Anda di halaman 1dari 13

SURVEILANS KETAHANAN PANGAN DAN GIZI (SKPG)

DI PROVINSI JAWA TIMUR

NAMA KELOMPOK:
1. HARDIAN BIMANTO
2. DEBBY DAVIANI PRAWATI

101611123034
101611123084

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016

1. Jenis Surveilans :
SKPG (KrisisPangan/KetahananPangan)
2. Pengumpulan Data :
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode pengumpulan pasif
dimana kami tidak mengumpulkan data secara langsung kepada responden. Pengumpulan
data dengan menggunakan data yang sudah tersedia dari badan statistika Provinsi Jawa
Timur.

3. Jenis Data :
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari dokumen
mengenai Ketersediaan Pangan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2015.
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui
media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa
catatan atau laporan yang tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan
dan ada yang tidak dipublikasikan.
4. Kompilasi Data :
Metode kompilasi data surveilans/ kelengkapan data yang digunakan yaitu dengan
dokumentasi yakni pengambilan data melalui dokumen tertulis yang juga diambil dari
data ketersediaan pangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014 data Statistik Daerah
Jawa Timur Tahun 2015.
Data yang kami ambil berupa data produksi, penyediaan dan kebutuhan pangan
nabati dan hewani di Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2014. Rata rata tingkat
kebutuhan pangan nabati di Provinsi Jawa Timur telah terpenuhi dan memiliki persediaan
pangan yang surplus jika dibandingkan dengan tingkat kebutuhan pangan hewani yang
rata rata ketersediaan pangannya belum terpenuhi atau minus.
Jawa Timur merupakan daerah sentra pangan di Indonesia, bahkan secara umum
merupakan provinsi yang memberikan kontribusi terbesar dalam penyediaan pangan
nasional. Pada tahun 2014, luas wilayah daratan di Jawa Timur secara keseluruhan adalah
4,62 juta Ha dengan komposisi lahan sawah seluas 1,17 juta Ha, lahan bukan sawah

seluas 2,32 juta Ha dan lahan bukan pertanian seluas 1,11 juta Ha (BPS , 2015).
Pemanfaatan lahan pertanian di Jawa Timur meliputi lahan sawah dan lahan pertanian
bukan sawah. Pemanfaatan lahan sawah terdiri dari irigasi seluas 924.513 Ha, non irigasi
seluas 252.647 Ha. Sedangkan untuk lahan pertanian bukan sawah memiliki total luasan
sebesar 2,3 juta Ha, yang diantaranya terdiri dari tegal dengan luas 1,1 juta Ha dan ladang
seluas 37.439 Ha (BPS , 2015). Komoditas pangan pokok di Jawa Timur sebagian besar
adalah beras, yang merupakan salah satu dari lima komoditas strategis (padi, jagung,
kedelai, gula dan daging sapi) dari pencapaian swasembada pangan nasional 2015-2019.
Untuk mencapai swasembada pangan tersebut, Pemerintah Jawa Timur telah berupaya
keras untuk meningkatkan produksi pertanian, khususnya pencapaian swasembada tiga
komoditas strategis melalui Upaya Khusus mendukung peningkatan produksi Padi,
Jagung dan Kedelai (UPSUS PAJALE).
Pada tahun 2014, kontribusi kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan
terhadap total PDRB Jawa Timur sebesar 13,73 persen (atas dasar harga berlaku), dimana
subkategori tanaman pangan merupakan penyumbang terbesar, yaitu sebesar 32,95 persen
dari seluruh nilai tambah kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan. Pada tahun 2014,
subkategori tanaman pangan telah mengalami pertumbuhan sebesar 3,50 persen, lebih
cepat dibanding tahun 2013 yang tumbuh sebesar 1,38 persen. Pertumbuhan terbesar
terjadi pada subkategori perikanan yaitu sebesar 6,77 persen, diikuti oleh subkategori
tanaman perkebunan sebesar 4,97 persen; subkategori tanaman hortikultura tumbuh
sebesar 2,36 persen; subkategori peternakan tumbuh sebesar 1,15 persen; subkategori jasa
pertanian dan perburuan tumbuh sebesar 4,54 persen; dan subkategori kehutanan dan
penebangan kayu tumbuh sebesar 0,12 persen (BPS, 2015). Hal ini memberikan dampak
signifikan terhadap peningkatan ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan dan
peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Grafik 1. Ketersediaan Pangan per Kapita


Sumber: Nuhfil Hanani AR, Indonesia Tahan Pangan dan Gizi 2015, Makalah Workshop II
Ketahanan Pangan di Jawa Timur, 2009.

