Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah manajemen pengelolaan limbah
padat

Disusun Oleh:
SUTJIPTO ANUGRAH SUKARNO
21430410009

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


MUHAMMAD NOVIANSYAH ARIDITO S.Pd., M.Sc

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadiraat Allah SWT aras berkah dan
limpah rahmatnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
“Manajemen Pengelolalaan Limbah Padat“
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak lepas dari
bimbingan dosen. Yang telah memberikan saran, waktu, bimbingan dan saran
yang sangat bermanfaat bagi penulis dan pembaca, penulis menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan keterbatasan dan
pengalaman yang dimiliki penulis, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dan
kelemahan dalam makalah ini.

Terima kasih

Sutjipto Anugrah Sukarno

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persampahan merupakan isu penting khususnya di daerah
perkotaan yang selalu menjadi permasalahan dan dihadapi setiap saat.
Akibat dari semakin bertambahnya jumlah penduduk, tingkat konsumsi
masyarakat serta aktivitas lainnya maka bertambah pula sampah yang
dihasilkan. Dalam beberapa tahun terakhir ini, kotakota besar maupun
kecil di Indonesia menghadapi masalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
sampah yang menimbulkan banyak gangguan terhadap lingkungan.

Pengelolaan sampah di kota-kota di Indonesia sampai saat ini belum


mencapai hasil yang optimal. Berbagai kendala masih dihadapi dalam
melaksanakan pengelolaan sampah tersebut baik kendala ekonomi, sosial
budaya maupun penerapan teknologi (Nuryani, 2003). Permasalahan
pengelolaan persampahan menjadi sangat serius di perkotaan akibat
kompleksnya permasalahan yang dihadapi dan kepadatan penduduk yang
tinggi, sehingga pengelolaan persampahan sering diprioritaskan
penanganannya di daerah perkotaan (Moersid, 2004).

Menurut Murtadho (1987), sampah (limbah padat) dalam jumlah


yang sedikit mudah diatasi dengan baik tetapi jika jumlahnya banyak akan
menjadi masalah. Sampah yang dihasilkan dari sisa pemakaian produk
sangatlah beragam, mulai dari sampah organik mudah busuk, sampah
organik tak mudah busuk, sampah anorganik, serta sampah bangkai.
Permasalahan sampah di berbagai perkotaan tidak saja mengancam aspek
keindahan dan kebersihan kota tersebut, namun lebih jauh akan
memberikan dampak negatif bagi kelestarian lingkungan dan kesehatan
masyarakat apabila sampah tidak ditangani dengan baik.

Menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,


disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses
alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau
anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap
sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan. Meningkatnya daya
beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi
serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi
suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar terhadap kuantitas
dan kualitas sampah yang dihasilkan (Nuraini Anggi, 2018).

Sampah akan terus diproduksi dari hasil aktivitas manusia selama


mereka hidup maupun dari proses-proses alam, sehingga diperlukan lahan
yang pantas untuk tempat pembuangan sekaligus dilakukan pengelolaan
sampah yang baik agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat
dan lingkungan. Karena terbatasnya lahan yang layak untuk lokasi
pembuangan sampah, maka penempatan TPA dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan. Selain itu masalah biaya operasional yang
tinggi dalam pengelolaan sampah, mengakibatkan terbatasnya upaya
pemerintah dalam pengelolaan sampah. Untuk itu diperlukan
penganalisisan TPA berdasar aspek teknis, lingkungan, dan finansial.

Permasalahan dalam pengelolaan sampah yang sering terjadi antara


lain perilaku dan pola hidup masyarakat masih cenderung mengarah pada
peningkatan laju timbulan sampah yang sangat membebani pengelola
kebersihan, keterbatasan sumber daya, anggaran, kendaraan personil
sehingga pengelola kebersihan belum mampu melayani seluruh sampah
yang dihasilkan. Sampah dapat menimbulkan permasalahan yang cukup
serius bila tidak ditangani dengan tepat, karena dapat merusak
keseimbangan lingkungan dan mencemari ekosistem tanah, air, dan udara
(Wibowo, 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Aturan seperti apa tentang pemakaian, pemilahan dan pembuangan
sampah?
2. Sosialisasi seperti apa yang diperlukan?
3. Bagaimana menumbuhkan kesadaran diri dari masyarakat tentang
sampah?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aturan Seperti Apa Tentang Pemakaian, Pemilahan dan Pembuangan


