(SPBU)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Hukum Administrasi Negara
Disusun Oleh :
FAKULTAS HUKUM
2017
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Puji dan syukur kehadiran tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan rahmat sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk dan isiannya yang sangat
sederhana.semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca.
Makalah ini kita persembahkan sebagai sumber bahan pembelajaran bagi para
mahasiswa,sebenarnya masih banyak sumber-sumber lain mengenai hal ini sebelumnya akan
tetapi disamping tidak dimaksudkan sebagai sumber yang bersifat menyeluruh pada umumnya
sumber-sumber tersebut di tulis pada literasi lainnya.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang.oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan
masukan yang bersifat membangun kesempurnaan makalah ini
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
SPBU merupakan prasarana umum yang disediakan oleh PT. Pertamina untuk
masyarakat luas guna memenuhi kebutuhan bahan bakar. Pada umumnya SPBU menjual bahan
bakar sejenis premium, solar, pertamax, dan pertamax plus. Munculnya SPBU di tengah-tengah
masyarakat melahirkan persaingan usaha di Indonesia semakin ketat. Banyak dari para pelaku
usaha berbondong-bondong mencari inovasi baru untuk menarik minat masyarakat dengan
mengeluarkan produk-produk unggulan yang bisa menambah pendapatan dari para pelaku usaha
itu “meroket”.
Akan tetapi ditambah dengan ketidakstabilan perekonomian di Indonesia mengakibatkan
pemerintah mengambil suatu kebijakan di bidang perekonomian antara lain untuk menaikkan
harga barang-barang pokok, tarif listrik, tarif air, bahkan juga bahan bakar minyak (BBM).
Kebijakan ini juga memberikan dampak negatif bagi para pelaku usaha, sehingga memacu
pelaku untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dengan modal yang seminim mungkin
tanpa memperhatikan lagi salah satu asas pembangunan nasional yaitu kesadaran hukum dimana
tiap-tiap warga negara Indonesia harus selalu sadar dan taat kepada hukum.
Selanjutnya, Instansi Kemetrologian melakukan langkah yaitu sidang tera ulang setiap
tahunnya dari SPBU ke SPBU lainnya demi terciptanya perdagangan yang jujur.
”Barang siapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan
melawan hak, baik dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, baik dengan akal dan tipu
muslihat, maupun dengan karangan perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya
memberikan sesuatu barang, membuat utang atau menghapuskan utang, dihukum karena
penipuan, dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun”.
Penjelasan dari pasal di atas adalah yang diancam hukuman yaitu orang yang membujuk
orang lain supaya memberikan suatu barang atau supaya membuat utang atau menghapuskan
piutang dengan melawan hukum dengan tipu muslihat, rangkaian kebohongan, nama palsu.
Pelaku usaha yang melanggar hukum-hukum perikatan, karena kecurangan-kecurangan yang
dilakukan merupakan kesengajaan alias cacat kehendak yang mengandung unsur
kesesatan,paksaan dan penipuan.
3.1.Kesimpulan
3.2. Saran
a. Bagi Pemerintah
Dengan adanya permasalahan ini diharapkan pemerintah selalu mendampingi
pihak-pihak terkait untuk menekan kecurangan takaran BBM di SPBU bahkan bisa
mengilangkan praktek kecurangan takaran SPBU agar hak-hak konsumen tetap
terlindungi
b. Bagi masyarakat
Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat harus tetap berhati-hati bila
mengisi BBM di SPBU, walaupun hasil penelitian yang sudah dilakukan tidak
terbukti ditemukannya praktek kecurangan takaran BBM akan tetapi kehati-hatian
tetap perlu ada agar tidak merasa tertipu saat mengisi BBM.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohamidjojo, Soetojo. Hukum Perikatan. Cet. II. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1984.