Tabel 1 Perkembangan Ketersediaan Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014


Sumber: BPS
Data yang kami ambil berupa data produksi, penyediaan dan kebutuhan pangan
nabati dan hewani di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010-2014. Rata-rata tingkat

kebutuhan pangan nabati di Provinsi Jawa Timur telah terpenuhi dan memiliki
ketersediaan pangan surplus jika dibandingkan dengan tingkat kebutuhan pangan hewani
yang rata- rata ketersediaan pangannya belum terpenuhi atau minus. Dimana jika dilihat
dari data diatas menunjukkan bahwa kebutuhan pangan hewani seperti daging, telur dan
ikan masih rendah dan terpaut jauh dibanding dengan kebutuhan pangan nabati,

Grafik 2 Luas Penggunaan Tanah di Provinsi Jawa Timur (Ha)


Luas wilayah provinsi Jawa Timur adalah seluas 4.735.348 Ha, yang dapat dibagi
kedalam beberapa penggunaan tanah. Dari total wilayah tersebut, penggunaan tanah
terbesar dimanfaatkan sebagai kawasan non-hutan (permukiman, industri dan lainnya),
dengan luas penggunaan tanahnya sebesar 3.054.389 Ha. Selanjutnya, kawasan hutan
dengan luas 1.680.959 Ha. Untuk tanah yang digunakan sebagai LP2B, dialokasikan
seluas 3.292.078 Ha, dimana 1.646.183 Ha dimanfaatkan sebagai sawah irigasi, 428.991
sebagai kawasan sawah non-irigasi dan 1.216.904 Ha sebagai lahan non-sawah. Provinsi
Jawa Timur mmemiliki 37 Kabupaten/Kota, dimana kabupaten/kota yang terbesar adalah
Kabupaten Lamongan dengan luas wilayah mencapai 161.379 Ha atau 7,8% dari total
luas wilayah provinsi Jawa Timur. Sedangkan kabupaten/kota yang memiliki luas
wilayah terkecil berada di Kota Mojokerto, dengan luas wilayah yang hanya seluas 645
Ha atau 0,03% dari luas wilayah keseluruhan.

Grafik 3 Luas Lahan Sawah Irigasi dan Non Irigasi di Indonesia Tahun 2009-2013
Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 2 Luas Lahan Sawah Basah menurut Provinsi di Indonesia, 2009 2013
Sumber: Badan Pusat Statistik
Dari gambar diatas bisa dilihat bahwa penggunaan tanah di Provinsi Jawa Timur lebih
banyak sawah basah. Sawah basah merupakan lahan yang bergantung pada pengairan air
hujan, ditanami tanaman musiman atau tahunan seperti kacang kacangan. Penggunaan
tanah tegalan hampir mendomisili di Provinsi Jawa Timur, hal ini bisa dijadikan alasan
megapa kebutuhan pangan nabati di Provinsi Jawa Timur hampir 100% terpenuhi dibanding
dengan kebutuhan pangan hewani yang masih terpaut jauh. Berikut adalah tabel luas lahan
dari tiap Kabupaten atau Kota yang ada di Provinsi Jawa Timur

Tabel 3 Luas Lahan Sawah menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur


Sumber: Badan Pusat Statistik

Gambar 1 Peta Konsumsi serelia di Provinsi Jawa Timur


Sumber: Badan Pusat Statistik
Berdasarkan peta diatas, menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Jawa Timur
telah mencapai swasembada produksi serealia, yang digambarkan dalam kelompok
gradasi warna hijau, sedangkan daerah defisit ditunjukkan dengan kelompok gradasi
warna merah. Luasan lahan khususnya bagi kecamatan-kecamatan yang berkarakteristik
perkotaan, bencana alam (kekeringan, banjir, dll) adalah faktor-faktor yang menjadi
kendala terhadap kemampuan kecamatan-kecamatan yang mengalami defisit serealia.
Walaupun demikian, hal yang penting untuk dicatat bahwa kurangnya swasembada
pangan tidak selalu perlu dikhawatirkan. Hal ini disebabkan karena daerah yang
mengalami defisit dalam produksi serealia dapat menghasilkan produk-produk lain yang
pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan penduduk untuk membeli serealia dari
daerah surplus, yaitu pangan lokal sumber karbohidrat yang spesifik dari setiap wilayah
yang dapat dijadikan bahan pangan pokok.