Sampah
Pelarangan plastik sekali pakai adalah salah satu instrumen
kebijakan yang paling sering dipakai di dunia, untuk membatasi
penggunanya. Penggunaan plastik sekali pakai menimbulkan pertumbuhan
sampah plastik secara eksponensial (tidak secara linear). Karena itujumkah
sampah plastik terjadi semakin cepat dan semakin besar.
Dalam 20 tahun terakhir, jumlah plastik di laut sama dengan total
sampah plastik di laut selama 50 tahun sebelumya. Jenis plastik sekali pakai
yang bermasalah, antara lain adalah kantong plastik belanja, pembungkus
makanan, kemasan minuman plastik, plastik saset dan lainnya.
Pelarangan plastik sekali pakai ini adalah implementasi dari hirarki
pengelolaan sampah. Hirarki pengelolaan sampah adalah pengelolaan
sampah yang berfokus pada menghindari (avoid), memikir ulang (rethink),
dan menolak (refuse) pada hirarki utama, sebelum kemudian memakai
ulang (reuse), mendaur ulang (recycle). Sementara, pembuangan plastik di
tempat pembuangan (disposal) menjadi pilihan terakhir dalam hierarki, dan
diusahakan tidak dilakukan. Pendekatan ini merupakan strategi dalam
mewujudkan nir-sampah (zero waste).
Karena itu, langkah pemerintah dalam menanggapi pelarangan
penggunaan plastik sekali pakai haruslah sangat bijak dan cepat, karena
plastik sekali pakai ini juga turut merusak ekosistem. Seperti terhambatnya
resapan air hujan, terhambatnya aliran air, tanpa sengaja dikonsumsi oleh
fauna dan masih banyak lainnya.
Dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) nomor 27
Tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Spesifik pada tanggal 8 Juni 2020,
maka regulasi pengelolaan sampah di Indonesia seperti yang diamanatkan
dalam UU nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah sudah
lengkap. Pasal 2 ayat (4) Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah menyebutkan bahwa sampah spesifik terdiri atas:
sampah yang mengandung B3 dan limbah B3, sampah yang timbul akibat
bencana, sampah puing bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi
belum dapat diolah, dan/atau sampah yang timbul secara tidak periodik.
Sampah Spesifik yang paling umum terjadi adalah sampah yang
mengandung B3 dan limbah B3. Sampah ini bisa dihasilkan dari sampah
rumah tangga. Oleh karena itu perlu mendapatkan perhatian khusus karena
tidak boleh dicampur dengan sampah-sampah rumah tangga lainnya
disebabkan resiko pencemaran lingkungannya cukup tinggi.
Pasal 1 ayat (14) PP nomor 27 tahun 2020 tentang Pengelolaan
Sampah Spesifik menyebutkan bahwa tempat pengolahan sampah dengan
Prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang selanjutnya disingkat TPS 3R
adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang dan pendauran ulang skala kawasan.
Pasal 1 ayat (15) PP nomor 27 tahun 2020 tentang Pengelolaan
Sampah Spesifik menyebutkan bahwa tempat pengolahan sampah terpadu
yang selanjutnya disingkat TPST adalah tempat dilaksanakannya kegiatan
pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan
dan pemrosesan akhir Sampah.

