayaran yang
disebabkan oleh adanya defisit perdagangan ekspor-impor negara-
negara. Krisis keuangan internasional pada tahun 1970-an juga telah
mempertegas pentingnya hubungan erat ini.

Dalam upaya negara-negara ini meningkatkan pertumbuhan


ekonomi mereka, dewasa ini mereka cenderung membentuk blok-blok
perdagangan baik bilateral, regional maupun multilateral. Dalam
kecenderungan ini pun peran perjanjian internasional menjadi semakin
penting. 7
Semakin pentingnya peran perjanjian-perjanjian di bidang
ekonomi atau perdagangan ini pun telah melahirkan aturan-aturan yang
mengatur perdagangan internasional di bidang barang, jasa dan
penamaman modal di antara negara-negara.
Tujuan hukum perdagangan internasional sebenarnya tidak
berbeda dengan tujuan GATT (General Agreement on Tariffs and
Trade, 1947) yang termuat dalam Preambule-nya. Tujuan tersebut
adalah:
1. Untuk mencapai perdagangan internasional yang stabil dan
menghindari kebijakan-kebijakan dan praktek-praktek perdagangan
nasional yang merugikan negara lainnya;
2. Untuk meningkatkan volume perdaganan dunia dengan menciptakan
perdagangan yang menarik dan menguntungkan bagi pembangunan
ekonomi semua negara;

7 Ibid
3. meningkatkan standar hidup umat manusia; dan
4. meningkatkan lapangan tenaga kerja.

Tujuan lainnya yang juga relevan adalah:


1. Untuk mengembangkan sistem perdagangan multilateral, bukan
sepihak suatu negara tertentu, yang akan mengimplementasikan
kebijakan perdagangan terbuka dan adil yang bermanfaat bagi
semua negara; dan
2.
meningkatkan pemanfaatan sumber-sumber kekayaan dunia dan
meningkatkan produk dan transaksi jual beli barang. 8

Salah seorang kepala suku Bugis ternama, yaitu Amanna Gappa,


juga menyadari bahwa tujuan (unifikasi) hukum dagang adalah untuk
mencegah persaingan di antara suku bangsanya dan juga memajukan
kerjasama di antara mereka guna kesejahteraan di antara mereka. 9
Meskipun adanya tujuan bagus tersebut di atas, hukum
perdagangan internasional masih memiliki cukup banyak kelemahan.
Kelemahan tersebut tampaknya juga dapat ditemui dalam bidang-bidang
hukum lainnya, yakni terdapatnya pengecualian-pengecualian atau
klausul-klausul 'penyelamat' yang bersifat memperlonggar kewajiban-
kewajiban hukum. Kelemahan spesifik tersebut yaitu:

8 Cf., Preamble GATT dan Preamble Perjanjian WTO (Marrakesh Agreement


Establishing The World Trade Organization).
9 Lihat lebih lanjut, PH. O.L Tobing, op.cit., hlm. 154.
a. Hukum perdagangan internasional sebagian besar bersifat pragmatis
dan permisif. Hal ini mengakibatkan aturan-aturan hukum
perdagangan internasional kurang obyektif di dalam 'memaksakan'
negara-negara untuk tunduk pada hukum. Dalam kenyataannya,
negara-negara yang memiliki kekuatan politis dan ekonomi
memanfaatkan perdagangan sebagai sarana kebijakan politisnya.
b. Aturan-aturan hukum perdagangan internasional bersifat
mendamaikan dan persuasif (tidak memaksa). Kelemahan ini
sekaligus juga kekuatan bagi perkembangan hukum perdagangan
internasional yang menyebabkan atau memungkinkan
perkembangan hukum ini di tengah krisis. 10

10 Rafikul Islam, op.cit., hlm. 2-3

Anda mungkin juga menyukai