Grafik 4 Produksi serealia dan umbi-umbian utama, 2006 2015 (Ton)


Sumber: BPS dan Dinas Pertanian Jawa Timur 2015
Selama sepuluh tahun terakhir, produksi serealia memiliki tren yang terus meningkat di
Jawa Timur. Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan produktivitas akibat pola tanam
yang lebih intensif dan penggunaan bibit berkualitas tinggi. Dibandingkan dengan Padi,
Jagung memiliki rata-rata pertumbuhan yang lebih tinggi yaitu sebesar 5,29 persen per tahun,
laju pertumbuhan rata-rata untuk padi yaitu sebesar 3,76 persen dan ubi jalar sebesar 15,41
persen. Sedangkan yang terendah adalah ubi kayu dimana rata-rata laju pertumbuhannya
sebesar 0,14 persen selama 10 tahun terakhir.
5. Jenis Informasi (sebutkan jenis informasi yang dihasilkan oleh surveilans yang
anda pilih)
Jenis informasi yang disajikan adalah bentuk grafik, tabel dan gambar. Grafik yang
tersaji menggambarkan tingkat pemenuhan ketersediaan pangan dan status gizi, sedangkan
tabel yang disajikan menggambarkan tentang luas lahan sawah basah dan ketersediaan
pangan, dan gambar yang disajikan menunjukkan gambar peta sebaran.
6. Rekomendasi (jelaskan rekomendasi dari hasil kegiatan surveilans yang anda pilih)
Adapun beberapa rekomendasi yang bisa direncanakan dan dilakukan berdasarkan
data yang ada sebagai berikut:

a. Program seminggu tanpa nasi sebagai bentuk dukungan diversifikasi beras ke jagung atau
terigu karena peningkatan dari diservakasi itu tidak diimbangi dengan peningkatan
konsumsi pangan selain beras tersebut.
b. Program bertanam ubi dengan cara membagikan bibit ubi jalar kepada para petani agar
mereka juga memiliki ketertarikan bertani selain padi yaitu ubi jalar sebagai bahan
pangan utama juga. Ini juga salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ubi jalar
dan penurunan angka impor beras.
c. Penyuluhan ketahanan pangan untuk para petani di daerah Jawa Timur agar mereka
memahami peran besar mereka dan esensi dalam mempertahankan ketahanan pangan,
sehingga timbul kesadaran diri petani untuk mengelola pertanian lebih baik.
d. Kebijakan berupa batasan dalam penggunaan lahan pertanian karena alih fungsi lahan
pertanian menjadi lahan-lahan lain (perumahan, bisnis, dan lain-lain) menyebabkan rasio
ketahanan pangan terganggu.
e. Pembagian bibit kedelai kepada para petani agar hasil pertanian berupa kedelai tidak
perlu diimpor dari luar. Sehingga, harga kedelai dalam negeri lebih murah.
f. Program sosialisasi dan edukasi produksi ternak seperti susu dan produk hewani lainnya
untuk para peternak agar bisa merawat dan mengelola hewan ternak dengan benar dan
memanfaatkan produksi ternak secara optimal.
Dinas Pertanian Jawa Timur melalui rencana strategis periode 2014 2019 telah menyusun
beberapa strategi terkait dalam peningkatan ketersediaan pangan. Strategi tersebut adalah:
a. Meningkatkan kualitas intensifikasi pertanian melalui peningkatan produksi dan
b.

produktivitas pertanian untuk meningkatkan surplus bahan pangan.


Meningkatkan pengendalian alih fungsi lahan dengan penetapan dan pengembangan

lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B).


c. Mempertahankan swasembada padi dan jagung secara berkelanjutan dan mewujudkan
swasembada kedelai dan tanaman pangan utama Lainnya.
d. Perluasan areal tanam padi serta optimalisasi pemanfaatan lahan dan air melalui
Pengembangan Jaringan Irigasi Usaha Tani, Desa (JITUT/JIDES).
e. Pengamanan produksi tanaman pangan dan hortikultura.
f. Penanganan pasca panen dan pengolahan hasil tanaman pangan dan hortikultura.