B. Sosialisasi Seperti Apa Yang Diperlukan


Sosialisasi yang diperlukan adalah sosialisasi langsung ke setiap
lapisan masyarakat bukan hanya sebatas melakukan sosialisasi yang
disampaikan sebatas pejabat atau pihak terkait saja. Apakah dengan
melakukan sosialisai hanya sebatas itu akan sampai pada setiap lapisan
masyarakat.
Apakah setiap pejabat atau pihak terkait yang mengikuti sosialisasi
oleh Kementrian Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan
menyampaikan atau melakukan sosialisasi ulang terhadap setiap lapisan
masyarakat di daerahnya. Bagaimana dengan tanggung jawab pejabat
terkait menyampaikan hal ini kepada setiap lapisan masyarakat tentang hasil
sosialisasi dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari situs web PPID KLHK
Nomor: SP.035/HUMAS/PP/HMS.3/02/2021. Webinar ini dihadiri para
Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) seluruh
Indonesia, Kementerian teknis terkait, Kepala Dinas Lingkungan Hidup
Pemerintah Daerah seluruh Indonesia, Asosiasi, Industri, produsen, pegiat
lingkungan dan masyarakat. Tujuan diselenggarakannya Webinar ini adalah
untuk mensosialisasikan PP no. 27 Tahun 2020 tentang Pengelolaan
Sampah Spesifik, agar dapat meningkatkan pemahaman terhadap
pengelolaan sampah spesifik dan dapat mengurangi dampak negatif sampah
spesifik terhadap manusia dan lingkungan. Sampai saat ini tidak banyak
kalangan masyarakat yang tau dengan PP nomor 27 Tahun 2020 tentang
Pengelolaan Sampah Spesifik, dikarenakan kurangnya atau tidak adanya
sosialisasi langsung dalam lapisan masyarakat.

C. Bagaimana Menumbuhkan Kesadaran Diri Dari Masyarakat Tentang


Sampah
Kesadaran diri dan kepedulian langsung oleh masyarakat juga
merupakan bagian penting dalam hal ini. Bagaimana tidak, percuma jika
pemerintah membuat aturan dan melakukan sosialisasi langsung terhadap
masyarakat jika masyarakat itu saja tidak peduli dengan masalah dan bahaya
dari sampah yang mengancam dan merusak ekosistem hingga saat ini.
masyarakat masih belum memiliki kesadaran akan menjaga
kebersihan lingkungan secara menyeluruh dan merata. Karena masih
adanya masyarakat yang memiliki rendahnya kesadaran akan kebersihan
lingkungan tadi, maka hal yang dapat ditimbulkan adalah dengan adanya
pencemaran lingkungan yang diakibatkan dari sampah, dan lokasi
pencemaran tersebut antara lain berada di selokan-selokan yang tersumbat
karena sampah sehingga saat musim penghujan tiba menimbulkan banjir,
dan kerap menimbulkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) karena
sampah genangan air yang kotor merupakan sarang bagi nyamuk utnuk
berkembang biak, lalu masih banyaknya sampah yang dibuang dan
ditumpuk secara sembarangan di pinggir-pinggir jalan yang menimbulkan
pencemaran lingkungan, dimana lingkungan menjadi kurang sedap
dipandang.
membuat suatu wadah bagi masyarakat supaya bisa merubah pola
fikir dan juga perilaku masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan
yang terbebas dari sampah. Bank sampah bsa menjadi jalan tengah agar
masyarakat terhindar dari dampak kerusakan lingkungan. Bank sampah
dirasa dapat membantu dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
menjaga kebersihan lingkungan di desa Sukamaju, bahkan menjadi malu
dan takut untuk membuang sampah secara sembarangan. Bank sampah
dirasa dapat memberikan pemahaman juga memberikan ilmu untuk
memisahkan sampah, terutama sampah jenis plastik, dan lebih memilih
untuk menyetorkanya ketimbang dibuang begitu saja. Bank sampah juga
dirasa dapat menjadi solusi yang sudah cukup tepat untuk menjaga
kebersihan lingkungan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemerintah harus gencar melakukan sosialisasi langsung terhadap
masyarakat terkait aturan dan permasalahan sampah yang sedang dihadapi
hingga sekarang dan bukan hanya sosialisasi yang harus dilakukan oleh
Pemerintah juga harus menindak tegas semua pihak terkait yang melakukan
pelanggaran dalam peraturan yang berlaku ini. Pemerintah juga tidak dapat
bekerja sendiri dalam hal ini, harus ada kerja sama antara Pemerintah,
swasta dan masyarakat itu sendiri

Anda mungkin juga menyukai