g. Peningkatan mutu produk tanaman pangan dan hortikultura berbasis sumberdaya


lokal yang berkelanjutan.
h. Peningkatan kualitas SDM petani, kelembagaan petani untuk meningkatkan akses
petani terhadap faktor produksi, teknologi, informasi, pemasaran maupun akses
permodalan.
i. Penyediaan sarana produksi (benih / bibit dan pupuk) dan pengembangan pupuk
organik.
j. Pengembangan infrastruktur, sarana dan prasarana pertanian.
7. Laporan Surveilans (jelaskan sasaran, metode, frekuensi dan isi laporan surveilans
yang anda pilih)
1. Laporan surveilans ini akan kami tujukan untuk instansi dan dinas pemerintahan
terkait, seperti Dinas Perdagangan, Dinas Pertanian, Badan Ketahanan Pangan,
Bulog, stakeholder terkait, organisasi non-pemerintah yang mewakili petani di
Indonesia juga berbagai macam sektor lain yang nantinya diajak kerjasama dalam
pelaksanaan program.
2. Laporan ini akan kami sampaikan kepada pihak yang telah disebutkan dalam poin
sebelumnya dengan cara pengadaan seminar, yang dilakukan secara bertahap namun
rutin setiap bulan sekali agar lebih mudah untukevaluasi dan melihat perkembangan
yang terjadi di lapangan.
3. Laporan yang akan kami sampaikan berisi data-data yang terjadi di lapangan dengan
faktor-faktor risiko penyebab krisis pangan, dan disertai dengan rekomendasi
program yang kami buat.
8. Umpan balik surveilans (jelaskan sasaran, metode, frekuensi dan isi umpan balik
surveilans yang anda pilih)
1. Memberikan penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat, mengenai program
seminggu tanpa nasi, artinya membiasakan masyarakat agar memulai untuk menyukai
makan bahan pokok lainnya seperti dari jenis umbi-umbian.
2. Masyarakat (khususnya ibu) diberikan edukasi mengenai selektif dalam berbelanja
kebutuhan pokok seperti bahan pangan agar tidak konsumtif terhadap bahan-bahan
makanan impor sehingga masyarakat terbiasa mengonsumsi hasil pertanian rakyat
sendiri sebagai bentuk dukungan terhadap pertanian dalam negeri. Edukasi ini

diberikan dengan cara rutin dan terus menerus, satu kali setiap minggu melalui
forum-forum non-formal agar informasi mudah ditangkap oleh ibu-ibu.
3. Mengajak para petani untuk menggunakan alat bantu pertanian berbasis teknologi
seperti traktor agar lebih efisien dalam mengelola sawahnya.
4. Memberikan dukungan dan pengetahuan kepada petani untuk terus meningkatkan
kualitas pangannya agar pemerintah lebih percaya dengan hasil produk negeri dengan
cara meperkenalkan dan memberikan bibit unggul kepada petani.
5. Peningkatan promosi kesehatan mengenai makanan seimbang, sehat dan berkualitas
kepada keluarga Indonesia. Promosi kesehatan ini diberikan beriringan dengan
pemberian edukasi.
6. Melakukan intervensi kepada keluarga petani Indonesia, khususnya kepada anak-anak
mereka agar mau meneruskan pertanian keluarganya dengan mengambil jurusan
perguruan tinggi yang dapat mendukung meningkatnya kualitas dan kuantitas hasil
pertanian keluarga mereka (agar ada penerus).

Daftar Pustaka
http://jatim.bps.go.id/
Badan Ketahanan Pangan Jawa Timur dan World Food Programme (WFP). 2015. Peta
Ketahanan dan Kerentanan Pangan Jawa Timur 2015. BKP
Statistik Lahan Pertanian Tahun 2009 2013. 2014. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Kementrian

Pertanian,

diakses

pada

tanggal

21

Oktober

2016

http://www.pertanian.go.id/file/Statistik_Lahan_2014.pdf
Profil pertanahan Provinsi Jawa Timur Tahun 2015, diakses pada tanggal 21 Oktober 2016
http://www.tataruangpertanahan.com/file_publikasi/346468JAWA%20TIMUR.pdf
Data Statistik Ketahanan Pangan Tahun 2014. 2015. Badan Ketahanan Pangan Kementrian
Pertanian,

diakses

pada

tanggal

21

Oktober

http://bkp.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/data_statistik_kp_2014_new.pdf

2016

Anda mungkin juga menyukai